Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Adsorpsi


Adsorpsi adalah teknik yang efektif untuk pemurnian dan dehidrasi gas dan
sebagai sarana cairan fraksinasi, yang sulit untuk memisahkan dengan lainnya cara
pemisahan (Melo,dkk, 2015). Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat
molekul – molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan
sebagian dari molekul – molekul tadi mengembun pada permukaan padatan tersebut
(Ginting, 2008).
2.1.1 Adsorben
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari
suatu fase fluida. Kebanyakan adsorben adalah bahan – bahan yang sangat berpori
dan adsorbsi berlangsung terutama pada dinding – dinding pori atau pada letak –
letak tertentu didalam partikel itu. Oleh karena pori – pori biasanya sangat kecil
maka luas permukaan dalam menjadi beberapa orde besaran lebih besar daripada
permukaan luar dan bisa mencapai 2000 m/g. Adsorben yang digunakan secara
komersial dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok polar dan non polar
(Rahmayani, dkk, 2013).
2.1.2 Adsorbat
Adsorbat adalah materi yang berada dalam keadaan teradsorp (Novian, dkk,
2010). Adsorbat yang biasa digunakan untuk pendinginan adalah air, metanol, dan
ammonia (Ginting, 2008). Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi
oleh sifat dari adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk
meramalkan komponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben
dengan adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang
bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang
polar (Suci, 2012).

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Adsorpsi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu:
1. Sifat Adsorben
Arang aktif merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sebagian
besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan secara kovalen
(bersifat non polar). Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan
faktor yang penting diperhatikan selain itu jumlah atau dosis arang aktif yang
digunakan, juga diperhatikan.
2. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya
untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa. Adsorpsi akan
bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari
sturktur yang sama. Adsorsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus
fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.
3. Temperatur
Tidak ada peraturan umum yang bisa diberikan mengenai temperatur yang
digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsoprsi
adalah viskositas dan stabilitas termal senyawa serapan.
4. pH (Derajat Keasaman)
Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu
dengan penambahan asam-asam minreal. Ini disebabkan karena kemampuan asam
mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH
asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan
berkurang sebagai akibat terbentuknya garam (Nurwendi, 2012).

2.3 Isoterm Adsorpsi


Hubungan antara jumlah substansi yang diserap oleh adsorbent pada
kesetimbangan pada suhu konstan. Dan juga isoterm adsorpsi biasanya digambarkan
dalam bentuk kurva berupa plot distribusi kesetimbangan adsorbat antara fase padat
dengan fase gas atau cair pada suhu konstan (Novian, dkk, 2010).
Isotherm adsorpsi membantu dalam evaluasi efisiensi adsorpsi adsorben apapun
dan juga memudahkan dalam mengukur ion kolerasi keseimbangan dengan jumlah
adsorbat dalam larutan dan berhubungan kuantum adsorbat teradsorpsi ke materi
sumber daya hayati pada suhu tertentu (Aravind, dkk, 2015).
Isotherm adsorpsi merupakan hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi
(asam asetat) persatuan luas atau persatuan berat adsorben, dengan konsentrasi zat
terlarut pada temperatur tertentu. Isotherm yang terjadi pada percobaan ini adalah
isotherm adsorpsi Freundlich, dimana adsorben mengadsorpsi larutan organik yang
sangat bagus dengan situs-situs heterogen seperti situs Freundlich (Anggraini, 2012)
2.3.1 Isoterm Freudlich
Model ini diterapkan untuk adsorpsi pada heterogen permukaan dengan
interaksi antara molekul teradsorpsi. Penerapan persamaan Freundlich menunjukkan
bahwa energi adsorpsi secara eksponensial menurun pada penyelesaia n pusat
adsorpsi sorben. isoterm ini adalah persamaan empiris dan dapat digunakan untuk
menggambarkan sistem heterogen seperti yang ditunjukkan pada Persamaan
Freudlich (Ali, dkk, 2016).
Freundlich menyatakan teorinya itu dalam suatu persamaan empirik sebagai
berikut:
x
= k C 1⁄n (Suci, 2012)
m

Pada percobaan ini, kita akan mencari besarnya k dan n dengan memplotkan
kurva log C terhadap log (x/m) dengan hubungan sebagai berikut :
x
log m = logk + n. log C (Suci, 2012)

Dimana: X = jumlah zat yang teradsorpsi (gram)


n dan k = konstanta adsorben
m = massa adsorben (gram)
C = konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan
(Suci, 2012)
2.3.2 Isoterm Laugmuir
Langmuir isoterm mendalilkan monolayer adsorpsi pada permukaan yang
seragam dengan jumlah terbatas adsorpsi. Setelah ini diisi, tidak ada penyerapan
tambahan bisa terjadi. Persamaan Linear dari Langmuir Model Isoterm digambarkan
oleh Eq (Ali, dkk, 2016).
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
homogen, energi adsorpsi konstan di semua sisi. Semua proses adsorpsi sama rata di
setiap permukaan adsorben. Setiap sisi adsorben hanya bisa menyerap satu molekul
adsorbat (Novian, dkk, 2010).
Persamaan Laugmuir sebagai berikut :
K L Ce
(Novian, dkk, 2010)
qe = qm
1 + K L Ce
qe = jumlah adsorbat yang teradsorpsi ke dalam adsorben pada keadaan
kesetimbangan
qm = kapasitas adsorben dalam mengadsorpsi
KL = konstanta Langmuir
Ce = konsentrasi adsorbat
(Novian, dkk, 2010)

2.4 Karbon Aktif


Arang aktif atau karbon aktif (AC) adalah umum nama yang diberikan kepada
sekelompok bahan karbon diproduksi untuk memiliki porositas yang sangat maju dan
luas permukaan yang tinggi. Karena kapasitas adsorpsi yang besar, itu adalah bahan
yang telah lama digunakan sebagai adsorben untuk memurnikan, detoksifikasi, filter,
menghitamkan, yang terpisah atau berkonsentrasi bahan cair dan gas di berbagai
bidang seperti makanan, farmasi, kimia, minyak, nuklir dan otomotif industri, dan
juga diterapkan dalam air limbah industri pengolahan dan dalam proses sifat dpt
diminum dari air (Melo,dkk, 2015).
Dalam aktivasi termal, AC dihasilkan dari bahan yang telah dikarbonisasi,
yaitu, prekursor yang sudah diperlakukan panas. Bahan berkarbonisasi diaktifkan di
suhu yang bisa berkisar 600-1200 ° C dalam fluks uap air atau karbon dioksida, atau
campuran keduanya, untuk antara 1 dan 10 jam. gasifikasi menghilangkan karbon
yang materi dalam partikel, sehingga dalam penciptaan pori-pori dan kliring dari
yang sudah ada, yang mengarah ke pengembangan struktur berpori dari bahan
(Melo,dkk, 2015).

Anda mungkin juga menyukai