Anda di halaman 1dari 27

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizofrenia

2.2.1 Pengertian skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan gangguan

utama pada proses pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek

atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataaan

terutama karena waham dan halusinasi, assosiasi terbagi-bagi sehingga

muncul inkoherensi, afek dan emosi inadekuat, psikomotor

menunjukkan penarikan diri, ambivalensi dan perilaku bizar. 8

Skizofrenia berasal dari dua kata “skizo” yang berarti retak atau

pecah (split), dan ”frenia” yang berarti jiwa. Dengan demikian

seseorang yang menderita gangguan jiwa skizofrenia adalah orang

yang mengalami keretakan atau keretakan kepribadian (splitting of

personality).9

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi

penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu

bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada

umumnya ditandai oleh penyimpangan yang foundamental dan

5
6

karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar

(inapropriate) atau tumpul (blunted).10

2.2.2 Penyebab skizofrenia

Etiologi terjadinya skizofrenia yaitu sebagai berikut:10

1. Endokrin.

Endokrin: dahulu dikirakan bahwa skizofrenia mungkin

disebabkan oleh gangguan endokrin, teori ini di kemukakan karena

skizofrenia sering timbul pada waktu pubertas, waktu kehamilan,

atau puerperium dan waktu klimakterium.

2. Metabolisme

Ada sebagian orang menyangka bahwa kizofrnia di sebabkan oleh

gangguan metabolisme, karena penderita dengan skizofrenia

tampak pucat dan tidak sehat. Ujung extremitas agak sianotik,

nafsu makan berkurang dan berat badan menurun. Belakangan ini

teori metabolisme mendapat perhatian lagi karena penelitian

dengan memakai obat–obatan ini dapat meneimbulkan gejala yang

mirip dengan gejala–gejala skizofrenia, tetapi reversibel.

3. Genetik

Dapat dipastikan bahwa ada faktor genetik yang turut menentukan

timbulnya skizoprenia.

4. Neurokimia

Skizoprenia disebabkan oleh overaktifitas pada jaras dopamin

mesolimbik.
7

5. Hipotesis perkembangan syaraf

Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan

abnormalitas struktur dan morfologi otak penderita skizoprenia.

2.2.3 Tanda-tanda Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu

menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) dengan baik tentang

pemahaman diri (self insight). Gejala-gejala terjadinya gangguan jiwa

skizofrenia dapat dibagi dalam beberapa kelompok yaitu sebagai

berikut.11

1. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional

meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu

tidak rasional, namun penderita tetap menyakini kebenarannya.

2. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan

penderita mendengar suaras-uara atau bisikan-bisikan ditelinganya

padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.

3. Kekacauan pikiran, yaitu dapat dilihat dari isi pembicaraannya.

Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur

pikiranya.

4. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara

dengan semangat dan gembira berlebihan.

5. Merasa dirinya “orang besar”, merasa serba mampu, serba hebat.

6. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada

ancaman terhadap dirinya.


8

7. Menyimpan rasa permusuhan

8. Menarik diri atau mengasingkan diri (with drawn) tidak mau

bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun.

9. Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.

10. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.

11. Sulit dalam berpikir abstrak

12. Pola pikir streotip.

13. Tidak ada atau kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak

ada inisiatif, tidak upaya dan usaha, tidak ada spontanitas monoton,

serta tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan nafsu).

2.2.4 Gejala–gejala skizofrenia

Gejala pokok dari skizofrenia dapat dikelompokkan menjadi empat:10

1. Alam pikiran

Gangguan alam pikiran pada penderita skizofrenia berupa

gangguan bentuk arus pikiran dan gangguan isi pikiran. Pada

penderita skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses

pikiran dan yang terganggu terutama adalah proses asosiasi

meliputi:

a). Penderita kadang-kadang mempunyai satu ide yang belum

selesai diutarakan tetapi sudah timbul ide yang lainnya.

b). Penderita skizofrenia tidak jarang menggunakan arti simbolik,

sehingga jalan pikiran penderita skizofrenia tidak dapat diikuti

dan dimengerti oleh orang lain.


9

d). Pada penderita skizofrenia sering juga ditemukan apa yang

disebut dengan bloking, yaitu isi pikiran yang kadang-kadang

berhenti dan tidak timbul ide lagi.

e). Gejala lain adalah halusinasi yaitu penderita merasa ada suara-

suara ditelinganya.

f). Cara berpikir yang aneh (ambivalensi).

g). Adanya waham yang menguasai dirinya .

h). Merasa dirinya tidak sakit dan merasa dirinya paling benar.

2. Daya tanggap (Perseption)

Daya tanggap adalah kemampuan seseorang untuk berespon dan

menanggapi stimulus yang datang. Gangguan daya tanggap sebagai

suatu pengelabuhan panca indra. Pada gangguan ini dapat terjadi

ilusi yaitu suatu peristiwa salah tanggap dari stimulus atau

rangsang dari luar. Gangguan utama dari gangguan persepsi ini

adalah berbagai jenis halusinasi benar.

3. Alam perasaan

Pada awal dari gangguan suasana penderita, biasanya lebih peka

dari orang normal, yang tampak adalah penderita mudah

tersinggung, mudah marah dan peka terhadap hal-hal yang kecil-

kecil yang seharusnya tidak perlu tersinggung atau marah. Pada

keadaan gangguan lebih lanjut atau lebih parah, suasana penderita

justru akan acuh terhadap sekitarnya. Gangguan perasaan atau


10

emosi pada penderita skizofrenia dapat digolongkan dalam dua hal

yaitu:

a). Gangguan pengungkapan perasaan.

b). Riang gembira (nood elevasion).

c). Sedih (depression).

d). Hilang akal (perplekxity).

e). Emosi berlebihan.

f). Hilangnya emosional

g). Ambivalaensi (terpecah-pecahnya kepribadian).

4. Gangguan tingkah laku

Gangguan tingkah laku yang beraneka ragam sering terlihat,

khususnya pada bentuk serangan akut dan nyata. Tingkah laku

penderita skizofrenia sering aneh dan tidak dimengerti. seperti:

a). Dapat terjadi pengurangan hebat dari reaktivitas terhadap

lingkungan yang berupa berkurangnya pergerakan dan aktivitas

spontan, penderita akan bersikap kaku dan menolak usaha-

usaha untuk menggerakkannya.

b). Gerakan motorik yang berlebihan (exited), dan dampak tidak

bertujuan serta tidak dipengaruhi oleh stimulus luar. Banyak

sekali tingkah laku yang dapat ditemukan pada penderita

skizofrenia, tetapi yang paling sering adalah : Gaduh gelisah

(exitement), stupor, tingkah laku impulsive.


11

2.2.5 Tipe dan pedoman diagnostik skizofrenia

Tip Skizofrenia dibagi dalam 9 tipe yaitu sebagai berikut:11

1. Skizofrenia Paranoid

a. Pedoman diagnostik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

b. Sebagai tambahan:

Halusinasi dan/ waham arus menonjol;

a). Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi

pluit (whistling), mendengung (humming), bunyi tawa (laughing).

b). Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,

halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

c). Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau

passivity (delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang

beraneka ragam, adalah yang paling khas.

c. Gangguan afektif

Dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara

relatif tidak nyata / tidak menonjol.

d. Diagnosa Banding:

Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan, keadaan

paranoid involusional (F22.8), paranoid (F22.0).


12

2. Skizofrenia Hebefrenik

a. Pedoman diagnostik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, Diagnosis

hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja

atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).

b. Sebagai tambahan:

Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri

(solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa

gambaran yang khas berikut ini:

Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu

selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran

yang khas berikut ini memang benar bertahan :

a). Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan,

serta manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris)

dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan.

b). Afek pasien yang dangkal (shallow) tidak wajar (inaproriate), sering

disertai oleh cekikikan (gigling) atau perasaan puas diri (self-

satisfied), senyum-senyum sendiri (self absorbed smiling) atau sikap

tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai, (grimaces),

manneriwme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan

hipokondriakalI dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-

ulang (reiterated phrases).


13

c). Proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang

tak menentu (rambling) dan inkoherens.

c. Gangguan afektif

angguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir

biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak

menonjol) fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations,

dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang

serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku tanpa tujuan (aimless)

dan tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan aimless tdan tampa

maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal,

dan bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak

lainnya, makin mempersukar orang mengerti atau memahami jalan

pikirannya.

3. Skizofrenia katatonik

a. Pedoman diagnostik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

b. Gambaran klinis

Satu atau lebih dari perilaku skizofrenia katatonik berikut

mendominasi gambaran klinis.

a). Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan

dan dalam gerakan aktivitas spontan) atau juga mutisme (tidak

berbicara).
14

b). Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan,

yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

c). Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh).

d). Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap

semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan

kearah yang berlawanan).

e). Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan

upaya menggerakkan dirinya).

f). Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota

gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar).

g). Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara

otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata.

4. Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)

Pedoman diagnostik :

a. Memenuhi kriteria umu untuk diagnosa skizofrenia

b. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik,

katatonik.

c. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi

pasca skiszofrenia.

5. Depresi pasca skizofrenia

Diagnosa harus ditegakkan hanya kalau:


15

a. Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria

diagnosis umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi

mendominasi gambaran klinisnya); dan

c. Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling

sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun

waktu paling sedikit 2 minggu.

·
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis

menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih

jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe

skizofrenia yang sesuai.

6. Skizofrenia residual

Pedoman diagnostik: Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan ,

persyaratan berikut harus di penuhi semua:

a. Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya

perlambatan psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul,

sikap pasif dan ketidak adaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas

atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk, seperti

ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan posisi tubuh,

perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.

b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa

lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia.


16

c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana

intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan

halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul

sindrom negatif dari skizofrenia.

d. Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya,

depresi kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas

negatif tersebut.

7. Skizofrenia simpleks

Pedoman diagnostik: Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara

meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan

yang berjalan berlahan dan progresif dari:

a. Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului

riwayat halusinasi waham, atau manifestasi lain dari episode

psikotik.

b. Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang

bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok,

tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara

sosial.

8. Skizofrenia lainnya

9. Skizofrenia YTT

Penderita skizoprenia digolongkan ke dalam salah satu jenis menurut

gejala utama yang terdapat padanya. Akan tetapi di golongan-golongan


17

ini tidak jelas, gejala-gejala dapat berganti-ganti atau mungkin seorang

penderita tidak dapat di golongkan kedalam salah satu jenis.

Pembagiannya adalah sebagai berikut:12

1. Skizofrenia hebefrenik

Permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada

remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok

adalah:gangguan proses berpikir,gangguan kemauan dan adanya

depersonalisasi atau double personality. Gangguan psikomontor

seperti mannerism. Neologisme atau perilali kanak-kanakan sering

terdapat pada skizofrenia hebefrenik.

2. Skizofrenia katatonik

Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun,dan biasanya akut

serta sering didahuli oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh

gelisah katatonik atau stupor katatonik.

3. Skizofrenia simplex

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada

jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan

gangguan proses berpikir biasanya suka di temukan. Waham dan

halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini di timbulnya perlahan-

lahan sekali. Pada pemulaan mungkin penderita mulai kurang

memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri diri pergaulan.

Makin lama ia makin mundur dalamm pekerjaan atau pelajaran dan

akhirnya menjadi pengagguran. Bila tidak ada orang yang


18

menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, atau seorang

penjahat.

4. Skizofrenia residual

Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan wirayat

sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala

berkembang kea rah negatf yang lebih menonjol. Gejala negative

terdiri dari kelambatan psikomontor, penurunan aktivitas, pasif dan

tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi, non verbal

yang dapat menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi

sosialnya.

2.2.6 Prognosis skizofrenia

Untuk menetapkan prognosis kita harus mempertimbagkan semua

factor di bawah ini.13

1. Keperibadian prepsikotik: bila skizoid dan hubugan antara manusia

memang kurang kemasukan,maka prognosis lebih jelek.

2. Bila skizofrenia timbul secara akut, maka prognosis lebih lebih baik

dari pada bila penyakit itu mulai secara pelan-pelan.

3. Umur: makin muda umur permulanya,makin jelek prognosis.

4. Jenis: prognosis jenis katatonik yang paling baik dari semua

jenis.sering pederita dengan skizofrenia katatonik sembuh dan

kembali ke peribadian prepskotik. Kemudian menyusul prognosis

jenis paranoid. Banyak dari penderita ini dapat di kembalikan


19

kemasyarakat. Skizofrenia hebefrenik dan skizofrenia ini menuju

kearah kemjuduran mental.

5. Pengobatan: makin lekas di berikan pegobatan, makin baik

prognosisnya.

6. Dikatakan bahwa bila terdapat factor pencentus,seperti penyakit

badaniah atau stress psikologis lebih baik.

7. Faktor keturunan: prognosis menjadi lebih berat bila di dalam

keluarga terdapat seorang atau yang lebih menderita skizofrenia.

2.2.7 Fase skizofrenia

Gangguan skizofrenia berlangsung secara perlahan meliputi beberapa

fase: prodromal, fase aktif, dan keadaan residual.10

1. Fase prodromal

Fase prodromal adalah periode terjadinya perubahan perilaku

sebelum gejala yang nyata muncul, tanda dan gejala fase prodromal

bisa mencakup kecemasan, gelisah, merasa diteror, atau depresi.

Penelitian retrospektif terhadap pasien didapatkan bahwa sebagian

dari mereka mengeluhkan gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri

punggung dan otot, kelemahan, dan problem pencernaan, perubahan

minat, kebiasaan, perilaku, dan pasien mengembangkan gagasan.

2. Fase aktif

Fase skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara

klinik, yakni kekacauan alam pkir, perasaan, dan perilaku. Penilaian


20

terhadap realita mulai terganggu dan pemahaman dirinya buruk atau

bahkan tidak ada.

3. Fase residual

Fase residual atau stabil muncul setelah fase akut atau setelah terapi

dimulai, ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis

skizofrenia sehingga tinggal satu atau dua gejala sisa yang tidak

terlalu nyata secara klinis, misalnya penarikan diri, perilaku aneh dan

defisit perawatan diri.

2.2.8 Diagnosis dan diagnosis banding skizofrenia

Menurut Bleuler dalam Maramis (2009) diagonis skizofrenia sudah

boleh di buat bila terdapat gangguan-gangguan primer dan disharmoni

(keretakan, perpecahan atau tidak ketidakseimbagan) pada unsur-unsur

kepribadian (proses berpikir, emosi, kemauan dan psikomontor),di

pekuat dengan adanya gejala-gejala sekunder. Kurt Schneider (1939)

menyusun 11 gejala rangkin pertama (first rank symptoms) dan

berpendapat bahwa diagnosis skizofrenia sudah di buat bila terdapat

suatu gejala dari kelompok A dan suatu gejala dari kelompok B, dengan

syarat bahwa kesadaran penderita tidak menurun:10

1. Halusinasi pendengaran.

a. Pikirannya dapat di degar sendiri

b. Suara-suara yang sedang betengkar

c. Suara-suara yang mengomentari perilaku penderita


21

2. Ganggua batas ego

a. Tubuh dan gerakan-gerakan penderita di pegaruhi suatu kekuatan

dari luar.

b. Pikiranya di ambil atau di sedot keluar.

c. Pikirannya di pegaruhi oleh orang lain atau pikirannya di masukan

ke dalamm oleh orang lain.

d. Pikirannya di ketahui orang lain atau pikirannya disiarkan keluar.

e. Persamaanya di buat oleh orang laen.

f. Kemauanya atau ketindakannya di pegaruhi org lain.

g. Doroganya di kuasai orang lain.

h. Persepsi yang di pegaruhi oleh waham.

2.2.9 Penatalaksanaan skizofrenia

Menurut Kaplan dalam Syamsulhadi (2004) skizofrenia diyakini

merupakan interaksi dari tiga factor (biogenik-psikogenik-sosiogenik)

maka pengobatan gangguan skizofrenia juga diarahkan pada faktor

tersebut yaitu somatoterapi, psikoterapi. Dengan kata lain, tidak ada

pengobatan tunggal yang dapat memperbaiki keanekaragaman gejala dan

disabilitas berkaitan dengan skizofrenia.11

1. Somatoterapi

Sasaran utama somatoterapi adalah tubuh manusia dengan harapan

pasien akan sembuh melalui reaksi holistik. Somatoterapi yang

umum dilakukan adalah psikofarmaka dan ECT (Electroconvulsive

Therapy). Psikofarmaka atau disebut obat neuroleptika/antipsikotika


22

dibedakan menjadi dua golongan tipikal (konvensional) dan

golongan atipikal (generasi kedua). Dasarpemilihan suatu jenis

psikofarmaka adalah atas pertimbangan manfaat dan resiko secara

individual yang mencakup farmakokinetik dan farmakodinamik.

Semua antipsikotik yang saat ini tersedia (tipikal maupun atipikal)

adalah bersifat antagonis reseptor dopamni D2 dalam mesokortikal.

Blokader reseptor D2 ini cenderung menyebabkan symptom

ekstrapiramidal walaupun secara umum golongan atipikal

mempunyai resiko efek samping neurologik yang lebih rendah.

2. Psikoterapi

Terapi psikososial dimaksudkan agar pasien skizofrenia mampu

kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu

merawat diri, mandiri, serta tidak menjadi beban bagi keluarga dan

masyarakat. Termasuk dalam terapi psikososial adalah terapi

perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, dan

psikoterapi individual.

2.2 Ekstra Piramidal Sindrom (EPS)

2.2.1 Pengertian Ekstra Piramidal Sindrom (EPS)

Sistem ekstrapiramidal merupakan jaringan saraf yang terdapat

pada otak bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari

gerakan. Letak dari sistem ekstrapiramidal adalah terutama di formatio

reticularis dari pons dan medulla dan di target saraf di medula spinalis
23

yang mengatur refleks, gerakan-gerakan yang kompleks, dan kontrol

postur tubuh.12

Efek samping sindroma ekstra piramidal adalah efek samping

antipsikotik akibat terhambatnya kerja dopamin pada bagian otak yang

mengendalikan gerakan otot.13

Istilah gejala ekstrapiramidal (EPS) mengacu pada suatu kelompok

atau reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau

panjang dari medikasi antipsikotik. Antipsikotik adalah obat yang

digunakan untuk mengobati kelainan psikotik seperti skizofrenia dan

gangguan skizoafektif.14

2.2.2 Etiologi Ekstra Piramidal Sindrom (EPS)

Etiologi Ekstra Piramidal Sindrom (EPS) adalah obat untuk pasien

skizofrenia yang disebut antipsikotik, yaitu obat yg dipakai untuk

menghilangkan gejala psikosis: waham, halusinasi, agresifitas,

menarik diri dan sebagainya. Secara garis besar saat ini antipsikotik

yang umum dipergunakan terdiri dari dua kelompok besar, yaitu

antipsikotik golongan tipikal dan antipsikotik golongan atipikal.

Antipsikotik golongan atipikal hampir sama efektif dengan golongan

tipikal dalam hal mengatasi gejala positif pada skizofrenia, namun

lebih efektif dalam menangani gejala negatif, kurang menimbulkan

efek samping sindroma ekstra piramidal, namun lebih sering

menimbulkan gejala efek samping metabolik.14


24

2.2.3 Obat antispikotik penyebab Ekstra Piramidal Sindrom (EPS)

Obat antispikotik dengan efek samping gejala ekstrapiramidalnya

sebagai berikut :13

Antipsikosis Dosis (mg/hr) Gej. ekstrapiramidal


Chlorpromazine 150-1600 ++

Thioridazine 100-900 +

Perphenazine 8-48 +++

trifluoperazine 5-60 +++

Fluphenazine 5-60 +++

Haloperidol 2-100 ++++

Pimozide 2-6 ++

Clozapine 25-100 –

Zotepine 75-100 +

Sulpride 200-1600 +

Risperidon 2-9 +

Quetapine 50-400 +

Olanzapine 10-20 +

Aripiprazole 10-20 +

2.2.3 Gejala klinis Ekstra Piramidal Sindrom (EPS)

Gejala klinis Ekstra Piramidal Sindrom (EPS) adalah sebagai

berikut, yaitu:14

1. Akut
25

Efek samping muncul setelah pemakaian obat antipsikotik dalam

hitungan hari sampai minggu meliputi:

a. Parkinsonism yang diinduksi obat

Sindrom parkinsonism timbul 1-3 minggu setelah pengobatan

awal, lebih sering terjadi pada dewasa muda, dengan perbandingan

perempuan:laki-laki = 2:1. Faktor risiko antipsikotik menginduksi

parkinsonism adalah peningkatan usia, dosis obat, riwayat

parkinsonism sebelumnya, dan kerusakan ganglia basalis.

Manifestasi klinis yaitu gerakan spontan yang menurun

(bradikinesia), meningkatkan tonus otot (muscular rigidity) dan

resting tremor.

b. Distonia

Distonia adalah kontraksi otot yang singkat atau lama, biasanya

menyebabkan gerakan atau postur yang abnormal, termasuk

krisis okulorigik, prostrusi lidah, trismus, tortikolis, distonia laring-

faring, dan postur distonik pada anggota gerak dan batang tubuh.

Gejala distonia berupa gerakan distonik yang disebabkan oleh

kontraksi atau spasme otot, onset yang tiba-tiba dan terus menerus,

hingga terjadi kontraksi otot yang tidak terkontrol. Otot yang

paling sering mengalami spasme adalah otot leher (torticolis dan

retrocolis), otot rahang (trismus, gaping, grimacing), lidah

(protrusion, memuntir) atau spasme pada seluruh otot tubuh

(opistotonus). Pada mata terjadi krisis okulogirik. Distonia


26

glosofaringeal yang menyebabkan disartria, disfagia, kesulitan

bernapas, hingga sianosis. Spasme otot dan posturyang abnormal,

umumnya yang dipengaruhi adalah otot-otot di daerah kepala dan

leher, tetapi terkadang juga daerah batang tubuh dan ekstremitas

bawah. Distonisa laring dapat menyebabkan asfiksia dan kematian.

Sering terjadi pada penderita usia muda (usia belasan atau dua

puluhan) dan kebanyakan pada laki-laki.

c. Akatisia

Merupakan bentuk yang paling sering dari sindroma

ekstrapiramidal yang diinduksi oleh obat antipsikotik. Manifestasi

klinis berupa perasaan subjektif kegelisahan (restlessness) yang

panjang, dengan gerakan yang gelisah, umumnya kaki yang tidak

bisa tenang. Penderita dengan akatisia berat tidak mampu untuk

duduk tenang, perasaannya menjadi cemas atau iritabel. Akatisia

terkadang sulit dinilai dan sering salah diagnosis dengan ansietas

atau agitasi dari pasien psikotik, yang disebabkan dosis

antipsikotik yang kurang.

2. Kronik (late)

a. Tardive dyskinesia

Umumnya berupa gerakan involunter dari mulut, lidah, batang

tubuh, dan ekstremitas yang abnormal dan konsisten. Gerakan oral-

facial meliputi mengecap-ngecap bibir (lip smacking), menghisap


27

(sucking), dan mengerutkan bibir (puckering) atau seperti facial

grimacing. Gerakan lain meliputi gerakan irregular dari limbs,

terutama gerakan lambat seperti koreoatetoid dari jari tangan dan

kaki, gerakan menggeliat dari batang tubuh.

2. Tardive distonia

Ini merupakan tipe kedua yang paling sering dari sindroma tardive.

Gerakan distonik adalah lambat, berubah terus menerus, dan

involunter serta mempengaruhi daerah tungkai dan lengan, batang

tubuh, leher (torticolis, spasmodic disfonia) atau wajah (meige’s

syndrome). Tidak mirip benar dengan distonia akut.

3. Tardive akatisia

Mirip dengan bentuk akatisia akut tetapi berbeda dalam respons

terapi dengan menggunakan antikolinergik. Pada tardive akatisia

pemberian antikolinergik memperberat keluhan yang telah ada.

4. Tardive tics

Sindroma tics multiple, rentang dari motorik tic ringan sampai

kompleks dengan involuntary vocazations (tardive gilles de la

tourette’s syndrome).

5. Tardive myoclonus

Singkat, tidak stereotipik, umumnya otot rahang tidak sinkron.

Gangguan ini jarang dijumpai.

2.2.4 Pemeriksaan diagnosis Ekstra Piramidal Sindrom (EPS)


28

Pemeriksaan yang dapat dilakukan di antaranya adalah pemeriksaan

fisik neurologis. Pemeriksaan laboratorium tergantung pada tampilan

klinis. Pasien dengan distonia simplek tidak membutuhkan tes.

Pemeriksaan kualitatif untuk mendeteksi adanya antipsikotik tidak

tersedia secara luas. Selain itu, kandungan obat dalam serum untuk

tranquilizer mayor tidak berkorelasi dengan baik dengan keparahan

klinis dari overdosis dan tidak bermanfaat pada pengobatan akut.

Pemeriksaan rutin elektrolit, nitrogen urea darah, kreatinin darah,

glukosa darah, dan bikarbonat bermanfaat dalam menilai status hidrasi,

fungsi ginjal, status asam basa, dan termasuk hipoglikemi sebagai

penyebab kelainan sensorium. Kontraksi otot yang terus menerus

sering menyebabkan perusakan otot yang terlihat dari pningkatan

potassium, asam urat, dan keratin kinase-MM. Perusakan otot juga

menghasilkan myoglobin yang diserap oleh ginjal, sehingga

menyebabkan disfungsi tubulus ginjal. Dehidrasi memperburuk

penyerapan ini. Pada myoglobinuria, urin menjadi berwarna cokelat

gelap.15

2.2.5 Mekanisme kerja haloperidol

Haloperidol merupakan antipsikotik klasik atau tipikal yang

penggunaannya paling luas, haloperidol adalah antipsikotik yang

dilaporkan sering menimbulkan efek neurologis yaitu gejala ekstra

piramidal. Mekanisme kerja obat antipsikotik tipikal seperti

haloperidol dan chlorpromazin adalah memblokade dopamin pada


29

reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan

sistem ekstrapiramidal (Dopamin D2 reseptor antagonists). Dengan

adanya mekanisme kerja tersebut maka penggunaan haloperidol

mempunyai potensi yang besar untuk menimbulkan efek samping

diantaranya berupa gejala ekstrapiramidal.15

2.3 Kerangka teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan

untuk mengidentifikasi variabel - variabel yang akan diteliti yang berkaitan

dengan konteks ilmu pengetahuan dan digunakan untuk mengembangkan

kerangka konsep penelitian.16

Gambar 2.1 Kerangka teori

Skizorenia

- Halusinasi
- Waham

Pengobatan skizorenia Blokade dopamin pada


dengan anti psikotik reseptor di sistem limbik
haloperidol dan sistem ekstrapiramidal

Ekstra Piramidal Sindrom


(EPS) pada pasien
skizofrenia

- Akut
- Kronis
30

Sumber: 15

2.4 Kerangka konsep

Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem riset

berasal atau dikaitkan.16

Gambar 2.2 Kerangka konsep

Gambaran Ekstra Piramidal Sindrom (EPS)


pada pasien skizofrenia:

- Akut
- Kronik (late)

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan peneliti akan mencari

gambaran Ekstra Piramidal Sindrom (EPS) pada pasien skizofrenia yang

diberi haloperidol di RSJD Provinsi Lampung tahun 2015.


31

Anda mungkin juga menyukai