Farmasi Fix
Farmasi Fix
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar
dan menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia di seluruh dunia. Walaupun tersedia
obat-obat baru yang lebih spesifik dengan kerja lebih efektif, pembasmian
penyakit ini masih tetap merupakan salah satu masalah antara lain disebabkan oleh
2007)
masyarakat dan saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
1
2
pada golongan penduduk yang kurang mampu, mempunyai risiko tinggi terjangkit
penyakit ini.
memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.
antelmintik diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa
senyawa antelmintik yang lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti
Untuk trichuriasis angka penyembuhan sampai 94% dengan dosis ganda terutama
Helminths?
1.3 Tujuan
Helminth.
1.4 Manfaat
a. Bagi Peneliti
mebendazol.
3
4
BAB II
FARMASI – FARMAKOLOGI
berbau, melebur pada suhu lebih kurang 290 derajat. Obat ini merupakan
untuk mengobati infestasi cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang dan T.
glikogen pada cacing. Cacing akan mati secara perlahan-lahan dan hasil terapi
yang memuaskan baru Nampak sesudah 3 hari pemberian obat. Obat ini juga
menimbulkan sterilitas pada telur cacing T. trichiura, cacing tambang, dan askaris
5
6
sehingga telur ini gagal berkembang menjadi larva. Tetapi larva yang sudah
Mebendazol tersedia dalam bentuk tablet 100 mg dan sirop 20 mg/mL. Dosis
pada anak dan dewasa sama yaitu 2 x 100 mg sehari selama 3 hari berturut-turut
untuk askariasis, trikuris dan infestasi cacing tambang dan tri-chostrongylus. Bila
diberikan dosis tunggal 100 mg dan diulang 2 minggu dan 4 minggu kemudian.
Untuk taeniasis, dosis 2 kali sehari 300 mg selama 3-4 hari, menghasilkan
Untuk terapi kista hidatid diperlukan dosis 50 mg/KgBB per hari yang
terbagi dalam 3 dosis selama 3 bulan dan terapi dilakukan kalau tindakan operasi
tak memungkinkan atau kista sudah pecah. Beberapa keluhan efek samping yang
muncul pada terapi kista hidatid ini, dapat disebabkan karena pecahnya kista. Pada
Untuk terapi visceral larva migrans, mebendazol dapat dicobakan pada dosis
200-400 mg sehari dalam dosis terbagi selama 5 hari. Untuk terapi strongyloidiasis
dengan dosis strandar selama 3 hari memberikan angka penyembuhan kurang dari
50%. Angka penyembuhan untuk cacing kremi 90%, untuk askaris dan trikuris 90-
2.3 Farmakodinamik
2.3.1 Khasiat
92 atau lebih dari infeksi) missal cacing tambang dengan cacing kremi atau
cacing tambang dengan cacing pita dan cacing gelang. Mebendazol bekerja
infeksi, dan mungkin dengan galur parasite. Obat ini mematikan telur cacing
7
8
dengan hasil memuaskan pada 3 hari setelah pengobatan (Syarif dkk, 2007).
Dan tidak memerlukan laksan untuk mengeluarkan cacing (Tjay dkk, 2007).
hati pada anak berusia kurang dari 2 tahun karena pengalaman masih
terbatas dan pernah dilaporkan, walaupun jarang, kejang pada kelompok usia
ini. Kadar plasma mungkin berkurang jika obat diberikan bersama dengan
perlu diberikan secara hati-hati pada pasien dengan sirosis (Katzung, 2012).
2.4 Farmakokinetik
Mebendazol tidak larut dalam air dan rasanya enak. Pada pemberian oral
absorbsinya buruk. Obat ini memiliki bioavailabilitas sistemik yang rendah yang
disebabkan oleh absorbsinya yang rendah dan mengalami first pass hepatic
metabolisme yang cepat. Diekskresikan lewat urin dalam bentuk yang utuh dan
9
First pass effect sangat tinggi. Eksresi berlangsung lewat empedu dan urine.
akibat “First pass effect” tinggi. Waktu paruh berkisar 2-6 jam. Ekskresi
2.5 Toksisitas
wanita hamil trisemester pertama karena bersifat toksik dan teratogenik pada
9
10
dari efek samping, sedangkan pada terapi dosis tinggi adalah reaksi
enzim hati. Kadar plasma mungkin berkurang jika obat diberikan bersamaan
Dari studi toksikologi terbukti obat ini memiliki batas keamanan yang
lebar. Tetapi pada tikus terlihat efek embrio toksik dan teratogenik, karena
pada penderita diabetes mellitus. Pada pemakaian jangka lama dan dosis
besar akan timbul kemungkinan neutropenia yang akan kembali normal bila
Gejala yang dapat timbul mungkin mual, muntah, diare, dan sakit perut
infestasi ascaris yang berat yang disertai ekspulsi atau keluarnya cacing
mebendazole dosis normal. Gejala yang mungkin bias terjadi : kram perut,
mual, muntah, dan diare juga dapat terjadi (Janssen Inc, 2014).
1. Ada kelainan ruam kulit yang parah, lecet pada kulit dan luka di mulut,
atau mata, anus atau area genitalia, yang bersamaan dengan demam.
pingsan.
11
12
Menurut Janssen Inc 2014, dosis obat untuk orang dewasa dan anak-anak 2
tahun atau lebih. Mebendazole tersedia dalam bentuk tablet 100mg dan sirup
100mg/5ml.
a. Cacing kremi : 1 tablet (100 mg) diberikan sebagai dosis tunggal. Pengobatan
pemberantasan.
campuran : 1 tablet (100 mg) dua kali sehari pada pagi dan sore hari selama tiga
dicampur kutu: satu tablet (100 mg) dua kali sehari pada pagi dan sore hari
Contoh kasus 1 :
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun diantar ibunya ke dokter dengan keluhan
nyeri perut dan kembung, diare berdarah, dan tenesmus. Pasien juga mengalami
penurunan berat badan dan anemis. Pada pemeriksaan feses ditemukan telur
berbentuk seperti tempayan kayu yang khas pada telur trichuris trichiura.
Diagnosa : Trichuriasis
13
Terapi : Mebendazole 100 mg, dua kali sehari tiap pagi dan sore hari selama tiga
hari.
Pro : An. X
Umur : 5 tahun
Alamat : Jl. Melati
13
14
Contoh kasus 2 :
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun diantar ibunya ke dokter dengan keluhan
nyeri perut dan kembung, diare berdarah, dan tenesmus. Pasien juga mengalami
penurunan berat badan dan anemis. Pada pemeriksaan feses ditemukan telur
berbentuk seperti tempayan kayu yang khas pada telur trichuris trichiura.
Diagnosa : Trichuriasis
dosis Mebendazole 100mg/5ml, dua kali sehari tiap pagi dan sore hari selama tiga
hari.
Pro : An. X
Umur : 5 tahun
Alamat : Jl. Melati
15
BAB III
PEMBAHASAN
glikogen pada cacing. Cacing akan mati secara perlahan-lahan dan hasil terapi
yang memuaskan baru Nampak sesudah 3 hari pemberian obat. Obat ini juga
askaris sehingga telur ini gagal berkembang menjadi larva. Tetapi larva yang
2007).
yang menyebabkan infeksi pada manusia akibat tertelan telur atau melalui kontak
dengan larva yang berkembang dengan cepat pada tanah yang hangat dan basah
percernaan manusia. Lebih dari dua milyar penduduk dunia terinfeksi oleh paling
15
16
(Abadi, 1985; Pasaribu, 1989; Chan,1992). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk
melihat efikasi mebendazol ini seperti Abadi (1985) pada pemberian mebendazol 500
mg dosis tunggal mendapat Angka Penyembuhan 93,4%, 77,6%, dan 91,1% untuk
terhadap penyakit kecacingan dan juga pada infeksi campuran dua atau lebih cacing.
Obat ini bekerja sebagai vermicid, larvicid dan juga ovicid. Walaupun mebendazol
merupakan derivat dari kelompok yang sama dengan senyawa seperti tiabendazol,
secara irreversibel sehingga terjadi pengosongan glikogen pada cacing, dan kemudian
pada telur cacing T.trichiura, cacing tambang dan A. lumbricoides sehingga telur ini
gagal berkembang menjadi larva. Tetapi larva yang sudah matang tidak dapat
Santoso, 2001).
Penyerapan mebendazol dari usus setelah pemberian secara oral kurang dari
10%. Obat yang diabsorbsi 90% berikatan dengan protein. Bioavailabilitas sistemik
yang rendah dari mebendazol merupakan dampak dari absorbsinya yang buruk dan
mengalami first pass hepatic metabolism yang cepat. Dieksresi terutama lewat urin
dalam bentuk utuh dan metabolit dekarboksilasi dalam tempo 48 jam. Mebendazol
merupakan bentuk obat yang lebih aktif dibandingkan dengan metabolitnya. Absorbsi
ditingkatkan bila obat diberikan bersama makanan berlemak (Goodman, L.S. &
17
18
merupakan obat yang aman, efek samping berupa gangguan saluran cerna seperti
sakit perut dan diare jarang terjadi. Efek samping mebendazol dosis tinggi berupa
jarang dijumpai. Obat ini tidak dianjurkan digunakan pada ibu hamil karena memiliki
sifat teratogenik yang potensial dan bagi anak usia dibawah dua tahun. Pemberian
obat ini pada pasien yang mempunyai riwayat alergi sebelumnya tidak dianjurkan
3.2.1 Ascariasis
yaitu tersebar di seluruh dunia, frekuensi terbesar berada di negara tropis yang
prevalensi dan intensitas infeksi biasanya paling tinggi pada anak usia 5-15
minggu untuk menjadi dewasa. Manusia dapat terinfeksi cacing ini karena
telah berkembang (telur berembrio). Telur yang telah berkembang tadi menetas
darah dan limfe usus mengikuti aliran darah ke hati atau ductus thoracicus
alveoli dan tinggal disitu selama 10 hari untuk berkembang lebih lanjut. Bila
larva telah berukuran 1,5 mm, ia mulai bermigrasi ke saluran nafas, ke epiglotis
dan kemudian esofagus, lambung akhirnya kembali ke usus halus dan menjadi
dewasa. Umur yang normal dari cacing dewasa adalah 12 bulan; paling lama
19
20
bisa lebih dari 20 bulan, cacing betina dapat memproduksi lebih dari 200.000
telur sehari. Dalam kondisi yang memungkinkan telur dapat tetap bertahan
hidup di tanah selama 17 bulan sampai beberapa tahun (Beaver dkk, 1984;
Infeksi ringan cacing ini biasanya ditandai dengan sedikit gejala atau
tanpa gejala sama sekali. Kelainan patologi yang terjadi, disebabkan oleh dua
stadium sebagai berikut (Beaver dkk, 1984; Markell dkk, 1999; Strikland, G.T.
dkk, 2000):
a. Kelainan oleh larva, yaitu berupa efek larva yang bermigrasi di paru
batuk, malaise bahkan pneumonia. Gejala ini terjadi 4-16 hari setelah
infeksi. Cyanosis dan tachycardia dapat ditemukan pada tahap akhir infeksi.
b. Kelainan oleh cacing dewasa, berupa efek mekanis yang jika jumlahnya
cukup banyak, akan terbentuk bolus dan menyebabkan obstruksi parsial atau
3.2.2 Trichiuriasis
(cacing cambuk) yang hidup di usus besar manusia khususnya caecum yang
paling tinggi berada di daerah panas dan lembab seperti di negara tropis dan
juga di daerahdaerah dengan sanitasi yang buruk, cacing ini jarang dijumpai di
daerah yang gersang, sangat panas atau sangat dingin. Cacing ini merupakan
Siklus hidup cacing ini langsung dan menjadi dewasa pada satu inang.
Cacing dewasa masuk ke mukosa caecum dan colon proximal manusia dan
diperkirakan memproduksi lebih dari 1000 telur perhari. Telur yang keluar
melalui tinja menjadi infektif dalam waktu 10-14 hari (lebih kurang tiga
minggu) di tanah yang hangat dan lembab. Manusia mendapat infeksi karena
menelan telur infektif dari tanah yang mengkontaminasi tangan, makanan, dan
dewasa dalam waktu 1-3 bulan setelah infeksi. Telur ditemukan dalam tinja
setelah 70-90 hari sejak terinfeksi (Beaver dkk, 1984; Strikland, G.T. dkk,
2000).
21
22
/dpdx)
disebabkan oleh cacing dewasa. Bila jumlah cacing cukup banyak dapat
yang berat menyebabkan nyeri perut, tenesmus, diare berisi darah dan lendir
ini dapat menyebabkan jari tabuh (clubbing fingers) akibat anemia dan
gangguan pertumbuhan (Tanaka dkk, 1980; Beaver dkk, 1984; Strikland, G.T.
dkk, 2000).
23
kondisi yang memungkinkan; tanah berpasir yang hangat dan lembab, telur
di tanah tumbuh dan berkembang menjadi embrio dalam 24-48 jam pada
melalui kulit atau pada Ancylostoma duodenale lebih sering tertular karena
tertelan larva filariform dari pada penetrasi larva tersebut melalui kulit.
kawin dan mulai bertelur empat sampai tujuh minggu setelah terinfeksi.
23
24
menjadi cacing dewasa tanpa migrasi paru. Cacing dewasa dapat hidup
selama satu tahun (Tanaka dkk, 1980; Beaver dkk, 1984; Strikland, G.T.
dkk, 2000).
Infeksi ringan cacing ini biasanya ditandai dengan sedikit gejala atau
tanpa gejala sama sekali. Pada infeksi yang berat, kelainan patologi yang
terjadi, disebabkan oleh tiga fase sebagai berikut (Tanaka dkk, 1980; Beaver
dkk, 1984):
a. Fase cutaneus, yaitu cutaneus larva migrans, berupa efek larva yang
b. Fase pulmonary, berupa efek yang disebabkan oleh migrasi larva dari
c. Fase intestinal, berupa efek yang disebabkan oleh perlekatan cacing dewasa
pada mukosa usus halus dan pengisapan darah. Cacing ini dapat mengiritasi
usus halus menyebabkan mual, muntah, nyeri perut, diare, dan feses yang
berdarah dan berlendir. Anemia defisiensi besi dijumpai pada infeksi cacing
tambang kronis akibat kehilangan darah melalui usus akibat dihisap oleh
cacing tersebut di mukosa usus. Jumlah darah yang hilang per hari per satu
ekor cacing adalah 0,03 mL pada infeksi Necator americanus dan 0,15 mL
sehingga kadar hemoglobin dapat turun mencapai level 5 gr/dl atau lebih
rendah. Pada anak, infeksi cacing ini dapat menganggu pertumbuhan fisik
dan mental.
Untuk itu diperlukan cara pengendalian yang baru. Infeksi cacing masih
25
26
luas sangat penting untuk menurunkan angka kesakitan namun tanpa perbaikan
penyediaan air bersih dan perbaikan sanitasi strategi ini tidak dapat menurunkan
cacing pada anak-anak sekolah dasar. Pirantel pamoat yang biasanya digunakan
untuk pengobatan cacing usus, dan bias dibeli bebas di warung, efektif terhadap
infeksi cacing ascaris dan cacing tambang , ternyata kurang efektif terhadap
prevalensi yang cukup tinggi. Mebendazole adalah satu obat cacing derivate
imidazole, berspektrum luas, dianggap cukup efektif, aman, serta mudah cara
buruk. Efek samping yang timbul adalah diare dan sakit perut ringan yang
gejala yang spesifik. Tujuan utama dari pengobatan infeksi cacing adalah
dosis tunggal memberikan rate pengobatan yang rendah dan albendazole dosis
yang disebabkan oleh parasit cacing. Cara kerja mebendazole yaitu dengan
berpengaruh pada telur cacing. Maka dari itu, sangatlah penting untuk mencegah
cacing. Obat ini juga menghambat ambilan glukosa secara ireversibel sehingga
terjadi pengosongan glikogen pada cacing dan cacing akan mati perlahan-lahan
(Alex Loukas & Peter J. Hotez, 2006, Amir & Elysabeth, 2007).
27
28
BAB IV
KESIMPULAN
berspektrum luas yang sangat efektif untuk mengobati infestasi cacing gelang, cacing
kremi, cacing tambang dan T. trichiura, maka berguna untuk mengobati infestasi
irreversibel sehingga terjadi pengosongan glikogen pada cacing, dan kemudian cacing
akan mati secara perlahan-lahan. Mebendazol juga menimbulkan sterilitas pada telur
cacing T.trichiura, cacing tambang dan A. lumbricoides sehingga telur ini gagal
berkembang menjadi larva. Tetapi larva yang sudah matang tidak dapat dipengaruhi
oleh mebendazol.
29
DAFTAR PUSTAKA
Syarif, A. Estuningtyas, A., Arini, dkk. 2007. “Farmakologi dan terapi” Edisi 5,
Katzung, Bertram G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 4. Jakarta. EGC.
(Hal. 709-719)
Theodorus, dr. 2012. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta. EGC.( Hal. 169)
Syarif A., Elysabeth (Eds). 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit
Tjay T. H., Rahardja K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek
Yanti, Anggita Setiya Dama, dkk. 2013. Toxocariasis pada Anjing. Malang: Fakultas
Farmakologi FK UI.
(https://www.janssen.com/canada/sites/www_janssen_com_canada/files/pro
duct/pdf/ver11192014cpm.pdf)
29
30
Bethony,J., Brooker, S., Albonico, M., Geiger, SM. Soil Transmitted Helminth
http://140.226.65.22/Davis_lab/Parasit_links/Soil_Transmitted_Helminths_L
ancet_ '06.pdf
Hotez, P. J., Bundy, D.A.P., Beegle K., Simon, B. 2006. Helminth Infections: Soil
http://files.dcp2.org/pdf/DCP/DCP24.pdf
Beaver, P . C., Jung, R. C., Cupp, E.W. 1984. Clinical Parasitology. 9th Edition. Lea
Julia Suwandi et al. 2010. Efektivitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol 500 mg
Terhadap Trikuriasis pada Anak-anak Sekolah Dasar Cigadung dan
Cicadas, Bandung Timur. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha.
Amir Syarif dan Elysabeth. 2007. Antelmintik. Dalam Farmakologi dan Terapi FK
UI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. hal. 541-550
Katzung, Bertram G., dkk. 2014. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 12. Penerbit
(https://www.janssen.com/canada/sites/www_janssen_com_canada/files/pro
duct/pdf/ver11192014cpm.pdf)
31