PEMBAHASAN
2. Media Nonmassa
Media ini biasanya digunakan dalam komunikasi untuk orang tertentu atau kelompok-
kelompok tertentu seperti surat, telepon, SMS, telegram, faks, papan pengumuman, CD, e-mail,
dan lain-lain. Semua itu dikategorikan karena tidak mengandung nilai keserempakan dan
komunikannya tidak bersifat massal.[6]
Disadari atau tidak, media dalam penggunaan komunikasi terutama media massa telah
meningkatkan intensitas, kecepatan dan jangkauan komunikasi yang dilakukan manusia dalam
berbagai hal. Termasuk dalam hal ini tak ketinggalan adalah dalam komunikasi dakwah massa.
Media yang terbaik untuk mempopulerkan, mengajarkan, memantapkan, atau mengingatkan
sesuatu dalam dakwah, secara terperinci, Hamzah Ya’qub membagi media dakwah itu menjadi
lima:
a. Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media
ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
b. Tulisan, buku majalah, surat kabar, korespondensi (surat, e-mail, sms), spanduk dan lain-lain.
c. Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.
d. Audio visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran atau penglihatan
dan kedua-duanya. Bisa berbentuk televisi, slide, ohap, internet, dan sebagainya.
e. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang dapat dinikmati
dan didengarkan oleh mad’u.[7]
Sedangkan jika dilihat dari segi penyampaian pesan dakwah, dibagi menjadi tiga golongan
yaitu:
1. The spoken words (berbentuk ucapan)
Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang mengeluarkan bunyi. Karena hanya dapat
ditampak oleh telinga dan biasa disebut dengan the audial media da dapat dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti telepon, radio dan lain-lain.[8]
2. The printed writing (yang berbentuk tulisan)
Yang termasuk didalamnya adalah barang-barang tercetak, gambar-gambar tercetak, lukisan-
lukisan, buku, surat kabar, majalah, brosure, pamphlet, dan sebagainya.[9]
3. The audio visual (berbentuk gambar hidup)
Yaitu merupakan penggabungan dari kedua golongan diatas, yang termasuk dalam kategori ini
adalah film, video, DVD, CD, dan sebagainya.[10]
Disamping penggolongan wasilah diatas, wasilah dakwah dari segi sifatnya juga dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu:
1. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni pertunjukan yang secara tradisonal dipentaskan
didepan umum terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat komunikatif, seperti ludruk,
wayang, drama, lenong dan sebagainya.
2. Media modern, yang diistilahkan juga dengan “media elektronika” yaitu media yang dilahirkan
dari teknologi. Yang termasuk media modern ini antara lain televise, radio, pers dan
sebagainya.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Media (wasilah) dakwah adalah alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi
dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Dengan banyaknya media yang ada, maka seorang da’i
harus memilih media yang paing efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Bentuk-bentuk media
dakwah terbagi menjadi dua, yaitu media massa dan media nonmassa. Jika dilihat dari segi
penyampaian pesan dakwah maka media itu terbagi kedalam tiga golongan, yakni yang
berbentuk ucapan, tulisan, dan yang berbentuk gambar hidup. Sedangkan bila dilihat dari segi
sifatnya, maka wasilah dakwah itu dibedakan menjadi wasilah tradisional dan wasilah modern.
Disamping itu juga terdapat beberapa benda yang secara umum digunakan sebagai media
dakwah. Pertama, yaitu media visual misalnya film slide, OHP, dan gambar (foto). Kedua, yaitu
media audio seperti radio dan tape recorder. Ketiga, yakni media audio visual misalnya televise,
internet, dan film. Dan yang terakhir yaitu media cetak seperti halnya surat kabar, buku dan
majalah.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
[1] Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 113.
[2] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 120.
[3] Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 105.
[4] Ibid.,
[5] Ibid.,
[6] Ibid., hal. 106.
[7] Moh. Ali Aziz, Ilmu…, hal. 120
[8] Wahyu Ilaihi, Komunikasi…, hal. 107.
[9] Moh. Ali Aziz, Ilmu…, hal. 121.
[10] Ibid.,
[11] Wahyu Ilaihi, Komunikasi…, hal. 107.
[12] Samsul Munir Amin, Ilmu…, hal. 116-117.
[13] Ibid., hal. 117.
[14] Ibid., hal. 117-118.
[15] Ibid., hal. 120.
[16] Moh. Ali Aziz, Ilmu…, hal. 152.
[17] Samsul Munir Amin, Ilmu…, hal. 119-120.
[18] Ibid., hal. 120.
[19] Moh. Ali Aziz, Ilmu…, hal. 154.
[20] Samsul Munir Amin, Ilmu…, hal. 121.
[21] Ibid., hal. 121.
[22] Moh. Ali Aziz, Ilmu…, hal. 153.
[23] Ibid., hal. 156.
[24] Ibid.,
[25] Samsul Munir Amin, Ilmu…, hal. 122.
[26] Ibid., hal. 123.
[27] Ibid., hal. 124.
[28] Ibid.,
1. Persoalan manusia
2. Persoalan ad-dinul Islam
3. Persoalan ibadah
Pesan dakwah adalah Islam atau syariat sebagai kebenaran hakiki yang
dating dari Allah melalui malaikat Jibril kepada para nabi-Nya dan terakhir
kepada Muhammad SAW . Pesan dakwah ini diungkapkan dalam surat An-
Nahl ayat 125 disebut dengan sabili rabbika (jalan tuhanmu)
Al-Quran menyebutkan term Islam sebanyak 28 kali dalam bentuk kata
kerja dan dalam bentuk kata sebanyak 110 kali, yang secara eksplisit dalam
bentuk al-islam sebanyak 6 kali. Kedamaian, keselamatan, kesejahteraan,
ketundukan, dan tata aturan hidup bagi manusia, yaitu sebuah nama bagi al-
din. Sedangkan kata din itu sendiri al-quran menyebut sebanyak 93 kali dalam
7 bentuk kata benda, dan satu kali dalam bentuk kata kerja.
Sumber utama ajaran Islam sebagai pesan dakwah adalah Al-Qur’an itu
sendiri, yang memiliki maksud spesifik, paling tidak terdapat sepuluh maksud
pesan Al-Qur’an sebagai sumber utama Islam, yaitu :
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Arti penting sebuah media (wasilah) dalam proses dakwah tidak dapat
dipungkiri lagi. Permasalahanya sekarang terletak pada kemauan dan kejelian
para da’i dalam melihat media mana yang paling tepat dipakai berdasarkan
kemampuanya sebagai da’i maupun spesifikasi mad’u yang menjadi lahan
garapannya.Dalam hal ini Moh.Ali Azis menjelaskan bahwa pada dasarnya
dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang dapat merangsang indra-
indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk menerima
dakwah.Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai maka semakin efektif
pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran
dakwah. Pemakaian media (terutama media massa) telah meningkatakan
intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi yang dilakukan umat
manusia terutama bila dibandingkan sebelum adanya media massa seperti
pers, radio, televisi, internet dan sebagainya. Oleh karena itu sudah
seyogyanya bagi para da’i memanfaatkan peluang ini dalam menyebarkan
ajaran Islam.
B. SARAN
Makalah ini disajikan dengan segudang kekurangan, oleh karenanya Saya berharap
pengamatan yang teliti dari pembaca terhadap sistematika pembahasan, gaya bahasa
dan kesesuaian tema dan isi dari makalah ini, sehingga menghasilkan saran dan
keritikyang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
SEJARAH KOMUNIKASI DAKWAH
2.1. Sejarah Komunikasi.
Cikal Bakal Komunikasi
Pada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan
organisasi. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisasi awal digunakan untuk reproduksi.Berikut ini
akan kita telusuri usaha-usaha manusia dalam berkomunikasi lebih jauh, dapat dilihat dari
berbagai bentuk kehidupan mereka masalalu. Berikut ini beberapa tahap generasi tahapan
dakwah.
- Bentuk kecakapan lisan
- Bentuk kecakapan tulisan
- Bentuk kecakapan cetak
Perkembangan Komunikasi Secara Keilmuan
Dari segi ilmu, perkembangan komunikasi sejak zaman yunani mulai digunakan manusia
untuk mempermudah terujudnya kepentingan mereka. Terlepas dari besar proporsi perannya,
secara umum terdapat tiga stater motor penggeraksehingga komunikasi kemudian mengemuka
dan menjadi dibutuhkan sesuai zamannya.
2.2. Perkembangan Komunikasi Dakwah.
Sebenarnya, kehadiran komunikasi dakwah dapat dipandang sebagai sebagai perwujutan
respons kalangan disiplin dakwah untuk menyumbang dan menerapkan ilmunya dalam rangka
ikut mengambil bagian menjawab tantangan dan tuntutan dakwah. Respons tersebut analok
dengan tumbuhnya kontribusi dari berbagai disiplin ilmu yang lainya. Yang jugamengkhususkan
diri bagi kepentingan perkembangan dakwah. Seperti ilmu dakwah, psikologi dakwah,
manajemen dakwah, filsafat dakwah, dan sebagainya.semua ini mempunyai keterkaitan secara
vsinergis dan komplemen dalam perkembangan dakwah.
Keilmuan komunikasi dakwah boleh dibilang masi sangat prematur dibandingkan dengan
keilmuan-keilmuan lainya. Untuk itu, perkembangan seperti ilmu lainya. Untuk itu,
perkembanganya seperti ilmu-ilmu lainya dalam kelompok dakwah akan terus membutuhkan
kajian dan penelitian secara kontinu dan mendalam guna menemukan bentuk yang sempurna.
Dan sebagaimana dengai ilmu-ilmu lainnya yang memiliki sifat progresif, komunikasi dakwah
akan terus mengalami perkembangan mengikuti perkembangan peradaban manusia.
BAB III
KOMPONEN-KOMPONEN KOMUNIKASI DAKWAH
Komponen-komponen pembentuk komunikasi yang memungkinkan terjadinya proses
komunikasi adalah komunikator, pesan, media, dan komunikan, dengan efek sebagai tolak ukur
berhasil tidaknya komunikasi. Sedangkan komponen pembentuk komunikasi dakwah, adalah
takjauh dengan komunikasi.
3.1. Dai dalam Komunikasi Dakwah.
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim
komunikasi. Termasuk dalam komunikasi dakwah. Pada dasarnya semua muslim berperan secara
otomatis sebagai juru dakwah, artinya orang yang harus menyampaikan atau dikenal sebagai
komunikator dakwah. Siapa saja dapat dikenal sebagai dai atau komunikator dakwah. Siapa saja
yang yang dapat dikenal sebagai dai atau komunikator dakwah itu dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimah yang mukalaf (dewasa) di mana kewajiban
dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisah dari misinya sebagai penganut umat islam,
sesuai dengan perintah, sampaikanlah walau satu ayat.
2. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus (mutakhsis) dalam bidang agama
islam, yang dikenal panggilan ulama.
Etos Komunikator Dakwah
Keefektifitas komunikasi dakwah sangat ditentukan oleh etos komunikator. Etos adalah nilai
diri seseorang yang merupakan panduan dari kognisi, efeksi dan konasi. Kongnisi adalah proses
memahami yang bersangkutan dengan pemikiran.
Adapun faktor-faktor pendukung etos , yang perlu dapat perhatian para komunikator
dakwah demi efektifnya komunikasi yang akan dilancarkan meliputi;
a. Kesiapan
b. Kesungguhan (seriousness)
c. Ketulusan
d. Kepercayaan
e. Ketenangan
f. Keramahan
g. Kesederhanaan
Sikap Komunikator Dakwah
Sikap adalah sebuah kesiapan kegiatan, suatu kecendrungan pada diri seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial. dalam hal ini, hubunganya
dengan hubungan komunikasi yang melibatkan manusia-manusia sebagai sasaranya, pada diri
komunikator sebaiknya terdapat lima sikap yaitu:
1. Reseptif
2. Selektif
3. Dijestif
4. Asimilatif
5. Transmisif
Dari kelima hal tersebut merupakan unsur-unsur penting yang harus diperhatikan bagi
seorang dai dalam kedudukanya sebagai komunikator dalam rangka pembinaan diri sebagai
komunikator. Selain hal tersebut ada beberapa hal yang tidak kalah pada diri dai sebagai
komunikator melancarkan komunikasi yaitu berupa daya tarik sumber dan kredibilitas sumber
yaitu meliputi:
a. Daya tarik sumber (source attractiveness)
b. Kredibilitas sumber (source credibility)
3.2. Mad’u dalam Komunikasi Dakwah.
Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan adalah akibat karena adanya
sumber. Bentuk-bentuk dan tipologi mad’u;
- Crowd
- Publik
- Massa
Menurut M. Bahari Gozali mengelompokkan mad’u berdasarkan tipologi dan klasifikasi
masyarakat tersebut
- Tipe inovator
- Tipe pengikut
- Tipe pengikut dini
- Tipe pengikut akhir
- Tipe kolot
3.3. Efek (sikap dan reaksi mad’u) dalam Komunikasi Dakwah.
Kadar Efek Dakwah
Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan
oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan dakwah. Yang lebih tinggi lagi dari kadar
jenis efek atau dalam tahap proses;
1. Terbentuknya suatu pengertian atau pengetahuan (knowledge)
2. Proses suatu sikap menyetujui atau tidak menyetujui (attitude)
3. Proses terbentuknya gerak pelaksanaan (practice)
Efek Berdasarkan Responsi Mad’u
Ada hal yang penting yaitu mengenai feedback atau umpan balik. Umpan balik sangat
memberikan peran yang sangat penting dalam komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya
komunikasi atau berhentinya komunikasi yang di lancarkan oleh komunikator. Sifat dari umpan
balik bisa bersipat positif atau negatif. Bersifat positif adalah tangapan respon atau reaksi
komunikan yang menyenangkan komunikator sehinga komunikasi bisa berjalan dengan
sebaiknya. Sebaliknya umpan balik negatif adalah tanggapan komunikan yang tidak
menyenangkan komunikatornya sehingga komunikatornya engan untuk melanjutkan
komunikasinya. Untuk itu, komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan
umpan balik, sehingga ia dapat mengubah gaya komunikasi dikala ia mengetahui umpan balik
dari komunikan bersifat negatif.
BAB IV
DAKWAH SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI DAKWAH
4.1. Proses Komunikasi.
Setiap orang mempunyai hasrat untuk berbicara’ mengungkapkan pendaapat, dan
memperoleh informasi. Atas alasan-alasan itilah, tercipta apa yang dinamakan proses
komunikasi. Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial. dalam hubunganya dengan
maanusia sebagai mahluk sosiaal, terkandung maksud bahwa manusia bagaimana juga tidak
sdapat terlepas dari individu yang lain. Sebagai kodrati manusia akan selalu hidup bersama.
Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses menyampaikan pemikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain yang menggambarkan lambang (simbol) sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lainya
sebagainya.
Proses Komunikasi Secara Sekunder
Proses komunikasi secara skunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
setelah media pertama.secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan
sebagai berikut;
- Komunikator (sender)
- Pesan (message)
- Komunikan (receiver)
- Komunikasi (receiver)
Sedangkan model-model yang diterapkaan dalam komunikasi adalah;
- Model umpan balik
- Model timbal balik
- Model memusat
4.2. Dakwah Sebagai Proses Persuasif.
Proses persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat dan prilaku. Istilah persuasif
bersumber dari perkataan latin persuasio memiliki kata kerja persuadere yang berarti membujuk,
mengajak, atau merayu.
Teori dan Metode Komunikasi Persuasif
Untuk kepentingan komunikasi persuasif, seorang komunikator dakwah hendaknya
membekali diri mereka dengan teori-teori persuasif agar ia dapat menjadi komunikator yang
efektif.
- Metode asosiasi
- Metode interaksi
- Metode pay-off dan fear-arousing
- Metode icing
Formula Komunikasi Persuasif
Untuk lebih berhasilnya komunikasi persuasif, perlu dilaksanakan secara sistematis. Dalam
komunikasi ada sebuah formula yang dapat dijadikan landasan pelaksanaan yang bisa disebut
dengan AIDDA. Formula ini merupakan kesatuan singkatan dari tahapan-tahapan komunikasi
persuasif.
A Attention - perhatian
B Interest - minat
C Desire - hasrat
D Decision - keputusan
A Action - kegiatan
Komunikasi persuasif, dimulai dengan upaya membangkitkan perhatian mad’u. Upaya ini
tidak hanya bicara dengan kata-kata yang merangsang, tetapi juga dengan penampilan ketika
menghadapi khalayak.
BAB V
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DAKWAH
5.1. Komunikasi Efektif.
Tentu tidak mudah untuk membuat sebuah komunikasi itu berjalan dengan menghasilkan
kesepakatan secara utuh sesuai dengan tujuanya. Karena salah satu prinsip dalam berkomunikasi
adalah terdapat kesulitan-kesulitan pokok dalam mencapai tujuan. Persoalanya bagaimana kita
mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.Untuk itu ada beberapa tahap mengubah dan menggugah
dengan hati;
1. Tahap pra pelaksana yaitu
- Hati yang tulus
- Penampilan yang bagus
- Tujuan yang fokus
2. Tahap pelaksana yaitu
- Satukan hati dan visualisasi
- Bahasa tubuh dan ekspresi
- Lengkapi informasi
3. Tahap pasca- pelaksana yaitu
- Evaluasi diri dan perbaiki diri
Kejelasan dan Tujuan Target
Tujuan komunikasi yang jelas dan semakin spesifik akan menghasilkan komunikasi yang
semakin membaik. Mengapa? Karena semakin spesifik tujuan aktifitas komunikasi, maka
komunikasi tersebut akan semakin fokus. Tahap-tahap komunikasi;
- Tahap lahir
- Tahap tumbuh
- Tahap dewasa
- Tahap turun
Kejelasan Target Audience
Secara prinsip semakin jelas target audiensi yang ingin dibidik, maka efek komunikasi akan
lebih optimal dan tepat sasaraan. Mad’u dakwah harus menyusun dan membuat klasifikasi target
audience. Dari mereka yang tidak tau sama sekali tentang esensi islam, hingga mereka yang tahu,
mendukung dan mau terlibat, inilah yang disebut dengan segmentasi.
Strategi Pesan
Aktivitas komunikasi dikatakan berhasil jika pesan yang disampaikan pengirim pesan dapat
di pahami secara benar oleh target atau sasaran. Untuk itu, paling tidak ada dua hal yang harus di
persiapkan secara matang dalam pengkomunikasian.
1. Fokus pesan
2. Cara atau pendekatan dalam menyampaikanya
Strategi Media
Strategi media merupakan bagian peroses dari informasi dan komunikasi yang akan
dilaksanakan. Pemilihan media sangat menentukan keberhasilan, efektifitas dan efesiensi,
komunikasi yang dilakukan.
5.2. Hukum Komunikasi Efektif.
Ada beberapa,hukum prinsip dasar, yang harus kita perhatikan ketika berkomunikasi agar
bisa berjalan dengan secara efektif
1. Respect
2. Empati
3. Audible
4. Kejelasan dari pesan yang kita sampaikan (clarity)
5. Sikap rendah hati (backup)
BAB VI
BENTUK-BENTUK ETIKA KOMUNIKASI DALAM AL-QUR’AN
6.1. Kata-kata dalam Komunikasi Dakwah.
Banyak orang keliru menganalisa seolah-olah kemajuan dunia barat bertopang primer
pada matematika, fisika, atau kimia. Namun, jika mau lebih dalam lagi menyelam, maka kita
akan melihat bahwa kemampuan luar biasa didunia barat dalam hal-hal ilmu alam berpijak pada
kultur berabad-abad pendidikan bahasa. Yang berakar pada filsafat yunani yang tertumpu pada
retorika.
Pengertian retorika biasanya kita anggap negatif, seolah-olah retorika hanya seni
propaganda, dengan kata-kata yang bagus bunyinya, tetapi disangsikan kebenaran isinya.
Padahal, arti asli dari retorika itu jauh lebih mendalam yakni pemekaran bakat-bakat tertinggi
manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi lewat
medan pikiran. “to be victorious lords in the bottle of minds”. Maka retorika menjadi mata
pelajaran poros demi emansipasi manusia menjadi tuan dan puan. (YB. Mangunwijaya, 11
Agustus 1992)
6.2. Prinsip-prinsip Komunikasi Dakwah dalam Al-qur’an.
1. Qawlan Adhima. Q.s. Al-Isra : 40
2. Qawlan Baligha. Q.s. An-Nisa : 63
3. Qawlan Karima. Q.s. Al-Isra : 23
4. Qawlan layyina. Q.s. Thaha : 43-44
5. Qawlan Maisura. Q.s. Al-Isra : 28
6. Qawlan Ma’rufan. Q.s. Al-Ahzab : 32
7. Qawlan Saddidan. Q.s. An-Nisa :
BAB VII
TEKS SURAT-SURAT NABI DALAM DAKWAH
1. Surat nabi untuk al-najasyi.
2. Surat nabi untuk caisar heraclius.
3. Surat nabi untuk kesra pemimpin persia.
4. Surat nabi untuk al-muqauqis.
5. Surat nabi untuk haudzhah al-hanafi.
Komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari seseorang atau
sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lain yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Hadis dengan menggunakan lambang-lambang baik secara verbal maupun nonverbal dengan
tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran
islam, baik secara langsung secara lisan maupun tidak secara langsung melalui media.[1]
Komunikator dakwah dapat juga diartikan sebagai upaya komunikator [orang yang
menyampaikan pesan, seperti: ustad, ulama, kiai, buya, atau mubaligh] dalam
umat dapat mengetahui, memahami, menghayati, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari serta menjadikan al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman dan pandangan hidupnya.[2]
Secara umum, komunikasi dakwah adalah suatu penyampaian pesan dakwah yang secara
sengaja dilakukan oleh komunikator [dai] kepada komunikan [mad’u] dengan tujuan membuat
Pembahasan komunikasi dakwah lebih berat tekanannya pada aspek komunikasi, maka
komunikasi dakwah memiliki objek yang sama dengan komunikasi pada umumnya. Akan tetapi,
jika pembahasan dititikberatkan pada aspek dakwah, objek komunikasi dakwah sama dengan
Secara sederhana, dapat ditegaskan bahwa objek kajian komunikasi dakwah adalah peran
dan fungsi komunikasi yang terlibat dalam proses dakwah. Hal ini, dapat dijelaskan berangkat
dari objek material komunikasi dakwah adalah manusia sebagai sasaran dakwah. Sedangkan
formalnya, adalah segala proses komunikasi dapat berperan maksimal dalam pelaksanaan
dakwah. Objek formal ini dapat ditelurusi dari pengertian komunikasi dakwah itu sendiri, yaitu
peran dan fungsi komunikasi [sebagai suatu aktivitas pertukaran peran secara timbal balik] di
antara semua pihak yang terlibat dalam dakwah, terutama antara komunikator [dai] dan mad’u,
sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap dakwah. [3]
1. Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan memasukkan nilai-nilai persuasif
mengurangi biaya psikis dan ekonomis untuk menciptakan kepribadian islami [amar ma’ruf nahi
munkar].
5. Komunikasi dapat meningkatkan apresiasi yang merupakan perangsang untuk bertindak secara
riil.
6. Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan islam dan tentang pengetahuan islam
7. Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi dalam membuat
8. Komunikasi dapat mengubah struktrur kekuasaan masyarakat pada masyakarat yang awam
10. Komunikasi memudahkan perencanaan dan implementasi program dan strategi dakwah.
11. Komunikasi dapat membuat dakwah menjadi proses yang berlangsung secara mandiri [self
perpetuating].
Akan tetapi, beberapa hal yang tersebut diatas hanya sebagian untuk ide, teknik dan imej.
Dalam ukuran lebih luas komunikasi dakwah yang berhasil harus juga memberikan jaminan bagi
umat [mad’u] bahwa mereka di masa yang akan datang memiliki identitas sebagai suatu umat
Dakwah sebagai aktivitas dan fenomena agama telah tumbuh sebagai bidang kajian yang
dipelajari dan dikembangkan di perguruan tinggi. Meskipun demikian dakwah sebagai kegiatan
dan fenomena sosial dapat juga ditelaah dan dikaji melalui studi komunikasi yang sudah
berkembang secara internasional.
Dakwah dan komunikasi memiliki kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Dakwah
dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi manusia, dan sebaliknya. Dakwah memiliki
karakteristik yang membedakan dengan berbagai bentuk komunikasi yang ada dalam
masyarakat.
i. Karakteristik Dakwah
Dakwah identik dengan istilah penyiaran atau penyebaran serta ajakan untuk mengikuti
apa yang akan di perintahkan. Adapaun pengertian dari dakwah menurut para ulama’ besar
adalah sebagai berikut:
o Syekh Muhammad al-Khadir Husin menyatakan bahwa dakwah adalah menyeru manusia kepada
kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada kebajikandan melarang kemungkaran agar
mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
o Toha Abdurrahman menyatakan bahwa dakwah ialah dorongan atau ajakan manusia kepada
kebaikan serta melarang kemungkaran untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.
o Toha Jahya Omar (1967) menyatakan bahwa dakwah menurut islam adalah mengajak manusia
dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai peringantan tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
o M. Quraisy Shihab (1992:194) menulis bahwa dakwah adalah seruan atau ajakan kepada
keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna terhadap individu
dan masyarakat.
o Asep Muhiddin (2002:19-20) menyebut bahwa dakwah adalah upaya kegiatan mengajak atau
menyeru umat manusia agar berada di jalan Allah yang sesuai fitrah dan kehanifannya secara
integral melalui kegiatan lisan, tulisan, nalar dan perbuatan.[2]
Jadi, dakwah sebagai gejala keagamaan sekaligus memiliki relevansi kemanusiaan dan
kemasyarakatan yang amat kuat. Pelaksanaan dakwah penting sekali dalam keharmonisan sosial
dalam rangka perwujudan manusia seutuhnya dan yang sempurna.
ii. Dimensi Dakwah
Dakwah merupakan fenomena keagamaan yanag bersifat ideal normatif sekaligus juga
meruapakan fenomena sosial yang rasional, aktual, dan empiris sebagai sunnatulah. Maka dari
itu dakwah berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
iii. Hakikat Komunikasi
Komunikasi sebagai fenomena sosial, susungguhnya telah hadir sejak perjumpaan Adam
dan Hawa di muka bumi ini. Karena perjumpaan itu maka membutuhkan komunikasi. Banyak
orang yang menyebut komunikasi sebagai perakat hidup bersama dan merupakan aktivitas yang
hadir bersama kehadiran dan pertemuan Ada dan Hawa.
C. Metode atau Pelaksanaan Dakwah Islam
Keharmonisan pada alam, tercipta dengan sendirinya karena alam secara otomatis tunduk
kepada hukum-hukumnya sendiri (sunnatullah) tanpa membantah. Karena manusia tidak sama
dengan alam, maka manusia dalam menciptakan hubungan yang harmonis baik hubungan
dengan alam maupun hunbungan manusia dengan sesamanya, maka manusia harus memahami
sunnatullah yang menguasai alam dan menguasai manusia. Dengan kekuatan akal yang dimiliki
manusia sebagai anugrah tuhan, manusia akan lebih mempu mengetahui tentang lingkungannya
atau masalah duniawinya.
Bila akal digunakan sebaik-baiknya, manusia akan dapat mengerti hukum-hukum yang
menguasai jagat raya itu dengan segala isinya, dan dapat memanfaatkan hukum-hukum tersebut
dalam menjalakan tugasnya sebagai khalifah di dunia.
Dengan kemantapan iman dan takwa yang mendalam, ditambah dengan keluasan ilmu
pengetahuan, manusia mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi, karena melahirkan amal
shaleh yang dapat membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Bidang iman dan segala aspeknya adalah otoritas agama melalui wahyu sedangkan
bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk mengumpulkannya dan
mengembangkannya di dunia ini. Ilmu tersebut adalah meliputi ilmu tentang alam dan ilmu
tentang manusia dalam hubungan sesama manusia yang disebut ilmu-ilmu sosial.
Ilmu dan teknologi merupakan produk dari kerja akal penalaran serta keterampilan
manusia, yang sangat berguna dalam memakmurkan bumi serta mengembangkan kebudayaan
dan peradaban. Ilmu dan teknologi juga sangat diperlukan dalam pelaksanaan dan
pengembangan dakwah efektif. Tanpa pemanfaatan ilmu dan teknologi dakwah tidak akan
berlangsung efektif. Dakwah sebagai amal shaleh selain membutuhkan iman dan takwa, dakwah
juga membutuhkan dimensi ilmu dan teknologi, karena melakukan dakwah harus selaras dengan
hukum-hukum tuhan yang menguasai lingkungan sosial manusia.
Dapat disimpulkan bahwa ilmu dan teknologi dalam pelaksanaan dakwah sangat
diperlukan untuk mencapai efektivitas dan efesiensi. Ilmu yang sangat dekat dengan dakwah
yaitu ilmu komunikasi yang telah berkembang dan diakui secara internasional. Ilmu komunikasi
adalah imu yang bersifat eklektif, yaitu melintasi berbagai bidang disiplin lainnya, terutama ilmu
sosial yang rasional dan empiris. Sedangkan teknologi yang dekat dengan dakwah adalah
teknologi komunikasi terutama yang berkaitan dengan media massa (Pers, film, radio, televisi)
dan media interaktif atau media sosial melalui komputer ataupun gadget dengan menghubungkan
ke internet.
Daftar Pustaka
Arifin, Anawar Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi ,Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011
Mufid, Muhammad, Komunikasi & Regulasi Penyiaran, Kencana, Jakarta : 2010
Sanjaya, Wina, Media Komunikasi Pembelajaran, Kencana, Jakarta : 2012
MANFAAT JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA DAKWAH
Oleh :
RITA ASMIATI
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan Qur’an surah Ali Imran ayat 104 Allah swt juga menegaskan:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.”
Menurut Prof. Hamka ayat ini member perintah kepada orang-orang yang menjadi wali
anak yatim agar melindungi dan menjaga harta mereka. Dan menurut Ahmad Mustafa Al-Maragi
ayat ini member perintah terhadap para orang tua/wali yang dititipi anak yatim agar menjaga dan
Hal ini juga dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadistnya yaitu: Apabila kamu melihat
kemungkaran maka cegahlah dengan tangan, apabila tidak bias vcegahlah dengan perbuatan,
dan apabila masih bias hendaklah kamu diam, sesungguhnya yang diam itu adalah selemah-
Dewasa ini perkembangan tekhnologi sangat cepat dan sulit terbendung lagi, termasuk
salah satunya adalah tekhnologi informasi dan komunikasi. Dengan berkembangnya tekhnologi
ini orang bisa bertukar informasi antar kota, antar negara bahkan antar benua sekalipun. (Ricky
Brilianto, 2007: 2)
Perkembangan dunia komunikasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
fasilitas yang namanya internet, dan internet tidak dapat dipisahkan dengan yang namanya
jejaring sosial seperti facebook, yahoo messager, twitter, instagram dan jejaring social lainnya.
Berbagai fasilitas tersebut merupakan suatu alternatif yang efektif dalam upaya untuk
menghubungkan antara individu yang satu dengan yang lain agar terjalin hubungan silaturrahmi
yang harmonis dan saling menguntungkan. Oleh karena itu, jejaring sosial tersebut sangat tepat
sekali sebagai sarana dalam membangun dakwah islam. Hal ini dilakukan untuk menghadapi
perang pemikiran (ghozwul fikr) yang diciptakan oleh dunia barat (Mahmud Hamdi Zaqzuq,
1998: 206). Islam menghadapi serangan peradaban dan pandangan dunia asing yang
mengancam, serangan itu banyak merusakkan peradaban yang dibangun islam berabad-abad
lamanya.
Untuk menghadapi itu kita memerlukan Strategi yang tepat dalam kegiatan membangun
jaringan dakwah, yaitu dengan memanfaatkan perkembangan global connection. System ini
merupakan salah satu alternative untuk dijadikan sebagai media untuk berdakwah. Aspek
keuntungan yang diperoleh dengan pemanfaatan jaringan internet antara lain dapat memepererat
jalinan persaudaraan antara satu dengan lainnya juga dapat memberikan informasi dalam waktu
yang singkat (aspek social), dapat berdisksui mengenal perkembangan islam (aspek agama) serta
Dakwah bisa dilaksanakan melalui situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.
Karena itu, pada era sekarang dengan penguasaan teknologi informasi yang baik, dai bisa
memanfaatkan situs jejaring sosial sebagai salah satu sarana dakwah dan tidak hanya berdakwah
di mimbar saja. Para dai harus menguasai Tekhnologi Informasi agar bisa menyebarkan dakwah
melalui jejaring social seperti facebook dan twitter serta jejaring sosial lainnya yang penggu-
nanya setiap hari terus bertambah. Facebook dan twitter sebenarnya bukanlah hanya sekedar
sarana “cuap-cuap” (bercerita red), caci maki, curhat atau lainnya. Tetapi jejaring sosial itu bisa
Analisis yang dikeluarkan Social bakers di tahun 2013 bahwa Indonesia adalah pengguna
facebook terbesar keempat di dunia. Tak kalah hebatnya negeri ini pun tercatat sebagai pengguna
Twitter urutan kelima di dunia. Pengguna media sosial di Indonesia sudah berjumlah 50 juta
account lebih, atau sekitar 20 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Oleh karena itu, perlu
ada proses pengawalan terhadap media agar dapat bergerak ke arah kebaikan.
Mengingat pengguna jejaring social di Indonesia cukup besar, maka ini merupakan
peluang besar untuk berdakwah. Satu postingan dakwah yang ditulis di jejaring social, akan
dibaca oleh semua pengguna jejaring sosial tersebut. Jadi kecanggihan teknologi informasi bisa
Dari studi pendahulan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana
kita dapat memanfaatkan perkembangan tekhnologi khususnya jejaring sosial untuk berdakwah.
Oleh karena itu penulis memberi judul makalah ini “Manfaat Jejaring Sosial Sebagai Media
Dakwah”
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka dapat dirumuskan
Mengingat banyaknya bahasan manfaat jejaring social sebagai media dakwah, penulis
B. PEMBAHASAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Jejaring berasal dari kata “jaring” yang artinya
Jejaring sosial (social network) adalah bentuk struktur sosial yang terdiri dari simpul-
simpul yang saling terkait dan terikat oleh satu atau lebih tipe hubungan yang spesifik. Simpul-
Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan
penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta mengundang
Istilah jejaring sosial pertama kali diperkenalkan oleh Professor J.A Barnes pada tahun
1954. Jejaring sosial merupakan sebuah sistem struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen
individu atau organisasi. Jejaring sosial ini akan membuat mereka yang memiliki kesamaan
sosialitas, mulai dari mereka yang telah dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga bisa saling
berhubungan.
Tetapi ada Banyak kalangan yang menilai bahwa internet, khususnya jejaring social
mendatangkan banyak manfaat dan tidak sedikit pula diantara mereka yang menilai bahwa
Untuk menjawab atau menanggapi permasalahan ini, maka seyogyanya harus didudukkan
secara bijaksana. Teknologi termasuk di dalamnya jejaring sosial adalah salah satu bentuk dari
madaniyah. Kata madaniyah (Arab) merujuk kepada definisi kumpulan benda-benda dan sarana-
Sebagaimana hal-hal lain di dunia, internet umumnya dan jejaring social khususnya selain
menawarkan manfaat, juga menyimpan kerugian. Bahwa bagaimanapun teknologi hanyalah alat
sehingga dibutuhkan kearifan dalam penggunaannya sebagai cara memahami dan mengendalikan
dunia.
a. Memungkinkan anggota membuat dan mengelola profil pribadi yang kemudian dapat dikaitkan
b. Adanya teman, kontak dan jaringan untuk berbagi minat yang sama, seperti bisnis, akademik,
c. Secara mendasar setiap pengguna jejaring social saling terhubung dan memungkinkan untuk
perantara, tengah atau pengantar (Azhar Arsyad, 2006: 3). Dalam bahasa Inggris media
merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti tengah, antara, rata-rata. Dari pengertian ini
ahli komunikasi mengartikan media sebagai alat yang menghubungkan pesan komunikasi yang
Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,
tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha
mempengaruhi orang lain, baik secara individual maupu secara kelompok, agar dalam dirinya
timbul suatu pengertian, kesadaran, sikap dan penghayatan sertanpengamalan terhadap ajaran
agama sebagai message yang disampaikan padanya tanpa adanya unsure-unsur paksaan (M.
Berikut adalah beberapa pengertian media dakwah menurut para Ahli (M. Ali Aziz, 2009:
a. Menurut Asmuni Syukir media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat
b. Menurut Wardi Bakhtiar media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan
materi dakwah.
c. Menurut Mira Fauziah media dakwah adalah alat atau sarana yang digunakan untuk berdakwah
d. Menurut Abdul Kadir Munsyi media dakwah adalah alat yang menjadi saluran yang
Adapun keunggulan atau manfaat jejaring social sebagai media dakwah antara lain yaitu
sebagai berikut :
a. Dakwah melalui internet khususnya jejaring social mampu menembus batas ruang dan waktu
b. Pengguna jasa internet khususnya jejaring social setiap tahunnya meningkat drastis, ini berarti
d. Bisa menjangkau berbagai kalangan terutama para remaja yang anti terhadap kegiatan-kegiatan
keagamaan.
e. Dakwah melalui internet telah menjadi salah satu pilihan masyarakat. Berbagai situs mereka
bebas memilih materi dakwah yang mereka sukai, dengan demikian pemaksaaan kehendak bisa
dihindari.
f. Cara penyampaian yang variatif telah membuat dakwah Islamiyah via internet khususnya
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdakwah tidak hanya terbatas dengan dakwah manual (door to door), membuat sebuah
jama’ah atau dalam even tertentu yang melibatkan orang banyak dalam satu waktu dan satu
tempat untuk berdakwah. Para juru dakwah bisa berekspresi dalam tulisan yang menekankan
pada seruan atau ajakan pada Islam, meluruskan hal-hal negatif tentang islam, memperluas
wacana keislaman dengan membuat catatan kecil pada situs jejaring sosial (social network)
seperti facebook, twitter dan lainnya, membuat mini blog atau pada website pribadi.
2. saran
Seharusnya dengan adanya jaringan internet khususnya jejaring social ini, dakwah dapat
keseluruh penjuru tanpa mengenal waktu dan tempat. Sudah saatnya kita semua memanfaatkan
kemajuan teknologi digital untuk Islam yang lebih kuat dan maju. Saling mengingatkan satu
sama lain, agar tidak menjadi umat yang semakin rapuh dan lemah.
D. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Syamsul Munir Amin. 2008. Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah
Mahmud Hamdi Zaqzuq. 1998. Islam dan Tantangan Dalam Menghadapi Pemikiran Barat. Bandung:
Pustaka Setia