Anda di halaman 1dari 23

PORTFOLIO ISLAMIC STUDIES

SEMESTER 2
A
R
R
A
N
G
E
By:
ALZIRA SUHAILA
X- D
Syahyudi S.PdI

SHAFIYYATUL AMALIYYAH
TP 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatNYA sehingga portofolio PAI ini dapat di selesaikan
dengan baik.
Portofolio ini berisi tugas-tugas yang saya kerjakan pada
semester dua tahun pelajaran 2016/2017 tentang Pai.
Terima kasih kepada Pak Syahyudi S.pd yang telah
memberikan ilmu kepada saya. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga portofolio ini dapat menjadi sebuah
pembelajaran terhadap tugas-tugas saya.

Medan, Mei 2017

Alzira Suhaila
INDIKATOR PENILAIAN
INDIKATOR POINT SCORE
MAX

Nama ,Kelas ,Semester jelas pada 5


cover

Halaman cover dikerjakan dengan 10


wordart ,clipart ,dan lain-lain

Ada kata pengantar 5


Tersusun secara kronologis 10
Seluruh tugas, masalah, pertanyaan 10
ada di dalam portofolio

Di tulis dengan rapi/detik 10


Bersih dan rapi menunjukkan bahwa 10
siswa bangga atas perkerjaanya dan
ingin sukses

Tidak ada halaman sisipan 5


Setiap kegiatan di identifikasi dengan 10
jelas dengan kop hari, tanggal,bulan

Ada entry seperti diary setiap 10


kegiatan belajar termasuk absen dan
alasan
Ada kemajuan yang di presentasikan 10
dalam portofolio

Ada pesan, kesan/saran 5

Jumlah 100
BAB 7
Demokrasi dalam Al-Qur’an
Musyawarah merupakan inti dari demokrasi dalam ajaran Islam. Banyak ayal Al-Qur’an
yang memerintahkan kita agar melakukan musyawarah, seperti pada Surah Ali Imran 159 dan
Surah Asy Syura 38.
A. Surah Ali Imran 159 dan Surah Asy Syura 38.
1. Surah Ali Imran 159
Artinya;’’Maka disebabkan rahmat dari allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka.sekitarnya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,tentulah mereka menjauhakan
diri dari sekelilingmu.karna itu maaf kan lah mereka,mohonkanlah ampunan bagi
mereka,dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad,maka bertawakkallah kepada allah.sesungguhnya allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadanya.”(QS Ali Imran;159)

Kesimpulan Arti Surah Ali Imran 159 dan Perilaku yang


Harus Ditampilkan
Beberapa kesimpulan dari Surah Al-Baqarah ayat 30 adalah:
a. Dalam menghadapi semua masalah harus dengan lemah lembut melalui jalur musyawarah
untuk mufakat, tidak boleh dengan hati yang kasar dan perilaku kekerasan.
b. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap urusan.
c. Apabila telah dicapai suatu kesepakatan, maka semua pihak harus menerima dan bertawakal
(menyerahkan diri dan segala urusan) kepada Allah.
d. Allah mencintai hamba-hambanya yang bertawakkal.
RASULULLAH telah memberikan contoh tentang musyawarah.menjelang perang Uhud
terjadi perbedaan pendapat antara beliau dengan sejumlah sahabat.Nabi SAW bepedapat
sebaiknya orang islam bertahan didalam kota,tetapi sebagaian shabata beliau agar musuh
dihadapi diluar kota.Nabi akhirnya menerima usulan mereka walaupun dengan berat hati.

2. Surah Asy Syura 38


Artinya;”Dan (bagi)orang-orang yang menerima (mematuhi)seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat,sedang urusan mereka(diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka;dan mereka menafkahkan sebagaian dari rezki yang kami berikan kepada
mereka.”(QS Asy Syura ;38)
Kesimpulan Arti Surah Asy Syura 38 dan Perilaku yang
Harus Ditampilkan
Beberapa kesimpulan dari Surah Al-Mu’minûn ayat 12-14:
a. Perintah kepada setiap muslim untuk bertakwa kepada Allah.
b. Perintah Allah kepada setiap muslim untuk mendirikan Shalat.
c. Menggunakan jalur musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap perkara.
d. Menafkahkan sebagian rizki kita kepada orang-orang yang tidak mampu.
Dalam ayat lain Allah berfirman;

Artinya;”...Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan itu,kemudian apabila


kamu telah membulatkan tekad maka bertawakalah kepada Allah ”(QS Ali Imran 159)

Pada akhir ayat tersebut di jelaskan bahwa apabila kita di beri rezki harus
dinafkahkan kepada kebaikan.Misalnya,diberikan kepada mereka yang membutuhkan baik
secara individu maupun kelompok.

C. Menerapkan Perilaku Hidup Demokrasi Seperti Terkandung


Dalam QS Ali Imraan: 159 Dan QS Asy-Syuura: 38 Dalam
Kehidupan Sehari-Hari
Adapun hal-hal yang dapat kita amalkan dalm kehidupan sehari-hari setelah
mempelajari Surah Ali Imraan: 159 Dan Surah Asy-Syuura: 38 adalah sebagai berikut:
1. QS Ali Imraan: 159
a. Tidak boleh berkeras hati dan bertindak kasar dalam menyelesaikan suatu permasalahan,
tetapi dengan hati yang lemah lembut.
b. Setiap muslim harus berlapang dada, berperilaku lemah lembut, pemaaf dan memohonkan
ampun kepada Allah.
c. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam
menyelesaikan setiap persoalan.
d. Apabila telah tercapai mufakat, maka setiap individu harus menerima dan melaksanakan
keputusan musyawarah.
e. Selalu berserah diri kepada Allah sehingga tercapai keseimbangan antara ikhtiyar dan
berdo’a.
2. QS Asy-Syuura: 38
a. Setiap hari kita harus selalu berusaha semaksimal mungkin untuk senantiasa menjalankan
perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
b. Sebagai seorang muslim kita harus menjalankan Shalat wajib sesuai ketentuan syari’at Islam
dengan tertib.
c. Kita senantiasa mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap
permasalahan yang terjadi.
d. Kita juga harus menyisihkan sebagian harta kita bagi orang-orang yang tidak mampu.
BAB 8
Beriman kepada Malaikat
A. Pengertian Iman Kepada Malaikat
Iman kepada Malaikat merupakan rukun iman yang kedua, sehingga pembahasan
dalam bab ini merupakan kelanjutan dari rukun iman kepada Allah sebagai rukun iman yang
pertama. Iman kepada Malaikat itu sendiri mengandung makna bahwa kita harus percaya
dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Malaikat diciptakan dari cahaya (nur) yang diberi
tugas oleh Allah dan melaksanakan tugas-tugas tersebut sebagaimana perintah-Nya.
Indikator dari orang beriman adalah memiliki keyakinan yang kuat dalam hatinya bahwa di
alam semesta ini terdapat Malaikat dan keyakinan tersebut diucapkan melalui lisannya.
Wujud kongkrit dari iman tersebut adalah dibuktikan seorang muslim dalam perbuatan
sehari-harinya.
Sebagai orang yang beriman kepada Allah, tentu akan beriman pula kepada para
Malaikat. Hal ini merupakan konsekuensi logis karena Malaikat merupakan salah satu
ciptaan-Nya yang harus diyakini eksistensinya dalam alam semesta ini.
Malaikat adalah ciptaan Allah yang berasal dari cahaya (nur) dan senantiasa
mengabdi kepada Allah serta tidak pernah berbuat maksiat kepada-Nya. Malaikat ini
merupakan makhluk Allah yang selalu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada
mereka dengan penuh ketaatan, bahkan malaikat juga bersujud kepada manusia, berbeda
dengan iblis yang menentang perintah bersujud kepada manusia tersebut. Hal ini disebabkan
karena iblis diciptakan Allah dari api (naar).

B. Dalil Naqli dan Aqli tentang Fungsi Iman kepada


Malaikat
Sebagai rukun iman yang kedua, iman kepada Malaikat ini memiliki landasan (dalil)
dalam pengambilan hukumnya. Di antara dalil yang menunjukkan adanya kewajiban iman
kepada Malaikat antara lain :

1. Q.S Al-Baqarah 285:

Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah ,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan):
"Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-
Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."

2. QS AT Tahrim 6
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

3. Q.S An-Nisa’ ayat 136

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya.

C. NAMA DAN TUGAS MALAIKAT


Malaikat merupakan ciptaan Allah yang berwujud sebagai makhluk halus dan ghaib,
sehingga Malaikat bersifat abstrak dan immaterial. Jumlah malaikat tidak terbatas, tetapi
yang wajib diimani berjumlah 10, yaitu :

D. Perbedaan Manusia dengan Malaikat


Antara manusia dengan malaikat terdapat hubungan yang sangat erat. Kedua ciptaan
Allah tersebut telah diciptakan Allah sejak dahulu kala. Di samping itu, antara manusia
dengan malaikat terdapat persamaan dan perbedaan. Di antara persamaan dari kedua
makhluk tersebut adalah :

a. Sama-sama makhluk Allah


b. Sama-sama berkewajiban menyembah kepada Allah
c. Sama-sama memiliki akal

Sedangkan perbedaan antara manusia dengan malaikat adalah:


5. HIKMAH IMAN KEPADA MALAIKAT
Kewajiban beriman kepada Malaikat ini memiliki beberapa hikmah yang sangat
berguna bagi kehidupan manusia. Di antara hikmahi tersebut adalah :
a. Meningkatkan keimanan manusia kepada Allah, mengingat Malaikat merupakan salah
satu ciptaan-Nya
b. Membentuk jiwa seorang muslim yang benar-benar bertakwa kepada Allah, karena
iman kepada Allah dan iman kepada Malaikat merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan
c. Mendorong manusia untuk senantiasa bertindak hati-hati, karena dia menyadari bahwa
setiap perbuatannya selalu diawasi oleh para Malaikat
d. Mendorong manusia untuk selalu meningkatkan amal baik, karena manusia menyadari
bahwa sekecil apapun tindakan baiknya akan dicatat oleh Malaikat
e. Menghindarkan diri manusia dari perbuatan tercela yang akan menurunkan martabat
dan derajat dari manusia itu sendiri
BAB 9
Bertata Krama
A. Tata Krama Berpakaian dan Berhias
Sebagai muslim yang baik,kita harus selalu menjaga aurat,Aurat adalah bagian tubuh
yang tidak boleh dilihat orang lain.
Allah berfirman QS Al A’raf: 26
Artinya :” Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa, itulah
yang paling baik.

Yang demikian ini adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,mudah-


mudahan mereka selalu ingat”
1. Pakaian laki-laki
 Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut sehingga laki-laki di dalam berpakaian
tidak sama dengan perempuan
 Meskipun auratnya pusar sampai lutut akan tetapi berpakaian dengan bercelana panjang
,lengan panjang akan lebih terlihat rapi
 Bagi ikhwan, selain menahan pandangan terhadap lawan jenis,juga diharamkan memakai
perhiasan serta memakai pakaian seperti perempuan dan sebaliknya
2. Pakaian perempuan
 Aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan
 Pakaian tidak boleh transparan dan ketat karena bisa menumbulkan rasangan nafsu
syahwat dari orang lain
QS An nur:30

Artinya :
“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka
menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang
demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat.’
3. Berhias
 Berhias dalam islam memiliki aturan yang mulia.berhias bagi perempuan lebih bervariasi
daripada laki-laki
 Bagi kaum perempuan,berhias tidak boleh berlebihan karena seorang muslimah dilarang
bersolek seperti bersoleknya kaum jahiliyah (tabarruj jahiliyah)
4. Adab Berpakaian
Pakaian memiliki 4 fungsi:
 Penutup aurat
 Sebagai perhiasan
 Perlindungan (takwa)
 Penunjuk identitas

B. Bertamu dan menerima tamu


1. Bertamu
Dengan niat menyambung tali silaturahmi merupakan sunah rasul yang sangat dianjurkan.
Rasulullah saw bersabda :
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya,dan
barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,hendaklah ia menyambung tal silaturahmi,dan
barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,hendaklah ia berkata baik atau diam” (Mutafaq
Alaih)
Adab bertamu :
Cara-cara bertamu yang baik menurut Islam yaitu :
 Berpakaian yang rapi dan pantas.
 Memberi Isyarat dan Salam ketika datang.
 Janganlah mengintip ke dalam rumah.
 Minta Izin masuk maksimal sebanyak 3 kali.
 Memperkenalkan diri sebelum masuk.
 Tamu laki-laki dilarang datang kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang
wanita.
 Masuk dan Duduk dengan Sopan.
 Menerima jamuan tuan rumah denagn senang hati.
 Mulailah makan dengan membaca basmalah dan akhiri dengan membaca hamdalah.
 Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan janganlah memilih.
 Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran.
 Lama waktu bertemu maksimal tiga hari tiga malam.
 Segeralah pulang setelah urusan selesai.

Adab Menerima Tamu


Sebagai agama yang sempurna islam juga memberi tuntunan bagi umatnya dalam menerima
tamu. Demikian dengan pentingnya masalah ini (Menerima tamu) Sehingaa Rosululloh saw.
menjadikan tolak ukur kesempurnaah iman seseorang ialah sikap dalam menerima tamu.
Rosululloh saw bersabda : "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya
ia memuliakan tamunya." (H.R. Bukhari).

Adapun Cara- cara Menerima Tamu Yang Baik yaitu :


 Berpakaian yang pantas.
 Menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik.
 Menjamu tamu sesuai kemampuan.
 Tidak perlu mengada -adakan.
 Lama Waktu.
 Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang.
 Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam
rumah tanpa izin suaminya.

C. Adab Dalam Perjalanan


Adab orang yang hendak bepergian :
 Berpamitan kepada keluarga/orang tua
 Mengucapkan salam sebelum berangkat
 Berdoa agar diselamatkan selama perjalanan sampai pulang kembali
 Apabila naik kendaraan,hendaklah berdoa dengan :
َ ‫س ْب َحانََ الَّذِي‬
ََ‫س َّخ ََر لَنَا هذَ َاو َما ُكنَّا لَ َهُ ُم ْق ِرنِين ََو ِإنَّا ِإلى َر ِِّبنَا لَ ُمنقَ ِلبُون‬ ُ .
 Bagi seorang perempuan, bila ia musafir hendaknya didampingi muhrimnya
 Selalu ingat dan bertakwa kepada Allah
 Melaksanakan shalat secara jamak dan qasar atau keduanya apabila perjalanan jauh
 Berdoa kepada Allah ketika sampai ditempat tujuan
BAB 10
Hasud, Ria, Aniaya dan Diskriminasi
A. Sikap Hasud
Hasud adalah perasaaan tidak senang melihat orang lain mendapatkan nikmat dari
Allah Swt, bahkan berusaha dengan berbagai cara agar orang yang mendapat nikmat dan
kesenangan tersebut kembali seperti semula. Kepuasannya akan tercapai apabila orang lain
tak ada yang melebihinya dalam segala hal.
Hasud itu telah ditentang oleh Allah Swt dalam beberapa hal seperti:
 Membenci nikmat atau anugerah Allah Swt yang diberikan kepada orang lain.
 Tidak rela menerima pembagian karunia Allah Swt atas dirinya.
 Pelit terhadap pemberian Allah Swt, kalau bisa kebajikan dan anugerah Allah Swt jatuh
pada dirinya, tidak perlu orang lain, kalaupun orang lain memperolehnya diharapkan di
bawah derajat dirinya.
 Mengikuti pengaruh iblis yang sebetulnya sangat merugikan dan menghinakau diri
sendiri.

Akibat perbuatan hasud


Abu Laits Asmarakandi (1980: 228) mengatakan, tidak ada yang lebih jahat selain hasud,
penghasud akan mengalami bencana sebelum hasutannya mencelakai orang, misalnya:
1. Kerisauan dan kegelisahan akibat kebencian tak terputus-putus.
2. Terkena kehinaan dan kegelisahan apalagi ia menyadari bahwa orang lain telah memahami
hasutannya, maka la akan dipandang rendah dan pasti dijauhi.
3. Jauh dari rahmat Allah Swtdan sesama manusia.
4. Hancurnya kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan.

Nabi bersabda: "Jauhilah olehmu sifat dengki, karena sesungguhnya dengki itu memakan
kebaikan-kebaikan seperti api memakan kayu bakar: " (HR. Abu Dawud).

Cara menghindari sifat hasud


1. Selalu meningkatkan iman kepada Allah Swt
2. Berupaya meningkatkan ketaqwaan Allah.
3. Mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada kita.
4. Meningkatkan sifat qana'ah.
5. Menyadari kedudukan harta dan jabatan dalam kehidupan manusia di dunia

B. Sikap Riya'
Riya menurut arti bahasa berarti "melihat" karena ketika berbuat, selalu berusaha agar
dilihat dan diperhatikan orang lain untuk mendapat pujian. Sedang riya menurut istilah
adalah "sikap atau tindakan seseorang memperlihatkan amal perbuatannya serta ibadahnya
kepada orang lain". Dengan kata lain riya adalah melakukan amal ibadah dengan niat karena
selain Allah, ingin pujian atau dilihat orang lain.
Niat karena Allah Swt sangat menentukan nilai dan kadar iman seseorang yang
melakukan pekerjaan, apakah untuk mendapat ridha dan pahala Allah Swt atau untuk tujuan
lain. Rasulullah bersabda:
Artinya: "Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya dan seseorang akan
memperoleh balasan sesuai dengan apa yang diniatkan. " (HR. Bukhari dan Muslim).

Macam-macam riya'
Riya terbagi menjadi dua kategori, yaitu:
a. Riya' dalam niat
Artinya sejak awal perbuatan, bahkan sebelumnya sudah didasari riya'. Dengan demikian riya'
dalam mat apabila seseorang melakukan sesuatu pekerjaan, hatinya merasa bangga dan
mengharap pujian, sanjungan dan penghargaan dari orang lain, bukan ikhlas karena Allah Swt
Karena niat bukan karena Allah, maka segala apa yang ia lakukan baik ibadah salat, puasa, haji,
maupun amaliah yang lainnya akan menjadi sia-sia dan musnah.
b. Riya' dalam perbuatan
Artinya Riya' dilakukan ketika sedang melakukan perbuatan baik ibadah maupun pekerjaan
amaliyah yang bersifat keduniaan bila didasari dengan niat riya', tidak ikhlas karena Allah Swt,
ingin dilihat orang, mengharap pujian dan sanjungan dari orang lain, tidak akan mendapat nilai
atau manfaat baik bagi dirinya maupun masyarakat, lebih-lebih bagi agama dan negara.

C. Sikap Aniaya (Zalim)


Aniaya berasal dan bahasa Arab (dzolama) sifat ini termasuk salah satu sifat yang
dikutuk oleh Allah dan Rasul-Nya, serta dikecam oleh seluruh umat manusia di dunia. Sifat
ini berakibat menjatuhkan martabat diri sendiri dan orang lain.
Sifat aniaya/zalim dapat berupa bentuk :
a. Zalim kepada Allah, tidak mau mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya.
b. Zalim kepada orang lain, artinya memperkosa kehormatan dan harta benda atau berbuat
semena-mena kepada orang lain.
c. Zalim kepada binatang, artinya memperlakukan binatang secara tidak Islam, dengan cara
mengurung, menyembelih dengan pisau tumpul dan sebagainya.

Bahaya sifat zalim


a. Akan merugikan kehidupan sendiri baik di dunia maupun di akhirat
b. Akan memperoleh azab/laknat dan Allah (QS. Al Maidah: 78-80).
c. Akan memperoleh siksaan Allah di akhirat (QS. Al Maidah: 33)
d. Amal perbuatannya menjadi sia-sia (QS. Al Kahfi: 103-105)

D. Diskriminasi
Diskriminasi adalah perbedaan. Sedangkan menurut istilah diskriminasi
adalah bersikap membeda-bedakan atau memisahkan antara sesama manusia, baik karena
perbedaan derajat, suku, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, usia, golongan, ideologi dan
sebagainya.
Menurut George A Theodorson dan Achilles George Theodorson dalam A
Modern Dictionary of Sosiology mengartikan bahwa diskriminasi adalah perlakuan yang
tidak seimbang terhadap perorangan atau kelompok berdasarkan sesuatu,biasanya bersifat
katagorikal, atau atribut – atribut khas berdasarkan suku, bangsa, agama
atau kenggotaan kelas – kelas sosial.
Adapun contoh perbuatan diskriminasi yaitu :
 Sebagian masyarakat yang menempatkan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
 Adanya jurang pemisah antara orang kaya dengan orang miskin.
 Di Amerika Serikat, adanya penggolongan antara orang yang berkulit putih dengan
orang yang berkulit hitam ( orang Negro ),Orang kulit putih beranggapan bahwa
mereka adalah orang pribumi.Sedangkan orang Negro dianggap sebagai budak dan
merupakan sumber kerusuhan dan kekacauan.
 Stevan yang beragama Kristen enggan berteman dengan Yusuf yang beragama
islam.Hal ini dikarenakan perbedaan agama

Adapun dampak negatif diskriminasi,yaitu :


 Mengakibatkan munculnya sifat yang buruk yaitu kecongkakan atau kesombongan.
 Membanggakan diri sendiri dan meremehkan orang lain
 Memunculkan sikap apatis (sifat masa bodoh) yang menumbuhkan kehancuran
tatanan masyarakat

Sikap dan Perilaku Muslim yang Menjauhi Sifat Hasud, Riya' dan Zalim, dan
Diskriminasi
1. Selalu meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Swt
2. Selalu mensyukuri nikmat dan karunia Allah Swt yang diberikan dan menyadari bahwa
Allah Swt memberikan nilai lebih antara satu dengan yang lain.
3. Selalu menanamkan komitmen pribadi dalam setiap tindakannya dalam pergaulan di
masyarakat; yaitu menjadikan dirinya sebagai penyuluh, bukan hakim, menjadikan dirinya
sebagai seorang model muslim yang istiqomah, bukan menjadi pengecam saudaranya,
menjadikan dirinya bagian menjadi solusi dan bukan bagian dari masalah, dan menjadikan setiap
usahanya membawa manfaat bukan mudharat.
4) Menyadari bahwa yang membedakan manusia di sisi Allah adalah kualitas ketaqwaan
mereka.
b. Melihat keragaman ciptaan, bangsa dan suku adalah sesuatu yang wajar dan niscaya.
c. Allah tidak melihat kemuliaan seseorang dari penampilan luar.
d. Membiasakan diri menghindari sifat-sifat saling merendahkan, saling mencela, saling
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan, saling berperasangka jelek.
BAB 11
Hukum Islam tentang Zakat
Zakat menurut bahasa berarti suci, tumbuh dengan subur. Sedangkan menurut istilah
zakat adalah mengeluarkan sebagian harta benda sebagai sedekah wajib, kepada orang-orang
yang telah memenuhi syarat-syaratnya dan sesuai dengan ketentuan hukum islam.

A. Dalil-dalil naqli tentang wajibnya zakat, allah swt


berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 103.

ِّ‫ص ِل‬
َ ‫او‬ َ ُ ‫ص َدقَةًت‬
ِ ‫ط ِه ُر ُه ْم َوت ُ َز ِك‬
َ ‫يهمبِ َه‬ َ ‫س َكنٌلَّ ُه ِّْم ُخ ْذ ِم ْنأ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬ َ َّ‫علَي ِْه ْم ِإن‬
َ ‫صالَت َ َك‬ َ
ِّ‫س ِميعٌعَ ِلي ٌم‬
َ ‫َوالل ُه‬

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu
itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

A. Pengelolaan Zakat di Indonesia


Dalam rangka meningkatkan kualitas umat islam Indonesia, pemerintah telah
membuat peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat, sebagai berikut:
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat.
b. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Urusan Haji Nomor D/291
Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
c. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
Dengan Peraturan Perundang-Undangan tersebut, diharapkan pengelolaan zakat
dari kaum muslimin diIndonesia dapat berjalan dengan mulus, yang pada gilirannya dapat
membangun umat islam menuju “Baldatun Thayibatun Wa Rabun Ghafur”.
Dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat tersebut,
terdapat 4 (empat) aspek penting yang menjadi substansi tentang zakat, yaitu tujuan
zakat, lembaga pegelolaan zakat, harta yang wajib dizakati, dan pendayagunaan zakat.

B. Hubungan Zakat dengan Pajak


1. Pelaksanaan pajak dalam sejarah Islam
Berdasarkan penjelasan terdahulu, setiap muslim menghadapi dua kewajiban yang
berkaitan dengan hartanya: pertama zakat dan kedua berupa pajak. Pada saat Nabi
Muhammad Saw masih hidup, kewajiban material yang harus dipikul umat Islam hanya
satu, yaitu zakat dan sebagai pengimbangnya bagi nonmuslim dikenakan jizyah (QS. At
Taubah: 29).\
Kebutuhan finansial umat Islam waktu itu masih sederhana sehingga dengan
zakat dan jizyah itu segala kebutuhan negara dapat dipenuhi. Pada waktu
pemerintahan khalifah Umar bin Khattab, kehidupan ekonomi, sosial dan politik
semakin kompleks sehingga perlu adanya administrasi pemerintahan yang lebih
maju, maka timbul kebutuhan tambahan pemasukan dana untuk negara. Pada masa
itu Iraq masuk dalam kekuasaan Islam. Sesuai ketentuan, tanah hasil rampasan
perang 4/5 bagian dibagikan kepada pasukan yang ?' memperolehnya (QS. Al Anfal
: 41). Atas Ijtihad Umar r.a. tanah itu tidak dibagikan, tetapi tetap digarap oleh
pemilik semula dan selanjutnya menjadi milik negara.
Di pihak penggarap diwajibkan mengeluarkan sebagian hasil tanah itu untuk
negara. Inilah yang disebut kharaj atau pajak. Jadi umat Islam yang tinggal di
daerah yang terkena kewajiban kharaj itu menghadapi kewajiban ganda yaitu
sebagai muslim harus memenuhi tuntutan agama dalam bentuk zakat dan sebagai
warga negara wajib menunaikan kewajibannya dalam bentuk kharaj atau pajak.

2. Hakikat zakat dan pajak


Persamaan zakat dan pajak terdapat unsur kewajiban, supaya kewajiban itu
mempunyai kekuatan memaksa maka kewajiban itu mempunyai sanksi. Melalui
pajak terdapat sangsi tertentu bagi pelanggar pajak. Begitu pula zakat, unsur
paksaan pemah dilakukan pada masa khalifah Abu Bakar dan khalifah Umar bin
Khattab. Dalam kedua bentuk kewajiban itu, pihak yang dikenai kewajiban sama -
sama melaksanakannya tanpa mengharapkan keuntungan yang bersifat material.
Kemudian pada zakat terkandung tujuan yang bersifat moral spiritual dalam
rangka mensyukur nikmat Allah. Sedang pajak terlihat lebih material. Adapun kadar
kewajiban zakat ditetapkan oleh Allah maka sifatnya pasti mutlak, sedangkan pajak
kadarnya ditetapkan negara yang besar kecilnya disesuaikan menurut kebutuhannya.
Mengenai penggunaan zakat, sudah ditetapkan Allah yang disebut ashnaf.
Sebagian ashnaf tersebut seperti fakir, miskin, sabilillah, dan lain -lain merupakan
pihak yang dibiayai juga oleh negara melalui pajak. Dan harta yang dikenakan oleh
kewajiban zakat adalah segala barang berharga yang dapat digunakan untuk
kebutuhan hidup manusia, seperti emas, perak, ternak dan hasil perniagaan.
Keseluruhan jenis harta yang menjadi sumber zakat termasuk apa yang dikenai
kewajiban, hanya dalam pajak lebih rinci dan luas dibanding zakat seperti pajak
radio, pajak kendaraan bermotor dan lain-lain.

C. Fungsi dan Hikmah Zakat dalam Kehidupan Sehari-hari


Hikmah Zakat
 Membersihkan dan mensucikan jiwa dan harta (QS. At-Taubah: 103)
 Terjalin persaudaraan dan kepedulian orang kaya kepada yang miskin (QS. Az -
Zukhruf: 32).
 Mendapatkan pahala yang dilipatgandakan (QS. Al-Baqarah: 261)
 Terhindardan kebakhilan (QS. Ali Imran: 180).
Perilaku yang Mencerminkan Hikmah Zakat
 Dermawan, karena telah memiliki kepedulian kepada yang membutuhkan.
 Optimis, karena yakin Allah akan memberikan lebih dan apa yang ia berikan di
dunia dan akhirat.
 Bersyukur, karena lebih baik memberi daripada menerima.
 Berbahagia, karena telah melaksanakan perintah Allah dengan jalan mampu
berbagi untuk sesama.
 Tidak berlaku sombong, karena apa saja yang dimiliki pada hakikatnya milik
Allah Swt, ia hanya sekedar titipan (amanah).
BAB 12
Hukum Islam tentang Haji
A. Pengertian Haji
Dalam bahasa Arab, haji berarti al-qashad, yaitu menyengaja atau menuju.
Dalam istilah syarah , haji berarti menyengaja mengunjungi kabah untuk melakukan
ibadah tertentu (thawaf, sa’i, waquf di Arafah, dan lainnya). Haji termasuk ibadah
yang telah dikenal pada syariat agama-agama terdahulu sebelum islam. (tafsir
ahmad.2009: ) Nabi Ibrahim dan nabi ismail membangun kabah sebagi rumah
ibadah untuk menyebah Allah semata-mata dan menyeru manusia untuk berhaji ke
bait Allah itu. Orang orang mematuhi seruannya, dating dari berbagai penjuru dan
mempelajari dasar-dasar agama tauhid yang mereka ajarkan.
Menurut para ulama haji berarti mengunjungi ka’bah untuk beri’badat kepada
Allah dengan rukun-rukun tertentu dan beberapa syarat tertentu serta beberapa
kewajibannya dan mengerjakannya pada waktu tertentu. (Rifa’i, Moh.1978:371).

B. Syarat-Syarat Wajib Haji


Adapun syarat-syarat wajib melakukan ibadah haji dan umrah adalah :

 Islam
 Baligh (dewasa)
 Aqil (berakal sehat
 Merdeka
 Mampu (Istitha’ah)
a) Islam
Beragama Islam merupakan syarat mutlak bagi orang yang akan melaksanakan ibadah haji
dan umrah. Karena itu orang-orang kafir tidak mempunyai kewajiban haji dan umrah.
Demikian pula orang yang murtad.
b) Baligh
Anak kecil tidak wajib haji dan umrah. Sebagaimana dikatakan oleh nabi Muhammad SAW
“Kalam dibebaskan dari mencatat atas anak kecil sampai ia menjadi baligh, orang tidur
sampai ia bangun, dan orang yang gila sampai ia sembuh”.
c) Berakal
Orang yang tidak berakal, seperti orang gila, orang tolol juga tidak wajib haji.
d) Merdeka
f) Budak tidak wajib melakukan ibadah haji karena ia bertugas melakukan kewajiban yang
dibebankan oleh tuannya. Padahal menunaikan ibadah haji memerlukan waktu. Disamping
itu budak itu termasuk orang yang tidak mampu dari segi biaya, waktu dan lain-lain.
e) Mampu (Istitha’ah) : Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan dalam hal
kendaraan, bekal, pengongkosan, dan keamanan di dalam perjalanan.
C. Rukun dan Wajib Haji
Rukun haji dan umrah merupakan ketentuan-ketentuan/perbuatan-perbuatan yang
wajib dikerjakan dalam ibadah haji apabila ditinggalkan, meskipun hanya salah satunya,
ibadah haji atau umrahnya itu tidak sah. Adapun rukun-rukun haji dan umrah itu adalah
sebagai berikut :

o Ihram

o Wukuf di arafah

o Thawaf

o Sa’i

o Bercukur

o Tertib

D. Hikmah Haji
1. Dalam pelaksanaan ihram, manusia dilatih untuk dapat mengendalikan hawa nafsu,

khususnya syahwat, perbuatan-perbuatan dosa, dan hal-hal yang menyenangkan

dirinya(hedonis).

2. Dalam pelaksanaan thawaf, ka’bah merupakan simbol monoteisme (tauhid).

Melakukan thawaf disekeliling ka’bah merupakan simbol bahwa segala usaha

kegiatan hidup manusia didunia ini tidak akan pernah lepas dari pengawasan dan

kekuasaan Allah. Dengan dzikir ketika thawaf yang disertai penghayatan yang

mendalam, diharapkan akan tertanam dalam jiwa orang yang membacanya kesadaran

bahwa manusia itu sangat lemah. Di sini orang akan menganggap bahwa manusia

tidak layak berlaku sombong dan angkuh.

3. Ibadah sa’i antara Shafa dan Marwah mengingatkan sejarah perjuangan Siti Hajar

ketika mencari air. Ini mengisyaratkan bahwa orang yang haji diharapkan memiliki

etos kerja tinggi, tidak boleh berpangku tangan, mengharap rezeki datang dari langit.

4. Wukuf diarafah bisa disebut sebagai malam perenungan. Arafah sendiri berarti

pengalaman. Maksudnya, orang yang melakukan haji dan umrah diharapkan dapat

mengenal jati dirinya, menyadari segala kesalahannya dan bertekad untuk tidak

mengulanginya.

5. Melempar jumrah terkait erat dengan kisah ibrahim ketika melempar setan. Hal ini

dimaksudkan agar orang yang melakukan haji dan umrah memiliki tekad dan

semangat untuk tidak terbujuk rayuan setan yang merusak dunia ini.

6. Bermalam di mina dan muzdalifah dan diistilahkan malam istirahat dari rangkaian

ibadah haji. Disini orang dapat memulihkan kondisi yang sangat lelah. Ini sebagai
isyarat bahwa manusia memerlukan waktu istirahat dalam hidup ; tidak selamanya

bekerja sampai tidak ingat menjaga kondisi badan.

7. Dalam tahallul terkadang ajaran agar manusia mampu mengendalikan sifat

pembawaannya. Tahallul diibaratkan sebagai lampu hijau yang mengisyaratkan

kendaraan boleh berjalan kembali setelah untuk sementara diharuskan berhenti.

8. Khusus untuk ibadah umrah, ibadah ini memberi kesempatan yang sangat leluasa

kepada kaum muslimin untuk mengunjungi ka’bah karena waktunya tidak ditentukan.

(Materi Pendidikan agama islam, 2001 : 115-116)


BAB 13
Hukum Islam tentang Wakaf
A. Ketentuan-Ketentuan Wakaf

1) Syarat Wakaf

Syarat-syarat harta yang diwakafkan sebagai berikut:

 Diwakafkan untuk selama-lamanya, tidak terbatas waktu tertentu (disebut takbid).

 Tunai tanpa menggantungkan pada suatu peristiwa di masa yang akan datang. Misalnya,

“Saya wakafkan bila dapat keuntungan yang lebih besar dari usaha yang akan datang”.

Hal ini disebut tanjiz

 Jelas mauquf alaih nya (orang yang diberi wakaf) dan bisa dimiliki barang yang

diwakafkan (mauquf) itu

2) Rukun Wakaf

o Orang yang berwakaf (wakif), syaratnya;

 kehendak sendiri

 berhak berbuat baik walaupun non Islam

o sesuatu (harta) yang diwakafkan (mauquf), syartanya;

 barang yang dimilki dapat dipindahkan dan tetap zaknya, berfaedah saat diberikan

maupun dikemudian hari

 milki sendiri walaupun hanya sebagian yang diwakafkan ataumusya (bercampur dan

tidak dapat dipindahkan dengan bagian yang lain

o Tempat berwakaf (yang berhaka menerima hasil wakaf itu), yakni orang yang memilki

sesuatu, anak dalam kandungan tidak syah.

o Akad, misalnya: “Saya wakafkan ini kepada masjid, sekolah orang yang tidak mampu

dan sebagainya” tidak perlu qabul (jawab) kecuali yang bersifat pribadi (bukan bersifat

umum)

3) Hukum mengganti barang wakaf

Tentang penggantian/perubahan benda wakaf di atas menurut pendapat imam

madzhab yang erat kaitannya dari pengaruh pengertian wakaf yang dikemukakannya,

maka berikut ini menurut pendapat Ibnu Taimiyah bahwa mengganti apa yang

diwakafkan dengan sesuatu yang lebih baik ada dua macam:

Pertama, penggantian karena kebutuhan, misalnya karena macet maka dijual dan

hasilnya dipergunakan untuk membeli apa yang dapat menggantikannya; misal kuda yang
diwakafkan untuk perang bila tidak mungkin lagi dimanfaatkan dalam peperangan maka

ia dapat dijual dan hasilnya dipergunakan untuk membeli apa yang dapat

menggantikannya; masjid jika rusak dan tidak mungkin diramaikan maka tanahnya dijual

dan hasil penjualannya dapat dipergunakan untuk membeli apa yang dapat

menggantikannya.

Kedua, Penggantian karena kepentingan yang lebih kuat, misalnya menggantikan

hadiah dengan apa yang lebih baik dari padanya, masjid bila dibangun masjid lain yang

lebih layak bagi penduduk kampung dan masjid yang lama boleh dijual Pendapat ini

identik dengan pendapat pmam Ahmad ibn Hambal di atas. Karena beralasan pada

sebuali hadis Umar ibn Khattab, yang memindahkan masjid Kufah yang lama ke tempat

yang baru, dan tempat yang lama dijadikan pasar bagi penjual-penjual Tamar. Contoh

lain adalah bahwa Umar ibn Khattab dan Utsman ibn Affan pernah membangun masjid

Nabawi tanpa mengikuti konstruksi pertama dan dengan memberi tambahan. Berdasarkan

fenomena tersebut maka diperbolehkan mengubah bangunan wakaf dari satu bentuk ke

bentuk lainnya demi maslahat yang mendesak.

Prinsip-prinsip wakaf diatas adalah pemilikan terhadap manfaat suatu barang.

Barang asalnya tetap, tidak boleh diberikan, dijual atau dibagikan. Barang yang

diwakafkan tidak boleh diganti atau dijual. Persoalannya akan jadi lain jika barang wakaf

itu sudah tidak dapat dimanfaatkan, kecuali dengan memperhitungkan harga atau nilai

jual setelah barang tersebut dijual. Artinya, hasil jualnya dibelikan gantinya. Dalam

keadaan demikian , mengganti barang wakaf dibolehkan. Sebab dengan cara demikian,

barang yang sudah rusak tadi tetap dapat dimanfaatkan dan tujuan wakaf semula tetap

dapat diteruskan, yaitu memanfaatkan barang yang diwakafkan tadi.

Sayyidina Umar r.a. pernah memindahkan masjid wakah di Kuffah ke tempat lain menjadi

masjid yang baru dan lokasi bekas masjid yang lama dijadikan pasar. Masjid yang baru tetap

dapat dimanfaatkan. Juga Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa tujuan pokok wakaf adalah

kemaslahatan. Maka mengganti barang wakaf tanpa menghilangkan tujuannya tetap dapat

dibenarkan menurut inti dan tujuan hukumnya.

B. Menjelaskan hikmah wakaf


Hikmah wakaf adalah sebagai berikut:

a) Melaksanakan perintah Allah SWT untuk selalu berbuat baik. Firman Allah SWT:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah

Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS Al Hajj : 77)
b) Memanfaatkan harta atau barang tempo yang tidak terbatas

Kepentingan diri sendiri sebagai pahala sedekah jariah dan untuk kepentingan masyarakat

Islam sebagai upaya dan tanggung jawab kaum muslimin. Mengenai hal ini, rasulullad SAW

bersabda dalam salah satu haditsnya:

َ ‫س ِل ِم ْي َن فَلَ ْي‬
)‫س ْم ِنِّى (الحديث‬ ْ ‫م ََ ْن الَ َي ْهت َ َّم ِبا َ ْم ِر ا ْل ُم‬
Artinya: “Barangsiap yang tidak memperhatikan urusan dan kepentingan kaum

muslimin maka tidaklah ia dari golonganku.” (Al Hadits)

c) Mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi

Wakaf biasanya diberikan kepada badan hukum yang bergerak dalam bidang sosial

kemasyarakatan. Hal ini sesuai dengan kaidah usul fiqih berikut ini.

ِّ ِ ‫ح ا ْل َج‬
‫اص‬ ِ ‫صا ِل‬ ِّ ِ َ‫ح ا ْلع‬
َ ‫ام ُمقَ َّد ُم عَلى َم‬ ِ ‫صا ِل‬
َ ‫َم‬
Artinya: “Kemaslahatan umum harus didahulukan daripada kemaslahatan yang khusus.”
Kesan
Selama belajar dengan Pak Yudi
Alhamdulilah saya mengerti apa yang
Bapak ajarkan ke Alzira.

Pesan
Terima kasih kepada Bapak Yudi ,
semoga ilmu yang bapak berikan ke saya
akan berguna untuk ke depannya,
Semoga bapak selalu sehat.

Wassalamualaikum

Anda mungkin juga menyukai