TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
1. Definisi Tanah
sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang
berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-
(soil) menurut teknik sipil dapat didefinisikan sebagai sisa atau produk
yang dibawa dari pelapukan batuan dalam proses geologi yang dapat
lebih besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran ukuran 150
150 mm.
0,001 mm.
2. Komposisi Tanah
Hubungan volume-berat :
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va
Dimana :
Vv = volume pori
Apabila udara dianggap tidak memiliki berat, maka berat total dari
W = Ws +Ww
Dimana :
Ww = berat air
Hubungan volume yang umum dipakai untuk suatu elemen tanah adalah
a. Angka Pori
Angka pori atau void ratio (e) adalah perbandingan antara volume
𝑽𝒗
𝐞 =
𝐕𝐬
b. Porositas
𝑽𝒗
𝐧=
𝐕
c. Derajat Kejenuhan
𝑽𝒘
𝐒=
𝐕𝐯
𝑽𝒗 𝒏
𝒆= =
𝑽𝒔 𝟏 − 𝒏
𝒆
𝒏=
𝟏+𝒆
d. Kadar Air
Kadar air atau water content (w) adalah perbandingan antara berat air
dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki, atau :
𝑾𝒘
𝐰=
𝐖𝐬
e. Berat Volume
Berat volume (γ) adalah berat tanah per satuan volume, atau :
𝑾
𝛄=
𝐕
f. Berat Spesifik
𝜸𝑺
𝑮𝒔 =
𝜸𝑾
9
berbutir halus pada kadar air yang bervariasi, sehingga batas konsistensi
sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek.
Tanah yang batas cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang
sehingga sulit dalam hal pemadatannya. Oleh karena itu, atas dasar air
keadaan dasar, yaitu : padat, semi padat, plastis dan cair, seperti yang
a. Batas cair (LL) adalah kadar air tanah antara keadaan cair dan
keadaan plastis.
b. Batas plastis (PL) adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis.
10
c. Indeks plastisitas (PI) adalah selisih antara batas cair dan batas plastis,
PI = LL – PL
4. Klasifikasi Tanah
tanah tersebut dari suatu daerah ke daerah lain dalam bentuk suatu data
dasar.
Sistem klasifikasi tanah yang ada mempunyai beberapa versi, hal ini
kelompok, yaitu :
100 0
90 10
80 2
0
ng
Pr
pu 70 30
os
em
en
Lempung
60 40
el
tas
tas
el
50 50
en
an
Lempung
os
au
40 Lempung berlanau 60
Pr
USCS)
yaitu :
3) Tanah Organis
kelompok Pt. Biasanya jenis ini sangat mudah ditekan dan tidak
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C WL<50% L
Organik O WL>50% H
Gambut Pt
Sumber : Bowles, 1989.
Keterangan :
Klasifikasi berdasarkan prosentase butiran halus ; Kurang dari 5% lolos saringan no.200: GM,
D10
campuran kerikil-pasir, sedikit
GP, SW, SP. Lebih dari 12% lolos saringan no.200 : GM, GC, SM, SC. 5% - 12% lolos
(hanya kerikil)
Kerikil bersih
GW
atau sama sekali tidak
Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
mengandung butiran halus
Kerikil 50%≥ fraksi kasar D10 x D60
tertahan saringan No. 4 Kerikil bergradasi-buruk dan
GM Atterberg berada
Butiran halus
Tanah berbutir kasar≥ 50% butiran
dari diagram
Batas-batas
plastisitas, maka
Kerikil berlempung, campuran Atterberg di
GC dipakai dobel
kerikil-pasir-lempung bawah garis A
simbol
atau PI > 7
Cu = D60 > 6
Pasir bergradasi-baik , pasir
D10
berkerikil, sedikit atau sama
(hanya pasir)
SW
Pasir bersih
SM Atterberg berada
lanau bawah garis A
didaerah arsir
halus
Pasir
atau PI < 4
dari diagram
Batas-batas
plastisitas, maka
Pasir berlempung, campuran Atterberg di
SC dipakai dobel
pasir-lempung bawah garis A
simbol
atau PI > 7
Diagram Plastisitas:
Lanau dan lempung batas cair ≥ 50% Lanau dan lempung batas cair ≤ 50%
clays)
Tanah berbutir halus
40 CL
Lanau-organik dan lempung
OL berlanau organik dengan
30 Garis A
plastisitas rendah CL-ML
20
Lanau anorganik atau pasir halus
MH diatomae, atau lanau diatomae,
4 ML ML atau OH
lanau yang elastis
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Lempung anorganik dengan
CH plastisitas tinggi, lempung Batas Cair (%)
“gemuk” (fat clays)
Garis A : PI = 0.73 (LL-20)
Lempung organik dengan
OH plastisitas sedang sampai dengan
tinggi
1929 dan mengalami beberapa kali revisi hingga tahun 1945 dan
kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (sub-base) dan
A-1 , A-2, dan A-3 masuk kedalam tanah berbutir dimana 35% atau
sedangkan tanah yang masuk dalam golongan A-4, A-5, A-6 dan A-7
adalah tanah lanau atau lempung. A-8 adalah kelompok tanah organik
yang bersifat tidak stabil sebagai bahan lapisan struktur jalan raya,
Tanah berbutir
Klasifikasi umum
(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200
A-1 A-2
Klasifikasi kelompok A-3
A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
Analisis ayakan (%
lolos)
No.10 Maks 50
No.40 Maks 30 Maks 50 Min 51
No.200 Maks 15 Maks 25 Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35
Sifat fraksi yang lolos
ayakan No.40
Batas Cair (LL) Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 41
Indeks Plastisitas (PI) Maks 6 NP Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 41
Tipe material yang Batu pecah, kerikil Pasir Kerikil dan pasir yang berlanau atau
paling dominan dan pasir halus berlempung
1. Ukuran Butir
(no. 10).
18
mm (no. 200)
Lanau dan lempung : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter
2. Plastisitas
Data yang akan didapat dari percobaan laboratorium telah ditabulasikan pada
Tabel 2.4. Kelompok tanah yang paling kiri kualitasnya paling baik, makin ke
Gambar 2.4 menunjukkan rentang dari batas cair (LL) dan indeks plastisitas
(PI) untuk tanah data kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7.
19
B. Tanah Lempung
penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai
luas. Dalam keadaan kering sangat keras, dan tak mudah terkelupas hanya
dengan jari tangan. Selain itu, permeabilitas lempung sangat rendah (Terzaghi
Sifat khas yang dimiliki oleh tanah lempung adalah dalam keadaan kering
akan bersifat keras, dan jika basah akan bersifat lunak plastis, dan kohesif,
1999) :
b. Permeabilitas rendah.
Adapun cara mengidentifikasi sifat tanah lempung langsung dari uji lapangan
pada intinya adalah hidrat aluminium silikat yang mengandung ion-ion Mg, K,
golongan besar, yaitu kaolinit, smectit (montmorillonit), illit (mika hidrat) dan
diantaranya kemampatan yang tinggi, indeks plastisitas yang tinggi, kadar air
Dalam perencanaan jalan raya, kuat dukung tanah dasar sangat mempengaruhi
tebal perkerasan, semakin tinggi kuat dukung tanah, maka tebal perkerasan
yang diperlukan semakin tipis untuk menahan beban lalu lintas. Daya dukung
tanah dasar (subgrade) dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar
Ada beberapa metode untuk menentukan daya dukung tanah seperti CBR
langsung di lapangan.
Namun dalam penelitian ini yang digunakan untuk menentukan nilai daya
dukung tanah adalah CBR (California Bearing Ratio) Laboratorium dan Skala
dukung tanah ini dilakukan untuk mendapatkan korelasi parameter nilai CBR
antara hasil uji CBR Laboratorium dan uji Skala Penetrasi Konus
cara-cara empiris, yang biasa dikenal adalah cara CBR (California Bearing
(subgrade).
Ratio adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu beban terhadap beban
standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Nilai CBR
akan digunakan untuk menentukan tebal lapisan perkerasan. Harga CBR itu
dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar
tanah yang diinginkan. Mold yang berisi contoh tanah yang dikeluarkan
23
pemeriksaan CBR.
CBR laboratorium dapat disebut juga CBR rencana titik. Tanah dasar
yang diperiksa merupakan jalan baru yang berasal dari tanah asli, tanah
itu dipadatkan. Oleh karena itu, nilai CBR laboratorium adalah nilai CBR
yang diperoleh dari contoh tanah yang dibuat dan mewakili keadaan
pada penetrasi tertentu yang diukur dengan arloji pengukur (dial). Penentuan
nilai CBR yang biasa digunakan untuk menghitung kekuatan pondasi jalan
adalah penetrasi 0,1” dan penetrasi 0,2” dengan rumus sebagai berikut:
A
Nilai CBR pada penetrasi 0,1” = x 100%
3000
Nilai CBR yang didapat adalah nilai yang terkecil diantara hasil perhitungan
Berikut ini adalah tabel beban yang digunakan untuk melakukan penetrasi
bahan standar.
Pengujian cara dinamis ini dikembangkan oleh TRL (Transport and Road
menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah dasar, timbunan, dan
atau suatu sistem perkerasan. Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data
masuknya konus yang tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah untuk
setiap pukulan dari palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula.
Pengujian alat ini dipakai pada pekerjaan tanah karena mudah dipindahkan ke
semua titik yang diperlukan tetapi letak lapisan yang diperiksa tidak sedalam
dengan nilai CBR. Berdasarkan hasil dari penelitian yang lampau, banyak
Dimana:
sebagai berikut :
- Van Buuren, 1969, (Konus 60o), Log CBR = 2,632 – 1,28 (Log DCP)
- Kleyn & Harden, 1983, (Konus 30o), Log CBR = 2,555 – 1,145 (Log
DCP)
- Smith & Pratt, 1983, (Konus 30 o), Log CBR = 2,503 – 1,15 (Log DCP)
- TRL, Road Note 8, 1990, (Konus 60o), Log CBR = 2,48 – 1,057 (Log
DCP) .
26
Sampai saat ini alat DCP yang sudah banyak dikenal dan digunakan adalah
DCP yang diperkenalkan oleh TRL yang dilaporkan pada Overseas Road
Note 31, grafik hubungan yang digunakan adalah perumusan dari Smith &
Pratt, 1983 untuk konus 30o dengan persamaan Log CBR = 2,503 – 1,15 (Log
DCP) dan TRL, 1990, untuk konus 60o dengan persamaan Log CBR = 2,48 –
Gambar 2.5. Grafik Ketentuan Untuk Konversi Hasil Uji DCP Dengan
Hal penting yang harus diperhatikan adalah pembacaan penetrasi saat uji
penetrasi awal pada 0 pukulan sangat jarang tepat berada pada kedalaman 0
mm. Untuk mendapatkan nilai indeks DCP, jumlah pukulan yang diperlukan
harus ditekankan bahwa nilai CBR yang ditetapkan demikian merupakan nilai
tanah dapat dinaikkan besar sekali, pada dasarnya dengan dua cara:
Pada umumnya kerapatan setempat dari setiap tanah asli berkisar antara 75 -
ditingkatkan. Jadi nilai CBR yang diperoleh dari sumber bahan (tempat) yang
tanah dengan CBR yang rendah - tanah liat, lumpur, pasir halus sampai
pada kadar airnya. Jika tanah semacam itu pada kondisi kenyang air karena
sekali seluruh kapasitas dukungnya. Kerikil, pasir dan bahkan lumpur atau
pasir berlempung adalah kurang mudah diserang dan dapat bertahan terhadap
kondisi drainase yang jelek. Masalah ini akan terlihat pada saat pembacaan
pukulan, ketika sudut kemiringan grafik pada lapisan tertentu tampak jauh
Kuat tekan bebas adalah besarnya gaya aksial per satuan luas pada saat
sampel tanah mengalami keruntuhan atau pada saat regangan aksial telah
mencapai 20% (pilih yang lebih dahulu tercapai saat pengujian). Uji tekan
dengan yang terjadi pada uji triaksial, hanya tekanan selnya nol (σ3 = 0).
= 0, maka:
σ1 = σ3 + Δσf = Δσf = qu ,
teoritis, nilai Δσf pada lempung jenuh seharusnya sama seperti yang
su = cu = qu/2,
dimana su atau cu adalah kuat geser undrained dari tanahnya. Uji kuat tekan
bebas adalah salah satu cara untuk mengetahui geser tanah. Uji kuat tekan
bebas bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan bebas suatu jenis tanah
kategori dari sangat lunak sampai keras, yaitu antara nilai kompresibilitas (qu)
antara 0 sampai dengan lebih besar dari 4. Tabel ini dapat digunakan sebagai
2. Sensitivitas Tanah
dapat diamati bahwa kekuatan tekanan tak tersekap berkurang banyak, bila
tanah tersebut diuji ulang lagi setelah tanah tersebut menderita kerusakan
kekuatan tanah yang masih asli dengan kekuatan tanah yang sama setelah
30
terkena kerusakan (remoulded), bila kekuatan tanah tersebut diuji dengan cara
qu tanah asli
ST =q
u tanah terganggu
tingkat flokulasi yang sangat tinggi didapat juga harga rasio kesensitifan yang
dapat berkisar antara 1,0 sampai 8,0. Ada beberapa jenis tanah lempung
tertentu yang akibat kerusakan tersebut dapat tiba-tiba berubah menjadi cair.
Tanah-tanah seperti itu sebagian besar dijumpai di daerah Amerika Utara dan
lempung seperti ini biasa dinamai sebagai quick clays. Karena beberapa jenis
Sensitifitas Lempung
≈1 Tidak sensitif
1-2 Sensitifitas rendah
2-4 Sensitifitas sedang
4-8 Sensitif
8 - 16 Sensitifitas ekstra
>16 Quick
31
sedimentasi dari tanah tersebut pada mulanya. Bila setelah adanya kerusakan
tersebut sampel tanah dibiarkan tidak terusik (juga tanpa adanya perubahan
dari kadar airnya), tanah tersebut akan lambat laun pulih kekuatannya.
fungsi dari waktu. Hilangnya kekuatan tanah tersebut lambat laun dapat
saja dari kekuatan tanah yang hilang akibat kerusakan tersebut yang lambat
laun dengan berjalannya waktu akan kembali. Perbedaan yang ada antara
kekuatan tanah mula-mula (asli) dan kekuatan tanah setelah pulih akibat
sepenuhnya pulih seperti sediakala. Durasi waktu yang digunakan tanah untuk
beristrahat juga harus diperhatikan, karena makin lama tanah dibiarkan maka
kadar air dalam tanah akan menguap, sehingga kekuatan tanah dapat lebih
perlakuan yang berbeda pada sampel tanah yang digunakan, antara lain :
32
penggunaan kapur dan abu sekam padi sebagai alternatif lain bahan
meningkatkan mutu tanah dengan menjadikan nilai CBR dan kuat tekan
padi dengan variasi 4%, 8%, dan 12% dengan kapur sebesar 4,5%.
kapur dan abu sekam padi dapat meningkatkan nilai daya dukung tanah
berbanding lurus dengan nilai CBR, akan tetapi nilai kuat tekan tanah
CBRmewakili maksudnya agar dari beberapa nilai CBR yang ada pada
CBRmewakili. Dari hasil penelitian ini, alat DCP standar dengan cone
34
Utara.
meneliti hubungan nilai CBR Laboratorium dan DCP pada tanah yang
Pengujian DCP di lapangan dilakukan satu kali pada 8 titik di ruas jalan
Tabel 2.10. Hasil Pengujian DCP dan CBR Laboratorium Pada Ruas
Jalan Wori Likupang
35
Gambar 2.7. Grafik Hubungan DCP dan CBR Pada Ruas Jalan
Dari hasil analisis data pada lima titik dengan lima sampel yang berbeda
diperoleh hasil yang memuaskan sekitar 80% karena dari hasil tersebut
diperoleh empat data hasil yang hampir sama yaitu pada STA 28+200,
STA 28+300, STA 28+400 dan STA 29+000, sehingga hal ini
dimiliki oleh tanah selain nilai CBR dan berbagai penggunaan lain dari
berdasarkan nilai CBR dan bahkan menentukan titik lemah pada lapisan
dalam lapisan yang berbeda. DCP merupakan alat paling efektif untuk