Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS DAN AKTIVITAS

DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

Disusun oleh :

FIKQI LERIANA RUKMANA

P1337420115028

2 A2

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

1
I. JUDUL
Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Mobilitas dan Aktivitas.

II. KONSEP DASAR

1.) DEFINISI
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan
bebas (kosier, 1989).
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,
teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk
kemandirian (Barbara Kozier, 1995).
Mobilitas fisik yaitu keadaan ketika seseorang mengalami atau bahkan beresiko
mengalami keterbatasan fisik dan bukan merupakan immobile (Doenges, M.E, 2000)
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).
Imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota
badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya
disebabkan oleh karena pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat
duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).

2.) ETIOLOGI

Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan


otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab
utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada
demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan
imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orang yang
usia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah
sakit (Setiati dan Roosheroe, 2007).

2
Penyebab secara umum:
a. Kelainan postur
b. Cidera tulang
c. Penyakit jantung dan pernapasan
d. Gips ortopedik dan bidai
e. Gangguan perkembangan otot
f. Kerusakan system saraf pusat
g. Trauma langsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
h. Kekakuan otot
i. Penyakit kritis yang memerlukan istirahat

3.) FAKTOR PRESIPITASI

Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu :


Menurut Tarwoto dan wartonah (2004), faktor-faktor yg mempengaruhi mobilitas
antara lain:
a. Tingkat Perkembangan Tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuro muskuler dan tubuh secara
proposional, postu, pergerakan dan reflek akan berfungsi secara optimal.
b. Kesehatan Fisik
Penyakit, cacat tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.
c. Keadaan Nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahn otot, dan obsitas dapat
menyebabkan pergerakan kurang bebas.
d. Emosi
Rasa aman, nyaman dan gembira, sedih dapat mempengaruhi aktivitas tubuh
seseorang.
e. Kelemahan Skeletal dan Neuromuskuler
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lordosis, dan kiposis dapat
mempengaruhi pergerkan.
f. Pekerjaan.

3
4.) FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

Faktor yang berhubungan dengan gangguan atau hambatan mobilitas fisik


menurut NANDA (2011) adalah : perubahan metabolisme sel, intoleran aktivitas dan
penurunan kekuatan dan ketahanan, kaku sendi atau kontraktur, keterbatasan
ketahanan kardiovaskuler, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular,
nyeri, program pembatasan pergerakan, keengganan untuk memulai pergerakan, gaya
hidup yang kurang gerak atau dissue atau melemah, malnutrisi, gangguan sensori
persepsi.

5.) PATOFISIOLOGI

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,


skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan
tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja
sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada
kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi
isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada
pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan
kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian
energi menjadi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi
(peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena
latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark
miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan
kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot
tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot

4
yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang
seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh
dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal
adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek,
pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,
melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah.

6.) PATHWAYS

Perdarahan

Oklusi

Penurunan perfusi
jaaringan

Hipoksia Iskemia

Metabolisme anaerob aktivitas elektrolit


terganggu

Penurunan asam laktat pompa Na dan K gagal

Asidosis lokal H meningkat, PCO meningkat, PCO2


menurun

Edema serebral TIK


meningkat
Ggn perfusi jaringan
Perfusi otak
menurun
Nekrosis jaringan otak
kematian 5
Defisit neurologis

Lobus oksipitalis

Intoleransi aktivitas Defisit perawatan diri

Ggn mobilisasi

(Potter, Patricia A. 1990).

7.) DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan pemenuhan gangguan
mobilisasi dan aktivitas adalah :
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
2. Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan : Baring atau imobilisasi ,Kelemahan
menyeluruh, Ketidak seimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan, gaya
hidup yang dipertahankan
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan sensori persepsi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Kerusakan neurovaskuler (Tarwoto &
Wartonah, 2003).

6
V. PERENCANAAN (Nursing Care Plane)

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien
 Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
imobilisasi  Konservasi eneergi  Kaji adanya faktor yang
 Kelemahan menyeluruh Setelah dilakukan tindakan menyebabkan kelelahan
 Ketidakseimbangan keperawatan selama 3 hari  Monitor nutrisi dan sumber energi
antara suplei oksigen Pasien bertoleransi terhadap yang adekuat
dengan kebutuhan aktivitas dengan Kriteria  Monitor pasien akan adanya
Gaya hidup yang Hasil : kelelahan fisik dan emosi secara
 Berpartisipasi dalam berlebihan
dipertahankan. aktivitas fisik tanpa  Monitor respon kardivaskuler
DS: disertai peningkatan terhadap aktivitas (takikardi,
 Melaporkan secara tekanan darah, nadi dan disritmia, sesak nafas, diaporesis,
verbal adanya kelelahan RR pucat, perubahan hemodinamik)
atau kelemahan.  Mampu melakukan  Monitor pola tidur dan lamanya
 Adanya dyspneu atau aktivitas sehari hari tidur/istirahat pasien
ketidaknyamanan saat (ADLs) secara mandiri  Kolaborasikan dengan Tenaga
beraktivitas.  Keseimbangan aktivitas Rehabilitasi Medik dalam
DO : dan istirahat merencanakan progran terapi yang
tepat.
 Respon abnormal dari  Bantu klien untuk mengidentifikasi
tekanan darah atau nadi aktivitas yang mampu dilakukan
terhadap aktifitas  Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
 Perubahan ECG :
kemampuan fisik, psikologi dan
aritmia, iskemia
sosial
 Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
 Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang

7
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual

PRIORITAS
KRITERIA HASIL TUJUAN INTERVENSI
MASALAH
Intoleransi aktivitas -mencapai mobilitas Setelah dilakukan Managemen Energi
berhubungan dengan ditempat tidur Asuhan keperawatan Mentukan penyebab
Kelemahan umum -melakukan aktivitas selama 3 x 24 jam : keletihan: nyeri,
sehari-hari secara Klien mampu aktifitas, perawatan ,
mandiri dengan alat mengidentifikasi pengobatan
bantu aktifitas dan situasi
-berpindah dari dan ke Kaji respon emosi,
yang menimbulkan sosial dan spiritual
kursi atau kursi roda kecemasan yang
-menggunakan kursi terhadap aktifitas.
berkonstribusi pada
roda secara efektif intoleransi aktifitas. Evaluasi motivasi dan
keinginan klien untuk
Klien mampu meningkatkan aktifitas.
berpartisipasi dalam
aktifitas fisik tanpa Monitor respon
disertai peningkatan kardiorespirasi terhadap
TD, N, RR dan aktifitas : takikardi,
perubahan ECG disritmia, dispnea,
diaforesis, pucat.
Klien mengungkapkan
secara verbal, Monitor asupan nutrisi
pemahaman tentang untuk memastikan ke
kebutuhan oksigen, adekuatan sumber
pengobatan dan atau energi.
alat yang dapat Monitor respon
meningkatkan terhadap pemberian
toleransi terhadap oksigen : nadi, irama
aktifitas. jantung, frekuensi
Klien mampu Respirasi terhadap
berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri.

8
perawatan diri tanpa Metakkan benda-benda
bantuan atau dengan yang sering digunakan
bantuan minimal tanpa pada tempat yang
menunjukkan mudah dijangkau
kelelahan Kelola energi pada
klien dengan
pemenuhan kebutuhan
makanan, cairan,
kenyamanan /
digendong untuk
mencegah tangisan
yang menurunkan
energi.
Kaji pola istirahat klien
dan adanya faktor yang
menyebabkan
kelelahan.
Terapi Aktivitas
Bantu klien melakukan
ambulasi yang dapat
ditoleransi.
Rencanakan jadwal
antara aktifitas dan
istirahat.
Bantu dengan aktifitas
fisik teratur : misal:
ambulasi, berubah
posisi, perawatan
personal, sesuai
kebutuhan.
Minimalkan anxietas
dan stress, dan berikan
istirahat yang adekuat
Kolaborasi dengan
medis untuk pemberian
terapi, sesuai indikasi.

9
Gangguan mobilitas -kemampuan Setelah dilakukan Latihan Kekuatan
fisik berhubungan berpindah asuhan keperawatan Ajarkan dan berikan
dengan : Kerusakan -memperlihatkan selama 3 x 24 jam dorongan pada klien
sensori persepsi. mobilitas klien menunjukkan: untuk melakukan
-memperlihatkan Mampu mandiri total program latihan secara
ambulansi rutin
-menunjukkan gerakan Membutuhkan alat
aktif sedang dari bantu Latihan untuk
seluruh sendi atau Membutuhkan bantuan ambulasi
sendi tertentu yang orang lain Ajarkan teknik
terkena
Membutuhkan bantuan Ambulasi &
orang lain dan alat perpindahan yang aman
kepada klien dan
Penampilan posisi keluarga.
tubuh yang benar
Sediakan alat bantu
Pergerakan sendi dan untuk klien seperti
otot kruk, kursi roda, dan
Melakukan walker
perpindahan / Beri penguatan positif
ambulasi : miring untuk berlatih mandiri
kanan-kiri, berjalan, dalam batasan yang
kursi roda aman.
Latihan mobilisasi
dengan kursi roda
Ajarkan pada klien &
keluarga tentang cara
pemakaian kursi roda &
cara berpindah dari
kursi roda ke tempat
tidur atau sebaliknya.
Dorong klien
melakukan latihan
untuk memperkuat
anggota tubuh
Ajarkan pada klien/
keluarga tentang cara
penggunaan kursi roda

10
DAFTAR PUSTAKA

 Alimul,Aziz.2006.Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika


 Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia/ penulis, A. Aziz Alimul
HIdayat,Musrifutul Uliyah : editor, Monica Ester. – Jakarta : EGC, 2004
 Diagnosa Keperawatan NANDA, NOC dan NIC
 Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009-2011 / editor, T. Heather Herdman
;alih bahasa, Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar ; editor edisi bahasa Indonesia,
Monica Ester. – Jakarta : EGC, 2010
 Http://www.slideshare.net/rosellamarie/mekanisme-nyeri-31062447
 Murwani, A. (2008). Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan. Cetakan I, Jakarta :
Fitramaya.
 NN.2001.Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta:Salemba Medika
 Potter, Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik
 Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahasa, Renata Komalasari..(et al) ; editor
edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester, Devi Yulianti, Intan Parulian. –Ed.4.- Jakarta:
EGC,2005

11

Anda mungkin juga menyukai