Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
LEMBAR PENGESAHAN
CASE BASE DISCUSSION
RINOFARINGITIS KRONIK HIPERTROFI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas
Kepaniteraan Klinik Departemen THT Rumah Sakit Tk.II
dr. Soedjono Magelang
Oleh :
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini. Penulis berharap agar laporan ini dapat
dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan dan instasi.
Dalam penyelesaian laporan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Mayor CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT
2. Teman-teman Departemen stase THT yang selama ini selalu memberikan dukungan
Penulis menyadari bahwa selama penulisan ini, penulis masih mempunyai banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan untuk menyempurnakan
laporan ini.
Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
II.2. ANAMNESIS
• Keluhan Utama : tenggorokan terasa kering
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli THT RST dr.Soedjono tanggal 9 Mei 2014 dengan keluhan
tenggorokan terasa kering yang tak kunjung sembuh sejak 5 bulan yang lalu, nyeri
waktu menelan. Pasien mengaku sejak 2 bulan sering serak dan berat jika digunakan
untuk berbicara. Beberapa bulan terahir sering batuk dan pilek.
TELINGA
Bagian Auricula Dextra Sinistra
Bentuk normal, Bentuk normal
Auricula nyeri tarik (-) nyeri tarik (-)
nyeri tragus (-) nyeri tragus (-)
Bengkak (-) Bengkak (-)
Pre auricular nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
fistula (-) fistula (-)
Bengkak (-) Bengkak (-)
Retro auricular
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Bengkak (-) Bengkak (-),
Mastoid
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Serumen (-) Serumen (-)
CAE hiperemis (-) hiperemis (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Membran
Retraksi (-) Retraksi (-)
timpani
HIDUNG DAN SINUS PARANASAL
Luar: Kanan Kiri
Bentuk Normal Normal
Sinus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Inflamasi/tumor (-) (-)
TENGGOROKAN
Lidah Ulcus (-) Stomatitis (-)
Uvula Bentuk normal, di tengah, hiperemis (-)
Tonsil Dextra Sinistra
Ukuran T1 T1
Permukaan Rata Rata
Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kripte Melebar (-) Melebar (-)
Detritus (-) (-)
Faring Mukosa sedikit hiperemis (+), dinding tidak rata,
granular (+)
Rinoskopi Post nasal drip (-)
anterior
Laringoskop Plika vocalis menebal, dan terdapat oedem di plica
indirect vocalis
II.4. RINGKASAN
o Anamnesis
RPS
o Tenggorokan terasa kering (+)
o Disfagia (+)
o Skret serous (+)
o Suara parau (+)
o Berat jika berbicara (+)
o Demam (-)
RPD
o Pasien dalam 5 bulan terahir sering mengalami keluhan serupa Pemeriksaan Fisik
1. Hidung
Rhinoskopi anterior
o Mukosa dextra et sinistra : hiperemis (+), oedem (+)
o Konka media dan inferior nasalis dextra et sinistra :
Hiperemis (+)
o Sekret serous (+)
o Deviasi septum (-)
o Hidung tersumbat (+)
2. Tenggorok
o Faring :
- mukosa sedikit hiperemis
- dinding tidak rata
- granular (+)
o Laring
Penebalan plica vocalis , terdapat oedem pada plica vocalis
II.5. USULAN PEMERIKSAAN
Kultur bakteri+ sensitivitas test
Terapi Operatif
Faringoplasty
II.9. EDUKASI
Minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter
Kumur-kumur setelah habis makan rutin
Meningkatkan kondisi badan dengan asupan gizi yang cukup, serta istirahat yang
cukup
Jangan banyak berbicara
II.10. PROGNOSA:
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionales : dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Rinitis
A. Rinitis Akut
Rinitis akut adalah radang akut pada mukosa hidung yang disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri. Selain itu, rinitis akut dapat juga timbul sebagai reaksi sekunder akibat iritasi lokal
atau trauma. Penyakit ini seringkali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Yang termasuk
ke dalam rinitis akut diantaranya adalah rinitis simpleks, rinitis influenza dan rinitis bakteri
akut supuratif.
1) Rinitis Simpleks
Rinitis simpleks disebut juga pilek, salesma, common cold, dan coryza. Penyakit ini
merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada manusia.(2)
Etiologi
Penyebab rinitis simpleks ialah beberapa jenis virus, yang diklasifikasikan berdasarkan
komposisi biokimia virus. Virus RNA termasuk kelompok seperti rinovirus, virus influenza,
parainfluenza, dan campak. Sedangkan virus DNA termasuk kelompok adenovirus dan
herpes virus.(2)
Gambaran Klinik
Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam, didapatkan rasa panas, kering dan
gatal di dalam hidung. Kemudian memasuki stadium pertama yang biasanya terbatas tiga
hingga lima hari. Pada stadium ini timbul bersin berulang-ulang, hidung tersumbat, sekret
hidung mula-mula encer dan banyak, kemudian menjadi mukoid, lebih kental dan lengket.
Biasanya disertai demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan
membengkak. (1)
Penyakit dapat berakhir pada stadium pertama, namun pada kebanyakan pasien penyakit
berlanjut ke stadium invasi bakteri yang ditandai dengan suatu rinore purulen, sumbatan di
hidung bertambah, demam, sensasi kecap dan bau berkurang dan sakit tenggorokan. Stadium
ini dapat berlangsung hingga dua minggu.
Terapi
Terapi terbaik pada rinitis virus tanpa komplikasi adalah istirahat, obat-obatan simtomatis
seperti analgetika, antipiretik dan dekongestan.(1) Selama fase infeksi bakteri sekunder, dapat
diberikan antibiotika.(2)
2) Rinitis Influenza
Etiologi
Gambaran Klinik
Gejala yang sering timbul ialah sekret hidung berair, dan hidung tersumbat. Lebih sering
terjadi infeksi bakteri sekunder dan nekrosis epitel bersilia dibandingkan common cold.(2)
Terapi
Terapi rinitis influenza tidak ada yang spesifik, sama dengan rinitis simpleks, terapi terbaik
adalah istirahat, analgetika, antipiretik dan dekongestan, serta antibiotika bila terdapat infeksi
sekunder.
Etiologi
Penyebab rinitis bakteri akut supuratif adalah Pneumococcus, Staphylococcus, dan
Streptococcus.(2)
Gambaran Klinik
Rinitis bakteri akut supuratif merupakan infeksi bakteri sekunder pada rinitis virus. Pada
orang dewasa seringkali disertai sinusitis bakterialis, dan pada anak sering disertai
adenoiditis. Namun pada anak kecil dapat terjadi rinitis bakterialis primer yang gejalanya
mirip common cold.(2)
Terapi
Terapi yang tepat adalah antibiotika, obat cuci hidung, dekongestan dan analgesik.
1. B. Rinitis Kronis
Yang termasuk dalam rinitis kronis adalah rinitis hipertrofi, rinitis sika dan rinitis spesifik.
Meskipun penyebabnya bukan radang, rinitis vasomotor dan rinitis medikamentosa juga
dimasukkan dalam rinitis kronis.
1) Rinitis Hipertrofi
Etiologi
Rinitis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus, atau sebagai
lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor.
Gambaran Klinis
Gejala utama adalah sumbatan hidung. Sekret biasanya banyak, mukopurulen dan sering ada
keluhan nyeri kepala. Konka inferior hipertrofi, permukaannya berbenjol-benjol ditutupi oleh
mukosa yang juga hipertrofi. (1)
Terapi
Pengobatan yang tepat adalah mengobati faktor penyebab timbulnya rinitis hipertrofi.
Kauterisasi konka dengan zat kimia (nitras argenti atau asam trikloroasetat) atau dengan
kauter listrik dan bila tidak menolong perlu dilakukan konkotomi.(1)
2) Rinitis Sika
Etiologi
Penyakit ini biasanya ditemukan pada orang tua dan pada orang yang bekerja di lingkungan
yang berdebu, panas dan kering. Juga pada pasien dengan anemia, peminum alkohol, dan gizi
buruk.
Gambaran Klinis
Pada rinitis sika mukosa hidung kering, krusta biasanya sedikit atau tidak ada. Pasien
mengeluh rasa iritasi atau rasa kering di hidung dan kadang –kadang disertai epitaksis.
Terapi
3) Rinitis Spesifik
Rinitis Difteri(1)
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae.
Gambaran klinis
Gejala rinitis difteri akut adalah demam, toksemia, limfadenitis, paralisis, sekret hidung
bercampur darah, ditemukan pseudomembran putih yang mudah berdarah, terdapat krusta
coklat di nares dan kavum nasi. Sedangkan rinitis difteri kronik gejalanya lebih ringan.
Terapi
Terapi rinitis difteri kronis adalah ADS (anti difteri serum), penisilin lokal dan intramuskuler.
Rinitis Atrofi
Etiologi
Ada beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab rinitis atrofi, yaitu infeksi kuman
Klebsiela, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronis, kelainan hormonal dan
penyakit kolagen.(1)
Gambaran Klinis
Rinitis atrofi ditandai dengan adanya atrofi progresif mukosa dan tulang hidung. Mukosa
hidung menghasilkan sekret kental dan cepat mengering, sehingga terbentuk krusta yang
berbau busuk. Keluhan biasanya nafas berbau, ingus kental berwarna hijau, ada krusta hijau,
gangguan penghidu, sakit kepala dan hidung tersumbat.
Terapi
Karena etiologinya belum diketahui maka belum ada pengobatan yang baku. Pengobatan
dapat diberikan secara konservatif dengan memberikan antibiotika berspektrum luas, obat
cuci hidung, vitamin A dan preparat Fe. Jika tidak ada perbaikan maka dilakukan operasi
penutupan lubang hidung untuk mengistirahatkan mukosa hidung sehingga mukosa menjadi
normal kembali. (1)
Rinitis Sifilis
Etiologi
Gambaran klinis
Gejala rinitis sifilis yang primer dan sekunder serupa dengan rinitis akut lainnya. Hanya pada
rinitis sifilis terdapat bercak pada mukosa. Sedangkan pada rinitis sifilis tertier ditemukan
gumma atau ulkus yang dapat mengakibatkan perforasi septum. Sekret yang dihasilkan
merupakan sekret mukopurulen yang berbau.
Terapi
Rinitis Tuberkulosa
Etiologi
Gambaran Klinis
Terdapat keluhan hidung tersumbat karena dihasilkannya sekret yang mukopurulen dan
krusta. Tuberkulosis pada hidung dapat berbentuk noduler atau ulkus, jika mengenai tulang
rawan septum dapat mengakibatkan perforasi.(3)
Terapi
Rinitis Lepra
Etiologi
Gambaran Klinis
Gangguan hidung terjadi pada 97% penderita lepra. Gejala yang timbul diantaranya adalah
hidung tersumbat, gangguan bau, dan produksi sekret yang sangat infeksius Deformitas dapat
terjadi karena adanya destruksi tulang dan kartilago hidung.(3)
Terapi
Pengobatan rinitis lepra adalah dengan pemberian dapson, rifampisin dan clofazimin selama
beberapa tahun atau dapat pula seumur hidup.
Rinitis Jamur
Etiologi
Gambaran Klinis
Pada aspergilosis yang khas adalah sekret mukopurulen yang berwarna hijau kecoklatan.
Pada mukormikosis biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri kepala, demam,
oftalmoplegia interna dan eksterna, sinusitis paranasalis dan sekret hidung yang pekat, gelap,
dan berdarah.
Terapi
Untuk terapinya diberikan obat anti jamur, yaitu amfoterisin B dan obat cuci hidung.
4) Rinitis Vasomotor
Etiologi
Rinitis vasomotor adalah gangguan fisiologi mukosa hidung yang disebabkan oleh
bertambahnya aktivitas parasimpatis. Saraf otonom mukosa hidung berasal dari n. vidianus
yang mngandung serat saraf simpatis dan parasimpatis. Rangsangan pada saraf parasimpatis
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dalam konka serta meningkatkan permeabilitas kapiler
dan sekresi kelenjar. Rangsangan simpatis sebaliknya. Keseimbangan vasomotor ini
dipengaruhi berbagai faktor yang berlangsung temporer seperti emosi, posisi tubuh,
kelembaban udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani, dsb. Pada pasien rhinitis vasomotor,
saraf parasimpatis cenderung lebih aktif.
Gambaran Klinis
Gejala dari rinitis vasomotor adalah hidung tersumbat tergantung posisi pasien, rinore yang
mucus/serus, jarang disertai bersin dan gatal pada mata, gejala memburuk pada pagi hari
karena adanya perubahan suhu. Mukosa hidung edema, merah gelap, permukaan konka licin
atau berbenjol, sekret mukoid.
Terapi
Pengobatan yang tepat untuk rinitis vasomotor adalah dengan menghindari penyebab,
memberikan obat simtomatis (dekongestan oral, kauterisasi konka yang hipertrofi,
kortikosteroid topikal), konkotomi konka inferior, neurektomi n. Vidianus. (1)
5) Rinitis Medikamentosa
Etiologi
Rinitis medikamentosa adalah kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor
sebagai akibat pemakaian vasokontriktor topical dalam waktu lama dan berlebihan sehingga
menyebabkan sumbatan hidung yang menetap.
Obat vasokonstriktor topikal dari golongan simpatomimetik akan menyebabkan siklus nasal
terganggu dan dakan berfungsi kembali bila pemakaian dihentikan. Pemakaian vasokontriktor
topical yang berulang dan waktu lama akan menyebabkan terjadinya fase dilatasi ulang
(rebound dilatation) setelah vasokontriksi, sehingga timbul obstruksi. Bila pemakaian obat
diteruskan maka akan terjadi dilatasi dan kongesti jaringan, perttambahan mukosa jaringan
dan rangsangan sel-sel mukoid sehingga sumbatan akan menetap dan produksi sekret
berlebihan.
Gambaran Klinis
Pada rhinitis medikamentosa terdapat gejala hidung tersumbat terus menerus, berair, edema
konka.
Terapi
1. Definisi
Rinitis akut merupakan infeksi saluran napas atas terutama hidung, umumnya disebabkan
oleh virus. Sebagian besar yang mencakup virus, meliputi rhinovirus, Respiratory syncytial
viruses (RSV), virus parainfluenza, virusinfluenza, dan adenovirus.
1. 2. Penyebab
Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting ialah rhinovirus.
1. 3. Gejala Klinis
Permulaan penyakit ini biasanya tiba-tiba dan ditandai dengan rasa kering, gatal, atau rasa
panas di hidung atau nasofaring. Segera timbul menggigil dan malaise, disertai dengan bersin
dan ingus encer. Pada saat ini biasanya tidak disertai demam. Sering terasa nyeri kepala
ringan atau perasaan penuh di antara kedua mata.
Penyakit ini akan berkembang pesat dalam waktu 48 jam dan ditandai dengan suara serak,
mata berair, ingus encer dan berkurang atau hilangnya penciuman dan pengecapan. Gejala
yang paling mengganggu pada pasien ini ialah hidung yang tersumbat. Rasa nyeri yang tidak
terlalu berat disekitar dahi, mata dan kadang-kadang pipi, berhubungan dengan
pembengkakan mukosa hidung.
1. 4. Pencegahan
Tidak ada vaksin efektif melawan colds, dan infeksi tidak mempertimbangkan imunitas.
Pencegahan tergantung kepada
1. 5. Pengobatan
Tidak ada terapi spesifik untuk rhinitis akut, selain istirahat dan pemberian obat-obat
simtomatik, seperti analgetika, antipiretika dan obat dekongestan. Antibiotik hanya diberikan
bila terdapat infeksi sekunder oleh bakteri.
Dekongestan oral mengurangi sekret hidung yang banyak, membuat pasien merasa lebih
nyaman, namun tidak menyembuhkan. Pemberian obat simtomatik oral sangat efektif dengan
diberikan 4 jam sekali, suatu kapsul yang terdiri dari :
Efedrin sulfat 0,015 g
Pentobarbital 0,015 g
Asam asetil salisilat* 0,300 g
II. Faringitis
Definisi : Peradangan dinding faring disebabkan oleh virus, bakteri, alergi,
trauma, toksin
Klasifikasi, Gejala dan Tanda
1. Faringitis Akut
Faringitis viral penyebabnya : adenovirus, cytomegalovirus,
EBV.
Gejala dan tanda : Demam disertai rinore, mual, nyeri tenggorok
dan sulit menelan
Faringitis bakteri penyebabnya: streptokokkus beta-hemoliticus.
Gejala dan tanda : nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai
demam suhu tinggi, faring tonsilhiperemis, timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfe leher anterior
membesar, kenyal dan nyeri
Faringitis fungal : Penyebab : Candida
Gejala dan tanda : Nyeri menelan, nyeri tenggorok, plak putih pd
orofaring, dan mukosa faring hiperemis
Faringitis gonore terjadi pada pasien yang melakukan kontak
orogenital
2. Faringitis Kronik
Faringitis kronik hiperplastik Terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring
Gejala : tenggorokan kering, gatal, batuk berdahak
Pemeriksaan : tampak mukosa dinding posterior tidak rata
bergranular
Faringitis kronik atrofi Sering timbul bersamaan dengan rinitis
atrofi
Gejala : tenggorokan terasa kering dan tebal, mulut berbau
Pemeriksaan : mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan
bila diangkat tampak mukosa kering
3. Faringitis Spesifik
Faringitis Luetika ada 3 stadium :
Stadium Primer Terdapat pada lidah, palatum mole,tonsil
& dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan.
Lama terbentuk ulkus di daerah faring, tidak nyeri, pem
kel.mandibula
Stadium Sekunder Eritema pada dinding faring yang
menjalar ke arah laring
Stadium Tersier Terdapat guma. Predileksi : tonsil dan
palatum
Faringitis Tuberkulosis
Proses sekunder dari TB paru
Gejala
Keadaan umum pasien buruk : anoreksia dan odinofagia
Nyeri hebat ditenggorok
Nyeri ditelinga atau otalgia
Pembesaran KGB servikal
Diagnosis
Pemeriksaan sputum BTA
Biopsi jaringan yang terinfeksi
Terapi
Sesuai terapi TB
Patofisiologi
Laringitis