Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DEMOGRAFI KESLING

“ PENGENDALIAN VEKTOR “

OLEH :

KELOMPOK 4

CHIRA OKSIDOVA (163110160)

DEAN APRILIA PRATAMI (163110161)

DOSEN PEMBIMBING :

HJ. MURNIATI MUCHTAR, SKM, M.Biomed

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

Tahun Ajaran
2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak


aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat
dimulai, didukung, ditopang, atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis
adalah keracunan Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk sekitar Minamata (Jepang)
akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang tercemar mercury (air raksa). Dari
bencana ini, 41 orang meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tersebut. Dengan alasan
tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya merupakan komponen penting dari
kesehatan masyarakat.

Moeller (1992), menyatakan “In it broadsense, environmental health is the segment of public
health that is concerned with assessing, understanding, and controlling the impacts of people
on their environment and the impacts of the environment on them”. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat
yang memberi perhatian pada penilaian, pemahaman, dan pengendalian dampak manusia
pada lingkungan dan dampak lingkungan pada manusia.

Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan
interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen
lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya. Menurut
Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula.

Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan
secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain :

1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan
dan kesejahteraan hidup manusia.

2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam


upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan manusia.
3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi
pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah
penyakit menular.

Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau
pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang diantaranya berupa :

1. Penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.

2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secra luas oleh
masyarakat.

3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas
beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan penyebab terjadinya
perubahan ekosistem.

4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industry,
rumah sakit, dan lain-lain.

5. Kontrol terhadap arthropoda dan menjadi rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara
memutuskan rantai penularan penyakitnya.

6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.

7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.

8. Survei sanitasi untu perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan


lingkungan.

Salah satu tujuan kesehatan lingkungan yaitu kontrol terhadap arthropoda. pengendalian
terhadap arthropoda ini penting dilakukan karena penularan penyakit pada manusia dapat
terjadi melalui perantara vektor penyakit. Sehingga perlu adanya kegiatan pengendalian dan
pemberantasan terhadap vektor penyakit.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mengetahui cara pengendalian dan pemberantasan vektor dan binatang pengganggu.


b. Tujuan Khusus

dari penulisan makalah ini adalah :

1. Bagaimana perlunya pengendalian vektor penyakit

2. Mahasiswa mampu mengetahui Pengertian Vektor Penyakit

3. Mahasiswa mampu mengetahui metode pengendalian Vektor Penyakit

4. Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar pengendalian vektor penyakit

5. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan pengendalian vektor penyakit

6. Mahasiswa mampu mengetahui cara pengendalian vektor penyakit

7. Mahasiswa mampu mengetahui jenis jenis pengendalian vektor penyakit

C. Manfaat penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca tentang pengendalian vektor penyakit
dan binatang pengganggu.

2. Sebagai referensi bagi pembaca.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Pengendalian Vektor

Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious
agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan
masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan
manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan
penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas.

Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan
phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu
phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan
penyakit malaria, deman berdarah, dan Phyluml chodata yaitu tikus sebagai pengganggu
manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang
menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang
pengganggu masih banyak binatang lain yang berfimgsi sebagai vektor dan binatang
pengganggu.

Namun kedua phylum sangat berpengaruh didalam menyebabkan kesehatan pada


manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus di tanggulangi,
sekalipun demikian tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya
mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat ertentu yang tidak
mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia. Dalam hal ini untuk mencapai
harapan tersebut perlu adanya suatu managemen pengendalian dengan arti kegiatan-
kegiatan/proses pelaksanaan yang bertujuan untuk memurunkan densitas populasi vektor
pada tingkat yang tidak membahayakan.

Jadi Pengendalian vektor adalah semua upaya yang dilakukan untuk menekan,
mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah rendahnya sehigga
tidak membahayakan kehidupan manusia.

2.2 Metode Pengendalian

Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau
pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang
pengganggu tersebut.
Menurut WHO (Juli Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan
bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :

1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit yang
disebabkan oleh virus.

2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama
untuk penyakit parasiter

3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit
dikendalikan.

4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.

5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang
bersayap

Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah sebagai
berikut.

1. Pengendalian kimiawi

Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan.


Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah
gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas
penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an
yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan tanggal
ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan
pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh
rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk
secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja
yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang

keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut
keracunan dan mati, bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak
dengan bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.

Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk
sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia
tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi
digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis
Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.

Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis
Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate
yang dilarutkan dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan
racun arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa
dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga
dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis
racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik
terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.

Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan
repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus
masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga
atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan
ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic
untuk mengusir tikus (fisika).

2. Pengendalian Fisika-Mekanika

Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap
mekanis antara lain :

a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga

b. Pemasangan jarring

c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)

d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang penganggu.

e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.

f. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.

g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul,


jepretan dengan umpan, dll)

h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus


peracunan.

i. Pembalikan tanah sebelum ditanami.

j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan
binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu
neon).

3. Pengendalian Biologis

Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :

a. Memelihara musuh alaminya

Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya.
Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling
efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana
caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini
apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.

b. Mengurangi fertilitas insekta

Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan
menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat
menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji.

B. Pemantauan

Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru. Pada awalnya orang
berpikir tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu
sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian
vektor saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor
sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang ada serta keadaan endemic
penyakit yang ada.

Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting.

Pengendalian secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang, ditunjang
dengan pemantuan yang kontinu. Untuk ini diperlukan berbagai parameter pemantauan dan
pedoman tindakan yang perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan terjadinya kejadian
luar biasa/wabah.

Parameter vektor penyakit yang dipantau antara lain adalah :

1. Indeks lalat untuk kepadatan lalat

2. Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal

3. Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks container,
indeks rumah, dan/atau indeks Breteau

Tindakan khusus diambil apabila kepadatan insekta meningkat cepat dan dikhawatirkan akan
terjadi wabah karenanya. Tindakan sedemikian dapat berupa :

1. Intensifikasi pemberantasan sarang seperti perbaikan saluran drainase, kebersihan saluran


dan reservoir air, menghilangkna genangan, mencegah pembusukan sampah, dan lain-lain.

2. Mobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan dengan memelihara


kebersihan lingkungan masing-masing

3. Melakukan penyemprotan insektisida terhadap vektor dewasa didahului dengan uji


resistensi insekta terhadap insekta yang akan digunakan.
2.3. Konsep dasar pengendalian Vektor

1. Harus dapat menekan densitas vektor

2. Tidak membahayakan manusia

3. Tidak mengganggu keseimbangan lingkungan

2.4.Tujuan pengendalian vektor

1. Mencegah wabah penyakit yang tergolong vector-borne disease >> memperkecil risiko
kontak antara manusia dg vektor penyakit dan memperkecil sumber penularan
penyakit/reservoir

2. Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit yg baru ke suatu kawasan yg bebas >>
dilakukan dengan pendekatan legal, maupun dengan aplikasi pestisida (spraying, baiting,
trapping)

2.4.Cara Pengendalian Vektor

1. Usaha pencegahan (prevention) >> mencegah kontak dengan vektor >> pemberantasan
nyamuk, kelambu

2. Usaha penekanan (suppression) >> menekan populasi vektor sehingga tidak


membahayakan kehidupan manusia

3. Usaha pembasmian (eradication) >> menghilangkan vektor sampai habis

2.5.Metode pengendalian Vektor

1. Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) >> memanfaatkan kondisi alam yang
dapat mempengaruhi kehidupan vector >> jangka waktu lama

2. Pengendalian terapan (applied control) >> memberikan perlindungan bagi kesehatan


manusia dari gangguan vektor >> sementara

a. Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement)

b. Pengendalian secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) >>


modifikasi/manipulasi lingkungan >> landfilling, draining
c. Pengendalian secara biologis (biological control) >> memanfaatkan musuh alamiah
atau pemangsa/predator, fertilisasi

d. Pengendalian dengan pendekatan per-UU (legal control) >> karantina

e. Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control)

2.6.Jenis jenis vektor

Seperti telah diketahui vektor adalah Anthropoda yang dapat memindahkan/menularkan suatu
infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan.

Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciriciri kakinya
beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesarjumlahnya karena hampir
meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang.

Antropoda dibagi menjadi 4 kelas :

1. Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang

2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu

3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau

4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau
pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang
pengganggu tersebut.

Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah sebagai
berikut.

1. Pengendalian kimiawi

2. Pengendalian Fisika-Mekanika

3. Pengendalian Biologis

Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru. Pada awalnya orang
berpikir tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu
sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian
vektor saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor
sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang ada serta keadaan endemic
penyakit yang ada. Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu
menjadi sangat penting.

B.Saran

Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran
penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vector
adalah dengan 3 M :

1. Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di
dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.

2. Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke
tempat itu untuk bertelur.

3. Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat
nyamuk bertelur.
Beberapa cara alternatif pernah dicoba untuk mengendalikan vektor dengue ini, antara lain
mengintroduksi musuh alamiahnya yaitu larva nyamuk Toxorhyncites sp. Predator larva
Aedes sp. ini ternyata kurang efektif dalam mengurangi penyebaran virus dengue.Sebuah
penelitian melepas Aedes aegypti yang terinfeksi bakteri lalat buah disebut Wolbachia.
Bakteri membuat nyamuk kurang mampu membawa virus demam berdarah sehingga
membatasi penularan demam berdarah jika meluas dalam populasi nyamuk. Pada prinsipnya
Wolbachia dapat menyebar secepat nyamuk jantan yang terinfeksi menghasilkan keturunan
dengan Wolbachia menginfeksi wanita.

Penggunaan insektisida yang berlebihan tidak dianjurkan, karena sifatnya yang tidak spesifik
sehingga akan membunuh berbagai jenis serangga lain yang bermanfaat secara ekologis.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan
Lingkungan.Jakarta : EGC

Soemirat Slamet, Juli.2009.Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press

Anda mungkin juga menyukai