PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut mengandung dua unsur yaitu infeksi dan
saluran pernafasan. Pengertian infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke
dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit
(Gunawan, 2010). ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Menurut para
ahli, daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem pertahanan
tubuhnya belum kuat. Dengan kondisi anak yang lemah, proses penyebaran penyakit menjadi
lebih cepat. Resiko ISPA Menyebabkan kematian pada anak dalam jumlah kecil, akan tetapi
menyebabkan kecacatan seperti otitis media akut (OMA) dan mastoiditis. Bahkan dapat
menyebabkan komplikasi fatal yaitu pneumonia. (Listyowati, 2013).
Faktor resiko terjadinya ISPA terdiri dari 3 (tiga) faktor yaitu faktor lingkungan,
faktor individu anak, serta faktor prilaku.faktor lingkungan meliputi pencrmaran udara dalam
rumah,kondisi fisik rumah , dan kepadatan hunian rumah.faktor individu anak meliputi umur
anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A, dan status immunisasi.sedangkan faktor prilaku
berhubungan dengan pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita
dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA dikeluarga baik yang dilakukan oleh ibu
ataupun keluarga lainnya (Kemenkes RI , 2016).
Analisa World Health Organization (2007), menunjukkan bahwa efek buruk asap
rokok lebih besar bagi perokok pasif dibandingkan perokok aktif. Ketika perokok membakar
sebatang rokok dan menghisapnya, asap yang diisap oleh perokok disebut asap utama
(mainstream), dan asap yang keluar dari ujung rokok (bagian yang terbakar) dinamakan
sidestreamsmokeatau asap sampingan. Asap samping ini terbukti mengandung lebih banyak
hasil pembakaran tembakau dibanding asap utama. Asap ini mengandung karbon monoksida
5 kali lebih besar, tar, dan nikotin 3 kali lipat, ammonia 46 kali lipat, nikel 3 kali lipat
nitrosamine sebagai penyebab kanker kadarnya mencapai 50 kali lebih besar pada asap
sampingan dibanding dengan kadar asap utama.
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lebih lazim ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Dimana-mana mudah menemui orang merokok, baik laki-laki maupun watina,
ank kecil maupun orang tua, baik kaya maupun miskin. Merokok merupakan bagian hidup
masyarakat prevalensi merokok telah menurun di banyak negara maju dalam beberapa tahun
terakhir tetapi tetap tinggi di negara berkembang. Tembakau membunuh 70% korban berasal
dari negara berkembang termasuk Indonesia (Bustan, 2007). Anak laki-laki dari segi aktivitas
lebih dekat dengan ayah pada seorang ayah yang mempunyai kebiasaan merokok maka akan
semakin mudah terkena asap rokok yang kemungkinan besar akan memicu terjadinya ISPA
(Hidayat, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
A. Geografi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Langensari 1 mencakup 2 Desa dan 1 Kelurahan yaitu
Desa Kujangsari dan Rejasari dan Kelurahan Bojongakntong. Adapun letak geografisnya
adalah antara 10828”LU – 10840”LU dan 71930BT –72630BT dengan luas keseluruhan
sebelah Timur berbatasan dengan Desa Langensari wil. Kerja PKM Langensari 2
topografi, wilayah UPTD Puskesmas Langensari 1 sebagian besar merupakan daerah datar.
Daerah dengan topografi yang sangat menononjol yaitu di Desa Kujangsari dengan dataran
yang menghampar. Sedangkan topografi perbukitan minor terdapat di Desa Rejasari dan
Dusun Bojongsari Kel. Bojongkantong yang keduanya berbatasan dengan desa Mulyasari.
Gambar 1
Tahun 2016
BANTARDAWA
RANCABULUS
SINDANGGALIH
BOJONGSARI
SAMPIH
LANGKAP
LANCAR
SASAGARAN
MARGASARI
CITANGKOLO
SINDANGMULYA
CIJUREY
SINDANGASIH
B. Demografi
B.1 Jumlah Penduduk
Berdasarkan data dari Kantor Camat Langensari yang kami himpun bulan Desember
2016 tercatat jumlah penduduk di wialyah kerja PKM Langensari 1 sebanyak 29.984 jiwa.
Dengan jumlah penduduk Laki-laki 15.165, perempuan 14.819 dengan rasio 1,02. Penduduk
terbanyak di desa Kujangsari dengan 10.990 jiwa dan paling sedikit di desa Rejasari dengan
9.437 jiwa.
Sedangkan kelompok umur terbanyak adalah 5 – 9 tahun dengan 2.477 jiwa. Secara
Gambar 2
Jumlah Penduduk
di Wilayah Puskesmas Langensari 1
Tahun 2016
11,500
10,990
11,000
10,500
10,000
9,557
9,500 9,437
9,000
8,500
Kujangsari Bojongkantong Rejasari
Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Langensari 1 tahun 2016 sebanyak
29.984 jiwa, terdapat sebanyak 3.669 KK. Jumlah penduduk terbesar di wilayah Desa
Kujangsari yaitu sebanyak 10.990 jiwa atau sebesar 36.5% dari total jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Langensari 1 dengan 9.971 KK dan wilayah dengan jumlah
penduduk paling sedikit yaitu Desa Rejasari sebanyak 9.437 jiwa atau 31.5% dengan 3.166
KK. Kepadatan penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Langensari 1 adalah 20.06
Tabel 1
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Jumlah KK dan Kepadatan Penduduk
di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Langensari 1 Tahun 2016
LUAS
JUMLAH KEPADATAN
WILAYAH Distribusi
NO DESA PENDUDUK PENDUDUK
KM2 Penduduk
KM2
1 Kujangsari 537.595 10.990 20.44 20.55
2 Bojongkantong 378.847 9.557 25.23 17.87
3 Rejasari 650.650 9.437 14.50 17.64
sebesar 20.06 penduduk per KM2 dengan luas wilayah 1.567 KM2. Kepadatan penduduk
terbesar terjadi di Kel. Bojongkantong yaitu sebesar 25.23 penduduk per KM2.
Gambar 3
Perbandingan Kepadatan Penduduk
di Wilayah Puskesmas Langensari 1
Tahun 2016
25.23
30.00 20.44
14.50
20.00
10.00
0.00
Kujangsari bojongkantong Rejasari
kelamin tahun 2016, terbanyak pada laki-laki yaitu 15.165 jiwa atau sebesar 50,58%,
UPTD Puskesmas Langensari 1 saat ini memiliki tenaga sebanyak 28 orangdengan berbagai
macam kualifikasi pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatabel berikut :
Tabel 2
Ketenagaan di Puskesmas Langensari 1 Tahun 2016
Jumlah ketenagaan yang ada di UPTD Puskesmas Langensari 1 dirasakan sudah mencukupi
namun masih perlu adanya tambahan tenaga kesehatan, terutama asisten apoteker.
c. Rumah Dinas
3. Sumber Dana
a. Operasional (APBD)
c. JKN (APBN)
Grafik 1.1
Tahun 2016
Grafik 1.2
Tahun 2017
180.00%
160.00%
140.00%
120.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Kujangsari Bojong Kantong Rejasari Puskesmas
Grafik 1.3
Tahun 2016-2017
180.00%
160.00%
140.00%
120.00%
100.00%
Tahun 2016
80.00% Tahun 2017
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Kujangsari Bojong Kantong Rejasari Puskesmas
Tabel 1.1
Identifikasi Masalah
.
1 P2ISPA (Cakupan 86% 143,04% Masih tingginya angka
Pneumonia usia 0-5 kejadian penderita
143,04% di Puskesmas
2017.
Prioritas Masalah
U
Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak
atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
S
terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap
ketidakberhasilan , dan membahayakan sistem atau
tidak.
G
penyebab isu akan semakin memburuk jika dibiarkan.
Berdasarkan skala likert 1-5 (5 = sangat besar, 4 = besar, 3 = sedang, 2 = kecil, 1 = sangat kecil).
No. Masalah U S G Total
1. Masih tingginya 5 5 5 15
angka kejadian
penderita
pneunomia dari
target 86% di
dapatkan cakupan
143,04% di
Puskesmas
Langensari 1 pada
tahun 2017.
Manusia
Metode
Peran lintas sektor kurang Belum maksimalnya penyuluhan
PJ program ISPA
belum pelatihan Masih tingginya
angka kejadian
pneunomonia di
Puskesmas
Langensari 1
Masih banyaknya
pengelolaan sampah yang dibakar
Dana
Lingkungan
No. Priotas Penyebab Alternatif Pemecahan Ket.
Masalah Masalah Pemecahan Masalah
Masalah Terpilih
1. Masih Metode : - Mengaktifkan Penyuluhank -
tingginya 1. Belum kembali program esehatan.
angka kejadian maksimalnya penyuluhan luar Refreshing
pneunomonia penyuluhan. dan dalam kader dalam
di Puskesmas gedung. tatalaksana
Langensari 1 - Meningkatkan kasus ISPA.
kunjungan rumah
penderita
pneunomi.
Manusia : - Meningkatkan -
1. Peran lintas kerja sama lintas
sektor kurang. sektor. (lintas
2. PJ program kerja - promkes).
ISPA - Refreshing
belum pelatihan petugas dalam
menjaring
penderita ISPA.
Sarana : - Melakukan -
1. Media pengadaan media
penyuluhan promosi ISPA
kurang memadai. dengan
melakukan kerja
sama lintas
program promkes
(Brosur, Lembar
balik, dll).
Lingkungan : - Meningkatkan -
1. Masih kerja sama lintas
banyaknya perokok program
2. Tingkat (Kesling) dalam
ekonomi rendah. mereduksi angka
3. Masih perokok.
banyaknya - Dan dalam
pengelolaan pengelolaan
sampah yang sampah dalam
dibakar. standar.
A Kesimpulan