Anda di halaman 1dari 12

RISIKO STROKE ISKEMIK PADA PENDERITA HIPERLIPIDEMIA

DENGAN DIABETES MELITUS


Studi Observasional Analitik di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
(RSI SA) Periode Januari 2016 – Desember 2016

Skripsi

Diajukan Oleh :
Aang Khoirul Anam
01.210.6061

HALAMAN JUDUL

Kepada
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
INTISARI

Kondisi hiperlipidemia meningkatkan risiko stroke sampai dua kali lipat


dibandingkan dengan individu profil lipid normal. Pada pasien dengan diabetes
melitus (DM) angka mortalitas mencapai empat kali lipat terhadap penyakit
kardiovaskuler dibandingkan pasien tanpa diabetes melitus (DM) dengan kadar
kolesterol yang sama pada penelitian sebelumnya. Penelitian ini bermaksud
mengetahui risiko stroke pada penderita hiperlipidemia dengan DM.
Penelitian analitik observasional dengan rancangan case control. Penelitian
dilakukan pada 69 sampel catatan medis pasien hiperlipidemia di RSI Sultan
Agung Semarang periode Januari – Desember 2016. Hiperlipidemia ditetapkan
jika kadar kolesterol > 240 mg/dl atau LDL > 160 mg/dl atau kadar trigliserida >
200 mg/dl. Status stroke diperoleh dari hasil diagnosis dokter yang tercantum dal
am catatan medis. Risiko stroke pada penderita hiperlipidemia dengan DM
dianalisis dengan uji chi square dan nilai OR.
Hasil penelitian menunjukkan stroke, ditemukan sebanyak 30 orang (60,0%)
pasien hiperlipidemia dengan DM, sedangkan pada pasien hiperlipidemia tanpa
DM sebanyak 20 orang (40,0%). Uji chi square didapatkan nilai p=0,035 (p<0,05)
dengan nilai OR = 3,250 (IK95%: 1,060-9,967). Pasien hiperlipidemia dengan
DM berkemungkinan menderita stroke 3,25 kali lebih tinggi daripada pasien
hiperlipidemia tanpa DM.
Disimpulkan bahwa: Hiperlipidemia dengan DM merupakan faktor risiko
stroke.
Kata kunci: Stroke, Hiperlipidemia, Diabetes Mellitus.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hiperlipidemia merupakan penyakit kardiovaskuler yang

menyebabkan sekitar 56% penyakit jantung iskemik dan sekitar 18%

penyakit serebrovaskular di seluruh dunia (Hutter et al., 2004). Di Indonesia

prevalensi hiperlipidemia meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2008

tercatat sebesar 35,1%, meningkat menjadi 35,9% pada tahun 2013 (WHO,

2013). Hiperlipidemia dicirikan dengan kadar kolesterol, lipid densitas

rendah (LDL), dan trigliserida tinggi. Kadar kolesterol tinggi

mengakibatkan terjadinya penimbunan kolesterol di dalam sel yang dapat

memicu terjadinya pengerasan dinding pembuluh arteri yang disebut

sebagai proses aterosklerosis yang dapat berkontribusi pada kejadian stroke

(Dinata, 2013). Keadaan patologis yang menyertai seseorang individu

seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, dan kolesterol yang

tinggi (dislipidemia) merupakan faktor risiko utama (faktor dominan) stroke

(Corwin, 2009).

Frekuensi diabetes melitus cukup tinggi pada penderita stroke. Pada

50 penderita stroke aterotrombotik (iskemik) dijumpai 20% sebelumnya

telah diketahui menderita diabetes melitus, 42% dari sisanya mempunyai

konsentrasi glikosilat hemoglobin abnormal. Sebanyak 62% penderita

stroke mempunyai abnormalitas glikemik (Hamidon, 2008). Studi The

1
2

Multiple Risk Factor Intervention Trial melaporkan pada pasien diabetes

mortalitas akibat penyakit kardiovaskular mencapai 4 kali lebih tinggi

daripada individu non DM dengan kolesterol serum yang sama. Pasien

diabetes dengan kadar kolesterol serum terendah, mempunyai angka

kematian yang lebih tinggi dibanding kelompok individu non DM dengan

kadar kolesterol tertinggi (Shahab, 2008).

Penelitian Raharjo dan Tuti (2015) menunjukkan bahwa distribusi

responden menurut jenis stroke memperoleh hasil 16 (12,7%) terkena stroke

hemoragik dan lebih dari separuh 110 (87,3%) adalah jenis stroke non

hemoragik. Penelitian Siswanto (2005) melaporkan bahwa dari 50 pasien

terdapat faktor risiko stroke terbesar yaitu tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg, kadar gula darah ≥ 200mg/dl. Penelitian Nastiti (2012) melaporkan

stroke iskemik yang dominan (85%) dengan kadar gula darah 2 jam

postprandial (PP) dan sewaktu sebesar ≥ 200 mg/dl, kadar kolesterol total

tinggi (49%), kadar LDL mendekati optimal (32%), kadar HDL rendah

(54%), dan memiliki penyakit DM (74%).

Penderita hiperlipidemia dengan diabetes melitus memiliki risiko

lebih besar untuk mengalami stroke iskemik dibandingkan dengan tanpa

diabetes melitus. Namun hal tersebut perlu dibuktikan secara ilmiah. Di

Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang terdapat jumlah pasien

hiperlipidemia yang cukup banyak dan rekam medik pasien dicatat dengan

baik sehingga cukup representatif sebagai tempat penelitian.


3

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas dapat

dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana risiko stroke

iskemik pada penderita hiperlipidemia dengan diabetes melitus?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko stroke iskemik pada

penderita hiperlipidemia dengan diabetes melitus.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengetahui jumlah pasien yang mengalami stroke iskemik

pada penderita hiperlipidemia tanpa diabetes melitus.

1.3.2.2. Mengetahui jumlah pasien yang mengalami stroke iskemik

pada penderita hiperlipidemia dengan diabetes melitus.

1.3.2.3. Menganalisis risiko stroke iskemik pada penderita

hiperlipidemia dengan diabetes melitus.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat bagi keilmuan

Dapat digunakan sebagai landasan pengelolaan penanganan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan terutama bagi

penderita hiperlipidemia dengan diabetes melitus terhadap risiko

stroke iskemik.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil Penelitian

Penelitian tentang risiko stroke iskemik pada penderita hiperlipidemia

dengan diabetes melitus ini dilakukan menggunakan sampel 69 catatan

medis pasien hiperlipidemia di poli penyakit dalam Rumah Sakit Islam

(RSI) Sultan Agung Semarang periode Januari – Desember 2016 dengan

desain kasus-kontrol.

Gambaran risiko stroke iskemik pada pasien hiperlipidemia

ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Risiko stroke iskemik pada pasien hiperlipidemia berdasarkan


jenis kelamin
Jenis kelamin Kasus Kontrol p
- Laki-laki 29 (58,0%) 6 (31,6%) 0,050
- Perempuan 21 (42,0%) 13 (68,4%)

Berdasarkan jenis kelamin, kasus stroke iskemik ditemukan sebanyak

58,0% pada laki-laki dan 42,0% pada perempuan, sedangkan pada kontrol

31,6% adalah laki-laki dan 68,4% perempuan. Kejadian stroke iskemik pada

laki-laki dan perempuan relatif serupa (p>0,05).

Tabel 4.2 Risiko stroke iskemik pada pasien hiperlipidemia berdasarkan


status DM
Status DM Kasus Kontrol P OR (IK95%)
- Ya 30 (60,0%) 6 (31,6%) 0,035 3,250
- Tidak 20 (40,0%) 13 (68,4%) (1,060-9,967)

4
5

Tabel 4.2 menunjukkan pada kelompok kasus, ditemukan sebanyak 30

orang (60,0%) pasien hiperlipidemia dengan DM dan 20 orang (40,0%)

pasien hiperlipidemia tanpa DM. Sedangkan pada kelompok kontrol

ditemukan sebanyak 6 orang (31,6%) pasien hiperlipidemia dengan DM dan

13 orang (68,4%) pasien hiperlipidemia tanpa DM. Uji chi square diperoleh

nilai p sebesar 0,035 (p<0,05) menunjukkan bahwa hiperlipidemia dengan

DM berhubungan dengan kejadian stroke iskemik. Nilai OR sebesar 3,250

(IK95%: 1,060-9,967) memiliki arti bahwa pasien hiperlipidemia dengan

DM berkemungkinan menderita stroke iskemik 3,25 kali lebih tinggi

daripada pasien hiperlipidemia tanpa DM.

1.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh kejadian stroke pada

pasien hiperlipidemia laki-laki sedikit lebih banyak (58,0%) daripada

perempuan (42,0%). Menurut Mustanoja et al (2010) hal ini disebabkan

karena terkait dengan pola hidup yang buruk pada laki-laki misal merokok,

makan-makanan yang berisiko seperti makanan asin, manis, tinggi lemak,

mengandung penyedap, dan banyak kolesterol. Dimana perilaku-perilaku

tersebut dapat menganggu elastisitas pembuluh darah dan bisa

menyebabkan penyumbatan yang berdampak pada aterosklerosis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hiperlipidemia dengan DM

merupakan faktor risiko stroke iskemik. Risiko stroke iskemik pada pasien

hiperlipidemia dengan DM sebesar 3,25 kali daripada tanpa DM. DM

sendiri juga merupakan faktor risiko stroke. Pasien dengan diabetes berisiko
6

1,5-3 kali menderita stroke dibandingkan dengan populasi umum dan terkait

dengan mortalitas serta morbiditas yang lebih besar. Kondisi sindrom

metabolik yang salah satu cirinya adalah hiperlipidemia merupakan faktor

risiko stroke dengan nilai OR 1,5 kali (Zavoreo et al., 2012).

Kondisi hiperlipidemia menyebabkan faktor risiko proaterogenik,

profil plasma lipid abnormal, hipertensi dan hiperglikemia. Ditambah

dengan keberadaan DM menyebabkan gambaran patologis seperti resistensi

insulin dan hiperinsulinemia, yang juga berkontribusi terhadap perubahan

aterosklerosis pada pembuluh ekstra dan intrakranial yang tidak tergantung

pada faktor risiko yang menyertainya (Demarin et al., 2006).

Diabetes mellitus yang umum dicirikan dengan hiperglikemia

menyebabkan rusakny dinding pembuluh darah besar maupun pembuluh

darah perifer, serta meningkatkan agegrat platelet dimana kedua proses

tersebut menyebabkan aterosklerosis. Hiperglikemia juga meningkatkan

viskositas darah yang berikutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah

atau hipertensi sehingga berkontribusi pada terjadinya stroke iskemik. Hasil

penelitian Ramadhany et al., (2010) menunjukkan ada hubungan antara

diabetes mellitus dengan kejadian stroke iskemik, individu dengan DM

berisiko 3,8 kali lebih banyak mengalami stroke iskemik daripada individu

tanpa DM.

Kondisi DM menyebabkan peningkatan absorbsi natrium di dalam

tubuh. Absorbsi natrium berdampak pada peningkatan kadar kalium dalam

darah dan menyebabkan terstimulasinya sistem saraf simpatik. Sistem saraf


7

simpatik yang terstimulasi ini berdampak pada perubahan struktur dalam

darah yang mempengaruhi fungsi jantung dan tekanan darah. Diabetes

merupakan kondisi yang secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya

hipertensi.

Kondisi DM juga mengakibatkan kerusakan dinding arteri sehingga

terbentuk thrombus atau bekuan darah dan menghambat aliran darah.

Thrombus yang terbentuk juga dapat membesar dan menutup lumen arteri,

atau juga dapat terlepas dan membentuk emboli yang mengikuti aliran darah

serta menyumbat arteri di bagian lain. Penyumbatan arteri oleh emboli

menjadikan jaringan yang memperoleh vaskularisasi dari arteri mati akibat

kehilangan suplai oksigen secara cepat, dan bila terjadi di otak

menyebabkan kerusakan pada otak sehingga terjadi stroke (Gofir, 2009).

Diabetes melitus yang menyertai hiperlipidemia menambah kecepatan

terjadinya stroke. Diabetes melitus menyebabkan progresivitas stroke,

peningkatan mortalitas dan morbiditas karena perubahan post iskemik aliran

darah serebral akibat kegagalan autoregulasi, efek hiperosmolar glukosa

darah, dan interferensi dengan aliran darah kolateral pada daerah peri

iskemik (Indiyarti, 2003).

Penelitian ini berhasil membuktikan hipotesis yang dikemukakan,

namun penelitian ini juga memiliki keterbatasan karena menggunakan

sampel rekam medis, maka progresivitas stroke tidak teramati. Keterbatasan

lain penelitian ini tidak dapat mengetahui gaya hidup pasien stroke seperti

kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol dan merokok, karena data


8

semacam ini jarang tercantum dalam catatan medis. Keterbatasan lain dari

penelitian ini adalah tidak dapat mengeksklusi pasien hipertensi, karena

pada umumnya hipertensi juga ditemukan pada kondisi hiperlipidemia

dengan diabetes melitus.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

5.1.1 Hiperlipidemia dengan diabetes melitus merupakan faktor risiko

stroke iskemik.

5.1.2 Pasien yang mengalami stroke iskemik pada penderita

hiperlipidemia tanpa diabetes melitus sebanyak 20 orang (40,0%).

5.1.3 Pasien yang mengalami stroke iskemik pada penderita

hiperlipidemia dengan diabetes melitus sebanyak 30 orang (60,0%).

1.2. Saran

Terkait dengan keterbatasan dalam penelitian ini, maka disarankan

pada penelitian lebih lanjut untuk melakukan:

5.2.1 Penelitian tentang kaitan diabetes melitus pada pasien hiperlipidemia

dengan progresivitas stroke.

5.2.2 Penelitian tentang hubungan gaya hidup pasien hiperlipidemia yang

disertai dengan diabetes melitus terhadap terjadinya stroke iskemik.

5.2.3 Melakukan analisis multivariat tentang hubungan hiperlipidemia,

diabetes melitus, dan hipertensi pada kejadian stroke iskemik.

9
10

Anda mungkin juga menyukai