Anda di halaman 1dari 12

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN/GAMBARAN UMUM

2.1 Hakikat Baku dan Tidak Baku

1. Pengertian Kata Baku

Dalam kamus umum bahasa Indonesia kata adalah rangkaian bunyi


terkecil yang ada artinya dan merupakan unsur kalimat. Sedangkan baku adalah
yang menjadi pokok, yang utama, dan standar. Menurut pendapat lain kata baku
adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah
ditentukan. Kata baku adalah kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum
yng suudah lazim digunakan atau frekuensi penggunaannya cukup tinggi.

Diana Nababan dalam bukunya berpendapat bahwa “kata baku adalah


kata-kata yang cara pengucapannya dan penulisannya sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku.

Konteks penggunaan kata baku digunakan dalam kalimat resmi, baik lisan
maupun tulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Kata baku ditntukan
beradasarkan atas tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya
menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang
disepakati.

Pengertian Kata Tidak Baku

Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam bahasa
percakapan sehari-hari atau bahasa tutur.

Ciri-ciri Kata Baku

Dirgo dalam bukunya memberikan ciri-ciri kosakata baku sebagai berikut :

a. Kosakata baku mengandung jati diri kata bahasa Indonesia, yaitu kosakata
yang bebas kata-kata bahasa daerah yang belum terterima, bebas dari kata-kata
asing yang belum terterima, dan penyerapannya sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
b. Pembentukannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
c. Ejaannya benar.

Fungsi Kata Baku dan Tidak Baku

Kata baku berfungsi sebagai pedoman umum pembentukan istilah yang


telah ditetapkan oleh pusat pembinaan dan pengembangan bahasa dan sistem
penulisan dalam ejaan yang disempurnakan. Ejaan itu sendiri adalah cara atau
aturan menulis kata-kata dengan huruf menrurut disiplin ilmu bahasa.

Kata tidak baku berfungsi sebagai bahasa tutur dan percakapan sehari-hari,
terutama pada percakapan remaja.

Penyebab Kata Baku dan Tidak Baku

a. Dari segi fonologi


b. Pembubuhan huruf vokal
Pembubuhan huruf vokal mengakibatkan kata-kata baku menjadi tidak
baku, misalnya : kalimat baku narkotik, dibubuhi huruf vokal “a” menjadi
narkotika menjadi kalimat yang tidak baku.
c. Penghilangan huruf vokal
Di samping adanya pembubuhan huruf vokal dapat mengakibatkan kata
baku menjadi tidak baku, kata baku dapat menjadi tidak baku karena adanya
penghilangan sebuah huruf vokal. Misalnya: kata pena merupakan kata baku,
cuman sering dikatakan pen dalam kehidupan sehari-hari yang bukan merupakan
kata tidak baku. (Miftahuddin, 2014)

2.2 Penulisan Gabungan Kata

(a) Gabungan kata yang biasa disebut dengan kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah . contoh : duta besar, orang tua, kambing
hitam, dll.
(b) Gabungan kata yang menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung
untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang bersangkutan. Contoh : buku
sejarah-lama, dll.
(c) Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata, ditulis serangkai. Contoh :
daripada, dll (Barus, 2014).
Penulisan Gabungan Kata

a. Kata maha
1. Kata maha ditulis serangkai bila diikuti kata dasar kecuali kata Maha Esa.
2. Kata maha ditulis terpisah bila diikuti kata berimbuhan.

b. Gabungan kata berimbuhan


1. Gabungan kata yang dilekati oleh awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
2. Gabungan kata yang dilekati awalan atau akhiran saja ditulis terpisah.
3. Gabungan kata seperti : antar, anti, non, tuna, pasca, panca, tata, sub,halal, peri,
dituliskan serangkai (Respository USU,
2.3 Kesalahan Penulisan Gabungan Kata

Kesalahan yang dilakukan penulis makalah dalam hal penulisan gabungan


kata yakni, gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata tidak dituliskan
serangkai. Berikut ini merupakan data kesalahan yang menunjukkan jenis
kesalahan tersebut. Selain itu, jika salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri
sebagai satu kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi,
unsur itu harus dituliskan serangkai dengan unsur lainnya (Turistiani, 2013)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian mengenai kesalahan penulisan tulisan di tempat umum ini
dilakukan yang pertama di jalan Bhayangkara, Pancing dan yang kedua jalan
Pancing II. Yang menjadi objek penelitian ini yaitu pamflet penunjuk jalan dan
pamflet tempat pengobatan. Adapun waktu penelitian tersebut yaitu hari Rabu, 29
Maret 2017.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, saya menggunakan metode deskriptif karena hasil
data berupa deskripsi dari hasil wawancara terhadap narasumber yang berlewatan
di daerah pamflet tersebut. Adapun jumlah narasumber yang diwawancarai yaitu
lima orang setiap kasus. Jadi karena ada dua kasus yang diamati untuk itu terdapat
10 narasumber. Adapun pertanyaan yang dilontarkan kepada narasumber yaitu
pertama menyuruh narasumber untuk melihat penulisan yang salah, lalu
menanyakan apakah itu salah, selanjutnya pertanyaan yang kedua yaitu
melontarkan pertanyaan berupa pemilihan penulisan mana yang benar antara
penulisan yanga da di pamflet dengan penulisan yang sebenarnya.
C. Sumber Data

Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yaitu jawaban-jawaban


dari pertanyaan yang dilontarkan kepada narasumber yang berlewatan di daerah
pamflet tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu teknik observasi


aktif yang mana saya mengamat secara langsung kesalahan penulisan tersebut dan
melakukan wawancara kepada narasumber yang berleawatan di dekat pamflet
yang memiliki kesalahan penulisan tersebut.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Observasi
4.1.1 Hasil Observasi Pada Kasus I (Kesalahan Penulisan Kompleks)
Adapun kesalahan penulisan kompleks ini yaitu pada pamflet penunjuk
jalan yang ada di jalan pancing II, Willem Iskandar. Adapun yang menjadi
narasumber dan hasil wawancaranya yaitu :
1. Nama : Habib
Umur : 14 tahun
Adapun dialog wawancara yang dilakukan :
Pertanyaan (Saya) : Apakah menurut anda penulisan yang ada disana
((menunjukkan penulisan yang salah (komplek)pada
pamflet penunjuk jalan)) itu benar?
Jawaban (narasumber): Gak tau kak.
Pertanyaan (Saya) :Jawab aja dek, menurut adek benar atau salah
penulisannya!
Jawaban (Narasumber): Menurut saya kak, benar penulisan tersebut (maksudnya
penulisan yang komplek)
Saya : Jadi dek beberapa ada yang menuliskan kompleks
menurut adek yang mana yang benar?
Narasumber : Menurut saya yang benar komplek kak.
Narasumber : oke dek. Terimakasih ya dek.

2. Nama : Rohani
Umur : 55 tahun
Adapun dialog wawancara yang dilakukan :
Saya (peneliti) : Selamat sore bu, bu menurut ibu apakah penulisan itu
((menunjuk penulisan yang salah (komplek)) adalah benar?
Narasumber : Menurut saya dek salah ya? Seharusnya pakek c (maksud
ibu tersebut complek)
Saya (peneliti) : Jadi bu, beberapa ada yang menuliskan kompleks
(memakai s setelah huruf k), menurut ibu yang mana yang
benar komplek atau kompleks ?
Narasumber : Oiaya.. yang benar kompleks la, karena kan diikuti dengan
perumahanm jadi seharusnya kompleks.
Saya : Oke buk, terimakasih

3. Nama : Ibnu
Kelas : XII
Umur : 17 tahun
Dialog dari wawancara yang dilakukan :
Saya : Selamat sore dek
Narasumber : Selamat sore kak
Saya : Menurut adek, penulisan yang disana (menunjukkan
penulisan yang salah pada pamflet penunjuk jalan) benar
atau salah dek?
Narasumber : Menurut saya benar kak.
Saya : Beberapa kan ada yang menuliskan kompleks pakai “s”.
Menurut adek yang benar yang mana komplek atau
kompleks?
Narasumber : Menurut saya yang benar komplek kak
Saya : Okedeh dek. Makasi ya dek

4. Nama : Yusnaini
Umur : 20 tahun
Dialog dari wawancara yang dilakukan :

Saya : Permisi kak, menurut kakak penulisan yang di sana


(menunjukkan penulisan yang salah pada pamflet) benar
atau salah?

Narasumber : Menurut saya salah kak

Saya : Jadi menurut kakak yang benar apa?

Narasumber : Menurut saya yang benar penulisan kompleks

Saya : Oke, makasih kak.

5. Nama : Rossa

Umur : 21 tahun

Dialog dari wawancara yang dilakukan yaitu :

Saya : Selamat sore kak


Narasumber : Selamat sore
Saya : Menurut kakak, penulisan yang disana (menunjukkan
penulisan yang salah pada pamflet penunjuk jalan) benar
atau salah dek?
Narasumber : Menurut saya benar.
Saya : Beberapa kan ada yang menuliskan kompleks pakai “s”.
Menurut kakak yang benar yang mana komplek atau
kompleks?
Narasumber : Menurut saya yang benar komplek
Saya : Okedeh dek. Makasi ya kak
4.1.2 Hasil Observasi pada Kasus II (Kesalahan Penulisan Tunanetra)

Adapun kesalahan penulisan tunanetra ini yaitu pada pamflet penunjuk


tempat pengobatan/pemijatan tunanetra di jalan Bhayangkara, Pancing. Adapun
yang menjadi narasumber dan hasil wawancaranya yaitu :

1. Nama : Ricky

Umur : 18 tahun

Dialog dari wawancara yang dilakukan :

Saya : Permisi bang, bang menurut abang penulisan yang disana


(menunjuk penulisan tunanetra yang salah pada pamflet) benar atau tidak?

Narasumber : Menurut saya, salah kak

Saya : Jadi menurut abang yang benar penulisan tunanetra digabung ya?

Narasumber : Menurut saya iya digabung, yang salah penulisan tunanetra yang
dipisah seperti yang ada di pamflet tersebut (sekalian menunjuk
penulisan tuna netra yang salah pada pamflet tersebut)

Saya : Oh okedeh bang, terimakasih ya bang.

2. Nama : Sri Eka

Umur : 34 tahun

Dialog dari wawancara yang dilakukan :


Saya : Permisi buk, mau nanya menurut ibu penulisan yang ada disana
(menunjuk penulisan tunanetra yang salah) benar atau salah buk?

Narasumber : Menurut saya benar dek

Saya : Kan ada beberapa penulisan tunanetra yang digabung, menurut


ibu yang benar yang mana?

Narasumber : Menurut saya yang dipisah yang benar dek.

Saya : Okedeh ibu. Makasi ya bu

3. Nama : Ilham

Umur : 18 tahun

Dialog dari wawancara :

Saya : Bang maaf mengganggu, mau nanya menurut abang penulisan


yang disana (menunjukkan penulisan tunanetra yang salah)
benar atau salah bang?

Narasumber : Menurut saya benar

Saya : Kan ada beberapa yang penulisannya digabung, menurut abang


yang benar yang digabung atau yang dipisah?

Narasumber : Menurut saya yang dipisah

Saya : Okedeh, makasii ya bang

4. Nama : Debby

Umur : 19 tahun

Dialog dari proses wawancara yang dilakukan :


Saya : Selamat sore
Narasumber : Selamat sore
Saya : Menurut kakak, penulisan yang disana (menunjukkan
penulisan yang salah pada pamflet tempat pengobatan)
benar atau salah kak?
Narasumber : Menurut saya salah.
Saya : Jadi menurut kakak yang benar bagaimana?
Narasumber : Menurut saya yang benar penulisan tunanetra digabung.
Saya : Okedeh kak. Makasi ya kak

5. Nama : Grace

Umur : 19 tahun

Dialog dari wawancara yang dilakukan :

Saya : Selamat sore


Narasumber : Selamat sore
Saya : Menurut kakak, penulisan yang disana (menunjukkan
penulisan yang salah pada pamflet tempat pengobatan)
benar atau salah kak?
Narasumber : Menurut saya salah.
Saya : Jadi menurut kakak yang benar bagaimana?
Narasumber : Menurut saya yang benar penulisan tunanetra digabung.
Saya : Okedeh kak. Makasi ya kak

4.2 Pembahasan

4.2.1 Penulisan Kata Baku

Kata Baku yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim
digunakan atau yang frekuensi penggunaannya cukup tinggi. Kata-kata yang
belum lazim atau yang masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan,
kecuali dengan pertimbangan-pertimbangan khusus. Ejaan yang kini berlaku
dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD). EYD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan
kata (dasar, berimbuhan, gabungan, ulang, dan serapan), penulisan partikel,
penulisan angka, penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca.
(Muryani, 2013)

Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang
dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam
bahasa ini lazim digunakan dalam:
1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-
undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan
sebagainya.
3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan
sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan
(2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4)
didukung oleh ragam bahasa lisan (Salliyanti, 2003)
Untuk itu penulisan kompleks yang benar yaitu “ kompleks” sesuai dengan
kaidah penulisan kata baku yang telah ditetapkan yaitu kompleks bukan komplek.
Untuk itu penulisan komplek pada pamflet penunjuk tempat tersebut salah. Selain
itu untuk membuktikan penulisan kompleks tersebut yang memang ditetapkan
atau tidak, kita dapat melihatnya di KBBI. Dan di dalam kamus KBBI yang
tertulis yaitu “kompleks” bukan “komplek”. Dalam KBBI arti kompleks adalah
himpunan kesatuan; kelompok: perumahan rakyat.
Adapun berdasarkan wawancara yang dilakukan hanya dua orang yang
mengatakan bahwa penulisan komplek salah. Tiga orang di antaranya mengatakan
bahwa penulisan tersebut benar. Dua orang yang mengatakan mengatakan bahwa
penulisan kompleks la yang benar yaitu satu orang mahasiswa,dan satu orang
seorang ibu yang kemungkinan berprofesi seorang guru. Hal ini menyatakan
bahwa masih banyak yang belum mengetahui penulisan kata baku yang benar
termasuk seorang mahasiswa dan anak SMA yang kelas XII. Untuk itu semoga
guru atau dosen-dosen yang ada di sekolah atau di kampus lebih melatih siswa
untuk mengetahui penulisan kata baku dan tidak baku agar seluruh mahasiswa dan
pelajar mengetahui lebih dalam penulisan baku dan tidak baku tersebut dan dari
pelajar dan mahasiswa/i tersebutlah yang mengajari dan menegur yang membuat
pamflet tersebut dan masyarakat sekita untuk menghindari kesalahan penulisan
baku untuk selanjutnya.
4.2.2 Penulisan Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang dilekati oleh awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
2. Gabungan kata yang dilekati awalan atau akhiran saja ditulis terpisah.
3. Gabungan kata seperti : antar, anti , non , tuna, pasca, panca, tata, sub,
halal, peri, dituliskan serangkai (Respository usu,
Untuk itu penulisan Tunanetra harus digabung, karena Tuna merupkan
suatu imbuhan,dan apabila gabungan kata seperti : antar, anti, non, tuna, pasca,
panca, tata, sub,halal, peri, dituliskan serangkai. Untuk itu penulsan tunanetra
pada pamflet tersebut dipisah menjadi “tuna netra” dan itu merupakan penulisan
yang salah dan tidak sesuai dengan EYD dan KBBI.Sedangkan penulisan
tunanetra yang benar yaitu serangkai atau digabung sesuai dengan ketetapan
dalam EYD.

Dari wawancara yang kami lakukan, ada tiga orang yang menyatakan
bahwa penulisan tunanetra yang dipisah salah dan mengatakan bahwa penulisan
tunanetra seharusnya digabung. Selebihnya yaitu dua orang lagi menyatakan
bahwa penulisan tunanetra dipisah. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada yang
belum mengetahui penulisah gabungan kata, seharusnya kita sebagai mahasiswa
dan pelajar menegur dan lebih memberitahu kepada masyarakat yang belum
mengetahui penulisan kata gabung yang benar, agar tidak terjadi kesalahan lagi
dalam penulisan kata gabung dan yang tidak sesuai dengan EYD, dan kepada
pelajar dan mahasiswa/i yang belum mengetahui agar sekiranya lebih mempelajari
penulisan kalimat gabung agar kita nantinya yang mengajari masyarakat sekitar
tentang penulisan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Barus, S. Pendidikan Bahasa Indonesia. Medan : Universitas negeri Medan

Miftahuddin, A. 2014. Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Baku Dalam


Pembelajaran Menulis Laporan perjalanan Siswa Kelas VIII di SMP
AL-HIDAYAH LEBAK BULUS JAKARTA. Jurnal Skripsi.

Muryani. 2013. Analisis Kesalahan Kata Baku dan Makna Kata Dalam Menulis
Karangan Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas VII Sekolah
Pengalaman Pribadi Pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama
Negeri 4 Kota TanjungPinang. Artikel e-journal (diakses pada tanggal
04 Januari 2017)

Salliyanti. 2013. Analisis Bahasa Baku dan Non Baku Dalam Bahasa Indonesia
pdf (diakses pada tanggal 04 April 2017)

Turistiani, T. 2013. Fitur Kesalahan Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan


Dalam Makalah Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan
Pembelajarannya. Vol : 1, No : 1

Anda mungkin juga menyukai