Anda di halaman 1dari 5

TEKNOLOGI HIDROPONIK MEDIA ARANG SEKAM UNTUK

BUDIDAYA HORTIKULTURA
Sumber: Iptek Net Topik: Teknologi   Tags: kasa serangga, teknologi hidroponik

Perkembangan teknologi di bidang pertanian demikian pesat, sehingga mereka yang tertinggal
dalam memanfaatkan kemajuan teknologi tidak akan memperoleh keuntungan yang maksimal
dari kegiatan usaha yang dilakukannya. Salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian
yang layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik. Hal ini disebabkan oleh semakin
langkanya sumberdaya lahan, terutama akibat perkembangan sektor industri dan jasa, sehingga
kegiatan usaha pertanian konvensional semakin tidak kompetitif karena tingginya harga lahan.
Teknologi budidaya pertanian sistem hidroponik memberikan alternatif bagi para petani yang
memiliki lahan sempit atau yang hanya memiliki pekarangan rumah untuk dapat melaksanakan
kegiatan usaha yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan yang memadai.

Hidroponik secara harfiah berarti hidro = air, dan phonic = pengerjaan, sehingga secara umum
berarti sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi
larutan nutrient. Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca (greenhouse)
untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal dan benar-benar terlindung dari
pengaruh unsur luar seperti hujan, hama penyakit, iklim dll. Beberapa keunggulan budidaya
sistem hidroponik antara lain adalah: (1) kepadatan tanaman per satuan luas dapat
dilipatgandakan sehingga menghemat penggunaan lahan; (2) mutu produk (bentuk, ukuran, rasa,
warna, kebersihan/higiene) dapat dijamin karena kebutuhan nutrient tanaman dipasok secara
terkendali di dalam rumah kaca; (3) tidak tergantung musim/waktu tanam dan panen dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan pasar.

Jenis hidroponik dapat dibedakan dari media yang digunakan untuk tempat berdiri tegaknya
tanaman. Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril), sementara itu pasokan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa atau disiramkan
secara manual. Media tanam tersebut dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau tanpa
media agregat (hanya air). Yang terpenting adalah bahwa media tanam tersebut suci hama
sehingga tidak menumbuhkan jamur atau penyakit lainya. BPP Teknologi telah melaksanakan
pilot percontohan hidroponik dengan menggunakan arang sekam sebagai media tanam di
Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Kuningan (Jawa Barat).

Petunjuk Proses

a. Konstruksi Rumah Kaca


Untuk menekan biaya, maka kerangka rumah plastik dibuat dari bambu, berukuran panjang 6,5
m, lebar 20 m, dan tinggi 3 m, dengan spesifikasi teknis untuk setiap unit rumah kaca seperti
pada Gambar 1. Lapisan

atap rumah kaca dibuat dari plastik ultra violet dan dinding ditutupi dengan paranet 60% atau
kasa serangga (insect net). Lantai rumah kaca, apabila memungkinkan diplester atau ditutupi
dengan plastik mulsa untuk menghindarkan lantai menjadi becek. Prinsip dasar rumah kaca
tersebut adalah bahwa cahaya matahari tetap dapat masuk, namun lingkungan di dalam rumah
kaca terlindung dari gangguan unsur luar.

b. Perlengkapan Hidroponik
Perlengkapan hidroponik seluruhnya diletakkan di dalam rumah kaca. Pada prinsip-nya terdiri
dari perlengkapan media tumbuh tanaman (polybag, arang sekam, tali perambat), perlengkapan
suplai air (pompa air, tangki pencampur pupuk, pipa distribusi, filter), dan perlengkapan alat
ukur (pH meter, Conductivity meter, termometer dll). Rincian jenis dan jumlah perlengkapan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2,3 dan 4.

c. Proses Budidaya
Hidroponik pada umumnya dimanfaatkan untuk memelihara tanaman hortikultura (sayur dan
buah) yang bernilai ekonomis tinggi. Pada percontohan yang diterapkan BPPT di Kabupaten
Kuningan dan Bekasi, komoditi yang dipelihara adalah tomat, paprika, timun, melon dan cabe
merah. Prinsip pemeliharaan untuk setiap jenis tanaman adalah sama, hanya berbeda pada
komposisi pupuk yang diberikan. Proses budidaya diawali dengan persiapan media tanam berupa
arang sekam. Arang sekam tersebut dibuat dengan “menyangrai” (membakar di atas lapisan
seng) sekam padi hingga membentuk arang. Arang sekam tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam polibag kecil sebagai media penyemaian benih, dan polibag besar (30 cm x 30 cm) untuk
proses pembesaran. Penyemaian benih dilaksanakan di tempat tersendiri (di dalam rumah kaca)
sampai berumur 2 minggu dengan perawatan secara manual. Benih yang digunakan sedapat
mungkin benih unggul yang dijual dalam kemasan khusus. Selanjutnya bibit yang telah siap
tanam, dipindahkan ke dalam media tumbuh dalam polibag besar dan siap dibesarkan.

Sementara penyemaian dilakukan, instalasi tangki, pompa dan pipa irigasi dipersiapkan dengan
cara menghubungkan tangki air dengan seluruh polibag besar menggunakan pipa PE (lihat
Gambar 2). Kunci keberhasilan budidaya hortikultura sistem hidroponik adalah pada pemberian
komposisi pupuk yang tepat, sesuai dengan jenis dan umur tanaman. Untuk itu, unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dipasokkan ke media tumbuh secara terukur dan berkala dengan sistem drip
irrigation, yaitu dengan menggunakan pompa dan pipa-pipa yang telah dipersiapkan. Selain itu,
perlakuan khusus seperti pemangkasan dahan/ranting yang tak berguna, pembuatan tali
rambatan, pencegahan dan pemberantasan hama perlu dilakukan secara teliti. Pemangkasan
bakal buah pun perlu dilakukan agar buah yang disisakan untuk dipanen benar-benar tumbuh
dengan optimal karena mendapat makanan yang cukup. Lama masa pemeliharaan sangat
tergantung jenis tanaman. Sebagai gambaran, tanaman tomat dipanen setelah berumur 4 bulan,
paprika 5 bulan, melon 3 bulan dan timun 3 bulan. Proses pemanenan dilakukan secara manual
dengan memilih buah yang telah benar-benar masak. Artinya, proses pemanenan dapat dilakukan
tidak sekaligus, melainkan secara bertahap selama 1-2 minggu. Komposisi pupuk yang diberikan
kepada tanaman dibedakan antara masa pembibitan, masa pertumbuhan dan masa pembuahan.
Untuk masa pembibitan, pupuk diberikan setelah tumbuh daun asli dengan frekuensi 3 hari
sekali, yaitu TSP 10g/20 l air dan NPK 20 g/20 l air. Sementara itu untuk masa pertumbuhan dan
pembuahan, pemberian pupuk dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pemberian pupuk dalam masa pertumbuhan

Jenis Masa Pertumbuhan Masa Pembuahan


No
Pupuk (g/1000 l) (g/1000 tanaman)

1. KNO3 250 250

2. TSP 250 200

3. Ca(NO3)2 250 250

4. MgSO4 200 300

5. NPK 250 300

6. H3BSO4 140 140

7. FeSO4 100 140

8. MnSO4 100 100

9. ZnSO4 20 20

10. CuSO4 4 4

11. ZA - 100

Gambar 3. Contoh tanaman tomat sistim hidroponik yang telah siap panen di Kabupaten
Kuningan

 
 Tabel 2. Biaya Investasi (Untuk 1000 tanaman, 240 m2)

No Uraian Jumlah Harga/Unit Total


Unit

1. Kerangka Bangunan Bambu 240 m2 Rp 20.000,- Rp 4.800.000,-

2. Plastik Ultra Violet 100 kg Rp 21.000,- Rp 2.100.000,-

3. Insect Net 5 roll Rp 300.000,- Rp 1.500.000,-

4. Plastik Mulsa 1 roll Rp 350.000,- Rp 350.000,-

5. Biaya Pembuatan Bangunan 1 paket Rp 1.000.000,- Rp 1.000.000,-

6. Polybag 60 kg Rp 5.000,- Rp 300.000,-

7. Arang Sekam 300 karung Rp 2.000,- Rp 600.000,-

8. Sistem Irigasi (Pompa,tangki, pipa 240 m2 Rp 10.000,- Rp 2.400.000,-


dll)

  Total Biaya Investasi     Rp13.050.000 ,


-

 Tabel 3. Biaya Produksi / Siklus (3 – 5 bulan)

No Uraian Jumlah Harga/Unit Total


Unit

1. Bibit Tanaman 1 paket Rp 100.000,- Rp 100.000,-

2. Pupuk dan obat-obatan 1 paket Rp 1.200.000,- Rp 1.200.000,-

3 Biaya listrik 5 bulan Rp 20.000,- Rp 100.000,-

4. Upah tenaga Kerja 5 bulan Rp 120.000,- Rp 600.000,-

  Total Biaya Produksi     Rp 2.000.000,-

Tabel 4. Perkiraan Pendapatan Kotor / siklus


Uraian Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4

Paprika (5 bl) Tomat (4 bl) Melon (3 bl) Timun (3 bl)

Produksi / Tanaman 1,5 kg 4,0 kg 1,5 kg 3,0 kg

Jumlah Tanaman 1000 1000 1000 1000

Total Produksi 1500 kg 4000 kg 1500 kg 3000 kg

Harga jual /kg 5000 1500 3000 1500

Pendapatan Kotor (Rp) 7.500.000,- 6.000.000,- 4.500.000,- 4.500.000,-

                                       *) Status Bulan Juni 1998

Anda mungkin juga menyukai