Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

EPILEPSI

PENGKAJIAN

Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien


ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan
alkohol dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji: Apakah ada keterbatasan
yang ditimbulkan oleh gangguan kejang? Apakah pasien mempunyai program
rekreasi? Kontak sosial? Apakah pengalaman kerja? Mekanisme koping apa yang
digunakan

1. Identitas

Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,alamat,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis

2. Keluhan utama

Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita leukimia untuk masuk RS.


keluhan utama pada penderita leukemia yaitu perasaan lemah, nafsu makan turun,
demam, perasaan tidak enak badan, nyeri pada ektremitas

3. Riwayat penyakit sekarang

Merupakan riwayat klien saat ini meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan,
mulai timbul. Biasanya ditandai dengan anak mulai rewel, kelihatan pucat,
demam, anemia, terjadi pendarahan ( ptekia, ekimosis, pitaksis, pendarah gusi dan
memar tanpa sebab), kelemahan tedapat pembesaran hati, limpa, dan
kelenjar limpe, kelemahan. nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan keadaan pe


nyakit sekarang perlu ditanyakan

5. Riwayat kehamilan dan kelahiran.

Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal. Dalam
riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu.
Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahir dalam usia kehamilan aterm atau
tidak karena mempengaruhi sistem kekebalan terhadap penyakit pada anak.
Trauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi
ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan
anak setelah

6. Riwayat penyakit keluarga

Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit


yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui,
apakah ada yang menderita gangguan hematologi, adanya faktor hereditas
misalnya kembar monozigot.

Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam
mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.

1. Selama serangan :

 Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan


 Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena
 Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai
 Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik,
kejang toniK klonik, kejang mioklonik, kejang atonik
 Apakah pasien menggigit lidah
 Apakah mulut berbuih
 Apakah ada inkontinen urin
 Apakah bibir atau muka berubah warna
 Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi
 Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada
satu sisi atau keduanya.

2. Sesudah serangan :

 Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan


bicara
 Apakah ada perubahan dalam gerakan
 Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi sebelum,
selama dan sesudah serangan
 Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi
denyut jantung
 Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.

3. Riwayat sebelum serangan :

 Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi


 Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar
 Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik,
olfaktorik maupun visual.
4. Riwayat Penyakit :

 Sejak kapan serangan terjadi


 Pada usia berapa serangan pertama
 Frekuensi serangan
 Apakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam,
kurang tidur, keadaan emosional
 Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai
dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang
 Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak
 Apakah makan obat-obat tertentu
 Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas

Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan.

Tanda : kelemahan otot, somnolen.

b. Sirkulasi

Gejala : palpitasi.

Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat.

c. Eliminasi

Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine.

d. Makanan / cairan

Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.

Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi gusi
mengindikasikan leukemia monositik akut).

e. Integritas ego

Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.

Tanda : depresi, ansietas, marah.


f. Neurosensori

Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing,


kesemutan.

Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.

g. Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.

Tanda : gelisah, distraksi.

h. Pernafasan

Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.

Tanda : dispnea, takipnea, batuk.

i. Keamanan

Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan penglihatan, perdarahan
spontan, tak terkontrol dengan trauma minimal.

Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan


2. Perfusi jaringan serebral tidak efektif
3. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan perubahan kesadaran,
kerusakan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme
perlindungan diri
4. Nyeri berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai dengan :
klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit
yang dialami,menangis wajah meringis
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau
kesalahan interpretasi informasi
6. Termoregulasi tidak efektif
7. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
8. Defisit perawatan diri
9. Gangguan persepsi sensori auditori
C. Intervensi

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan

kriteria hasil :

a) RR dalam batas normal sesuai umur


b) Nadi dalam batas normal sesuai umur

Intervensi Rasional
1. Tanggalkan pakaian pada daerah 1. Memfasilitasi usaha
leher/dada, abdomen bernapas/ekspansi dada
2. Masukkan spatel lidah/jalan napas 2. Dapat mencegah tergigitnya
buatan lidah, dan memfasilitasi
3. Lakukan penghisapan sesuai sesuai saat melakukan
indikasi penghisapan lendir, atau
memberi sokongan
Kolaborasi pernapasan jika diperlukan
3. Menurunkan risiko aspirasi
1. Berikan tambahan O2 atau asfiksia

Kolaborasi

1. Dapat menurunkan hipoksia


serebral

2. Nyeri berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai dengan :


klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit
yang dialami,menangis wajah meringis
kriteria hasil:
a) Klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili
penurunan rasa nyeri yang dialami
b) Klien tidak menangis lagi
c) Wajah klien tampak ceria

Intervensi Rasional
1. Kaji PQRST dengan menggunakan Pengkajian yang benar akan
media gambar membantu dalam menentukan
2. Berikan posisi yang nyaman sesuai tindakan keperawtan selanjutnya
kebutuhan
3. Berikan lingkungan yang nyaman Posisi yang nyaman dapat
bagi klien memberikan efek malsimal untuk
4. Libatkan keluarga untuk relaksasi otot
mendampingi klien
5. Kolaborasi untuk pemberian obat Kehadiran keluarga memberikan
analgesic efek psikologis pada anak untuk
mengurangi nyeri

Rangsang yang berlebihan dari


lingkungan dapat memperberat rasa
nyeri

Obat analgesic dapat


meminimalkan rasa nyeri

3. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan perubahan kesadaran,


kerusakan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme
perlindungan diri
Kriteria hasil :
a) Dapat mengurangi risiko cidera pada pasien
Kriteria pengkajian fokus makna klinis
 Riwayat kejang
 Tingkatan kejangnya

Intervensi Rasional
1) Kaji karakteristik kejang Untuk mngetahui seberapa besar
tingkatan kejang yang dialami
pasien sehingga pemberian
intervensi berjalan lebih baik
2) Jauhkan pasien dari benda benda Benda tajam dapat melukai dan
tajam / membahayakan bagi pasien mencederai fisik pasien

3) Segera letakkan sendok di mulut Dengan meletakkan sendok


pasien yaitu diantara rahang pasien diantara rahang atas dan rahang
bawah, maka resiko pasien
menggigit lidahnya tidak terjadi
dan jalan nafas pasien menjadi
lebih lancer
4) Kolaborasi dalam pemberian obat Obat anti kejang dapat mengurangi
anti kejang derajat kejang yang dialami pasien,
sehingga resiko untuk cidera pun
berkurang

4. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi


Kriteria hasil :
 pengetahuan keluarga meningkat
 keluarga mengerti dengan proses penyakit epilepsi
 keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan
kondisi klien.

Intervensi

Kriteria pengkajian focus Makna klinis


1. Kaji tingkat pendidikan pendidikan merupakan salah satu
keluarga klien. faktor penentu tingkat pengetahuan
2. Kaji tingkat pengetahuan seseorang
keluarga klien.
3. Jelaskan pada keluarga klien untuk mengetahui seberapa jauh
tentang penyakit kejang informasi yang telah mereka
demam melalui penkes. ketahui,sehingga pengetahuan yang
4. Beri kesempatan pada nantinya akan diberikan dapat
keluarga untuk menanyakan sesuai dengan kebutuhan keluarga
hal yang belum dimengerti.
5. Libatkan keluarga dalam untuk meningkatkan pengetahuan
setiap tindakan pada klien.
untuk mengetahui seberapa jauh
informasi yang sudah dipahami

agar keluarga dapat memberikan


penanngan yang tepat jika suatu-
waktu klien mengalami kejang
berikutnnya.

Anda mungkin juga menyukai