Anda di halaman 1dari 12

KOEFISIEN GESEKAN (M5)

MUHAMMAD KANZUL ‘ULUM BALDINA


1116100051/M8/22 NOVEMBER 2016
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan sehari-hari selalu kita temui berbagai
macam benda yang bergerak pada suatu lintasan. Benda
tersebut mengalami gerakan maju maupun mundur baik
pada lintasan yang licin maupun pada lintasan yang kasar,
seperti pada sebuah mobil yang bergerak pada jalan beraspal
yang kasar. Namun pada suatu ketika, mobil dapat sama
sekali tidak bergerak maju maupun mundur pada jalan yang
licin seperti pada saat melewati jalan berlumpur atau jalan
beraspal yang permukaannya beku karena es.
Ada suatu penyebab mengapa mobil dapat bergerak
cepat dan tidak dapat bergerak sama sekali. Mobil dapat
bergerak jika pada lintasan nya memiliki permukaan yang
kasar dan bukan yang licin, karena dengan begitu ban pada
mobil akan melakukan gesekan dengan aspal yang kasar.
Oleh karena itu, setiap benda yang akan bergerak akan
memiliki gaya gesekan pada lintasannya, seperti pada
praktikum kali ini yang perlu dilakukan untuk mengetahui
nilai gesekan pada sebuah benda.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam praktikum kali ini terdapat rumusan masalah


yaitu menentukan koefisien gesekan statis dan koefisien
gesekan kinetis
1.3 TUJUAN

Tujuan dalam praktikum kali ini yaitu untuk


mengetahui koefisien gesekan statis dan koefisien gesekan
kinetis pada sebuah benda
BAB II

DASAR TEORI

2.1 HUKUM NEWTON I

Hukum I Newton mendefinsikan adanya sifat


kelembaman benda, yaitu keberadaan besaran yang dinamai
massa. Karena sifat kelembaman ini maka benda cenderung
mempertahankan keadaan geraknya. Keadaan gerak
direpresentasikan oleh kecepatan. Semua benda cenderung
mempertahankan keadaannya yaitu benda yang diam akan
tetap diam dan benda yang bergerak, akan tetap bergerak
dengan kecepatan konstant. Jadi, sifat kelembaman
mengukur kecenderungan benda mempertahankan
kecepatannya. Makin besar kelembaman yang dimiliki benda
maka makin kuat benda mempertahankan sifat
kelembamannya. Atau diperlukan pengganggu yang lebih
besar untuk mengubah kecepatan benda. Makin besar massa
maka benda makin lembam. Itulah penyebabnya bahwa kita
sangat sulit mendorong benda yang memiliki massa lebih
besar daripada benda yang memiliki massa lebih kecil.
(mikrajuddin, 2016)

2.2 HUKUM NEWTON II

Secara umum hukum newton yang kedua


mendefinisikan tentang perubahan keadaan benda. Hukum
ini menyatakan bahwa benda dapat diubah keadaan
geraknya jika pada benda bekerja gaya. Gaya yang bekerja
berkaitan langsung dengan perubahan keadaan gerak benda.
Besarnya perubahan keadaan gerak sama dengan gaya yang
diberikan kepada benda. (mikrajuddin, fisika dasar I, 2016)
Benda yang bergerak dari keadaan diam pasti
memiliki besaran gaya yang membuat benda tersebut
bergerak, besaran gaya tersebut harus lebih besar dari berat
benda supaya dapat bergerak. Namun benda juga dapat
berubah geraknya meskipun tidak dalam kondisi diam pada
awalnya, hal itu disebabkan karena adanya gaya eksternal
yang diberikan pada benda tersebut.
Besaran yang paling tepat untuk mendefinisikan
keadaan gerak adalah perkalian massa dengan kecepatan.
Alasan pengambilan definisi ini adalah: (1) makin besar
massa maka makin sulit mengubah keadaan gerak benda dan
(2) makin besar gaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
perubahan kecepatan yang besar pada benda. Oleh karena
itu, keadaan gerak benda sebanding dengan perkalian massa
dan kecepatan. Perkalian massa dan kecepatan dapat kita
definisikan sebagai momentum. (mikrajuddin, fisika dasar I,
2016)
Maka dapat dituliskan secara matematik sebagai,

F = dP / dt dengan P = m.v
(2.2.1)

Sebuah percepatan yang terjadi pada suatu benda


akan selalu bergantung pada gaya yang bekerja pada benda
tersebut, jika suatu benda diberi gaya sebesar F maka besar
percepatannya adalah a, jika benda ditambahkan gayanya
sebesar 2F maka percepatannya menjadi 2a dengan syarat
massa benda adalah tetap. Jika suatu benda memiliki massa
sebesar 2m maka percepatannya menjadi 1/a, jika massa
ditambahkan pada benda menjadi 3m maka percepatannya
menjadi 1/3a. (fundamentals of physic 7th edition)
Oleh karena itu dapat dituliskan secara matematik sebagai,

∑F = m.a (2.2.2)

2.3 GAYA BERAT

Gaya tarik bumi yang bekerja pada suatu benda atau


besarnya gaya tarik bumi yang bekerja pada benda tersebut.
Berat benda sangat dipengaruhi oleh kuat medan gravitasi
dimana benda itu berada. Gaya berat disemua tempat di
permukaan bumi akan selalu mengarah ke pusat bumi. Gaya
berat dan massa memiliki hubungan yang berbanding lurus
begitu juga dengan percepatan gravitasi bumi. Besarnya
percepatan gravitasi pada suatu tempat dipengaruhi jarak
tempat tersebut dengan pusat bumi. Semakin jauh tempat
dari pusat bumi maka gaya gravitasi buminya akan semakin
kecil.
Maka dapat dituliskan persamaannya sebagai,

𝑊=𝑚𝑔

2.4 GAYA NORMAL

Gaya penahan yang dilakukan oleh lantai pada roda


mobil yang arahnya ke atas, tegak lurus lantai. Gaya ini
disebut gaya normal. Pengertian gaya normal adalah gaya
yang diakibatkan oleh benda yang bersentuhan dengan
permukaan bidang sentuh yang arahnya tegak lurus dengan
bidang. Gaya normal biasa disebut dengan gaya sentuh. Gaya
normal atau sentuh ini adalah gaya yang diberikan oleh
permukaan sentuh terhadap benda yang arahnya tegak lurus
dengan bidang sentuhnya. Gaya normal selalu berkaitan
dengan gaya gravitasi. Karena gaya normal yang
menyeimbangkan dengan gaya gravitasi.

𝑁−𝑊 =0

𝑁=𝑊

𝑁=𝑚𝑔

Tanda negatif pada persamaan diatas hanya


menunjukkan arah gaya, karena antara gaya normal dengan
gaya berat secara vektornya saling berlawanan.

2.5 GAYA GESEK

Apabila suatu benda bergeser atau diberikan gaya


pada benda tersebut untuk bergeser pada permukaan,
gerakan ini saling tolak menolak antara ikatan badan benda
dan permukaan. Gaya yang berlawanan tersebut dianggap
sebagai kekuatan tunggal yang biasanya disebut dengan gaya
gesekan atau gesekan. Gaya ini diarahkan sepanjang
permukaan, berlawanan dengan arah gerakan yang
dimaksudkan. Kadang-kadang, untuk menyederhanakan
situasi, gesekan diasumsikan dapat diabaikan (permukaan
gesekan). (halliday resnick, fundamental of physic, 1999)

Karena gaya gesek didefinisikan sebagai gaya yang


saling melawan dengan arah gaya mula-mula, maka dalam
gerak nya dapat kita jumpai fenomena berupa (1) benda akan
tetap diam pada posisi awalnya jika gaya yang diberikan
masih terlalu kecil (2) jika gaya yang diberikan pada benda
terus ditambah, maka system benda tepat akan bergerak.
(mikrajuddin, 2016)
Pada benda yang dalam kondisi diam agar dapat
mencapai kondisi system tepat akan bergerak, maka
diperlukan gaya minimal untuk mencapai system tersebut.
Biasanya gaya ini disebut gaya gesek statis. Gaya gesek statis
sangat dipengaruhi oleh gaya normal karena gaya gesek
statis memiliki nilai dengan mengalikan koefisien gesek
benda dengan permukaan dengan gaya normal benda.
Sehingga dapat dituliskan persamaannya sebagai,

𝑓𝑠 = 𝜇𝑠 𝑁

Dan untuk mendapatkan koefisien gesek statis dengan


menggunakan perbandingan gaya statis maksimum
dengan gaya normal, sehingga,

𝑓𝑠
𝜇𝑠 =
𝑁
Pada saat gaya statis maksimum dan benda tepat akan
bergerak, sehingga berlaku,
𝑚2
𝜇𝑠 =
𝑚1
Pada benda yang sudah mengalami gerak, maka
berlaku pada system tersebut ada pengaruh dari gaya
gesek kinetis. Gaya gesek kinetis didapat dengan
mengalikan koefisien gesek kinetis dengan gaya normal,
sehingga,

𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 𝑁

Karena gesekan antara katrol dan tali diabaikan,


sehingga dengan persamaan hokum newton,

𝐹 =𝑚𝑎

Sehingga didapatkan,
𝑚2 𝑚1 + 𝑚2 𝑎
𝜇𝑘 = −( )
𝑚1 𝑚1 𝑔

Bisa juga ditulis dengan,

𝑚2 𝑎 𝑔
= (𝜇𝑘 + )
𝑚1 𝑔 𝑔−𝑎

Pada umumnya gaya gesek hanya terjadi pada benda


yang kasar, karena pada benda yang licin gaya gesek antara
permukaan benda dengan permukaan lintasan atau bidang
tidak ada sehingga benda jika dikenai suatu gaya maka akan
tetap bergerak sampai benda tersebut menumbuk sesuatu.
Namun pada benda yang tidak dikenai gaya tapi akan
melakukan sebuah gaya seperti pada mobil yang akan
bergerak pada bidang es yang licin dari kondisi diam akan
mengalami kesulitan untuk bergerak karena tidak ada
gesekan pada ban mobil dengan permukaan bidang es. Oleh
karena itu gaya gesekan juga akan sangat mempengaruhi
suatu kondisi dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III

METODOLOGI

3.1 PERALATAN DAN BAHAN

Pada praktikum kali ini akan digunakan peralatan


seperti papan gesekan sebagai lintasan pada benda, balok
kayu dan beban sebagai alat uji koefisien gesekan, dan untuk
perhitungan akan dibutuhkan neraca sebagai pengukur
massa pada beban dan stop watch untuk mengukur waktu
yang dibutuhkan benda untuk bergerak pada bidang kasar.

3.2 SKEMA ALAT

Gambar 1 Gambar 2

3.3 LANGKAH KERJA

Dalam praktikum kali ini akan dilakukan beberapa cara


untuk mendapatkan data yang diperlukan, cara pertama agar
didapatkan nilai koefisien gesek statis yaitu peralatan
dirangkai seperti pada gambar 1 lalu benda A diletakkan pada
posisi tertentu dan diberi beban B hingga benda A tepat akan
bergerak. Massa benda A dan beban B dicatat.

Untuk cara kedua agar didapatkan nilai koefisien gesek


kinetis yaitu peralatan dirangkai seperti pada gambar 1 lalu
benda A diletakkan pada posisi tertentu dan diberi beban di
A dan B sehingga system bergerak dengan percepatan a.
Posisi A sebelum bergerak dicatat dan waktu hingga benda
berhenti bergerak dicatat. Percobaan diatas diulangi dengan
posisi awal diubah dan dengan beban yang berbeda

Anda mungkin juga menyukai