KASUS
Seorang anak laki - laki berusia 5 tahun yang berdomisili di Kompleks perumahan TVRI, datang
ke RSGM PSPDG UNSRAT untuk memeriksakan gigi belakang sebelah kanan atas yang
berlubang dan pernah terasa sakit. Gigi tersebut mulai berlubang dan sakit sekitar 1 tahun yang
lalu, sekarang sudah tidak pernah sakit lagi.
Tanggal : 6 Februari 2017 Gigi yang dirawat : 55
Keluhan Utama
Gigi belakang bawah kanan berlubang dan sering terselip makanan.
Gejala Subjektif
Rasa sakit : -
1
Pemeriksaan Objektif
Pembengkakan ekstra oral : (-)
Pembengkakan intra oral : (-)
Fistula : (-)
Gigi karies : karies mencapai pulpa
Gigi perforasi : oleh karena karies
Gigi berubah warna : (-)
Perkusi (-), Tekanan (-), Palpasi (-)
Gigi goyang : (-)
Pembesaran kelenjar : (-)
Jaringan lunak sensitif pada palpasi : (-)
Fraktur pada mahkota : (+) di sisi palatal gigi 55
Karang gigi : (-)
Gingiva di sekitar gigi : (-)
Polip : (-)
Tes termal : (-)
Tes kavitas : (-)
Diagnosis Klinik :
Gigi 55 Nekrosis pulpa
Rencana Perawatan
Pulpektomi nonvital gigi sulung.
Gambaran Klinis
Foto klinis gigi 55 sebelum perawatan
2
Foto Rontgen Periapikal Gigi :
Hasil interpretasi radiografis, terlihat kualitas foto kurang baik namun masih dapat
diinterpretasikan., gambaran radiografis diperoleh gigi 55 tampak radiolusen di disto-
oklusal hingga ke pulpa yang menunjukkan perjalanan karies dari gigi tersebut hingga
menyebabkan ruang pulpa terbuka. Bentuk akar distal dan mesial, terlihat melengkung pada
akar dekat bifurkasi, dengan panjang yang kurang lebih hampir sama. Daerah periapikal
tampak tidak terdapat lesi pada akar distal maupun mesial dan palatal. Tidak terjadi resorpsi
bagian akar maupun bifurkasinya.
Prognosis
Baik, karena gigi tidak goyang dan masih dapat ditumpat, belum ada perforasi saluran akar,
jaringan pendukung sekitar gigi dalam keadaan baik, pasien kooperatif dan kesehatan
umunya baik.
3
3 Contra angle handpiece (Low Alat untuk preparasi gigi
speed dan High speed) beserta
matabur
4 Jarum Eksterpasi Mengambil jaringan pulpa/jaringan nekrotik
5 K-file 15-35 Menghaluskan dinding saluran akar, mengambil
jaringan keras selama pelebaran saluran akar
6 Spatula semen Untuk mencampur bahan pengisi saluran akar dan
bahan tumpatan
7 Semen stopper Untuk meratakan tumpatan yang sudah diaplikasikan
pada gigi
8 Bite block Membantu menahan rahang/stabilitas rahang saat
membuka mulut selama tindakan, mencegah
terjadinya trauma TMJ
9 Glass lab Wadah untuk mencampur bahan pengisi saluran akar
dan bahan tumpatan
10 Dappen glass Tempat alkohol, sterilisasi bur dan alat kecil lainnya
11 Plastic filling instrument Mengaplikasikan bahan tumpatan pada gigi
12 Kapas Untuk membersihkan, mengeringkan, dan
mengaplikasikan bahan kedokteran gigi
13 Paper point No. 15-35 Mengeringkan saluran akar
14 Aquades Larutan untuk mengirigasi saluran akar yang telah
dipreparasi dan dibersihkan dari sisa jaringan nekrotik
15 Caviton Bahan tumpatan sementara
16 H2O2 3% Larutan desinfektan untuk mengirigasi,
membersihkan/sterilisasi saluran akar dari sisa
jaringan nekrotik juga bersifat bakterisid untuk
membunuh bakteri anaerob.
17 Zn(PO)4 Cement Tumpatan sementara pada kavitas dan tekanan kunyah
yang tidak terlalu besar.
4
18 Glass Ionomer Cement Fuji Bahan tumpatan permanen untuk menumpat gigi
IX sulung yang telah selesai dilakukan perawatan.
Keuntungannya berupa biokompabilitas yang baik
dengan jaringan keras gigi.
19 CHKM (Chlorophenol Larutan medikamen untuk membersihkan/sterilisasi
Kamphor Menthol) saluran akar dari sisa jaringan nekrotik juga bersifat
bakteriostatik untuk menghambat bakteri anaerob.
Merupakan antibakteri spektrum luas dengan masa
aktif 1 hari.
20 Chresophene Larutan medikamen untuk mensterilkan saluran akar
dari sisa jaringan nekrotik, juga bersifat bakteriostatik
untuk menghambat bakteri anaerob. Merupakan
antibakteri yang paling kuat dengan masa aktif 3-5
hari.
21 ZOE (Zinc Oxide Eugenol) Bahan pengisi saluran akar yang paling sering
digunakan pada gigi sulung dan bahan tersebut dapat
teresorbsi secara fisiologis bersama akar gigi sulung
22 Alkohol 70% Larutan antiseptik untuk tindakan
pencegahan/profilaksis
23 Povidone iodine Larutan antiseptik untuk tindakan
pencegahan/profilaksis maupun asepsis daerah kerja
24 Cotton roll dan cotton pellet Digunakan untuk mengisolasi daerah kerja dari
kontaminasi saliva
25 Articulating paper Untuk mengecek oklusi gigi
26 Jarum Lentulo Untuk memasukkan bahan pengisi saluran akar ke
saluran akar
27 Syringe disposable 3ml Untuk mendepositkan laritan irigasi ke dalam saluran
akar
5
TAHAP PERAWATAN
6
2. Isolasi daerah kerja terlebih dahulu menggunakan cotton roll dan saliva ejector.
3. Atap pulpa gigi 55 dibuka menggunakan bur bulat kemudian dilakukan pencarian sampai
orifice dari gigi yang akan dirawat ditemukan.
4. Setelah orifice ditemukan jaringan nekrotik dikeluarkan dengan jarum eksterpasi dan
dilakukan preparasi menggunakan K-File nomor 15 diakhiri dengan K-File nomor 35
(sesuai dengan panjang kerja). Selama prosedur pembersihan jaringan nekrotik dan
pergantian file, dilakukan irigasi dan rekapitulasi dengan file terakhir untuk menghindari
tersumbatnya saluran akar. Irigasi dilakukan dengan H2O2 3% dan aquades yang dipakai
secara bergantian kemudian dikeringkan dengan cotton pellet dan paper point.2,3,4
5. Setelah pembersihan saluran akar selesai dilakukan, ruang pulpa diisi dengan cotton pellet
yang telah dibasahi sedikit dengan bahan medikamen berupa ChKM. Saluran akar
kemudian ditutup dengan caviton. pasien diminta untuk kembali 7 hari kemudian.2,3,4
6. Diberikan instruksi pada pasien untuk tidak menguyah pada gigi tersebut selama 1 jam
pertama.
(Instruktur: drg. Grace Sondakh, MARS)
7
C. Kunjungan Ketiga (20 – 6 – 2017)
1. Pemeriksaan subjektif (-) dan objektif perkusi (-), palpasi (-), tekanan (-).
2. Dilakukan isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll dan saliva ejector.
3. Tumpatan sementara (caviton) kemudian dibongkar dan dibersihkan.
4. Saluran akar dilakukan dirigasi kembali menggunakan H2O2 3% dan aquades.
5. Mengganti bahan obat sterilisasi (rotation of medication) dengan ChKm. Ditutup kembali
dengan tumpatan sementara (caviton). pasien diminta untuk datang kembali 7 hari
kemudian.3,5
6. Diberikan instruksi pada pasien untuk tidak menguyah pada gigi tersebut selama 1 jam
pertama.
(Instruktur: drg. Ica Dilapanga)
8
Foto rontgen periapikal gigi pasca obturasi
Hasil rontgen menunjukkan ruang pulpa dan saluran akar sudah terisi dengan ZnOE, tetapi tidak
terisi sempurna sampai apeks gigi yang kemungkinan terjadi karena bahan pengisi yang
konsistensinya kurang tepat atau terlalu kental. Pada ketiga akar, ZnOE terisi sekitar 1 mm dari
permukaan orifice gigi 55.
(Instruktur: drg. Ervina Welang)
(A) Jaringan pulpa dalam saluran akar diambil dengan jarum eksterpasi. (B) Saluran akar dilebarkan
dengan file. (C) Saluran akar dikeringkan dengan paper point. (D) Saluran akar diisi dengan bahan
pengisi saluran akar, di atas bahan pengisi diletakkan dasar semen, kemudian gigi ditumpat permanen.
9
E. Kunjungan Pasca Obturasi (18 – 7 – 2017)
1. Dilakukan kontrol pasca obturasi.
2. Pemeriksaan subjektif tidak ada keluhan, pemeriksaan objektif sondasi (-), perkusi (-),
palpasi (-).
3. Dilakukan isolasi daerah kerja dengan cotton roll dan saliva ejector.
4. Tumpatan sementara berupa Zinc phosphate cement kemudian dibongkar sampai tersisa
±1 mm sebagai lapisan dasar. Kemudian kavitas dibersihkan dengan cotton pellet.
5. Kavitas ditutup dengan tumpatan permanen GIC Fuji IX.
6. Cek oklusi menggunakan articulating paper.
7. Pasien diminta datang kembali untuk kontrol 7 hari kemudian.
(Instruktur: drg. Grace Sondakh, MARS)
10
Foto klinis gigi sebelum dan setelah perawatan.
Referensi :
1. Abognah, A. Department Of Conservative Dentistry and Endodontics. Irrigation and Intra
Canal Medications. 2013. p.23-25
3. Budiyanti, E.A, , Perawatan Endodontik Pada Anak, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.2012. hal. 5.
5. Nurhayati, S. Perawatan pulpa gigi sulung dan permanen muda pada anak-anak. Skripsi.
Universitas Hasanuddin. Makassar. 2014. h.66-68.
6. Senjaya, T. Perawatan pulpa pada gigi anak. Universitas Padjajaran. Bandung. 2011.
h.9-12
7. Tarigan, R. Perawatan pulpa gigi (Endodonti), Ed Ke-2. Jakarta: EGC. 2006. h.129-130
11