Anda di halaman 1dari 15

2.

2 KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEBIDANAN PADA DEMAM BERDARAH


2.1.1 PENGKAJIAN DATA
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, anamnesi merupakan bagian yang
sanagt penting dan sangat menentukan dalam pemeriksaan anamnesi dapat menentukan sifat dan
berat penyakit.
A. Data Subyektif
1. Identitas
Meliputi :
Nama : Berupa nama lengkap sebagai identitas diri agar
tidak terjadi kekeliruan dalam memberi asuhan
Umur : Digunakan untuk penilaian klinis yang di
sesuaikan dengan umur
Jenis : Jenis kelamin sangat diperlukan sebagai
Kelamin penilaian data pemeriksaan klinis
Nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan orang tua
Sebagai identitas tambahan yang
menggambarkan keakuratan data
Agama : Untuk memberikan dorongan spiritual yang
dan suku sesuai dengan kepercayaan yang dianut
Alamat : Berisi alamat lengkap agar mudah untuk
dihubungi apabila ada keperluan atau
kepentingan untuk klien

2. Keluhan utama
Meliputi keluhan yang dirasakn saat ini yang disebabkan pasien dibawa berobat ke rumah sakit.
Keluhan yang dirasakan pasien demam berdarah : “ ibu pasien mengatakan anaknya
demam ± 6 hari, perdarahan pada hidung dan gusi serta sariawan”.
3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit yang sekarang diderita pasien yang diketahui melalui anamnesa berupa perjalanan
penyakit pasien dari mulai sakit sampai pasien dibawa ke rumah sakit.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya diketahui karena mungkin ada hubungannya
dengan oanyakit yang diderita pasien saat ini dan bisa sebagai informasi untuk membantu
pembuatan diagnosis.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang mengidap penyakit menahun seperti asma,
paru-paru, jantung ataupun penyakit menular seperti HIV/AIDS serta penyakit menurun seperti
diabetes dan hipertensi.
6. Pola kebiasaaan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Tidak ada nafsu makan, penurunan BB, sering mual dan muntah, anoreksia.
b. Pola Eliminasi
Terjadi diare atau konstipasi
c. Pola Aktifitas
Sering terjadi malaise
d. Pola personal hygiene
Kebersihan terganggu
e. Pola psikososial
Untuk mengetahui hubungan pasien dengan orang tua, keluarga, tetangga dan sekitarnya.
f. Data sosial budaya
Keadaan lingkungan yang berhubungan dengan pasien, pantangan makanan/minuman, kebiasaan
minum jamu, pijet, merokok, minum-minuman keras dan obat-obatan.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum : lemah dan lesu
Kesadaran : sopor menjadi koma
Data antropometri : BBI = (umur dalam tahun x 2 ) + 8
TTV : TD : diastolik turun 20 mmHg dan sistol 80 mmHg
S : 38 -40 0C/lebih
N : lemah/lemah
RR : 25 -30 x/menit
2. Pemeriksaan fisik khusus
(terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi)
Kepala : Nyeri tekan
Muka : Pucat
Mata : Pembengkakan sekitar mata
Hidung : Epitaksis (perdarahan), dingin dan lembab
pada ujung hidung,
Mulut : Perdarahan pada gusi, batuk darah
(melena/hematemesis), sianosis
Leher : Adanya pembengkakan kelenjar limfe, tiroid,
vena jungularis
Dada : Nyeri ulu hati
Abdomen : Nyeri pada abdomen
Genetalia : Kebersihan terganggu
Anus : Kebersihan terganggu karena adanya diare
Ekstremitas : Teraba dingin dan lembab pada ujung jari
tangan dan kaki

3. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah
b. Rontgen thoraks
c. Uji serologi
d. Test tourniquet
e. Sumsum tulang
f. USG
2.2.2 INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa : An “...” umur .... tahun dengan demam berdarah derajat II
Data Subyektif : data yang diperoleh dari pernyataan pasien
Data Obyektif : data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas
Keadaan umum: lemah dan lesu
Kesadaran : sopor sampai koma
TTV : TD : diastolik turun 20 mmHg, sistol 80 mmHg/kurang
S : 38 – 40 sampai lebih
N : lemah/cepat
RR : 25-30 x/menit
Pemeriksaan penunjang
a. Darah
Terjadi trombositopenia (100.000 /m2) dan hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20%/lebih),
hemoglobin meningkat 20% dan hasil pemeriksaan menunjukkan hipoprotemia.
b. Rontgen thoraks
c. Uji serologi
d. Test serologi
e. Test tourniquet
Dinyatakan positif jika jumlah petekie ≥20
f. Sumsum tulang
g. USG
2.2.3 IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
Keadaan yang mungkin terjadi pada pasien demam berdarah :
a. Efusi pleura
b. Perdarahan pada lambung
c. Pembesaran pada ulu hati, limfe, dan kelenjar getah bening
d. Hipovolemik

2.2.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Tindakan yang pertama dan utama untuk mengetahui masalah dan mencegah terjadinya masalah
potensial yang mengancam keselamatan jiwa pasien seperti konsultasi, kolaborasi, dan rujukan.
2.2.5 INTERVENSI
1. Berikan minum 50 ml/kg dalam 4-6 jam pertama berupaair teh dengan gula, sirup, susu/ASI, sari
buah/oralit.
2. Berikan kompres air hangat
3. Berikan antipiretik dengan dosis 10-15 mg/kg/kg BB
4. Berikan cairan intravena
2.2.6 IMPLEMENTASI
Semua rencana asuhan yang telah direncanakan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara
menyeluruh dan efisien.
2.2.7 EVALUASI
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan bagaimana
telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah.
Subyektif : data yang diperoleh dari keterangan pasien
Obyektif : data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas kesehatan
Assasment : Pendokumentasi dari hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif
Planning : rencana tindakan yang akan dilakukan oleh petugas kesehatan atau tim medis

BAB III
TINJAUAN KASUS
No registrasi : 050816
Tanggal : 25 Juli 2014
Jam : 18.00 WIB
Oleh : Laila Qurrotul Aini
Tempat : Ruang Shofa

3.1 Pengkajian Data


A. Data subyektif
1. Biodata
Nama anak : An”R”
Anak ke : Pertama
Umur : 3 tahun
Agama : Islam
Alamat : Beciro ngegor RT. 4/ RW.I, Krian, Sidoarjo
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama ibu : Ny”F” Nama Ayah : Tn”D”
Umur : 29 tahun Umur : 34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : - Pekerjaan : Swasta
Penghassilan : - Penghasilan: Rp 2.100.000,-
Alamat : Beciro ngegor, RT. Alamat : Beciro ngengor,
4/RW.I, Krian, Sidoarjo RT4/RW.I,Krian, Sidoarjo
2. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya panas dan tidak nafsu makan
3. Riwayat penyakit sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya panas kurang lebih 4 hari dan sebelumnya pernah dibawa
berobat ke bidan tetapi tidak ada perubahan, akhirnya dibawa ke RSU Al Islam H.M Mawardi
Krian untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut untuk rawat inap pada tanggal 25 Juli 2014
Jam 16.00 WIB.
4. Riwayat penyakit yang lalu
Sebelumnya An”A” belum pernah mengalami demam berdarah tetapi An”R” pernah dirawat
dirumah sakit dengan kasus diare pada umur 1,5 tahun.
5. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit menurun (diabetes), menular
(hepatitis), menahun (jantung).
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum Sakit
Makan : 3x/hari, porsi ½ piring, menu nasi dan lauk
Minum : air putih 5 gelas, dan susu 2 gelas/hari @ 200 cc
Selama Sakit
Makan : 1x/hari, porsi 3-4 sendok, menu bubur dan lauk
Minum : air teh 1 botoh @ 400 cc
b. Pola eliminasi
Sebelum sakit
BAK : 6x/hari, kuning jernih,, khas
BAB : 1x/hari, kuning, khas, padat
Selama sakit
BAK : 3x/hari, kuning jerih, khas
BAB : 1x/hari, kuning, khas, cair
c. Pola istirahat
Sebelum sakit : tidur siang 3 jam, tidur malam 8 jam/hari
Selama sakit : tidur siang 1 jam, tidur malam 5 jam/hari
d. Pola aktivitas
Sebelum sakit : pasien bermain dengan temannya
Selama sakit : pasien tidak melakukan aktifitas seperti biasanya
e. Pola personal hygiene
Sebelum sakit : mandi 2x/hari, ganti baju 3x/hari
Selama sakit : mandi 2x/hari, ganti baju 5x/hari
f. Pola Psikososial
Hubungan pasien dengan keluarga baik-baik saja dan persepsi keluarga terhadap penyakitnya
adalah cobaan Tuhan.
g. Pola sosial budaya
Pasien tidak pernah dipijat dan diurut oleh dukun dan tidak mengkonsumsi vitamin tambahan.
B. Daya Obyektif
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : sopor
c. TTV : TD : 110/60 mmHg
N :110 x/mnt
S : 39 0C
RR :22 x/menit
d. TB : 110 cm
e. BB : 14 kg
2. Pemeriksaan fisik khusus
Kepala Bersih, tidak ada ketombe, penyebaan rambut
merata, tidak rontok, warna hitam , tidak ada
benjolan
Muka Simetris, pucat, tidak oedem
Mata Simetris, konjungtiva pucat, sklera putih
Hidung Hidung simetris, tidak ada polip, bersih
Mulut Bibir pucat, simetris, terdapat stomatitis
Telinga Bersih, simetris, tidak ada serumen
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid, dan
vena jungularis
Dada Tidak ada nyeri dada, irama nafas teratur
Abdomen Adanya nyeri tekan, bising usus 10 x/menit
Genetalia Bersih
Anus Bersih, anus tidak kemerahan
Ekstremitas Tidak lumpuh, simetris, ujunh jari tamgan dan kaki
teraba dingin, tidak kuku kuduk

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Hari I Hasil Normal
Leukosit 7,7 x 10^ 9/l 4,8 -10,8
Hemoglobin 11,9 g/l 11,0-16,0
Trombosit 195 x 10^9/l 150-450

Hari II Hasil Normal


Leukosit 4,0 x 10^ 9/l 4,8 -10,8
Hemoglobin 12,1 g/l 11,0-16,0
Trombosit 132 x 10^9/l 150-450

3.2 Interpretasi Data Dasar


Diagnosa : An “R” umur 3 tahun dengan DHF derajat II
Data Subyektif : ibu pasien mengatakan anaknya panas dan tidak nafsu
makan
Data obyektif : keadaan umum : lemah
kesadaran : sopor
TTV : TD : 1110/60 mmHg
N : 110x/mnt
S : 39 0C
RR : 22 x/menit
Nutrisi : makan 3-4 sendok, bibir stomatitis, dan ujung jari kaki serta tangan teraba dingin dan
pada abdomen teraba adanya nyeri tekan.
Pemeriksaan penunjang
Hari I Hasil
Leukosit 7,7 x 10^ 9/l
Hemoglobin 11,9 g/l
Trombosit 195 x 10^9/l
Hari II Hasil
Leukosit 4,0 x 10^ 9/l
Hemoglobin 12,1 g/l
Trombosit 132 x 10^9/l

3.3 Diagnosa Potensial


Potensial terjadinya perdarahan pada lambung diakibatkan karena kurangnya nafsu makan serta
kenaikan suhu tubuh memicu terjadinya syok neurogenik.
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
1. Infus D5 ¼ 1200 cc/24 jam
2. Intermoxil 500 mg
3. Antrain 150 mg
4. Kolaborasi dengan dokter dan tim medis lainnya
3.5 Intervensi
Diagnosa : An “R” umur 3 tahun dengan demam berdarah
Tujuan : 1. Jangka pendek
setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x 30 menit diharapakan keluarga pasien mengerti
penjelasan petugas dengan kriteria hasil :
a. Keluarga mampu menjelaskan kembali penjelasan petugas
b. Keluarga pasien kooperatif dengan petugas
2.Jangka panjang
setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24 jam diharapkan keadaan umum pasien
membaikdengan kriteria hasil :
a. Keadaan umum pasien membaik
b. Hasil pemeriksaan TTV normal
TD : 110/45 mmHg
N : 120x/menit
S : 365-375 0C
RR : 40 – 60 x/menit
c. Hasil pemeriksaan laborat darah dalam batas normal
WBC : 4,8 -10,8
HBC : 11,0 -16,0
HCT : 37,0 -50,0
PLT : 150-450
Intervensi :
1. Berikan penjelasan tentnag penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
R/ penjelasan tentang penyebab demam (kondisi klien) dapat membantu mengurangi kecemasan
pasien
2. Lakukan observasi tanda-tanda vital terutama suhu
R/ untuk mengetahui keadaan umum pasien
3. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien
R/ keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien di RS
4. Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 1-5-2 l/hari dan jelaskan manfaatnya
R/ Peningkatan suhu tubuh menagkibatkan penguapan cairan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan caran yang banyak.
5. Berikan kompres dingin dan anjurkanmemakai pakaian tipis
R/menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas
tubuh
6. Berikan terapi (antipiretik) sesuai dengan program dokter
R/ Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypotalamus dapat meregulasi suhu tubuh sehingga
suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal
7. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup
R/ meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien termotivasi untuk
mengkonsumsi makanan

3.6 Implementasi
Diagnosa : Demam berdarah derajat II
Tanggal : 25 Juli 2014
Jam : 18.30
1. Memberikan penjelasan tentang penyebab demam
2. Melakukan observasi TTV terutama suhu
3. Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan
4. Menganjurkan klien untu banyak minum kurang lebih 1,5 – 2 l/hari dan menjelaskan manfaatnya
5. Memberikan kompres dingin dan menganjurkan memakai pakaian tipis
6. Memberikan terapi (antipiretik) sesuai dengan program dokter
7. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang cukup
3.7 Evaluasi
a. Jangka pendek
Tanggal : 25 Juli 2014 Jam : 19.00 WIB
S Ibu pasien mengatakan sudah mengerti penjelasan petugas
O ibu pasien tampak mengerti penjelasan petugas
ibu pasien dapat mengulangi penjelasan petugas
ibu pasien kooperatif dengan petugas
A An”R” umur 3 tahun dengan DHF, masalah sudah teratasi
pada kriteria jangka pendek
P Intervensi dilanjutkan

b. Jangka panjang
Tanggal : 26 Juli 2014 Jam : 19.00 WIB
S Ibumengatakan panas badan anaknya mulai turun
O S : 37 0C
Keadaan umum : lemah
Nutrisi : makan 1/3 mangkok bubur
Bibir stomatitis
A An “R” umur 3 tahun dengan DHF derajat II, masalah
teratasi sebagian
P Intervensi dilanjutkan
jika panas naik, kompres dengan air dingin
Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup dengan memberikan
makanan yang menarik minat anak dan sajikan dalam
keadaan hangat.
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada An “R” dengan demam berdarah di RSU AL
Islam H.M Mawardi Krian, Sidoarjo didapatkan hasil sebagai berikut :
Dalam pengkajian kasus An “R” umur 33 tahun dengan demam berdarah di RSU AL Islam
H.M Mawardi pada ruang Shofa diperoleh data subyektif dan obyektif melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk merumuskan diagnosa.
Diagnosa dalam kasus ini adalah demam berdarah.
Identifikasi masalah potensial merupakan langkah antisipasi teradinya situai yang gawat
dimana diperlukan untuk keselamatan jiwa anak. dalam tinjauan kasus ini diperlukan tindakan
segera serta kolaborasi dengan tim medis.
Intervensi merupakan rencana asuhan yang menyeluruh yang ditemukan dari langkah-
langkah sebelumnya berdasarkan tujuan dan kriteria yang diharapkan. Asuhan yang diberikan
harus sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Pada tinjauan
kasus ini, rencana asuhan sudah erdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dan
mencakup semua aspek asuhan yang diberikan.
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh. Pada kasus ini, rencana
asuhan yang telah ditentukan dilaksanakan secara menyeluruh berorientasi pada kepuasan klien.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keaktifan asuhan yang telah terpenuhi sesuai dengan
kriteria hasil yang telah ditentukan.
Dalam kasus ini terdapat kesesuaian antara konsep dan teori yang tidak jauh berbeda
dengan kenyataan yang diperoleh selama berlangsungnya studi dan kenyataan dalam kasus.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada An”R” umur 3 tahun dengan diagnosa demam
berdarah derajat II mengacu pada tujuan yang ada maka ditentukan adanya masalah atau
diagnosa kebidanan. Dengan diagnosa tersebut dapat ditentukan intervensi yang selanjutnya
diimplementaskan sesuai kebutuhan. Dan implementasi yang ada dilakukan evaluasi dengan
hasil masalah teratasi karena adanya kerjasama yang baik dari nakes dan keluarga sehingga
mendukung proses penyembuhan.
5.2 Saran

Sebaiknya, masyarakat lebih menjaga kebersihan lingkungan untuk meminimalkan


pertumbuhan nyamuk Aedes Aegypty yang dapat menyebabkan demam berdarah.

Tahap-tahap awal perkembangan kepribadian menurut Freud :


a. Tahap mulit (oral stage)
Berlangsung selama 18 bulan pertama kehidupan dan kenikmatan bayi berpusat di sekitar mulut,
seperti mengunyah, mengisap, dan menggigit adalah sumber utama kenikmatan yang dapat
mengurangi tekanan atau ketegangan pada bayi.
b. Tahap anal ( anal stage )
Berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun dimana kenikmatan terbesar anak meliputi lubang anus,
menurut Freud latihan otot-otot lubang dubur dapat mengurangi tekanan atau ketegangan pada
tahan ini.
c. Tahap phallic (phallic stage)
Berlangsung antara 3 dan 6 tahun. Pada tahap ini kenikmatan berfokus pada alat kelamin, ketika
anak menemukan bahwa manipulasi diri ( self manipulation ) dapat memberi kenikmatan.
d. Tahap laten/tersembunyi ( latency stage )
Berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas, anak merekam semua minat
terhadap seks dan mengembangkan keterampilan social dan intelektual.
e. Tahap kemaluan ( genital stage )
Berawal dari masa pubertas dan seterusnya. Tahap kemaluan ialah suatu masa kebangkitan
seksual, sumber kenikmatan seksual sekarang adalah seorang yang berada di luar keluarga.

b. Teori Erikson
Erik erikson ( 1902- 1994 ), mengakui sumbangan Freud, tetapi yakin bahwa Freud salah
memulai beberapa dimensi penting perkembangan manusia. Erikson mengatakan bahwa kita
berkembang dalam tahap-tahap psikososial yang berbeda dengan tahap-tahap psikoseksual
Freud.Namun, Erikson juga menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan
manusia.
Menurut teori Erikson ada 2 tahap perkembangan yang masing-masing tahap terdiri dari
tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang harus
dihadapi. Tahap-tahap tersebut yaitu :
a. Kepercayaan dan ketidakpercayaan.
Ialah tahap psikososial pertama menurut Erikson yang di alami dalam tahun pertama kehidupan.
Suatu rasa percaya menurut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta
kekuatiran akan masa depan.
b. Otonomi dengan rasa malu dan keragu-raguan.
Ialah berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru mulai berjalan (1 sampai 3 tahun ).
c. Pkaraksa dan rasa bersalah.
Ialah berlangsung selama pra sekolah.Anak-anak diharapkan menerima tanggung jawab atas
tubuh mereka, perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka.
d. Tekun dan rasa rendah diri.
Periode perkembangannya masa pertengahan dan akhir anak-anak ( tahun-tahun sekolah, 6 tahun
pubertas). Karekteristiknya tidak ada masa lain yang lebih antusias daripada akhir periode masa
awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun-tahun sekolah dasar,
mereka mengarahkan energy mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilian
intelektual.Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak berkompeten dan tidak
produktif.
e. Identitas dan kebingunan identitas periode.
Perkembangannya pada masa remaja (10-20 tahun ), karakteristik individu yang dihadapkan
dengan temuan siap mereka, bagaiman mereka kira-kira nantinya, dan kemana mereka menuju
dalam kehidupannya. Satu dimensi yang penting ialah penjajakan pilihan-pilihan alternative
terhadap peran.Penjajakan karir merupakan hal penting.
f. Keakraban keintiman dan keterkucilan.
Periode perkembangannya masa awal dewasa ( 20an, 30an tahun ). Karakteristik individu
menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi yang akrab dengan orang lain. Erikson
menggambarkan keakraban sebagai penemuan diri sendiri, tanpa kehilangan diri sendiri pada
diri orang lain.
g. Bangkit dan mandeg.
Periode perkembangan pada masa pertengan dewasa (40an, 50an tahun).Karakteristiknya
persoalan utama ialah membantu generasi mudah dalam mengembangkan dan mengarahkan
kehidupan yang berguna.
h. Integritas dan kekecewaan.
Yang di alami individu selama akhir masa dewasa, mengevaluasi apa yang telah kita lakukan
dengan kehidupan.

2. Teori Kognitif.
Dua teori kognitif yang penting alah teori perkembangan kognitif piaget dan teori pemrosesan
informasi.
1. Teori piaget.
Psikologi swiss terkenal, jean piaget (1896-1980) menekankan bahwa anak-anak
menbangun secara aktif dunia kognotif mereka sendiri, informasi tidak sekedar dituangkan ke
dalam pikiran mereka dari lingkungan. Dalam pandangan piaget, dua proses yang mendasari
perkembangan dunia individu ialah pengorganisasian dan penyesuaian. Piaget (1954) yakin
bahwa kita menyesuainkan diri dalam dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.Asimilasi terjadi
ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah
ada.Akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Piaget juga yakin bahwa kita melampaui 4 tahap dalam memahami dunia.
a. Tahap sensori motor, yang berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini bayi
membangun suatu pengalaman- pengalaman sensoris, seperti melihat dan mendengar dengan
tindakan motoric fisik.
b. Tahap pra operasional, yang berlangsung dari usia 2-7 tahun. Pada tahap ini anak-anak mulai
melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
c. Tahap operasionak kongkrit, yang berlangsung dari usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak-anak
dapat melakukan operasi dan penalaran logis menggantikan pemikiran instuitif sejauh pemikiran
dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau kongkret.
d. Tahap operasional formal, dari usia 11-15 tahun. Individu melampaui dunia nyata dan
pengalaman-pengalaman kongret serta berfikir secara abstrak atau lebih logis.
Pendekata pemrosesan informasi yaitu :
Berkaitan dengan bagaimana individu memproses informasi tentang dunia mereka-bagaimana
informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimna informasi disimpan dan diolah dan bagaiman
informasi diambil kembali untuk memecahkan masalah dan berpikir.
2. Teori Perilaku dan Belajar Sosial
Para behavioris, yakin bahwa kita seharusnya hanya menguji apa yang dapat diamati dan
diukur secara langsung.Pendekatan yang paling menonjol adalah pandangan B. F. Skinner dan
teori belajar social.Behavorisme (behaviorism) menekankan studi ilmiah tentang respons
perilaku yang dapat diamati dan determinan lingkungannya.Bagi skinner perkembangan adalah
perilaku.Para behavioris yakin bahwa perkembangan dipelajari dan sering berubah dipengaruhi
sesuai dengan pengalaman-pengalaman lingkungan.
a. Teori belajar Sosial (Social learning Theory) ialah pandangan para pakar psikologi yang
menekankan perilaku, lingkungan, dan kognisi sebagai factor kunci dalam perkembangan.
Psikolog Amerika Albert Bandura (1997, 1986) teori belajar social kognitif, bahwa bandura
yakin kita belajar dengan mengamati apa yang dilakukan oleh orang lain. Melalui belajar
mengamati ( juga disebut modeling atau imitasi), kita secara kognitif menampilkan perilaku
orang lain dan barang kali mengadopsi perilaku ini dalam diri kita sendiri.
Para teoritisi belajar social juga berbeda dari pandangan behavioral Skinner dengan
menekankan bahwa kita dapat mengatur dan mengendalikan perilaku kita sendiri.Dalam hal
ini, kognisi anda mengarahkan anda untuk mengendalikan perilaku anda dan menolak pengaruh
lingkungan.
Factor-faktor perilaku, kognitif dan pribadi lain, serta pengaruh lingkungan bekerjas
secara interaktif.Perilaku dapat mempengaruhi kognisi dan sebaliknya. Kegiatan kognitif
seseorang dapat mempengaruhi lingkungan sebaliknya pengaruh lingkungan dapat mengubah
pula proses pemikiran seseorang. Sehingga behavioral Skinner dalam pendekatan belajar social
lebih menekankan pentingnya penelitin empiris ini berfokus dalam mempelajari perkembangan
anak-anak.Factor social dan kognitif yang mempengaruhi perkembangan anak.
b. Teori Etolog.
Etolog yakin bahwa kebanyakan psikolog meremehkan pentingnya kerangka waktu
khusus ini pada awal perkembangan dan peran yang kuat yang dimainkan evolusi dan landasan
biologi dalam perkembangan (Charlesworth, 1992.Hinde )
Loarenz (1965) mempelajari perilaku pertama yang daianggap diprogramkan pada
hewan.Etologi lebih menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan
evolusi dan ditandai oleh periode yang penting dan peka.
Tidak dengan behavioralis, para etolog yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang
baik untuk mengamati perilaku, agaknya mereka mengaati perilaku secara teliti dalam
lingkungan alamiahnya.
c. Teori Ekologis
Urie Bronfenbrenner (1917) mengajukan suatu pandangan lingkungan yang kuat tentang
perkembanagan yang meningkat. Teori ekologi (echological theory) ialah pandangan
sosiokultural bronfenbrenner tentang perkembangan, yang terdiri dari lima sitem lingkungan
mulai dari masukan interaksi langsung dengan agen-agen social (social agents) yang berkembang
baik hinggga masukan kebudayaan yang berbasis luas. Kelima system dalam
Teori ekologi Bronbenbrenner ialah, diantaranya ;
1. Mikrosistem, dalam teori ekologi bronfenbrenner ialah setting dimana individu itu hidup. Dalam
mikrosistem ialah interaksi yang paling langsung dengan agen-agen social berlangsung.
Misalnya dengan orang tua, dengan teman sebaya.
2. Mesosistem, dalam teori teori bronfenbrenner meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem
atau hubungan antara beberapa konteks. Missal ; hubungan anatara pengalaman keluarga dengan
pengalaman sekolah.
3. Ekosistem (exosystem) dalam teori Bronfenbrenner dilbatkan pengalaman-pengalaman dalam
setting social lain – dimana individu tidak memiliki peran yang aktif – mempengaruhi apa yang
individu alami dalam konteks yang dekat. Missal; pengalaman orang bekerja dapat
mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengansuami dan anaknya.
Langkah terakhir dalam metode ilmiah adalah dengan merevisi teori (revising teory.
Psikologi telah mengembangkan sejumlah teori tentang Mengapa manusia mengalai menjadi
depresi dan bagaimana mereka dapat mengatasi depresi itu .

Anda mungkin juga menyukai