Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

EKOLOGI PERAIRAN

DISUSUN OLEH:
NIER FADILLAH (1514141008)
NUR FITRIANA RAHMAT (1514142001)
JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seluruh kehidupan dimuka bumi dipertahankan oleh energi yang mencapai


bumi dari matahari dan ditangkap oleh autotrof.Ekosistem ialah suatu komunitas
organisme yang berinteraksi sesamanya dengan alam disekitarnya.ekosistem
beragam dalam produktivitasnya,artinya dalam jumlah energi yang disimpan
dalam benda hidup.Energi dan bahan dari organisme ke organisme lain
memastikan suatu rangkai makanan dan setiap mata rantai makanan merupakan
tingkat trofik.
Air menutupi dari 70% permukaan bumi. Sifat-sifat fisika dan kimia air
sangat penting dalam ekologi. Panas jenis, panas peleburan laten, serta panas
penguapan air latennya yang cukup tinggi berperan dalam pengaturan suhu
organisme. Air merupakan media pengangkutan yang ideal bagi molekul-molekul
melalui tubuh organism karena ia adalah pelarut yang kuat tanpa menjadi sangat
aktif secara kimia. Tegangan permukaan air yang tinggi menyebabkan pergerakan
air melalui organisme, dan juga bertanggung jawab bagi kenaikan tinggi air tanah.
Perairan air tawar, salah satunya waduk dan telaga menempati ruang yang
lebih kecil bila dibandingkan dengan lautan maupun daratan, namun demikian
ekosistem air tawar memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan
sumber air rumah tangga dan industri yang murah. Perairan air tawar merupakan
tempat disposal/pembuangan yang mudah dan murah.Suatu ekosistem dapat
terbentuk oleh adanya interaksi antara makhluk dan lingkungannya, baik antara
makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya dan antara makhluk hidup dengan
lingkungan abiotik (habitat). Interaksi dalam ekosistem didasari adanya hubungan
saling membutuhkan antara sesama makhluk hidup dan adanya eksploitasi
lingkungan abiotik untuk kebutuhan dasar hidup bagi makhluk hidup.
Perairan dimuka bumi menunjang ekosistem yang berbeda,ekosistem
tersebut terbagi atas ekosistem air tawar (danau dan sungai) dan ekosistem laut
(laut,pantai,estuari,terumbu karang). Berbagai ciri-ciri tertentu (misalnya,
tersedianya cahaya, oksigen dan adanya arus) yang menimbulkan masalah
penyesuaian yang sama bagi penghuninya, akan tetapi ekosistem air tawar dan
ekosistem laut sangat berbeda kondisi ostomotik yang dimuatnya sehingga relatif
sedikit organisme yang dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Suatu ekosistem dapat terbentuk oleh adanya interaksi antara makhluk
danlingkungannya, baik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya
danantara makhluk hidup dengan lingkungan abiotik (habitat). Interaksi
dalamekosistem didasari adanya hubungan saling membutuhkan antara sesama
makhluk hidup dan adanya eksploitasi lingkungan abiotik untuk kebutuhan dasar
hidupbagi makhluk hidup. Dilihat dari aspek kebutuhannya, sesungguhnya
interaksi bagi makhluk hidup umumnya merupakan upaya mendapatkan energi
bagi kelangsungan hidupnyayang meliputi pertumbuhan, pemeliharaan,
reproduksi dan pergerakan.Keberlangsungan tersebut membuat setiap individu
berjuang untuk dapatmempertahankan kelangsungan hidupnya. Sehingga mereka
memproduksi segala hal yang mereka butuhkan dalam melangsungkan hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya mempelajari air tawar?
2. Apa saja sifat fisik dan sifat kimia air tawar?
3. Dari mana saja sumber-sumber air tawar?
4. Apa saja jenis perairan air tawar?
C. Tujuan
1. Mengetahui pentingnya mempelajari perairan air tawar
2. Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia air tawar
3. Mengetahui sumber-sumber air tawar
4. Mengetahui jenis perairan air tawar
BAB II
ISI

A. Kepentingan Mempelajari Perairan Tawar


Kata Ekologi berasal dari Oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal
dan Logos yang berati telaah atau studi. Jadi ekologi adalah ilmu tentang rumah
atau tempat tinggal organisma atau rumah tangga mahluk hidup. Ekologi juga
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organism dengan sesamanya dan dengan benda-benda mati di sekitarnya
(lingkungannya). Ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel,
seorang ahli biologi Jerman pada tahun 1869. Dalam pengertian proses alamiah,
ekologi telah diketahui dan diaplikasikan sejak dulu dan terus berkembang sejalan
dengan perkembangan akal dan budaya manusia. Sebagai ilmu, ekologi telah
berkembang pesat sejak tahun 1990. Berdasarkan perkembangannya, sekarang
dikenal Ilmu lingkungan hidup (environmental science) dan Biologi lingkungan
(environmental biology). Pada dasarnya yang dimaksud dengan lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, dan keadaan yang terdapat dala
suatu ruang tempat organism itu berada dan dapat saling mempengaruhi. Ekologi
adalah dasar pokok ilmu lingkungan. Ekologi kadangkala disebut juga ilmu
lingkungan, hanya saja cakupan ilmu lingkungan lebih luas daripada ekologi.
Sebagai bagian dari mahluk hidup, peranan dan prilaku manusia secara khusus
dalam ekologi manusia (Wisnu, 2012).

Sumber: Silabus Ekologi Perairan


Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam dengan
jumlah besar akan tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan
manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. UU No. 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air, dinyatakan bahwa sungai merupakan salah satu bentuk
alur air permukaan yang harus dikelola secara menyeluruh, terpadu berwawasan
lingkungan hidup dengan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang
berkelanjutan untuk sebesar – besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan hal
tersebut sungai harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi
dan kemanfaatannya, dan dikendalikan dampak negatif terhadap lingkungannya.
Sungai merupakan perairan mengalir (lotik) yang dicirikan oleh arus yang searah
dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar 0,1 – 1,0 m/detik, serta sangat
dipengaruhi oleh waktu, iklim, bentang alam (topografi dan kemiringan), jenis
batuan dasar dan curah hujan. Semakin tinggi tingkat kemiringan, semakin besar
ukuran batuan dasar dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air semakin
kuat dan kecepatan arus semakin cepat. Sungai bagian hulu dicirikan dengan
badan sungai yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan
mengalir cepat. Sungai sebagai penampung dan penyalur air yang datang dari
daerah hulu atas, akan sangat terpengaruh oleh tata guna lahan dan luasnya daerah
aliran sungai, sehingga pengaruhnya akan terlihat pada kualitas air sungai
(Khairatun dkk, 2015).
Ekosistem perairan merupakan suatu unit ekologis yang mempunyai
komponen biotic dan abiotik yang saling berhubungan di habitat perairan.
Komponen biotic terdiri atas flora dan fauna, sedangkan komponen abiotik terdiri
atas komponen tidak hidup, misalnya air dan sifat fisik dan kimiawinya.
Komponen biotic di ekosistem perairan adalah organisme baik flora maupun
fauna yang hidup di dalamnya. Biota perairan dapat digolongkan sebagai
pleuston, plankton, nekton, benthos, peryphyton. Komponen abiotik adalah
komponen tidak hidup, baik fisik (misalnya kecetatan arus, tupe substrat, suhu air
dll) maupun kimiawi (kandungan oksigen terlarut, kandungan nitat dan ortofosfat
dll) yang sangat mempengaruhi kehidupan biota yang hidup di dalamnya.
Ekosistem perairan secara garis besar dipengaruhi oleh factor - faktor iklim
(kondisi cuaca yang berlangsung dalam jangka panjang dalam suatu wilayah),
fisiografi (bentuk permukaan bumi sebagai hasil proses geologis dan proses
geomorfologis), edafik (sifat-sifat fisik dan kimia air dan tanah yang menentukan
komposisi tumbuhan dan hewan yang mampu hidup di suatu habitat, dan factor
biotic (keanekaragaman flora fauna) berdasarkan kejadiannya, ekosistem perairan
dibedakan menjadi perairan alami, misalnya sungai dan perairan buatan, misalnya
waduk, kolam, dan tambak (Sri, 2012).
Salah satu bagian dari ekologi perairan adalah air tawar. Hanya sekitar 3%
permukaan wilayah bumi yang merupakan air tawar. Sebagian besar terdapat pada
area yang beku di dalam glesier juga es yang tenggelam di dalam akuafer.
Perairan tawar didominasi oleh perairan pedalaman. Sementara itu sisanya,
terdapat pada wilayah dabau, sungai, kolam dan lain-lain. Ekosistem perairan
tawar secara umum dibagi menjadi 2 yaitu perairan mengalir (lotic water) dan
perairan menggenang (lentic water). Perairan lotik dicirikan adanya arus yang
terus menerus dengan kecepatan bervariasi, contohnya antara lain: sungai, kali,
kanal, parit, dan lain-lain. Perairan menggenang disebut juga perairan tenang yaitu
perairan dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada dan massa air
terakumulasi dalam periode waktu yang lama, contohnya antara lain: danau,
waduk, dan rawa (Yudha 2008: 5). Habitat air tawar menempati daerah yang
relatif kecil pada permukaan bumi, dibandingkan dengan habitat lautan dan
daratan, tetapi bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan
dengan luas daerahnya. Karena habitat air tawar merupakan sumber air yang
paling praktis dan murah untuk kepentingan domestik maupun industri (air
mungkin dapat diperoleh dalam jumlah lebih banyak dari laut, tetapi dengan biaya
yang lebih tinggi yaitu lebih banyak energi yang diperlukan dan adanya popusi
garam). Komponen air tawar adalah “leher botol” (daerah kritis) pada daur
hidrologi dan ekosistem air tawar menawarkan sistem pembuangan yang memadai
dan paling murah. Karena manusia menyalah gunakan sumber daya ini maka jelas
bahwa usaha untuk mengurangi tekanan tersebut harus dilakukan secepatnya, bila
tidak air akan menjadi faktor pembatas bagi manusia (Heddy dan Kurniat i 2000:
80 ). Perairan tawar meliputi danau, waduk, rawa, dan sungai pada umumnya
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan transportasi, penangkapan ikan, dan
sebagai sumber air untuk kehidupan rumah tangga (Siti, 2017).
Ekosistem perairan bermanfaat sebagai tempat berlangsungnya transfer
energi melalui rantai makanan, misalnya untuk mengetahui ekologi sungai adalah
pengetahuan tentang rantai makanannya. Invertebrata yang paling dominan di
sungai adalah benthos, dan ikan adalah vertebrata yang dominan. Ikan jarang
terlihat karena ikan mengambil makanannya pada malam hari, dan bersembunyi
dibawah tanaman dan batuan pada siang hari. Dengan pengamatan yang
sederhana, dibawah batu batuan sungai dapat ditemukan larva caddisfly dan snail,
selain itu juga dapat ditemukan berbagai larva insekta dalam berbagai tahap
pengembangan (Sri, 2012).
B. Sifat Kimia dan Fisika Air
1. Sifat Kimia Air
a. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu
atom oksigen.

Sumber: http://materikimia.com/gaya-antarmolekul/
b. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0
°C).
c. Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-
garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul
organik.
d. Nama alternatif Air adalah aqua, dihidrogen monoksida,
hidrogen hidroksida.
e. Titik lebur 0 °C (273.15 K) (32 ºF).
f. Titik didih 100 °C (373.15 K) (212 ºF).
g. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak
zat kimia.
h. Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan
mengalirinya arus listrik.
i. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-
garam) disebut sebagai zat-zat “hidrofilik” (pencinta air), dan zat-zat yang
tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut
sebagai zat-zat “hidrofobik” (takut-air).
j. Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan
membran dan permukaan protein yang bersifat hidrofilik; yaitu,
permukaan-permukaan yang memiliki ketertarikan kuat terhadap air.
k. Dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat-sifat yang penting untuk
adanya kehidupan.
l. Air dapat memunculkan reaksi yang dapat membuat senyawa organic
untuk melakukan replikasi.
m. Air juga dibutuhkan dalam fotosintesis dan respirasi.
n. Hampir semua ikan hidup di dalam air, selain itu, mamalia seperi lumba-
lumba dan ikan paus juga hidup di dalam air.
o. Peradaban manusia berjaya mengikuti sumber air.
p. Tubuh manusia terdiri dari 55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran
badan.
q. Agar dapat berfungsi dengan baik, tubuh manusia membutuhkan antara
satu sampai tujuh liter air setiap hari untuk menghindari dehidrasi; jumlah
pastinya bergantung pada tingkat aktivitas, suhu, kelembaban, dan
beberapa faktor lainnya.
r. Karakteristik kimia air meliputi: pH, DO (dissolved oxygent), BOD
(biological oxygent demand), COD (chemical oxygent demand),
kesadahan dan senyawa kimia beracun. Nilai pH air dapat mempengaruhi
rasa dan sifat korosi. Beberapa senyawa beracun lebih toksik dalam
bentuk molekul daripada dalam bentuk ion, yang bentuk tersebut
dipengaruhi oleh pH.
2. Sifat Fisik Air
a. Suhu
Cahaya matahari merembes sampai pada kedalaman tertentu pada
semua perairan, sehingga permukaan air hangat (agak panas). Air yang
hangat kurang padat dibanding air yang dingin, sehingga lapisan air yang
dingin disebut epilimnion dan lapisan air yang hangat disebut hipolimnion.
Dalam setiap penelitian dalam ekosistem akuatik, pengukuran suhu air
merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena
kelarutan berbagai gas di dalam air serta semua aktivitas biologis-
fisiologis di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur.
Menurut Hukum Van’t Hoffs kenaikan suhu sebesar 10C (hanya pada
kisaran suhu yang masih ditolerir) akan meningkatkan aktivitas fisiologis
(misalnya respirasi) dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Pola suhu
ekosistem akuatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas
cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya
dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan
yang tumbuh ditepi (Brehm & Maijer 1990 dalam Barus, 2004). Menurut
Nontji (1993), suhu air permukaan di Perairan Nusantara umumnya
berkisar pada 23-31°C. Secara alami suhu air permukaan merupakan
lapisan yang lebih hangat karena mendapat radiasi matahari siang pada
siang hari. Oleh karena kerja angin, maka lapisan teratas sampai
kedalaman kira-kira 50-70 m dapat terjadi pengadukan, akibatnya di
lapisan kedalaman 50-70 m terdapat suhu hangat yang homogen (sekitar
28°C). Di perairan dangkal lapisan homogen ini dapat berlanjut sampai ke
dasar. Suhu di permukaan dipengaruhi oleh kondisi metereologi. Faktor-
faktor metereologi yang berperan disini adalah curah hujan, penguapan,
kelembaban, udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi
matahari. Oleh sebab itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pola
musiman (Anonim 1, 2013)
b. Intensitas Cahaya
Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan
mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya tersebut akan
diabsorsi dan sebagia lagi akan dipantulkan ke luar dari permukaan air.
Dengan terbentuknya kedalaman lapisan air intensitas cahaya tersebut
akan mengalami perubahan yanag signifikan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Cahaya gelombang pendek merupakan yang paling kuat
mengalami pembiasan yang menyebabkan kolam air yang jernih akan
terlihat bewarna biru dari permukaan. Pada lapisan dasar, warna air akan
berubah menjadi hijau kekuningan, karena intensitas dari warna ini paling
baik ditransmisi dalam air sampai ke lapisan dasar (Anonim 1, 2013).
c. Warna, Bau, dan Rasa Air Tawar (Effect of Sediment)
Air tawar pada umumnya tidak berwarna, sehingga tampak
bersih,bening dan jernih. Tetapi pada beberapa jenis air tawar juga bias
memperlihatkan warna yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan
karenasedimen (bebatuan) dan organisme yang hidup di dalamnya. Air
permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal
terlarut seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Air yang mengandungkomponen-
komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah.Walaupun
bahan-bahan tersuspensi dan bakteri mungkin telah dihilangkandari air
tersebut, namun demikian air minum dimungkinkan masihmengandung
komponen-komponen terlarut. Pada dasarnya air murni tidak enak untuk
diminum karena beberapabahan yang terlarut dapat memberikan rasa yang
spesifik terhadap airminum. Oleh karena itu, air minum yang lazim
diperdagangkan bukanmerupakan air murni. Jadi air yang tidak tercemar,
merupakan air yang tidakmengandung bahan-bahan asing tertentu dalam
jumlah melebihi batas yangditetapkan sehingga air tersebut dapat
digunakan secara normal untukberbagai keperluan. Adanya benda-benda
asing yang mengakibatkan airtidak dapat digunakan secara normal disebut
dengan polusi/pencemaran.Kebutuhan makhluk hidup akan air sangat
bervariasi, maka batasan-batasanpencemaran untuk berbagai jenis air juga
berbeda. Warna air pada dasarnya dibedakan menjadi warna sejati (true
color)yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu
(apparentcolor), yang selain disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut
juga karenaadanya bahan-bahan terlarut juga karena adanya bahan-bahan
tersuspensi,seperti yang bersifat koloid. Air yang normal pada dasarnya
tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasapada air lingkungan (kecuali air laut
yang mempunyai rasa asin) merupakanindikasi kuat bahwa air telah
tercemar. Rasa yang menyimpang tersebutbiasanya disebabkan oleh
adanya polusi, dan rasa yang menyimpang tersebut biasanya dihubungkan
dengan baunya karena pengujian terhadaprasa air jarang dilakukan
(Anonim 2, 2014)
d. Tegangan permukaan
Adanya ikatan hidrogen dalam molekul air menyebabkan air
cenderung bersatu membentuk suatu kekuatan yang dinamakan kohesi.
Daya kohesi ini diperlukan untuk melawan kekuatan dari luar molekul
yang akan memecahkan ikatan-ikatan hidrogen. Kekuatan kohesi ini
terjadi pada batas antara air dan udara, sehingga membentuk suatu "kulit"
di permukaan air. "Kulit" ini cukup kuat untuk menyangga benda-benda
kecil, kekuatan ini disebut tegangan permukaan. Di antara sekian banyak
zat cair, air memiliki tegangan permukaan yang paling tinggi, hal ini
memungkinkan terjadinya asosiasi organism baik yang hidup di bawahnya
maupun di atasnya.
e. Kalor penguapan
Air memiliki kalor penguapan yang tinggi, hal ini nampak ketika
air dipanaskan maka proses penguapanrnya akan berlangsung lebih lambat
dibandingkan dengan cairancairan lainnya (SCHROEDER, 1977). Hal ini
terjadi sebagai akibat dari kekuatan ikatan hydrogen diantara molekul air
yang harus diputuskan agar molekul dapat terlepas. Tingginya kalor
penguapan air ini menyebabkan tingginya pula titik didih air (100°C), oleh
karena itu air di permukaan bumi berbentuk cairan dan bukan berbentuk
gas. Sifat air yang demikian itu dapat menjadikan air sebagai bahan
pendingin yang sangat baik, karena dapat menyerap sejumlah besar panas.
f. Kapasitas melarutkan
Air dapat melarutkan zat-zat kimia dan dapat digunakan sebagai
medium yang di dalamnya berlangsung berbagai reaksi kimia.
Kebanyakan proses-proses kimia yang berlangsung, menyangkut reaksi
yang menggunakan air sebagai pelarutnya. Kemampuan air dalam proses
melarutkan zatzat kimia disebut sebagai daya larut air, dan daya larut
tersebut tergantung kepada sifat terpolarisasinya molekul air dan ikatan
hidrogen. Sebagai pelarut polar air juga dapat melarutkan berbagai macam
garam bergantung pada interaksi antara ion-ion garam dengan muatan
listrik yang dimiliki oleh molekul air (Tjutju, 2003).
3. Sumber Air Tawar
a. Air hujan
Pemanfaatan sumber air yang berasal dari air hujan biasa dilakukan
di daerah-daerah yang tidak mendapatkan air tanah, atau walaupun
tersedia air tapi tidak dapat digunakan. Air hujan yang akan
dimanfaatkan biasanya ditampung dari atap rumah, kemudian ditampung
dalam tong, bak, atau kolam. Sumber air tersebut mengandung banyak
bahan-bahan yang berasal dari udara seperti gas-gas (oksigen, nitrogen,
karbon dioksida), asam-asam kuat yang berasal dari gas buangan industry
tertentu dan partikel-partikel radioaktip. Dari atap penampungan sendiri
dicemari oleh partikel-partikel debu, kotoran burung, dan berbagai
kotoran lainnya. Sumber air yang berasal dari air hujan ini walaupun
tidak murni termasuk dalam kategori air lunak, sehingga apabila akan
dimanfaatkan untuk air minum perlu direbus dulu (Tjutju, 2003).
Siklus hidrologi menurut Suyono (2006) adalah air yang
menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah
melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke
permukaan laut atau daratan.Sedangkan siklus hidrologi menurut Soemarto (1987)
adalahgerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi
sebagai hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu.
Siklus atau daur merupakan suatu perputaran atau lingkaran suatu hal yang
terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan. Siklus hidrologi adalah
perputaran air dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal.
Daur/siklus hidrologi atau siklus air, atau siklus H2O merupakan sirkulasi yang
tidak pernah berhenti dari air di bumi dimana air dapat berpindah dari darat ke
udara kemudian ke darat lagi bahkan tersimpan di bawah permukaan dalam tiga
fasenya yaitu cair (air), padat (es), dan gas (uap air). Siklus hidrologi memainkan
peran penting dalam cuaca, iklim, dan ilmu meteorologi. Keberadaan siklus
hidrologi sangat significant dalam kehidupan. Siklus air secara alami berlangsung
cukup panjang dan cukup lama. Sulit untuk menghitung secara tepat berapa lama
air menjalani siklusnya, karena sangat tergantung pada kondisi geografis,
pemanfaatan oleh manusia dan sejumlah faktor lain.

Sumber: Silabus Ekologi Perairan


Air laut menguap, setelah menjadi awan melalui proses kondensasi, lalu
terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi di daratan dan terjadilah hujan
salju atau es di pegunungan-pegunungan yang tinggi. Bongkah-bongkah es
mengendap di puncak gunung dan karena gaya beratnya meluncur ke tempat yang
lebih rendah, mencair terbentuk gletser lalu mengalir melalui sungai-sungai
kembali ke laut.
Sebelum kita menginjak pada proses siklus hidrologi, berikut ini beberapa
unsur dalam siklus air yang perlu diketahui :
b. Presipitasi
Uap air yang jatuh ke permukaan bumi. Sebagian besar presipitasi terjadi
sebagai hujan, tetapi di samping itu, presipitasi juga menjadi salju, hujan es
(hail), kabut menetes (fog drip), graupel, dan hujan es (sleet). Sekitar 505.000
km3 (121.000 cu mil) air jatuh sebagai presipitasi setiap tahunnya, 398.000
km3 (95.000 cu mi) dari terjadi di atas lautan.
c. Canopy intersepsi
Pengendapan yang dicegat oleh dedaunan tanaman dan akhirnya menguap
kembali ke atmosfer daripada jatuh ke tanah.
d. Pencairan salju
Limpasan yang dihasilkan oleh salju mencair.
e. Limpasan (runoff)
Berbagai cara dengan mana air bergerak di seluruh negeri. Ini mencakup
baik limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan saluran (channel
runoff). Karena mengalir, air dapat merembes ke dalam tanah, menguap ke
udara, menjadi disimpan di danau atau waduk, atau diekstraksi untuk
keperluan manusia pertanian atau lainnya.
f. Infiltrasi
Aliran air dari permukaan tanah ke dalam tanah. Setelah disusupi, air
menjadi kelembaban tanah (soil moisture) atau air tanah (groundwater).
g. Arus Bawah Permukaan
Aliran air bawah tanah, di zona Vadose dan akuifer. Air bawah permukaan
dapat kembali ke permukaan (misalnya sebagai pegas atau dipompa) atau
akhirnya meresap ke dalam lautan. Air kembali ke permukaan tanah pada
elevasi lebih rendah dari tempat itu disusupi, di bawah tekanan gaya gravitasi
atau gravitasi diinduksi. Tanah cenderung bergerak lambat, dan diisi kembali
perlahan-lahan, sehingga dapat tetap dalam akuifer selama ribuan tahun.
h. Penguapan
Transformasi air dari cair ke fase gas ketika bergerak dari tanah atau badan
air ke atmosfer atasnya. Sumber energi untuk penguapan terutama radiasi
matahari. Penguapan banyak yang implisit meliputi transpirasi dari tanaman,
meskipun bersama-sama mereka secara khusus disebut sebagai
evapotranspirasi. Jumlah evapotranspirasi tahunan total sekitar 505.000 km3
(121.000 cu mi) volume air, 434.000 km3 (104.000 cu mi) yang menguap
dari lautan.
i. Sublimasi
Perubahan wujud secara langsung dari air padat (salju atau es) menjadi uap
air.
j. Adveksi
Gerakan air – dalam wujud padat, cair, atau uap – melalui atmosfer. Tanpa
adveksi, air yang menguap dari lautan tidak bisa jatuh sebagai presipitasi di
atas tanah.
k. Kondensasi
Transformasi uap air untuk tetesan air cair di udara, awan dan kabut adalah
wujudnya.
l. Transpirasi
Pelepasan uap air dari tanaman dan tanah ke udara. Uap air adalah gas
yang tidak dapat dilihat (Ardiana dkk, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Aini Ardiana Nur, Savitri Rachmawati, Firsa Olivia Susan, Sarmaulina Sitompul.
2013. Siklus Air. Diponegoro: Universitas Diponegoro.

Anonim 1. 2013. SIfat Fisika dan Kimia Air. Sumatera Utara: Universitas
Sumatera Utara.

Anonim 2. 2014. Sifat Fisika, Kimia, Dan Biologi Sistem Perairan Air tawar Dan
Air Laut. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Muhartini Sri. 2012. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah


Mada.

Nisa Khairatun, Zulkifli Nasution, Khadijah El Ramija. 2015. Studi Kualitas


Perairan Sebagai Alternatif Pengembangan Budidaya Ikan Di Sungai Keureuto
Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.

Jubaidah Siti. 2017. Pentingnya Mempelajari Ekologi Perairan Tawar. Jakarta.


Universitas Indonesia

Susana Tjutju. 2003. Air Sebagai Sumber Kehidupan. Oseana. Vol. XXVIII (3) :
17-25

Wardhana Wisnu. 2000. Dasar-Dasar Ekologi. Depok: Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai