Anda di halaman 1dari 48

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Media Dakwah


Kata media berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk jamak dari medium.
Secara etimologi yang berarti alat perantara. Wilbur Schramn mendefinisikan media sebagai
teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih spesifik, yang
dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti
buku, film, video kaset, slide, dan sebagainya.[1]
Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.[2] Dengan banyaknya media yang
ada, maka da’i harus memilih media yang paing efektif untuk mencapai tujuan dakwah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih media adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan dakwah.
Sebab setiap media memiliki karakteristik (kelebihan, kekurangan, keserasian) yang berbeda-
beda.
2. Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai.
3. Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.
4. Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.
5. Pemilihan media hendaknya dilakukan dengan cara objektif, artinya pemilihan media bukan atas
dasar kesukaan da’i.
6. Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian.
7. Efektifitas dan efesiensi harus diperhatikan.

B. Pembagian Media Dakwah


Pada dasarnya, komunikasi dakwah dapat menggunakan berbagai media yang dapat
merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk dapat menerima
dakwah. Berdasarkan banyaknya komunikan yang menjadi sasaran dakwah, diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu media massa dan media nonmassa.[3]
1. Media Massa
Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan
bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
umumnya surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop yang beroperasi dalam bidang informasi
dakwah.[4]
Keuntungan dakwah dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa
menimbulkan keserempakan, artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang
jumlahnya relatif amat banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi media masa sangat efektif
dalam mengubah sikap, perilaku, pendapat komunikan dalam jumlah yang banyak.[5]

2. Media Nonmassa
Media ini biasanya digunakan dalam komunikasi untuk orang tertentu atau kelompok-
kelompok tertentu seperti surat, telepon, SMS, telegram, faks, papan pengumuman, CD, e-mail,
dan lain-lain. Semua itu dikategorikan karena tidak mengandung nilai keserempakan dan
komunikannya tidak bersifat massal.[6]
Disadari atau tidak, media dalam penggunaan komunikasi terutama media massa telah
meningkatkan intensitas, kecepatan dan jangkauan komunikasi yang dilakukan manusia dalam
berbagai hal. Termasuk dalam hal ini tak ketinggalan adalah dalam komunikasi dakwah massa.
Media yang terbaik untuk mempopulerkan, mengajarkan, memantapkan, atau mengingatkan
sesuatu dalam dakwah, secara terperinci, Hamzah Ya’qub membagi media dakwah itu menjadi
lima:
a. Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media
ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
b. Tulisan, buku majalah, surat kabar, korespondensi (surat, e-mail, sms), spanduk dan lain-lain.
c. Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.
d. Audio visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran atau penglihatan
dan kedua-duanya. Bisa berbentuk televisi, slide, ohap, internet, dan sebagainya.
e. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang dapat dinikmati
dan didengarkan oleh mad’u.[7]
Sedangkan jika dilihat dari segi penyampaian pesan dakwah, dibagi menjadi tiga golongan
yaitu:
1. The spoken words (berbentuk ucapan)
Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang mengeluarkan bunyi. Karena hanya dapat
ditampak oleh telinga dan biasa disebut dengan the audial media da dapat dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti telepon, radio dan lain-lain.[8]
2. The printed writing (yang berbentuk tulisan)
Yang termasuk didalamnya adalah barang-barang tercetak, gambar-gambar tercetak, lukisan-
lukisan, buku, surat kabar, majalah, brosure, pamphlet, dan sebagainya.[9]
3. The audio visual (berbentuk gambar hidup)
Yaitu merupakan penggabungan dari kedua golongan diatas, yang termasuk dalam kategori ini
adalah film, video, DVD, CD, dan sebagainya.[10]
Disamping penggolongan wasilah diatas, wasilah dakwah dari segi sifatnya juga dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu:
1. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni pertunjukan yang secara tradisonal dipentaskan
didepan umum terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat komunikatif, seperti ludruk,
wayang, drama, lenong dan sebagainya.
2. Media modern, yang diistilahkan juga dengan “media elektronika” yaitu media yang dilahirkan
dari teknologi. Yang termasuk media modern ini antara lain televise, radio, pers dan
sebagainya.[11]

C. Benda Sebagai Media Dakwah


Secara umum, media-media benda yang dapat digunakan sebagai media dakwah
dikelompokkan menjadi empat:
1. Media Visual
Media visual adalah bahan-bahan atau alat yang dapat dioperasikan untuk kepentingan
dakwah melalui indra penglihatan. Yang termasuk dalam media ini diantaranya yaitu:
a. Film Slide
Film slide ini berupa rekaman gambar pada film positif yang telah deprogram sedemikian
rupa sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Pengoperasian film slide
melalui proyektor yang kemudian gambarnya diproyeksikan pada screen. Kelebihan dari film
slide ini adalah mampu memberikan gambaran yang cukup jelas kepada audiensi tentang
informasi yang disampaikan seorang juru dakwah. Disamping itu juga dapat dipakai berulang-
ulang sejauh programnya sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah
bahwa untuk membuat program melalui film slide diperlukan dalam bidan fotografy dan grafis.
Selain itu juga diperlukan ruangan khusus dengan menggunakan aliran listrik.[12]
b. Overhead Proyektor (OHP)
OHP adalah perangkat keras yang dapat memproyeksikan program kedalam screen dari
program yang telah disiapkan melalui plastic transparan. Perangkat ini tepat sekali untuk
menyampaikan materi dakwah kepada kalangan terbatas baik sifat maupun tempatnya.
Kelebihan menggunakan media ini adalah program dapat disusun sesuai dengan selera da’i dan
apalagi jika diwarnai dengan seni grafis yang menarik. Sedangkan kelemahannya yaitu
memerlukan ruangan khusus yang beraliran listrik juga menuntut kreatifitas da’i dalam
mengungkapkan informasi melalui seni grafis yang menarik.[13]
c. Gambar dan Foto
Gambar dan foto merupakan dua materi visual yang sering dijumpai dimana-mana, keduanya
sering dijadikan media iklan yang cukup menarik seperti surat kabar, majalah dan sebagainya.
Dalam perkembangannya gambar danfoto dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah. Dalam hal
ini, gambar dan foto yang memuat informasi atau pesan yang sesuai dengan materi dakwah.
Seorang da’i yang inovatif tentu akan mampu memanfaatkan gambar dan foto untuk kepentingan
dakwah dengan efektif dan efisien. Kelebihan dari media ini adalah kesesuaiannya antara
dakwah dengan perkembangan situasi melalui pemberitaan surat kabar, atau majalah serta
keaslian situasi melalui pengambilan foto langsung. Biaya tidak terlalu mahal dan dapat
dilakukan kapan saja dengan tidak bergantung kepada berkumpulnya komunikan.
Kelemahannya, seorang da’i tidak dapat memonitor langsung keberhasilan dakwah, salian itu
juga menuntut da’i untuk kreatif dan inovatif.[14]
2. Media Audio
Media audio adalah alat yag dioperasikan sebagai sarana penunjang kegiatan dakwah yang
ditangkap melalui indera pendengaran.[15]
a. Radio
Dalam melaksanakan dakwah, penggunaan radio sangatlah efektif dan efisien. Jika
dakwah dilakukan melalui siaran radio dia akan mudah dan praktis, dengan demikian dakwah
akan mampu menjangkau jarak komunikan yang jauh dan tersebar. Disamping itu radio
mempunyai daya tarik yang kuat. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup
berkat tiga unsure yang ada padanya yakni music, kata-kata dan efek suara.[16]
b. Tape Recorder
Tape recorder adalah media elektronik yang berfungsi merekam suara kedalam pita kaset
dan dari pita kaset yang telah berisi rekaman suara dapat diplay back dalam bentuk suara.
Dakwah dengan tape recorder ini relative mengahabiskan biaya yang murah dan dapat disiarkan
ulang kapan saja sesuai kebutuhan. Disamping itu da’i juga dapat merekam program dakwahnya
disuatu tempat dan hasil rekamannya dapat disebarkan pada kesempatan lain dan seterusnya.[17]
3. Media Audio Visual
Media audio visual adalah media penyampaian informasi yang dapat menampilkan unsure
gambar dan suara secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan dan informasi.[18]
a. Televisi
Di beberapa daerah terutama di Indonesia masyarakat banyak menghabiskan waktunya
untuk melihat televise. Kalau dakwah Islam dapat memanfaatkan media ini dengan efektif, maka
secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan yang ditimbulkan akan
lebih mendalam.[19] Program-program siaran dakwah yang dilakukan hendaknya mengenai
sasaran objek dakwah dalam berbagai bidang sehingga sasaran dakwah dapat meningkatkan
pengetahuandan aktifitas beragama melalui program-program siaran yang disiarkan melalui
televisi.[20]
b. Film
Jika film digunakan sebagai media dakwah maka harus diisi misi dakwah adalah
naskahnya, diikuti skenario, shooting dan actingnya. Memang membutuhkan keseriusan dan
waktu yang lama membuat film sebagai media dakwah. Karena disamping prosedur dan
prosesnya lama dan harus professional juga memerlukan biaya yang cukup besar. Namun dengan
media film ini dapat menjangkau berbagai kalangan.[21] Disamping itu, secara psikologis
penyuguhan secara hidup dan tampak yang dapat berlanjut dengan animation memiliki
kecenderungan yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton.[22]
c. Internet
Dengan media internet dakwah dapat memainkan peranannya dalam menyebarkan
informasi tentang Islam keseluruh penjuru, dengan keluasan akses yang dimilikinya yaitu tanpa
adanya batasan wilayah, cultural dan lainnya. Menyikapi fenomena ini, Nurcholis Madjid
mengatakan “Pemanfaatan internet memegang peranan amat penting, maka umat Islam tidak
perlu menghindari internet, sebab bila internet tidak dimanfaatkan dengan baik, maka umat
Islam sendiri yang akan rugi. Karena selain bermanfaat untuk dakwah, internet juga
menyediakan informasi dan data yang kesemuanya memudahkan umat untuk bekerja.”[23]
Begitu besarnya potensi dan efisiennya yang dimiliki oleh jaringan internet dalam
membentuk jaringan dan pemanfaatan dakwah, maka dakwah dapat dilakukan dengan membuat
jaringan-jaringan informasi tentang Islam atau sering disebut dengan cybermuslim atau
cyberdakwah. Masing-masing cyber tersebut menyajikan dan menawarkan informasi Islam
dengan berbagai fasilitas dan metode yang beragam variasinya.[24]
4. Media Cetak
Media cetak adalah untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang tercetak. Media ini
sudah lama dikenal dan mudah dijumpai dimana-mana.[25]
a. Buku
Para ulama salaf telah mempergunakan media buku sebagai media dakwah yang efektif.
Bahkan buku-buku dapat bertahan lama, dan menjangkau masyarakat secara luas menembus
ruang dan waktu. Para da’i atau ulama penulis cukup banyak yang telah mengabadikan namanya
dengan menulis dan mengarang buku sebagai kegiatan dakwahnya. Seperti halnya Imam Al-
Ghazali menulis Ihya’ ‘Ulumuddin, Imam Nawawi menulis Riyadh Ash-Shalihin, dan lain-
lain.[26]
b. Surat kabar
Surat kabar beredar dimana-mana, karena di samping harganya yang murah beritanya
juga sangat up to date dan memuat berbagai jenis berita. Surat kabar cepat sekali peredarannya
karena jika terlambat beritanya akan out of date. Dakwah melalui surat kabar cukup tepat dan
cepat beredar melalui berbagai penjuru. Karena itu dakwah melalui surat kabar sangat efektif dan
efisien yaitu dengan cara da’i menulis rubrik di surat kabar tersebut misalnya berkaitan dengan
rubrik agama.[27]
c. Majalah
Majalah mempunyai fungsi yaitu menyebarkan informasi atau misi yang dibawa oleh
penerbitnya. Majalah biasanya mempunyai ciri tertentu, ada yang khusus wanita, remaja,
pendidikan, keagamaan, teknologi, kesehatan, olahraga, dan sebagainya. Sekalipun majalah
mempunyai cirri tersendiri tetapi majalah masih dapat difungsikan sebagai media dakwah, yaitu
dengan jalan menyelipkan misi dakwah kedalam isinya, bagi majalah bertema umum. Jika
majalah tersebut majalah keagamaan maka dapat dimanfaatkan sebagai majalah dakwah. Jika
berdakwah melalui majalah maka seorang dai’I dapat memanfaatkannya dengan cara menulis
rubrik atau kolom yang berhubungan dengan dakwah Islam.[28]

BAB III
KESIMPULAN

Media (wasilah) dakwah adalah alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi
dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Dengan banyaknya media yang ada, maka seorang da’i
harus memilih media yang paing efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Bentuk-bentuk media
dakwah terbagi menjadi dua, yaitu media massa dan media nonmassa. Jika dilihat dari segi
penyampaian pesan dakwah maka media itu terbagi kedalam tiga golongan, yakni yang
berbentuk ucapan, tulisan, dan yang berbentuk gambar hidup. Sedangkan bila dilihat dari segi
sifatnya, maka wasilah dakwah itu dibedakan menjadi wasilah tradisional dan wasilah modern.
Disamping itu juga terdapat beberapa benda yang secara umum digunakan sebagai media
dakwah. Pertama, yaitu media visual misalnya film slide, OHP, dan gambar (foto). Kedua, yaitu
media audio seperti radio dan tape recorder. Ketiga, yakni media audio visual misalnya televise,
internet, dan film. Dan yang terakhir yaitu media cetak seperti halnya surat kabar, buku dan
majalah.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
[1] Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 113.
[2] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 120.
[3] Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 105.
[4] Ibid.,
[5] Ibid.,
[6] Ibid., hal. 106.
[7] Moh. Ali Aziz, Ilmu…, hal. 120
[8] Wahyu Ilaihi, Komunikasi…, hal. 107.
[9] Moh. Ali Aziz, Ilmu…, hal. 121.
[10] Ibid.,
[11] Wahyu Ilaihi, Komunikasi…, hal. 107.
[12] Samsul Munir Amin, Ilmu…, hal. 116-117.
[13] Ibid., hal. 117.
[14] Ibid., hal. 117-118.
[15] Ibid., hal. 120.
[16] Moh. Ali Aziz, Ilmu…, hal. 152.
[17] Samsul Munir Amin, Ilmu…, hal. 119-120.
[18] Ibid., hal. 120.
[19] Moh. Ali Aziz, Ilmu…, hal. 154.
[20] Samsul Munir Amin, Ilmu…, hal. 121.
[21] Ibid., hal. 121.
[22] Moh. Ali Aziz, Ilmu…, hal. 153.
[23] Ibid., hal. 156.
[24] Ibid.,
[25] Samsul Munir Amin, Ilmu…, hal. 122.
[26] Ibid., hal. 123.
[27] Ibid., hal. 124.
[28] Ibid.,

Pengertian Media Dan Sistematiknya


Arti istilah media bila dilihat dari asal katanya (etimologis), berasal dari
bahasa latin yaitu median, yang berarti alat perantara. Sedangkan kata media
merupakan jamak daripada kata median tersebut.Pengertian semantiknya
media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara)
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Wasilah dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi
dakwah kepada mad’u.untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat,
dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Dengan demikian media
dakwah adalah alat segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.Media dakwah ini dapat
berupa barang, orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.
Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan,
tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.
1. Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lisan
dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah,
bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat
menyurat, spanduk, dan sebagainya.
3. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya
4. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indera
pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya, seperti televisi, film slide,
OHP, internet, dan sebagainya
5. Akhlak adalah media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkanajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan
didengarkan oleh mad’u
C. Hakikat Materi Dan Media Dakwah

1. Hakekat Pesan Dakwah

Materi dakwah merupakan komponen dakwah sekaligus satu diantara jari


cahaya hikamah.Da’I dituntut untuk memilah dan memilih materi secara
hikmah agar dakwahnya berhasil dengan baik. Pemilahan materi yang hikmah
akan enak didengar, mudah dimengerti dan dipatuhi oleh objek.
Persoalannya sekarang adalah apa dan bagaimana materi dakwah, secara
filosofis ada tiga kelompok besar materi dakwah dengan urutan sebagai
berikut:

1. Persoalan manusia
2. Persoalan ad-dinul Islam
3. Persoalan ibadah

Pesan dakwah adalah Islam atau syariat sebagai kebenaran hakiki yang
dating dari Allah melalui malaikat Jibril kepada para nabi-Nya dan terakhir
kepada Muhammad SAW . Pesan dakwah ini diungkapkan dalam surat An-
Nahl ayat 125 disebut dengan sabili rabbika (jalan tuhanmu)
Al-Quran menyebutkan term Islam sebanyak 28 kali dalam bentuk kata
kerja dan dalam bentuk kata sebanyak 110 kali, yang secara eksplisit dalam
bentuk al-islam sebanyak 6 kali. Kedamaian, keselamatan, kesejahteraan,
ketundukan, dan tata aturan hidup bagi manusia, yaitu sebuah nama bagi al-
din. Sedangkan kata din itu sendiri al-quran menyebut sebanyak 93 kali dalam
7 bentuk kata benda, dan satu kali dalam bentuk kata kerja.
Sumber utama ajaran Islam sebagai pesan dakwah adalah Al-Qur’an itu
sendiri, yang memiliki maksud spesifik, paling tidak terdapat sepuluh maksud
pesan Al-Qur’an sebagai sumber utama Islam, yaitu :

1. Menjelaskan hakekat tiga rukun agama Islam, yaitu Iman,Islam, dan


Ihsan.
2. Menjelaskan segala sesuatu yang belum diketahui oleh manusia tentang
hakekat kenabian, risalah, dan tugas para Rasul Allah.
3. Menyempurnakan aspek psikologis manusia secara individu, kelompok,
dan masyarakat.
4. Mereformasi kehidupan social kemasyarakatan dan social politik diatas
nilai keagamaan.
5. Mengokohkan keistimewaan universalitas ajaran Islam dalam
pembentukan kepribadian melalui kewajiban dan larangan.
6. Menjelaskan hokum Islam tentang kehidupan politik Negara.
7. Membimbing penggunaan urusan harta.
8. Mereformasi system peperangan guna mewujudkan dan
kemashalahatan manusia.
9. Menjamin dan memberikan kedudukan yang layak bagi hak-hak
kemanusiaan wanita dalam beragama dan berbudaya.
10. Membebaskan perbudakan.

Al-Qur’an menjelaskan Islam sebagai pesan dakwah memiliki karakteristik


unik dan selalu masa kini, yaitu:

a. Islam sebagai agama fitrah (Qs. Ar-Ruum ayat 30)


b. Islam sebagai agama rasional dan pemikiran (Qs. Al-Baqarah ayat 164,
Ali-Imran ayat 191, dan Ar-Ruum ayat 30).
c. Islam sebagai agama ilmiah, hikmah, dan fikriyah. (Qs Al- Baqarah ayat
266, Al-An’am ayat 25,35,98).
d. Islam sebagai agama argumentative (hujjah) dan demonsratif (burhan)
(Qs. An-Nisa ayat 172)
e. Islam sebagai agama hati (qalb), kesadaran (wijdan), dan numi (dhamir)
(Qs. Qaaf ayat 37)
f. Islam sebagai agama kebebasan (husriyah) dan kemerdekaan (istiqlal)
(Qs. Al-Baqarah ayat 170,256)
g. Islam juga sebagai agama kedamaian dan kasih saying bagi seluruh
alam (rahmatan al-alamin)

Murtadha Munthahari (1991) mengemukan karakteristik filosofis


pandangan dunia Islam sebagai pesan dakwah yang dirumuskan pada
proposisi-proposisi sebagai berikut:

a. Alam semesta ini memiliki sifat ilahiyah (divine nature);


b. Alam semesta yang realitasnya tergantung pada-Nya, dan yang
diciptakan dalam zat-Nya juga diciptakan dalam artian temporal
c. Apapun yang nyata didunia ini, adalah tingkatan yang lebih rendah dari
realitas yang termasuk dalam dunia lain yang disebut alam ghaib;
d. Alam semesta mempunyai tabiat kembali kepada-Nya
e. Alam semesta adalah suatu system sebab-akibat yang tetap;
f. System sebab-akibat tidak terbatas pada sebab dan akibat yang bersifat
pada psikologis saja
g. Terdapat serangkaian tradisi (sunnah) dan hokum-hukum yang kokoh
yang mengatur dunia dan esensial bagi system sebab dan akibat di alam
semesta
h. Alam semesta adalah suatu realitas yang terbimbing dan
perkembangan, alam semesta adalah perkembangan yang terbimbing
i. Dunia mengandung kebaikan dan kejahatan, keserasian, dan
ketidakserasian, kemurahan dan kekikiran, cahaya dan kegelapan,
gerakan dan diam; tetapi kebaikan, keserasian, kemurahan hati, cahaya
dan gerakan mempunyai eksistensi yang asli, sementara kejahatan
kontradiksi, kekikiran, kegelapan dan diam, mempunyai eksistensi yang
bersifat parsitis dan sub-ordinate. Namun eksistensi yang parasitis dan
subordinate itu memainkan peranan yang sangat penting dalam
menciptakan kebaikan keserasian, kemurahan hati, cahaya, gerakan
dan perkembangan.
j. Karena alam semesta merupakan kesatuan alam hidup, artinya karena
alam semesta diatur oleh kekuatan-kekuatan yang cerdas (Qs. An-
Naziat:5) maka ia adalah alam semesta aksi dan reaksi.
k. Sesudah kehidupan yang sekarang ini manusia akan mengalami
kehidupan abadi dimana manusia akan diberi pahala atau hukuman
sebagai hasil dari awal perbuatannya dalam kehidupan yang sekarang
ini.
l. Ruh manusia adalah kenyataan yang abadi
m. Prinsif dasar dan dasar-dasar kehidupan , yakni prinsif-prinsif kehidupan
moral dan manusiawi adalah abadi dan tetap
n. Kebenaran juga adalah abadi
o. Alam semesta, bumi dan langit dibangun dengan adil (Qs. Al-Ahqaf: 3)
p. Kehendak ilahi menggariskan kemenangannya kemenangan akhir
kebenaran atas kebatilan (Qs. Shaf: 171-173)
q. Manusia diciptakan sederajat dan tak seorang pun mempunyai hak
istimewa atas orang lain, karena rupa kejadiannya.

D. Peran Penting Media Dakwah


Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu dakwah,
atau yang popular didalam proses belajar mengajar disebut dengan istilah alat
peraga. Alat bantu berarti media dakwah memiliki peranan atau kedudukan
sebagai penunjang tercapainya tujuan. Artinya proses dakwah tanpa adanya
media masih dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin.
Sebenarnya media dakwah ini bukan saja berperan sebagai alat Bantu
dakwah, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu system, yang mana system
ini terdiri dari beberapa komponen yang komponen satu dengan lainnya saling
terkait mengait, Bantu membantu dalam mencapai tujuan. Maka dalam hal ini
media dakwah mempunyai peranan dan kedudukan yang sama disbanding
dengan komponen yang lain, seperti metode dakwah, objek dakwah yang
memliki azaz efektifitas dan efisiensi, peranan media dakwah menjadi tampak
jelas peranannya.
Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk
mengikuti idiologi pengajaknya.Sedangkan pengajak sudah barang tentu
memiliki tujuan yang hendak dicapainya. Proses dakwah tersebut agar
mencapai tujuan yang efektif dan efisien, da’I harus mengorganisir komponen-
komponen dakwah secara baik dan tepat. Salah satu komponen adalah media
dakwah.
Proses untuk mengajak seseorang ataupun komunitas menuju arahan
perilaku yang lebih baik dan menjauhi keburukan tentu saja tidak semudah
membalik telapak tangan. Semuanya harus melalui proses yang terencana dan
terkonsep dengan baik. Disamping itu dibutuhkan pula media-media yang
dapat membuat kegiatan dakwah menjadi lebih efektif dan efisien.Menyadari
arti penting penggunaan media tersebut, sejak jaman dahulu para da’i telah
mamanfaatkannya untuk kepentingan dakwah.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Arti penting sebuah media (wasilah) dalam proses dakwah tidak dapat
dipungkiri lagi. Permasalahanya sekarang terletak pada kemauan dan kejelian
para da’i dalam melihat media mana yang paling tepat dipakai berdasarkan
kemampuanya sebagai da’i maupun spesifikasi mad’u yang menjadi lahan
garapannya.Dalam hal ini Moh.Ali Azis menjelaskan bahwa pada dasarnya
dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang dapat merangsang indra-
indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk menerima
dakwah.Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai maka semakin efektif
pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran
dakwah. Pemakaian media (terutama media massa) telah meningkatakan
intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi yang dilakukan umat
manusia terutama bila dibandingkan sebelum adanya media massa seperti
pers, radio, televisi, internet dan sebagainya. Oleh karena itu sudah
seyogyanya bagi para da’i memanfaatkan peluang ini dalam menyebarkan
ajaran Islam.

B. SARAN

Makalah ini disajikan dengan segudang kekurangan, oleh karenanya Saya berharap
pengamatan yang teliti dari pembaca terhadap sistematika pembahasan, gaya bahasa
dan kesesuaian tema dan isi dari makalah ini, sehingga menghasilkan saran dan
keritikyang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anshari, Endang Saifuddin. 1979. Ilmu, Filsafat, dan Agama. Bandung: PT


Bina Ilmu.
2. Muhyidin, Asep dan Safei Agus Ahmad. 2002. Metode Pengembangan
Dakwah. Bandung: Pustaka Setia.
3. Tasmara, Toto.1998. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media
4. Zahrah, Abu. 1994. Dakwah Islamiah. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
5. http://firdausbinmusa.blogspot.com/2009/05/filsafat-dakwah.Tgl.18Desember
2012 Pkl. 21:53
6. http://msibki3.blogspot.com/2010/03/pengertian-dakwah.Tgl.18Desember 2012
pkl. 20:59
7. http://msibki3.blogspot.com/2010/03/pengertian-dakwah.Tgl.18Desember 2012
pkl. 21:14
MAKALAH KOMUNIKASI DAKWAH

MAKALAH KOMUNIKASI DAKWAH- Di dalam kehidupan kita senentiasa


berkomunikasi. kadang-kadang kita melarang seseorang untuk tidak memperbuat sesuatu yang
bisa menyebabkan orang lain teraniaya atau mengingatkan seseorang untuk bebrbuat kebajikan.
tanpa kita sadari kita sudah melkukan sebuah dakwah bil lisan.
Nah pada kesempatan ini saya akan sedikit membahas tentang bagaimana komunikasi
dakwah. selamat membaca.
BAB I
KONSEP DASAR KOMUNIKASI DAKWAH
1.1. Hakikat Komunikasi Dakwah.
Potensi Komunikasi dalam Al-qur’an
Kedudukan komunikasi dalam islam mendapat tekanan yang cukup kuat bagi manusia
sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk tuhan. Dalam al-qur’an terdapat banyak sekali
ayat yang menggambarkan tentang proses komunikasi. Salah satu diantaranya adalah dialog yang
terjadi pertama kali antara allah swt, malaikat, dan manusia. Dialog tersebut sekaligus
menggambarkan salah satu potensi manusia yang dianugerahkan allah swt kepada manusia.
Potensi tersebut dapat dilihat dalam Q.S. Al-baqarah:31-33
Ayat diatas, menginformasiakan bahwa sesungguhnya manusia dianugerahi allah swt
potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda disekitarnya.
Misalnya; fungsi api, fungsi angin, dan sebagainya, sekaligus dia (manusia) juga dianugerahi
potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia bahkan dimulai dengan
mengajarkan kata kerja, tetapi mengajarkannya terlebih dahulu nama- nama. Dengan pengajaran
tersebut, sekaligus membuktikan bahwa manusia dengan potensi-potensi yang ada memiliki
kemampuan yang lebih dibandingkan dengan makhluk yang lain, termasuk
malaikat. Sekali lagi,
salah satu keistimewaan manusia yang terekam dalam ayat diatas adalah kemampuannya dalam
mengekspresikan apa yang terlintas dalam benaknya serta kemampuannya menangkap bahasa
sehingga mengantarkan manusia untuk “mengetahui”. Di sisi lain adalah kemampuan manusia
untuk merumuskan ide dan memberi nama bagi segala sesuatu merupakan langkah menuju
terciptanya manusia berpengetahuan dan lahirlah ilmu
pengetahuan.
Demikian penafsiran salah satu ayat yang terdapat dalam al-qur’an mengenai cikal bakal
proses komunikasi kepada adam as sebagai manusia pertama. Ayat tersebut, sekaligus
menginformasikan bahwa komunikasi itu adalah sebagai proses komunikasi dalam memperoleh
pengetahuan dan mengenali benda-benda di sekitar kita.
1.2. Komunikasi.
Pengertian dan Komponen Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication” berasal dari bahasa latin
“communicatio”, bersumber dari “communis” yang berarti “sama”. Sama disini adalah dalam
pengertian “sama makna”. Komunikasi minimal harus mengandung “kesamaan makna” antara
dua belah pihak yang terlibat. Dikatakan “minimal” karena kegiatan komunikasi itu tidak bersifat
“informatif” saja, yakni agar orang mengerti dan tahu, tetapi juga “persuasif”, yaitu agar orang
bersedia menerima suatu paham atau kenyakinan, melakukan suatu kegiatan dan lain-
lain. Komunikasi secara sederhana,
dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan akibat tertentu. Dalam pelaksanaannya, komunikasi dapat
dilakukan secara primer (langsung) maupun secara sekunder (tidak langsung). Kegiatan
komunikasi pada prinsipnya, adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan secara sederhana,
dengan demikian kegiatan komunikasi itu dapat dipahami sebagai kegiatan penyampaian pesan
atau ide, arti dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk komunikasi tersebut
menghasilkan kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan tersebut.
Frank E.X. Dance, seorang sarjana yang menekuni ilmu komunikasi telah menginventaris
ada sekitar 126 definisi komunikasi yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dari definisi
tersebut, Dance telah menemukan 15 komponen konseptual pokok untuk merujuk pemahaman
komunikasi, yaitu:
a. Simbol-simbol/verbal/ajakan
b. Pengertian/pemahaman
c. Interaksi/hubungan proses sosial
d. Pengurangan rasa ketidakpastian
e. Proses
f. Pengalihan/penyampaian/ pertukaran
g. Menghubungkan
h. Kebersamaan
i. Saluran/alat/jalur
j. Replikasi memori
k. Tanggapan/deskriminatif
l. Tujuan/kesengajaan
m. Stimuli
n. Waktu/situasi
o. Kekuasaan/kekuatan
1.3. Prinsip-Prinsip Komunikasi.
Adapun prinsip-prinsip komunikasi sebagaimana yang diungkapkan oleh Dedy Mulyana
dalam buku ilmu komunikasi suatu pengantar secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi adalah suatu proses simbolik
2. Setiap prilaku mempunyai potensi komunikasi
3. Komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan
4. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesenjangan
5. Komunikasi berlangsung dalam konteks ruang dan waktu
6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
7. Komunikasi itu bersifat sistemik
8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektif komunikasi
9. Komunikasi bersifat nonsekuensial
10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional
11. Komunikasi bersifat irreversible
12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
1.4. Dakwah.
Pengertian dan Unsur-Unsur Dakwah
Secara terminologis dakwah islam telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Sayyid Qutb
memberi batasan dengan “mengajak” atau “menyeru” kepada orang lain masuk kedalam sabil
allah swt bukan untuk mengikuti da’i atau sekelompok orang. Ahmad Ghusuli menjelaskan
bahwa dakwah merupakan pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya
mengikuti islam. Abdul al Badi Shadar membagi dakwah menjadi dua tataran yaitu dakwah
fardiyah dan dakwah ummah. Sementara itu Abu Zahroh menyatakan bahwa dakwah itu dapat
dibagi menjadi dua hal; pelaksanaan adkwah perseorangan dan organisasi. Sedangkan Ismail al-
Faruqi mengungkapkan bahwa hakikat dakwah adalah kebebasan, universal, dan
rasional. Pada intinya, pemahaman lebih
luas dari pengertian dakwah yang telah didefinisikan oleh para ahli tersebut adalah: pertama,
ajakan kejalan allah swt. Kedua, dilaksanakan secara berorganisasi. Ketiga, kegiatan untuk
mempengaruhi manusia agarmasuk jalan allah swt. Keempat, sasaran bisa secara fardiyah atau
jamaah. Dalam konteks dakwah istilah amar ma’ruf nahi munkar secara lengkap dan populer
dipakai adalah yang terekam dalam al-qur’an surah Ali-Imran ayat 104:
Pada buku desain ilmu dakwah dalam pengertian keagamaan dakwah dimasukkan ke
aktivitas tabligh (penyiaran), tatbig (penerapan/pengamalan), dan tandhim (pengelolaan). Dalam
ilmu dakwah terungkap bahwa rumusan dakwah yang muncul adalah:
1. Ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari proses penyampaian ajran islam kepada
umat.
2. Ilmu dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala penyampaian agama dan
proses keagamaan dalam segala seginya. Ada dua segi dakwah yang meskipun tidak dapat
dipisahkan, dapat dibedakan, yaitu menyangkut “isi” dan “bentuk”, “subtansi” dan “forma”,
”pesan” dan “cara penyampaian”, “esensi” dan “metode”. Dakwah tentu menyangkut kedua-
duanya sekaligus, dan sebenarnya tidak dapat terpisahkan, dan semuanya itu mempunyai dimensi
universal yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Dalam hal ini, subtansi dakwah adalah pesan
keagamaan itu sendiri al dinu al nashihah, “agama adalah
pesan”.
Sisi kedua dalam dakwah adalah sisi bentuk, forma, cara penyampaian dan metode yang
disebut dalam al-qur’an sebagai syir’ah dan manhaj yang bisa berbeda-beda menurut tuntunan
ruang dan waktu. Q.S. al-maidah ayat 48:
Dalam kegiatan dan aktivitas dakwah perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam
dakwah atau dalam bahasa lain adalah komponen-komponen yang harus ada dalam setiap
kegiatan dakwah. Dan desain pembentuk tersebut adalah meliputi:
Da’i
Adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan maupun tulisan ataupun perbuatan
dan baik secara individu, kelompok atau bentuk organisasi atau lembaga. Maka, yang dikenal
sebagai da’i atau komunikator dakwah itu dapat dikelompokkan menjadi:
1. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang mukallaf (dewasa) dimana bagi
mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak terpisahkan dari misinya
sebagai penganut islam, sesuai dengan perintah: “sampaikanlah walau satu ayat”.
2. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus (mutakhasis) dalam
bidang agama islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.
Mad’u
Adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran dakwah atau manusia
penerima dakwah, baik secara individu, kelompok, baik yang beragama islam maupun tidak,
dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga
golongan yaitu:
1. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat berpikir secara kritis, cepat
menangkap persoalan.
2. Golongan awam yaitu kebanyakan oarang yang belum dapat berfikir secara kritis dan
mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi. Golongan yang berbeda
dari golongan yang diatas adalah mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam
batas tertentu, tidak sanggup mendalami benar.
Materi/Pesan Dakwah
adalah isi pesan yang disampaikan da’i kepada mad’u. Pada dasarnya pesan dakwah itu adalah
ajaran islam itu sediri. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pesan aqidah.
2. Pesan syari’ah.
3. Pesan akhlak.
Media Dakwah
Yakni alat yang dipakai untuk menyampaikan ajaran islam. Hamzah Ya’kub menbagi media
dakwah menjadi lima:
1. Lisan.
2. Tulisan.
3. Lukisan.
4. Audio Visual.
5. Akhlak.
Efek Dakwah
Efek dalam ilmu komunikasi biasa disebut dengan feed back (umpan balik) adalah umpan balik
dari proses dakwah. Dalam bahasa sederhananya adalah reaksi dakwah yang ditimbulkan oleh
aksi dakwah. Menurut Jalaluddin Rahmat efek dapat menjadi pada tataran
yaitu:
1. Efek kognitif, yaitu terjadi jika ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan
dipersepsi oleh khalayak, yang meliputi segala yang berkaitan dengan transmisi pengetahuan,
keterampilan, kepercayaan, atau informasi.
2. Efek afektif, yaitu timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci
khalayak, yang meliputi segala yang berkaitan dengan emosi, sikap, serta nilai.
3. Efek behavioral, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-
pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan tindakan berperilaku.
Metode Dakwah
Adalah cara-cara yang dipergunakan da’i untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan
kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah. Sementara itu, dalam komunikasi metode lebih dikenal
dengan kata approach, yaitu cara-cara yang digunakan oleh seseorang komunikator untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Secara terperinci metode dakwah dalam al-qur’an terekam pada
Q.S. al-nahl ayat 105:
Dari ayat tersebut, terlukiskan bahwa ada tiga metode yang menjadi dasar dakwah
yaitu:
1. Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah
dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran islam
selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
2. Mauidhah hasanah, yaitu berdakwah dengan memberika nasihat-nasihat, sehingga nasihat
dan ajaran islam yang disampaikan itu menyentuh hati mereka.
3. Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara
yang baik dengan tidak memberiakan tekanan dan tidak pula menjelekkan yang menjadi mitra
dakwah.
Prinsip-Prinsip Dakwah
Menurut Ahmad Mubarok dalam pengantarnya di buku psikologi dakwah terangkum
dalam:
1. Berdakwah itu harus dimulai dari diri sendiri (ibda’ binafsi) dan kemudian menjadikan
keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat.
2. Secara mental da’i harus siap menjadi ahli waris para nabi yakni mewarisi perjuangan
yang berisiko.
3. Da’i harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan waktu untuk dapat memahami
pesan dakwah.
4. Da’i juga harus menyelami alm pikiran masyarakat sehingga kebenaran islam tidak
disampaikan dengan menggunakan logika masyarakat, sebagaimana pesan rasul khatib an-nas al-
qadri ‘uqulihim.
5. Dalam menghadapi kesulitan, da’i harus bersabar, jangan bersedih atas kekafiran
masyarakat dan jangan sesak nafas terhadap tipu daya mereka.
6. Citra positif dakwah akan sangat melancarkan komunikasi dakwah, sebaliknya citra buruk
akan membuat semua aktivitas dakwah menjadi kontradiktif.
7. Da’i harus memperhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah, yaitu prioritas pertama
berdakwah dengan hal-hal yang bersifat universal yakni al-khoir (kebajikan), yad’una ila al-
khoir, baru kepada amar ma’ruf dan kemudian nahi munkar.
Sedangkan prinsip-prinsip dakwah jika ditinjau dari da’i makna persepsi dari masyarakat
secara jama’ adalah:
1. Dakwah sebagai tabligh.
2. Dakwah sebagai ajakan.
3. Dakwah sebagai pekerjaan menanam.
4. Dakwah sebagai akulturasi nilai.
5. Dakwah sebagai pekerjaan membangun.
Pengertian Komunikasi Dakwah
Ahmad mubarok dalam buku psikologi dakwah mengungkapkan bahwa kegiatan dakwah
adalah kegiatan komunikasi, dimana da’i mengkomunikasikan pesan dakwah kepada mad’u baik
secara perorangan maupun kelompok. Secara teknis, dakwah adalah komunikasi da’i
(komunikator) dan mad’u (komunikan). Semua hukum yang berlaku dalam ilmu komunikasi
berlaku juga dalam dakwah, dan bagaimana mengungkapkan apa yang tersembunyi dibalik
perilaku manusia dakwah sama juga dengan apa yang harus dikerjakan pada manusia
komunikan. Komunikasi sifatnya lebih netral dan umum, sedangkan dalam dakwah terkandung
nilai kebenaran dan keteladanan islam. Dengan
demikian, apabila kita menelaah komunikasi dakwah dengan pendekatan komunikologis maka
harus diteropong dengan pendekatan dalam dimensi das sein, das sollen, dan das woslen, serta
dalam ruang lingkup makro, meso, dan mikro yang merupakan entitas
dakwah. Untuk itu, konsep komunikasi dakwah dapat
dilihat dalam arti yang luas dan terbatas. Dalam arti luas, komunikasi dakwah meliputi peran dan
fungsi komunikasi diantara semua pihak yang terlibat dalam dakwah terutama antara da’i dan
mad’u, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap dakwah. Sedangkan
dalam arti yang sempit, komunikasi dakwah merupakan segala upaya dan cara, metode serta
teknik penyampaian pesan dan keterampilan-keterampilan dakwah yang ditujukan kepada umat
atau masyarakat secara luas. Jadi, komunikasi daakwah adalah proses penyampaian
informasi atau pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok
orang lainnya yang bersumber dari al-qur’an dan hadits dengan menggunakan lambang-lambang
baik secara verbal maupun non verbal dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran islam, baik langsung secara lisan maupun tidak
langsung melalui media.
2.1. Objek kajian ilmu komunikasi.
Berdasarkan objeknya,ilmu pengetahuan dapat dibedakan atas ilmu alam dan ilmu sosial.
yang dicari manusia dalam ilmu pengetahuanadalah kebenaran, persesuaian antara tahu dan
objek.

Objek kajian ilmu komunikasi


Paradikma dalam ilmu komunikasi sebagai ilmu sosial lainya menjadi penting mengingat
objek yang abstak, tiga paradikma yang ada dalam memandang ilmu komunikasi bisa sama
benarnya, dan bisa sama salahnya. Namun, betapapun spekulatifnya, sifat tegas tetap
diperlukan.Menurut defenisi yang dikemukakan oleh Carl I Hovlan ilmu komunikasi adalah:
upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat atau sikap.
Objek kajian dakwah
Objek kajiandakwah ialah hubungan interaksional antara subjek dakwah dan subjek sasaran
dakwah dengan mengunakan metode, media, dan materi dakwah tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu.
a. Subjek dakwah tertentu berhubungan dengan religionitas subjek sasaran dakwah
b. Media dakwah tertentu berhubungan dengan religionitas subjek sasaran dakwah
c. Media dakwah tertentu berhubungan dengan subjek relegionitas sujek sasaran dakwah
d. Media dakwah tertentu berhubungan dengan religionitas subjek sasaran dakwah
e. Situasi objektif subjektif sasaran dakwah berhubungan dengan religionitas sendiri
2.2. Peran, Fungsi dan Kegunaan Komunikasi Dakwah.
Fungsi adalah potensi yang dapat di gunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu.
Revolusi informasi adalah ancaman bagi struktur kekuasaan dunia. Serta komunokasi akan terus
berkembang selama ilmu komunikasi itu ada.

BAB II
SEJARAH KOMUNIKASI DAKWAH
2.1. Sejarah Komunikasi.
Cikal Bakal Komunikasi
Pada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan
organisasi. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisasi awal digunakan untuk reproduksi.Berikut ini
akan kita telusuri usaha-usaha manusia dalam berkomunikasi lebih jauh, dapat dilihat dari
berbagai bentuk kehidupan mereka masalalu. Berikut ini beberapa tahap generasi tahapan
dakwah.
- Bentuk kecakapan lisan
- Bentuk kecakapan tulisan
- Bentuk kecakapan cetak
Perkembangan Komunikasi Secara Keilmuan
Dari segi ilmu, perkembangan komunikasi sejak zaman yunani mulai digunakan manusia
untuk mempermudah terujudnya kepentingan mereka. Terlepas dari besar proporsi perannya,
secara umum terdapat tiga stater motor penggeraksehingga komunikasi kemudian mengemuka
dan menjadi dibutuhkan sesuai zamannya.
2.2. Perkembangan Komunikasi Dakwah.
Sebenarnya, kehadiran komunikasi dakwah dapat dipandang sebagai sebagai perwujutan
respons kalangan disiplin dakwah untuk menyumbang dan menerapkan ilmunya dalam rangka
ikut mengambil bagian menjawab tantangan dan tuntutan dakwah. Respons tersebut analok
dengan tumbuhnya kontribusi dari berbagai disiplin ilmu yang lainya. Yang jugamengkhususkan
diri bagi kepentingan perkembangan dakwah. Seperti ilmu dakwah, psikologi dakwah,
manajemen dakwah, filsafat dakwah, dan sebagainya.semua ini mempunyai keterkaitan secara
vsinergis dan komplemen dalam perkembangan dakwah.
Keilmuan komunikasi dakwah boleh dibilang masi sangat prematur dibandingkan dengan
keilmuan-keilmuan lainya. Untuk itu, perkembangan seperti ilmu lainya. Untuk itu,
perkembanganya seperti ilmu-ilmu lainya dalam kelompok dakwah akan terus membutuhkan
kajian dan penelitian secara kontinu dan mendalam guna menemukan bentuk yang sempurna.
Dan sebagaimana dengai ilmu-ilmu lainnya yang memiliki sifat progresif, komunikasi dakwah
akan terus mengalami perkembangan mengikuti perkembangan peradaban manusia.

BAB III
KOMPONEN-KOMPONEN KOMUNIKASI DAKWAH
Komponen-komponen pembentuk komunikasi yang memungkinkan terjadinya proses
komunikasi adalah komunikator, pesan, media, dan komunikan, dengan efek sebagai tolak ukur
berhasil tidaknya komunikasi. Sedangkan komponen pembentuk komunikasi dakwah, adalah
takjauh dengan komunikasi.
3.1. Dai dalam Komunikasi Dakwah.
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim
komunikasi. Termasuk dalam komunikasi dakwah. Pada dasarnya semua muslim berperan secara
otomatis sebagai juru dakwah, artinya orang yang harus menyampaikan atau dikenal sebagai
komunikator dakwah. Siapa saja dapat dikenal sebagai dai atau komunikator dakwah. Siapa saja
yang yang dapat dikenal sebagai dai atau komunikator dakwah itu dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimah yang mukalaf (dewasa) di mana kewajiban
dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisah dari misinya sebagai penganut umat islam,
sesuai dengan perintah, sampaikanlah walau satu ayat.
2. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus (mutakhsis) dalam bidang agama
islam, yang dikenal panggilan ulama.
Etos Komunikator Dakwah
Keefektifitas komunikasi dakwah sangat ditentukan oleh etos komunikator. Etos adalah nilai
diri seseorang yang merupakan panduan dari kognisi, efeksi dan konasi. Kongnisi adalah proses
memahami yang bersangkutan dengan pemikiran.
Adapun faktor-faktor pendukung etos , yang perlu dapat perhatian para komunikator
dakwah demi efektifnya komunikasi yang akan dilancarkan meliputi;
a. Kesiapan
b. Kesungguhan (seriousness)
c. Ketulusan
d. Kepercayaan
e. Ketenangan
f. Keramahan
g. Kesederhanaan
Sikap Komunikator Dakwah
Sikap adalah sebuah kesiapan kegiatan, suatu kecendrungan pada diri seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial. dalam hal ini, hubunganya
dengan hubungan komunikasi yang melibatkan manusia-manusia sebagai sasaranya, pada diri
komunikator sebaiknya terdapat lima sikap yaitu:
1. Reseptif
2. Selektif
3. Dijestif
4. Asimilatif
5. Transmisif
Dari kelima hal tersebut merupakan unsur-unsur penting yang harus diperhatikan bagi
seorang dai dalam kedudukanya sebagai komunikator dalam rangka pembinaan diri sebagai
komunikator. Selain hal tersebut ada beberapa hal yang tidak kalah pada diri dai sebagai
komunikator melancarkan komunikasi yaitu berupa daya tarik sumber dan kredibilitas sumber
yaitu meliputi:
a. Daya tarik sumber (source attractiveness)
b. Kredibilitas sumber (source credibility)
3.2. Mad’u dalam Komunikasi Dakwah.
Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan adalah akibat karena adanya
sumber. Bentuk-bentuk dan tipologi mad’u;
- Crowd
- Publik
- Massa
Menurut M. Bahari Gozali mengelompokkan mad’u berdasarkan tipologi dan klasifikasi
masyarakat tersebut
- Tipe inovator
- Tipe pengikut
- Tipe pengikut dini
- Tipe pengikut akhir
- Tipe kolot
3.3. Efek (sikap dan reaksi mad’u) dalam Komunikasi Dakwah.
Kadar Efek Dakwah
Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan
oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan dakwah. Yang lebih tinggi lagi dari kadar
jenis efek atau dalam tahap proses;
1. Terbentuknya suatu pengertian atau pengetahuan (knowledge)
2. Proses suatu sikap menyetujui atau tidak menyetujui (attitude)
3. Proses terbentuknya gerak pelaksanaan (practice)
Efek Berdasarkan Responsi Mad’u
Ada hal yang penting yaitu mengenai feedback atau umpan balik. Umpan balik sangat
memberikan peran yang sangat penting dalam komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya
komunikasi atau berhentinya komunikasi yang di lancarkan oleh komunikator. Sifat dari umpan
balik bisa bersipat positif atau negatif. Bersifat positif adalah tangapan respon atau reaksi
komunikan yang menyenangkan komunikator sehinga komunikasi bisa berjalan dengan
sebaiknya. Sebaliknya umpan balik negatif adalah tanggapan komunikan yang tidak
menyenangkan komunikatornya sehingga komunikatornya engan untuk melanjutkan
komunikasinya. Untuk itu, komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan
umpan balik, sehingga ia dapat mengubah gaya komunikasi dikala ia mengetahui umpan balik
dari komunikan bersifat negatif.

BAB IV
DAKWAH SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI DAKWAH
4.1. Proses Komunikasi.
Setiap orang mempunyai hasrat untuk berbicara’ mengungkapkan pendaapat, dan
memperoleh informasi. Atas alasan-alasan itilah, tercipta apa yang dinamakan proses
komunikasi. Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial. dalam hubunganya dengan
maanusia sebagai mahluk sosiaal, terkandung maksud bahwa manusia bagaimana juga tidak
sdapat terlepas dari individu yang lain. Sebagai kodrati manusia akan selalu hidup bersama.
Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses menyampaikan pemikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain yang menggambarkan lambang (simbol) sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lainya
sebagainya.
Proses Komunikasi Secara Sekunder
Proses komunikasi secara skunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
setelah media pertama.secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan
sebagai berikut;
- Komunikator (sender)
- Pesan (message)
- Komunikan (receiver)
- Komunikasi (receiver)
Sedangkan model-model yang diterapkaan dalam komunikasi adalah;
- Model umpan balik
- Model timbal balik
- Model memusat
4.2. Dakwah Sebagai Proses Persuasif.
Proses persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat dan prilaku. Istilah persuasif
bersumber dari perkataan latin persuasio memiliki kata kerja persuadere yang berarti membujuk,
mengajak, atau merayu.
Teori dan Metode Komunikasi Persuasif
Untuk kepentingan komunikasi persuasif, seorang komunikator dakwah hendaknya
membekali diri mereka dengan teori-teori persuasif agar ia dapat menjadi komunikator yang
efektif.
- Metode asosiasi
- Metode interaksi
- Metode pay-off dan fear-arousing
- Metode icing
Formula Komunikasi Persuasif
Untuk lebih berhasilnya komunikasi persuasif, perlu dilaksanakan secara sistematis. Dalam
komunikasi ada sebuah formula yang dapat dijadikan landasan pelaksanaan yang bisa disebut
dengan AIDDA. Formula ini merupakan kesatuan singkatan dari tahapan-tahapan komunikasi
persuasif.
A Attention - perhatian
B Interest - minat
C Desire - hasrat
D Decision - keputusan
A Action - kegiatan
Komunikasi persuasif, dimulai dengan upaya membangkitkan perhatian mad’u. Upaya ini
tidak hanya bicara dengan kata-kata yang merangsang, tetapi juga dengan penampilan ketika
menghadapi khalayak.

BAB V
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DAKWAH
5.1. Komunikasi Efektif.
Tentu tidak mudah untuk membuat sebuah komunikasi itu berjalan dengan menghasilkan
kesepakatan secara utuh sesuai dengan tujuanya. Karena salah satu prinsip dalam berkomunikasi
adalah terdapat kesulitan-kesulitan pokok dalam mencapai tujuan. Persoalanya bagaimana kita
mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.Untuk itu ada beberapa tahap mengubah dan menggugah
dengan hati;
1. Tahap pra pelaksana yaitu
- Hati yang tulus
- Penampilan yang bagus
- Tujuan yang fokus
2. Tahap pelaksana yaitu
- Satukan hati dan visualisasi
- Bahasa tubuh dan ekspresi
- Lengkapi informasi
3. Tahap pasca- pelaksana yaitu
- Evaluasi diri dan perbaiki diri
Kejelasan dan Tujuan Target
Tujuan komunikasi yang jelas dan semakin spesifik akan menghasilkan komunikasi yang
semakin membaik. Mengapa? Karena semakin spesifik tujuan aktifitas komunikasi, maka
komunikasi tersebut akan semakin fokus. Tahap-tahap komunikasi;
- Tahap lahir
- Tahap tumbuh
- Tahap dewasa
- Tahap turun
Kejelasan Target Audience
Secara prinsip semakin jelas target audiensi yang ingin dibidik, maka efek komunikasi akan
lebih optimal dan tepat sasaraan. Mad’u dakwah harus menyusun dan membuat klasifikasi target
audience. Dari mereka yang tidak tau sama sekali tentang esensi islam, hingga mereka yang tahu,
mendukung dan mau terlibat, inilah yang disebut dengan segmentasi.
Strategi Pesan
Aktivitas komunikasi dikatakan berhasil jika pesan yang disampaikan pengirim pesan dapat
di pahami secara benar oleh target atau sasaran. Untuk itu, paling tidak ada dua hal yang harus di
persiapkan secara matang dalam pengkomunikasian.
1. Fokus pesan
2. Cara atau pendekatan dalam menyampaikanya
Strategi Media
Strategi media merupakan bagian peroses dari informasi dan komunikasi yang akan
dilaksanakan. Pemilihan media sangat menentukan keberhasilan, efektifitas dan efesiensi,
komunikasi yang dilakukan.
5.2. Hukum Komunikasi Efektif.
Ada beberapa,hukum prinsip dasar, yang harus kita perhatikan ketika berkomunikasi agar
bisa berjalan dengan secara efektif
1. Respect
2. Empati
3. Audible
4. Kejelasan dari pesan yang kita sampaikan (clarity)
5. Sikap rendah hati (backup)

BAB VI
BENTUK-BENTUK ETIKA KOMUNIKASI DALAM AL-QUR’AN
6.1. Kata-kata dalam Komunikasi Dakwah.
Banyak orang keliru menganalisa seolah-olah kemajuan dunia barat bertopang primer
pada matematika, fisika, atau kimia. Namun, jika mau lebih dalam lagi menyelam, maka kita
akan melihat bahwa kemampuan luar biasa didunia barat dalam hal-hal ilmu alam berpijak pada
kultur berabad-abad pendidikan bahasa. Yang berakar pada filsafat yunani yang tertumpu pada
retorika.
Pengertian retorika biasanya kita anggap negatif, seolah-olah retorika hanya seni
propaganda, dengan kata-kata yang bagus bunyinya, tetapi disangsikan kebenaran isinya.
Padahal, arti asli dari retorika itu jauh lebih mendalam yakni pemekaran bakat-bakat tertinggi
manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi lewat
medan pikiran. “to be victorious lords in the bottle of minds”. Maka retorika menjadi mata
pelajaran poros demi emansipasi manusia menjadi tuan dan puan. (YB. Mangunwijaya, 11
Agustus 1992)
6.2. Prinsip-prinsip Komunikasi Dakwah dalam Al-qur’an.
1. Qawlan Adhima. Q.s. Al-Isra : 40
2. Qawlan Baligha. Q.s. An-Nisa : 63
3. Qawlan Karima. Q.s. Al-Isra : 23
4. Qawlan layyina. Q.s. Thaha : 43-44
5. Qawlan Maisura. Q.s. Al-Isra : 28
6. Qawlan Ma’rufan. Q.s. Al-Ahzab : 32
7. Qawlan Saddidan. Q.s. An-Nisa :
BAB VII
TEKS SURAT-SURAT NABI DALAM DAKWAH
1. Surat nabi untuk al-najasyi.
2. Surat nabi untuk caisar heraclius.
3. Surat nabi untuk kesra pemimpin persia.
4. Surat nabi untuk al-muqauqis.
5. Surat nabi untuk haudzhah al-hanafi.

6. Surat nabi untuk al-harits.

Definisi Komunikasi Dakwah

Komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari seseorang atau

sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lain yang bersumber dari Al-Qur’an

dan Hadis dengan menggunakan lambang-lambang baik secara verbal maupun nonverbal dengan

tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran

islam, baik secara langsung secara lisan maupun tidak secara langsung melalui media.[1]

Komunikator dakwah dapat juga diartikan sebagai upaya komunikator [orang yang

menyampaikan pesan, seperti: ustad, ulama, kiai, buya, atau mubaligh] dalam

mengkomunikasikan/menyampaikan pesan-pesan Al-Qur’an dan Hadis kepada [khalayak] agar

umat dapat mengetahui, memahami, menghayati, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-

hari serta menjadikan al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman dan pandangan hidupnya.[2]
Secara umum, komunikasi dakwah adalah suatu penyampaian pesan dakwah yang secara

sengaja dilakukan oleh komunikator [dai] kepada komunikan [mad’u] dengan tujuan membuat

komunikasi berperilaku tertentu.

A. Ruang Lingkup Komunikasi Dakwah

Pembahasan komunikasi dakwah lebih berat tekanannya pada aspek komunikasi, maka

komunikasi dakwah memiliki objek yang sama dengan komunikasi pada umumnya. Akan tetapi,

jika pembahasan dititikberatkan pada aspek dakwah, objek komunikasi dakwah sama dengan

objek yang menjadi pokok pembicaraan dalam ilmu dakwah.

Secara sederhana, dapat ditegaskan bahwa objek kajian komunikasi dakwah adalah peran

dan fungsi komunikasi yang terlibat dalam proses dakwah. Hal ini, dapat dijelaskan berangkat

dari objek material komunikasi dakwah adalah manusia sebagai sasaran dakwah. Sedangkan

formalnya, adalah segala proses komunikasi dapat berperan maksimal dalam pelaksanaan

dakwah. Objek formal ini dapat ditelurusi dari pengertian komunikasi dakwah itu sendiri, yaitu

peran dan fungsi komunikasi [sebagai suatu aktivitas pertukaran peran secara timbal balik] di

antara semua pihak yang terlibat dalam dakwah, terutama antara komunikator [dai] dan mad’u,

sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap dakwah. [3]

B. Manfaat Belajar Komunikasi Dakwah

Berbicara tentang manfaat berarti mendeskripskan tentang keuntungan mempelajari

komunikasi dakwah, setidaknya ada beberapa manfaat diantaranya adalah:

1. Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan memasukkan nilai-nilai persuasif

islam, sikap mental islam, dan bentuk perilaku islam.

2. Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan pendidikan islam.


3. Media massa bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya pengetahuan.

4. Media massa dapat mengantarkan pengalaman-pengalaman yang dialami sendiri sehungga

mengurangi biaya psikis dan ekonomis untuk menciptakan kepribadian islami [amar ma’ruf nahi

munkar].

5. Komunikasi dapat meningkatkan apresiasi yang merupakan perangsang untuk bertindak secara

riil.

6. Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan islam dan tentang pengetahuan islam

dalam mengatasi perubahan.

7. Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi dalam membuat

keputusan di tengah kehidupan masyarakat.

8. Komunikasi dapat mengubah struktrur kekuasaan masyarakat pada masyakarat yang awam

kemasyarakatan yang memiliki pengetahuan dan wawasan kepada massa.

9. Komunikasi dapat menciptakan umat menjadi loyal terhadap islam.

10. Komunikasi memudahkan perencanaan dan implementasi program dan strategi dakwah.

11. Komunikasi dapat membuat dakwah menjadi proses yang berlangsung secara mandiri [self

perpetuating].

Akan tetapi, beberapa hal yang tersebut diatas hanya sebagian untuk ide, teknik dan imej.

Dalam ukuran lebih luas komunikasi dakwah yang berhasil harus juga memberikan jaminan bagi

umat [mad’u] bahwa mereka di masa yang akan datang memiliki identitas sebagai suatu umat

yang bahagia dunia akhirat.[4]


Dakwah dan Studi Komunikasi

Dakwah sebagai aktivitas dan fenomena agama telah tumbuh sebagai bidang kajian yang
dipelajari dan dikembangkan di perguruan tinggi. Meskipun demikian dakwah sebagai kegiatan
dan fenomena sosial dapat juga ditelaah dan dikaji melalui studi komunikasi yang sudah
berkembang secara internasional.
Dakwah dan komunikasi memiliki kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Dakwah
dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi manusia, dan sebaliknya. Dakwah memiliki
karakteristik yang membedakan dengan berbagai bentuk komunikasi yang ada dalam
masyarakat.
i. Karakteristik Dakwah
Dakwah identik dengan istilah penyiaran atau penyebaran serta ajakan untuk mengikuti
apa yang akan di perintahkan. Adapaun pengertian dari dakwah menurut para ulama’ besar
adalah sebagai berikut:
o Syekh Muhammad al-Khadir Husin menyatakan bahwa dakwah adalah menyeru manusia kepada
kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada kebajikandan melarang kemungkaran agar
mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
o Toha Abdurrahman menyatakan bahwa dakwah ialah dorongan atau ajakan manusia kepada
kebaikan serta melarang kemungkaran untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.
o Toha Jahya Omar (1967) menyatakan bahwa dakwah menurut islam adalah mengajak manusia
dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai peringantan tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
o M. Quraisy Shihab (1992:194) menulis bahwa dakwah adalah seruan atau ajakan kepada
keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna terhadap individu
dan masyarakat.
o Asep Muhiddin (2002:19-20) menyebut bahwa dakwah adalah upaya kegiatan mengajak atau
menyeru umat manusia agar berada di jalan Allah yang sesuai fitrah dan kehanifannya secara
integral melalui kegiatan lisan, tulisan, nalar dan perbuatan.[2]
Jadi, dakwah sebagai gejala keagamaan sekaligus memiliki relevansi kemanusiaan dan
kemasyarakatan yang amat kuat. Pelaksanaan dakwah penting sekali dalam keharmonisan sosial
dalam rangka perwujudan manusia seutuhnya dan yang sempurna.
ii. Dimensi Dakwah
Dakwah merupakan fenomena keagamaan yanag bersifat ideal normatif sekaligus juga
meruapakan fenomena sosial yang rasional, aktual, dan empiris sebagai sunnatulah. Maka dari
itu dakwah berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
iii. Hakikat Komunikasi
Komunikasi sebagai fenomena sosial, susungguhnya telah hadir sejak perjumpaan Adam
dan Hawa di muka bumi ini. Karena perjumpaan itu maka membutuhkan komunikasi. Banyak
orang yang menyebut komunikasi sebagai perakat hidup bersama dan merupakan aktivitas yang
hadir bersama kehadiran dan pertemuan Ada dan Hawa.
C. Metode atau Pelaksanaan Dakwah Islam
Keharmonisan pada alam, tercipta dengan sendirinya karena alam secara otomatis tunduk
kepada hukum-hukumnya sendiri (sunnatullah) tanpa membantah. Karena manusia tidak sama
dengan alam, maka manusia dalam menciptakan hubungan yang harmonis baik hubungan
dengan alam maupun hunbungan manusia dengan sesamanya, maka manusia harus memahami
sunnatullah yang menguasai alam dan menguasai manusia. Dengan kekuatan akal yang dimiliki
manusia sebagai anugrah tuhan, manusia akan lebih mempu mengetahui tentang lingkungannya
atau masalah duniawinya.
Bila akal digunakan sebaik-baiknya, manusia akan dapat mengerti hukum-hukum yang
menguasai jagat raya itu dengan segala isinya, dan dapat memanfaatkan hukum-hukum tersebut
dalam menjalakan tugasnya sebagai khalifah di dunia.
Dengan kemantapan iman dan takwa yang mendalam, ditambah dengan keluasan ilmu
pengetahuan, manusia mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi, karena melahirkan amal
shaleh yang dapat membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Bidang iman dan segala aspeknya adalah otoritas agama melalui wahyu sedangkan
bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk mengumpulkannya dan
mengembangkannya di dunia ini. Ilmu tersebut adalah meliputi ilmu tentang alam dan ilmu
tentang manusia dalam hubungan sesama manusia yang disebut ilmu-ilmu sosial.
Ilmu dan teknologi merupakan produk dari kerja akal penalaran serta keterampilan
manusia, yang sangat berguna dalam memakmurkan bumi serta mengembangkan kebudayaan
dan peradaban. Ilmu dan teknologi juga sangat diperlukan dalam pelaksanaan dan
pengembangan dakwah efektif. Tanpa pemanfaatan ilmu dan teknologi dakwah tidak akan
berlangsung efektif. Dakwah sebagai amal shaleh selain membutuhkan iman dan takwa, dakwah
juga membutuhkan dimensi ilmu dan teknologi, karena melakukan dakwah harus selaras dengan
hukum-hukum tuhan yang menguasai lingkungan sosial manusia.
Dapat disimpulkan bahwa ilmu dan teknologi dalam pelaksanaan dakwah sangat
diperlukan untuk mencapai efektivitas dan efesiensi. Ilmu yang sangat dekat dengan dakwah
yaitu ilmu komunikasi yang telah berkembang dan diakui secara internasional. Ilmu komunikasi
adalah imu yang bersifat eklektif, yaitu melintasi berbagai bidang disiplin lainnya, terutama ilmu
sosial yang rasional dan empiris. Sedangkan teknologi yang dekat dengan dakwah adalah
teknologi komunikasi terutama yang berkaitan dengan media massa (Pers, film, radio, televisi)
dan media interaktif atau media sosial melalui komputer ataupun gadget dengan menghubungkan
ke internet.

D. Dakwah Islam Dengan Media Massa


a. Eksistensi Media Dan Media Massa
Belum pernah dalam sejarah, manusia dapat menyebarkan gagasannya dan dapat
menyampaikan isi dakwah kepada banyak orang dengan cepat. Semua media dapat menjadi
media dakwah. Sebaliknya dakwah memberi kontribusi kepada media, dalam bentuk moral dan
etika yang dikenal dengan kode etik. Tanpa moral dan etika yang kuat, media terutama madia
massa tidak dapat melaksanakan semacam “malpraktik”. Justru itu kaitan media dengan dakwah
dapat berlangsung secara simbiosis mutualis.
Media merupakan perkembangan dari ilmu dan teknologi sebagai bentuk penguasaan
manusia terhadap sunnatullah yang menguasai alam. Hukum-hukum tuhan yang berkaitan
dengan media dan terutama media massa, harus dipahami dan dikuasai, agara kehadiran media
massa bermanfaat bagi manusia dalam menopang kebudayaan dan peradabannya. Justru itu
media sangat penting dan memiliki urgensi bagi dakwah terutama media massa yang dapat
menjangkau khalayak dengan cepat.
Pada hakikatnya media adalah segala sesuatu yang merupakan saluran dengan mana
seseorang menyatakan gagasan, isi jiwa atau kesadarannya. Dengan kataa lain media adalah alat
untuk menyalurkan gagasan manusia dalam kehidupan masyarakat. Media dibagi oleh Arifin ke
dalam 3 bentuk :
i. Media yang menyalurkan ucapan (spoken word)
Termasuk juga yang berbentuk bunyi, yang sudah dikenal sejak dahulu dan dapat dimanfaatkan
sebagai medium utama. Dan dapat ditangkap oleh telinga maka dinamakan juga auditive media.
Yang tergolong dalam media ini antara lain : gendang, kentongan, telepon, radio.
ii. Media yang menyalurkan tulisan (printed writing)
Karena hanya bisa di tangkap oleh mata maka disebut juga visual media media yang termasuk
golongan ini : pamflet, poster, brosur, baliho, spanduk, surat kabar.
iii. Media yang menyalurkan gambar hidup
Karena dapat ditangkap oleh mata dan telinga sekaligus, maka disebut audio visual da yang
termasuk dalam media ini hanya film dan televisi.
b. Fungsi Media Massa Dan Dakwah
Selain media komunikasi yang melayani khalayak yang luas, pers, film, radio,dan
televisi, juga merupakan lembaga sosial. Bahkan jenis-jenis media massa itu dapat juga menjadi
“alat perjuangan” politik atau “alat perjuangan” ekonomi atau “alat perjuangan” la khayr amar
ma’ruf dan nahy mungkar (dakwah), baik dalam arti universal , maupun dalam arti khusus.
Media sebagai lembaga sosial memiliki sifat-sifat kelembagaan. Media menyelenggarakan dan
melayani informasi dengan cepat dann teratur secara melembaga.
Fungsi dakwah yang dapat diperankan oleh media massa adalah menjaga agar media
massa berpihak kepada kebaikan, kebenaran, dan keadilan universal sesuai dengan fitrah dan
kehanifaan manusia, dengan selalu taat keapda kode etiknya. Dengan demikian media massa
tidak melakukan “malpraktik” dengan setia menjalankan tanggung jawab sosialnya., seperti tidak
menyiarkan berita bohong, pornografi, dan sensasi. Sedangkan fungsi dakwah yang lain yang
dapat dijalakan oleh media elektronik adalah menyiarkan adzan setiap waktu menjelang shalat,
menyiarkan khutbah di hari raya idul Fitri dan idul Adha, ceramah agama, dialog, dan peringatan
acara-acara islam dan sebagainya.
Sesungguhnya fungsi dakwah yang bersifat universal dari media massa telah melekat
secara inheren dalam pelaksanaan kode etiknya dan konsisten menjaga dan membina moral dan
etika masyarakat. Sedangkan fungsi dakwah secara khusus yang birisi [esan aqidah (dakwah
islamiyah) media massa, dapat dilakukan dengan mendirikanatau memiliki salah satu atau semua
jenis media massa ( pers, radio, televisi, film) dengan mempertahankan aspek ekonomi dari
media massa agar dapat tetap bereksistensi.
E. Tantangan Dakwah Dan Kebijakan Media Massa
Para dai dan mubaligh dapat memilah dan memilih jenis media massa untuk
dimanfaatkan dalam menyalurkan pesan dakwah kepada khalayak. Hal ini bukan yang sederhana
karena media massa memiliki kebijakan, yang dapat menolak atau menerima pesan dakwah yang
berasal dari luar. Artinya media massa bukan “robot” yang pasif, melainkan lembaga sosial yang
aktif melakukan penyaringan terhadap semua ide yang datang dari luar. Media massa dapat
melayani berbagai kepentingan, sesuai dengan eksistensi masing-masing jenis media massa.
Sebagai lembaga sosial, pers, film, radio, atau televisi masing-masing memiliki kebijakan sendiri
yang dikenal dengan politik media.
Penetapan media massa yang akan digunakan sebagai media dakwah tentu harus
disesuaikan dengan kebijakan masing-masing media massa atau agenda masing-masing media.
Pada umumnya media massa di Indonesia memiliki kebijakan yang “membuka pintu” bagi
kegiatan yang berkaintan dengan dakwah. seperti mimbar islam atau mimbar jumat setiap hari
jumat dan menyediakan tempat atau kolom untuk artikel atau opini dan berita yang berkaitan
dengan dakwah akidah, syariah dan akhak. Hal ini merupakan tantangan bagi dai dan mubaligh
untuk berdakwah melalui tulisan atau artikel. Disamping itu radio dan televisi di Indonesia juga
menyediakan waktu khusus menyalurkan dakwah seperti adzan, ceramah, atau dialog agama
islam. Bahkan media tersebut menyiarkan langsung acara hari raya Idul Fitri dan Idul Adha,
khutbah jumat serta pelajaran bahasa arab.
Selain itu undang-undang pers membolehkan adanya surat kabar yang khusus untuk
kegiatan dakwah. Namun semua itu memerlukan biaya yang besar dan organisasi yang rapi
dengan manajemen yang baik, serta sumber manusia yang professional.
Jika para dai atau mubaligh ingin memanfaatkan media massa sebagai media dakwah,
maka para dai atau mubaligh harus mampu memahami dan sekaligus memengaruhi kebijakan
pers, radio dan televisi. Hal ini merupakantantangan bagi para dai atau mubaligh karena di
negara demokrasi dengan perkembangan media kearah bisnis, media lebih mandiri dan otonom
sehingga sukar dikendalikan dan dikontrol dari pihak laur dirinya.
Dalam upaya memilah dan memilih media dakwah yang akan dimanfaatkan terutama di
negara demokrasi, maka langkah strategis yang harus ditempuh oleh dai atau mubaligh adalah
melakukan hubungan timbal balik dengan media massa, terutama para komunikator professional
yaitu para wartawan atau jurnalis.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa yang sekarang ini banyak perbedaan dengan masa penyebaran islam di zaman
rasulullah. Lebih mudah dan lebih cepat untuk melakukan dakwah secara kilat tanpa harus
menunjukkan diri kehadapan orang banyak. Dengan adanya media massa dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya dalam menyebarkan dakwah islamiyah.
B. Saran
Dengan melalui makalah ini kami selaku penyusun mengharapkan khususnya semua
mahasiswa komunikasi dapat mengetahui serta memahami tentang media massa yang ada dan
cara pemanfaatannya.

Daftar Pustaka
 Arifin, Anawar Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi ,Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011
 Mufid, Muhammad, Komunikasi & Regulasi Penyiaran, Kencana, Jakarta : 2010
 Sanjaya, Wina, Media Komunikasi Pembelajaran, Kencana, Jakarta : 2012
MANFAAT JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA DAKWAH

MANFAAT JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA DAKWAH

Oleh :

RITA ASMIATI

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berdasarkan Qur’an surah Ali Imran ayat 104 Allah swt juga menegaskan:

ِ ‫عونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر‬


َ‫وف َويَ ْن َه ْون‬ ُ ‫َو ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَ ْد‬

‫عن ْال ُم ْن َك ِر َوأُولَ ِئ َك ُه ُم ْال ُم ْف ِل ُحون‬


َ
Artinya :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,

menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang

beruntung.”

Menurut Prof. Hamka ayat ini member perintah kepada orang-orang yang menjadi wali

anak yatim agar melindungi dan menjaga harta mereka. Dan menurut Ahmad Mustafa Al-Maragi

ayat ini member perintah terhadap para orang tua/wali yang dititipi anak yatim agar menjaga dan

memperlakukan mereka dengan baik.


Sedangkan menurut Imam Jalaludin As Sayuti ayat ini member perintah kepada orang

tua/wali jangan sampai meninggalkan keturunanya dalam keadaan lemah.

Hal ini juga dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadistnya yaitu: Apabila kamu melihat

kemungkaran maka cegahlah dengan tangan, apabila tidak bias vcegahlah dengan perbuatan,

dan apabila masih bias hendaklah kamu diam, sesungguhnya yang diam itu adalah selemah-

lemahnya iman. (HR. Bukhari & Muslim)

Dewasa ini perkembangan tekhnologi sangat cepat dan sulit terbendung lagi, termasuk

salah satunya adalah tekhnologi informasi dan komunikasi. Dengan berkembangnya tekhnologi

ini orang bisa bertukar informasi antar kota, antar negara bahkan antar benua sekalipun. (Ricky

Brilianto, 2007: 2)

Perkembangan dunia komunikasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan

fasilitas yang namanya internet, dan internet tidak dapat dipisahkan dengan yang namanya

jejaring sosial seperti facebook, yahoo messager, twitter, instagram dan jejaring social lainnya.

Berbagai fasilitas tersebut merupakan suatu alternatif yang efektif dalam upaya untuk

menghubungkan antara individu yang satu dengan yang lain agar terjalin hubungan silaturrahmi

yang harmonis dan saling menguntungkan. Oleh karena itu, jejaring sosial tersebut sangat tepat

sekali sebagai sarana dalam membangun dakwah islam. Hal ini dilakukan untuk menghadapi

perang pemikiran (ghozwul fikr) yang diciptakan oleh dunia barat (Mahmud Hamdi Zaqzuq,

1998: 206). Islam menghadapi serangan peradaban dan pandangan dunia asing yang

mengancam, serangan itu banyak merusakkan peradaban yang dibangun islam berabad-abad

lamanya.

Untuk menghadapi itu kita memerlukan Strategi yang tepat dalam kegiatan membangun

jaringan dakwah, yaitu dengan memanfaatkan perkembangan global connection. System ini
merupakan salah satu alternative untuk dijadikan sebagai media untuk berdakwah. Aspek

keuntungan yang diperoleh dengan pemanfaatan jaringan internet antara lain dapat memepererat

jalinan persaudaraan antara satu dengan lainnya juga dapat memberikan informasi dalam waktu

yang singkat (aspek social), dapat berdisksui mengenal perkembangan islam (aspek agama) serta

pengembangan ilmu pengetahuan Tekhnologi (aspek ilmu pengetahuan).

Dakwah bisa dilaksanakan melalui situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.

Karena itu, pada era sekarang dengan penguasaan teknologi informasi yang baik, dai bisa

memanfaatkan situs jejaring sosial sebagai salah satu sarana dakwah dan tidak hanya berdakwah

di mimbar saja. Para dai harus menguasai Tekhnologi Informasi agar bisa menyebarkan dakwah

melalui jejaring social seperti facebook dan twitter serta jejaring sosial lainnya yang penggu-

nanya setiap hari terus bertambah. Facebook dan twitter sebenarnya bukanlah hanya sekedar

sarana “cuap-cuap” (bercerita red), caci maki, curhat atau lainnya. Tetapi jejaring sosial itu bisa

menjadi salah satu media dakwah yang efektif.

Analisis yang dikeluarkan Social bakers di tahun 2013 bahwa Indonesia adalah pengguna

facebook terbesar keempat di dunia. Tak kalah hebatnya negeri ini pun tercatat sebagai pengguna

Twitter urutan kelima di dunia. Pengguna media sosial di Indonesia sudah berjumlah 50 juta

account lebih, atau sekitar 20 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Oleh karena itu, perlu

ada proses pengawalan terhadap media agar dapat bergerak ke arah kebaikan.

Mengingat pengguna jejaring social di Indonesia cukup besar, maka ini merupakan

peluang besar untuk berdakwah. Satu postingan dakwah yang ditulis di jejaring social, akan

dibaca oleh semua pengguna jejaring sosial tersebut. Jadi kecanggihan teknologi informasi bisa

dimanfaatkan untuk dakwah.

Dari studi pendahulan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana
kita dapat memanfaatkan perkembangan tekhnologi khususnya jejaring sosial untuk berdakwah.

Oleh karena itu penulis memberi judul makalah ini “Manfaat Jejaring Sosial Sebagai Media

Dakwah”

2. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka dapat dirumuskan

menjadi: “Apa manfaat jejaring social sebagai media dakwah ?”.

Mengingat banyaknya bahasan manfaat jejaring social sebagai media dakwah, penulis

membatasi hal-hal sebagai berikut:

a. Apa itu jejaring social ?

b. Apa manfaat jejaring social sebagai media dakwah ?

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian jejaring social

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Jejaring berasal dari kata “jaring” yang artinya

simpul-simpul yang saling terkait dan terikat. Sedangkan social berarti

Jejaring sosial (social network) adalah bentuk struktur sosial yang terdiri dari simpul-

simpul yang saling terkait dan terikat oleh satu atau lebih tipe hubungan yang spesifik. Simpul-

simpul yang dimaksudkan disini dapat berupa individu maupun organisasi.

Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan

penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta mengundang

atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut.

Istilah jejaring sosial pertama kali diperkenalkan oleh Professor J.A Barnes pada tahun

1954. Jejaring sosial merupakan sebuah sistem struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen

individu atau organisasi. Jejaring sosial ini akan membuat mereka yang memiliki kesamaan
sosialitas, mulai dari mereka yang telah dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga bisa saling

berhubungan.

Tetapi ada Banyak kalangan yang menilai bahwa internet, khususnya jejaring social

mendatangkan banyak manfaat dan tidak sedikit pula diantara mereka yang menilai bahwa

jejaring sosial banyak menimbulkan efek negatif bagi para penggunanya.

Untuk menjawab atau menanggapi permasalahan ini, maka seyogyanya harus didudukkan

secara bijaksana. Teknologi termasuk di dalamnya jejaring sosial adalah salah satu bentuk dari

madaniyah. Kata madaniyah (Arab) merujuk kepada definisi kumpulan benda-benda dan sarana-

sarana yang dipergunakan dalam urusan kehidupan.

Sebagaimana hal-hal lain di dunia, internet umumnya dan jejaring social khususnya selain

menawarkan manfaat, juga menyimpan kerugian. Bahwa bagaimanapun teknologi hanyalah alat

sehingga dibutuhkan kearifan dalam penggunaannya sebagai cara memahami dan mengendalikan

dunia.

2. Ciri-ciri jejaring Sosial

a. Memungkinkan anggota membuat dan mengelola profil pribadi yang kemudian dapat dikaitkan

dengan profil anggota lainnya.

b. Adanya teman, kontak dan jaringan untuk berbagi minat yang sama, seperti bisnis, akademik,

agama dan sebagainya.

c. Secara mendasar setiap pengguna jejaring social saling terhubung dan memungkinkan untuk

saling mengomentari sesama pengguna jejaring social.

3. Pengertian media dakwah


Secara Etimologi Media berasal dari bahasa latin “medius” yang secara harfiah berarti

perantara, tengah atau pengantar (Azhar Arsyad, 2006: 3). Dalam bahasa Inggris media

merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti tengah, antara, rata-rata. Dari pengertian ini

ahli komunikasi mengartikan media sebagai alat yang menghubungkan pesan komunikasi yang

disampaikan oleh komunikator/pemberi pesan kepada komunikan/penerima pesan (Moh. Ali

Aziz, 2009: 403).

Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,

tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha

mempengaruhi orang lain, baik secara individual maupu secara kelompok, agar dalam dirinya

timbul suatu pengertian, kesadaran, sikap dan penghayatan sertanpengamalan terhadap ajaran

agama sebagai message yang disampaikan padanya tanpa adanya unsure-unsur paksaan (M.

Arifin, 2004: 6).

Berikut adalah beberapa pengertian media dakwah menurut para Ahli (M. Ali Aziz, 2009:

403) yaitu sebagai berikut :

a. Menurut Asmuni Syukir media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat

untuk mencaai tujuan dakwah.

b. Menurut Wardi Bakhtiar media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan

materi dakwah.

c. Menurut Mira Fauziah media dakwah adalah alat atau sarana yang digunakan untuk berdakwah

dengan tujuan supaya memudahkan penyampaian pesan dakwah kepada mad’u.

d. Menurut Abdul Kadir Munsyi media dakwah adalah alat yang menjadi saluran yang

menghubungkan ide dengan umat.


Dari berbagai defenisi di atas dapat disimplkan bahwa media dakwah adalah alat yang

menjadi perantara penyampaian pesan dakwah kepada mitra dakwah.

4. Manfaat jejaring social sebagai media dakwah

Adapun keunggulan atau manfaat jejaring social sebagai media dakwah antara lain yaitu

sebagai berikut :

a. Dakwah melalui internet khususnya jejaring social mampu menembus batas ruang dan waktu

dalam sekejap dengan biaya dan energi yang relatif terjangkau

b. Pengguna jasa internet khususnya jejaring social setiap tahunnya meningkat drastis, ini berarti

berpengaruh pula pada jumlah penyerap misi dakwah.

c. Bisa diakses di mana aja dan kapan saja.

d. Bisa menjangkau berbagai kalangan terutama para remaja yang anti terhadap kegiatan-kegiatan

keagamaan.

e. Dakwah melalui internet telah menjadi salah satu pilihan masyarakat. Berbagai situs mereka

bebas memilih materi dakwah yang mereka sukai, dengan demikian pemaksaaan kehendak bisa

dihindari.

f. Cara penyampaian yang variatif telah membuat dakwah Islamiyah via internet khususnya

jejaring sosial bisa menjangkau segmen yang luas.

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdakwah tidak hanya terbatas dengan dakwah manual (door to door), membuat sebuah

jama’ah atau dalam even tertentu yang melibatkan orang banyak dalam satu waktu dan satu

tempat untuk berdakwah. Para juru dakwah bisa berekspresi dalam tulisan yang menekankan
pada seruan atau ajakan pada Islam, meluruskan hal-hal negatif tentang islam, memperluas

wacana keislaman dengan membuat catatan kecil pada situs jejaring sosial (social network)

seperti facebook, twitter dan lainnya, membuat mini blog atau pada website pribadi.

2. saran

Seharusnya dengan adanya jaringan internet khususnya jejaring social ini, dakwah dapat

memainkan perannya semaksimal mungkin dalam menyebarkan informasi tentang Islam

keseluruh penjuru tanpa mengenal waktu dan tempat. Sudah saatnya kita semua memanfaatkan

kemajuan teknologi digital untuk Islam yang lebih kuat dan maju. Saling mengingatkan satu

sama lain, agar tidak menjadi umat yang semakin rapuh dan lemah.

D. DAFTAR KEPUSTAKAAN

Amrullah Ahmad. 1983. Dakwah dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: PLP2M

Syamsul Munir Amin. 2008. Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah

Moh. Ali Azis.2009. Ilmu Dakwah.Jakarta: Prenanda Media Group

M Arifin. 2004. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara

Mahmud Hamdi Zaqzuq. 1998. Islam dan Tantangan Dalam Menghadapi Pemikiran Barat. Bandung:

Pustaka Setia

Azhar Arsyad. Media Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai