AGI itu Anya tak menatap huyung. Tatapannya berputar me-
P YUYUN NURRACHMAN (TEMPO)
cermin. Dari kamarnya ia natap pelataran parkir dengan bi-
berlari menuju dunia luar, ngung, lalu menatap Pak Satpam berkejaran dengan waktu. yang juga menatapnya dengan bi- Pintu, tangga, ruang ma- ngung. datang menghampiri sambil kan, dapur, pintu, garasi, dilewati mendencing-dencingkan segepok tak sampai semenit. Blusnya salah kunci. Hasan. dikancingkan, rambutnya tak tersi- “Hasan. Bapak. Kenapa begini sir, hak sepatu kirinya patah saat kosong, Pak? Ke mana orang-orang, melintasi meja makan. Semua ini mobil-mobil, motor-motor, helm- baru disadarinya kemudian. Anya helm?” duduk terhenyak di depan setir, me- “Nggak ada orang hari ini. Ibu rasakan lega yang luar biasa. Rasa mau lembur?” menyenangkan itu dihayatinya se- “Lembur? Ini hari apa?” saat saja, ia mesti buru-buru. Ta- “Hari Sabtu.” ngan dan kakinya bergerak nyaris “Ooo? Terus ngapain saya buru- otomatis ketika memundurkan mo- buru lari-lari sampai hak sepatu bil keluar garasi. patah sebelah? Ini, lihat, Pak.”Anya Di perempatan pertama ketika mengangkat kaki kirinya, sejenak lampu menyala merah, ia bersan- menyilangkan kaki di lututnya un- dar. Dengan agak berhati-hati, tuk menunjukkan bukti sol sepatu. Anya memiringkan kepalanya ke “Khilaf rupanya. Kalau begitu saya kiri dan kanan, menggoyangkan ke- bisa lembur menulis. Saya semalam pala dengan senang; terasa begitu berniat melanjutkan dua prospek- ringan, nyaris seperti ada yang tak tus, tenggatnya seminggu lagi.” beres di dalam sana. “Silakan, Bu.” Jawab Pak Sat- Anya tertawa. Ia merasa dirinya pam, tersenyum agak canggung me- bagai akan lepas. Seakan ada sepa- natap patahan hak sepatu pantofel sang sayap ringan sedang mengem- yang bergelantungan kritis di uda- bang, mungkin di punggungnya, ra. Sesaat lamanya Anya berada da- mungkin di kaki, di tangan, atau di lam posisi ala bangau seperti itu. jari-jari. Di manapun berada, se- “Menulis yang bukan prospek- akan sayap-sayap itu sedang berki- tus....” Anya tersenyum senang, bas-kibas, siap melesat terbang. membayangkan prospek hari yang Anya bergidik girang. Rasanya membentang di hadapan. Prospek seperti jatuh cinta. jok kursi mobil untuk bersandar. Kertas-kertas.... Huruf-huruf.... KBY LAMA SENAYAN — TU- Anya ingat untuk menurunkan HAN Bersamamu — TARIF LAMA kakinya sambil berkata cepat. “Ta- — Boruku Naburju — DIKONTRA- pi, bapak diam-diam menyadari KAN — Available Now!! — MAN- bukan, kalau saja para staf yang TAP BENEERR — LAS KETOC datang lembur di hari Minggu—se- MAGIC — KEBERSIHAN ADA- ngaja atau tidak—niscaya perusa- LAH TANGGUNG JAWAB KITA haan kita kian berjaya, berdenyut- BERSAMA — obat perkasa — denyut dengan revitalisasi bisnis. FRED CHIKEN — Jeep — LAJUR Ekonomi, mikro dan makro. Para KIRI KHUSUS BUS — Abang ja- staf perusahaan sekuritas ini, seper- rang pulang — Win Bali Trip! — ti Bapak ini, akan senang dalam se- PEJABAT DI NEGERIKU SUKA curity. Lembur Hari Minggu, tak KORUPSI — JL. PIRUS — ZAKAT ada kerumunan staf, distraksi, kon- PEDULI UMAT — BaDuT SULAP tradiksi, presentasi, cuma AC sepoi- — Pasrah tapi tak rela — JASA sepoi.... Beberapa yang juga patut DOCUMENT — KLINIK BUKA 24 dipuji adalah yang pulang jam dua JAM — SOMEDAY LAUNDRY malam, atau yang bawa pulang ber- SERVICE — Buronan Mertua — kas ke rumah karena kalau pulang GOOD BLESS YOU — Warung RE- malam dia takut kena marah istri LA NGETOP — CUCI SOFA — Jo- atau mertua—tadi saya bilang apa? in! You will meet strange people! — O ya, saya mau lembur nulis yang BUBUR KACANG IJO — CANOPI bukan prospektus. Tapi kupikir-pi- CAIN lubang menganga di jalan…. Tapi krama berkendaraan, terus saja je- menginjak pedal rem. Chevrolet. kir, mirip prospektus juga, soalnya Anya tertawa senang. Betapa pa- pagi itu matanya seakan hanya lalatan membaca ini-itu. Hanya sedikit celah bersisa dengan seperti berada di ambang sebuah gi itu huruf-huruf menyergap mata mendesakkan tatapan pada huruf- Begitu kewalahan Anya, hingga pantat mobil yang ngerem menda- prospek.... sesuatu, begitulah. Saya menebar pesona. Anya menatap hu- huruf. di suatu saat ia mesti menutup ma- dak di depannya. Jantung Anya ber- mau ke mobil. Nah, selamat menja- ruf-huruf yang muncul cemerlang Anya mengerjap-ngerjapkan ma- ta. Berharap ketika membuka mata, debar-debar oleh kecelakaan yang ga pertahanan dan keamanan per- dari penjuru-penjuru. Entah meng- ta. Ia bertekad mesti berkonsentrasi ia akan menatap jalanan dan yang tak jadi. usahaan, Bapak! Terima kasih dan apa, pagi itu tulisan teramat menyi- menatap lalu-lintas. Ia tak mau di- penting-penting saja, tak lagi mele- permisi.” ta perhatiannya. Seakan punya ka- tangkap polisi berkumis seram ka- sat-lesat ke sana-sini menuju segala A terlambat sejam lebih, hampir Mengapa pagi ini ia begitu cere- dar cekaman yang lebih daripada berbagai hal yang biasanya dan se- mestinya ia perhatikan. Kelap-kelip rena ceroboh melanggar aturan, atau mencederai orang tak bersa- lah, mobil, motor, pohon—semua yang berhuruf. Jarinya mencengke- ram lingkar setir. Ada yang terasa genting....Tiba-tiba ada suara klak- I setengah sepuluh saat memasuki pelataran parkir. Pak Satpam datang menghampiri saat ia me- wet, apakah Pak Satpam mengerti rentetan perkataannya, Anya tak peduli. Ia lega bisa leluasa menulis lampu mobil, penyeberang jalan, rel yang berjiwa. Tapi matanya seakan son panjang, terdengar begitu de- markir mobil. Anya menyambar tas, lagi. Anya berbalik, sudah tiba wak- kereta api, manuver motor-motor, menolak segala hukum dan tata- kat. Anya membuka mata, refleks keluar dari mobil dengan agak ter- tunya melepas keluar para penghu-