Anda di halaman 1dari 6

a.

Indonesia

Undang-undang yang melarang tindakan anti persaingan ini muncul sebagai


konsekuensi dari dampak buruk krisis ekonomi yang terjadi di negara Asia Timur pada tahun
1997 dalam perekonomian di Indonesia. Undang-undang ini juga dibuat atas respon Amerika
sebagai pertukaran atas bantuan keuangan dari International Monetary Fund (IMF) untuk
menyelesaikan neraca pembayaran dan krisis rupiah. Sebagai bagian dari persyaratan,
Indonesia juga. menandatangani the Letter of Intentuntuk berkomitmen “menyelenggarakan
persaingan dalam ekonomi domestik dengan mempercepat privatisasi dan memperluas peran
sektor swasta dalam penyediaan infrasktruktur (IMF, 1997).
Dengan latar belakang demikian, maka disadari bahwa pembubaran ekonomi yang
dikuasai negara dan perusahaan monopoli saja tidak cukup untuk membangun suatu
perekonomian yang bersaing. Oleh karena itu dibentuklah Undang-Undang Persaingan di
Indonesia yaitu Undang-undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Hukum persaingan usaha yang berlaku di Indonesia adalah Undang- undang No.5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dalam peraturan
tersebut yang dimaksud dengan persaingan usaha tidak sehat mencakup perjanjian yang dilarang,
kegiatan yang dilarang dan penyalahgunaan posisi dominan.
UU No.5 Tahun 1999 berlaku untuk semua "pelaku usaha", yang didefinisikan oleh Pasal
1 (5) UU No.5 Tahun 1999 sebagai "individu atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum atau tidak, yang didirikan dan kegiatan usaha yang berkedudukan atau melakukan
kegiatan usaha dalam yurisdiksi Republik Indonesia, baik secara mandiri maupun bersama-sama
berdasarkan kesepakatan, melakukan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi ". Oleh
karena itu, berlaku untuk setiap pelaku usaha yang melakukan bisnis di Indonesia, termasuk,
antara lain, BUMN dan anak perusahaan asing.
Ketentuan pengecualian yang diatur dalam undang-undang persaingan usaha Indonesia
(Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat) secara eksplisit yaitu berjumlah dua belas kategori pengecualian, yang terdiri dari joint ,
bertujuan melaksanakan peraturan perundang-undangan, hak atas kekayaan intelektual dan
waralaba, penetapan standar teknis produk, keagenan, penelitian, perjanjian internasional yang
telah diratifikasi, ekspor, pelaku usaha yang usaha kecil, koperasi, serta monopoli oleh
pemerintah.

b. Singapura
Di Singapura berlaku undang-undang persaingan usaha Singapura (Singapore Competition
Act 2004 (Chapter 50B)). Sebelum berlakunya Competition Act 2004, tidak ada aturan yang
berkenaan terhadap larangan tindakan anti-kompetitif dalam sistem hukum di Singapura.
Tiga perkembangan yang signifikan dan terkait erat dengan perkembangan persaingan di
Singapura terjadi di antara tahun 2000 dan 2003 menjelang diberlakukannya Competition
Act 2004. Perkembangan pertama berkaitan dengan liberalisasi kebijakan yang dikenalkan
Singapura pada akhir dekade sebelumnya dalam berbagai sektor monopoli di perekonomian
sebelumnya. Perkembangan kedua melibatkan laporan yang dibuat oleh beberapa orang yang
ditunjuk oleh Pemerintah untuk menjadi Economic Review Committee yang membuat
beberapa rekomendasi tentang kebijakan nasional apa yang dibutuhkan oleh Singapura untuk
mencapai kemajuan ekonomi di milenium baru. Perkembangan ketiga membentuk bagian
penting dari latar belakang Hukum Persaingan Singapura yang baru, terhubung
dengan perjanjian bilateral.
Ketentuan pengecualian dan pembebasan yang diatur dalam undang-undang
persaingan usaha Singapura (Singapore Competition Act 2004 (Chapter 50B)) secara
eksplisit yaitu berjumlah dua belas kategori pengecualian dan pembebasan, yang terdiri dari
pemerintah dan suatu badan yang ditentukan oleh undang-undang, kepentingan ekonomi
umum, sesuai dengan persyaratan perundang-undangan, menghindari konflik dengan
kewajiban internasional, kebijakan publik, diatur dalam undang-undang lain, aktivitas
tertentu, clearing house, perjanjian vertikal, net economic benefit, pembebasan terhadap
merger tertentu, pembebasan terhadap kategori perjanjian tertentu (block exemption).
Selanjutnya pengecualian yang ditunjukkan dari Commission Competition of Singapore
Guidelines. Pada CCS Guidelines menunjukkan bahwa kebijakan hukum persaingan usaha
Singapura juga memberikan pengecualian terhadap usaha kecil dan menengah, penetapan
standar teknis. Berikutnya terdapat pengecualian yang diberikan secara implisit, yaitu
terhadap waralaba dan keagenan.
c. Malaysia

Malaysia mengambil langkah signifikan dengan ditetapkannya Competition Act 2010


(CA2010). Undang-undang ini pada dasarnya adalah hukum nasional Malaysia yang
pertama kali mengatur persaingan (antitrust law) secara komprehensif. Dengan berlakunya
hukum tersebut, sekarang Malaysia memiliki instrumen penting dalam kebijakan persaingan.
Tujuan utama dari hukum persaingan adalah “untuk mendorong pembangunan
ekonomi dengan menggalakkan dan melindungi proses persaingan”. Aspek utama dari
tujuan ini adalah kesejahteraan konsumen yang akan ditingkatkan dengan melarang
perilaku anti persaingan usaha. CA2010 bersama dengan Consumer Protection Act 1999
(CPA1999) dapat dianggap sebagai dua pilar utama perlindungan konsumen di Malaysia.
Dibutuhkan waktu lebih dari dua dekade bagi Malaysia untuk mengimplementasikan
hukum nasional persaingan usahanya secara komprehensif. Meskipun demikian, sementara
berlakunya CA2010 sendiri merupakan prestasi besar, ukuran kesuksesan yang
sesungguhnya terletak pada efektivitas pelaksanaannya. Proses penegakan hukum persaingan
tidak dapat diterima begitu saja. Thailand, salah satu negara yang paling awal di kawasan
Asia Tenggara yang memberlakukan undang-undang persaingan (pada tahun 1999), tidak
membuat banyak kemajuan dalam penegakan hukumnya.
CA2010 ini mengatur ketentuan tentang perjanjian anti kompetisi yang bersifat
horizontal dan vertikal (Pasal 4) serta penyalahgunaan posisi dominan (Pasal 10). Dalam
Pasal 4 dari CA2010, perjanjian horizontal anti-kompetisi yang per se illegal termasuk
penetapan harga, pengendalian pangsa pasar / produksi / distribusi dan persekongkolan
tender. Namun, meskipun tindakan seperti itu dilarang, perusahaan yang terlibat dalam
praktik bisnis tersebut dapat dibebaskan dari hukuman (memberikan manfaat bagi
masyarakat karena melebihi biaya mereka). Pengecualian individual (untuk perjanjian
tertentu) atau pengecualian blok (untuk kategori perjanjian) juga dapat diterapkan. Ini berarti
bahwa mungkin ada ruang untuk beberapa fleksibilitas dalam penegakan perjanjian
horizontal anti- kompetisi. Berbagai perjanjian vertikal anti-kompetisi (misalnya resale
price maintenance agreements, exclusive agreement, tie-in sale agreement dan lain
sebagainya) tidak tercantum dalam Undang-Undang. Padahal perjanjian tersebut disebutkan
dalam pedoman perjanjian anti persaingan. Larangan penyalahgunaan posisi dominan dalam
Pasal 10 dari Undang-Undang termasuk antara lain, pemberlakuan harga transaksi yang
tidak adil, penolakan untuk memasok, redatory pricing dan strategi pencegahan masuk.
Meskipun Undang-undang persaingan di Malaysia memiliki karakteristik yang serupa
dengan hukum persaingan di negara lain (dalam hal perilaku persaingan yang dilarang), ada
beberapa perbedaan mendasar yaitu tidak adanya ketentuan tentang merger. Dari lima negara
ASEAN yang telah menerapkan hukum persaingan sampai saat ini, Malaysia adalah
satu-satunya negara yang memilih untuk tidak menyertakan kontrol merger dalam hukum
persaingannya.
Dalam penegakan CA2010, dibentuk sebuah otoritas lembaga pengawas persaingan
yaitu Malaysia Competition Commission (MyCC). Komisi Persaingan Malaysia (MyCC)
adalah badan independen yang dibentuk berdasarkan Competition Commission Act 2010
(CCA2010) untuk menegakkan CA2010 dan mulai beroperasi pada Juni 2011. Peran
utamanya adalah untuk melindungi proses yang kompetitif untuk kepentingan bisnis,
konsumen dan ekonomi.
Ketentuan pengecualian dan pembebasan yang diatur dalam undang-undang
persaingan usaha Malaysia (Malaysian Competition Act 2010) secara ekplisit yaitu berjumlah
tujuh kategori pengecualian dan pembebasan, yang terdiri dari kegiatan pemerintah, prinsip
solidaritas, diatur dalam undang-undang masing-masing sektor, pembebasan
(individual/block exemption), sesuai dengan persyaratan perundang-undangan, collective
bargaining, kepentingan ekonomi umum. Selain itu juga terdapat pengecualian atau
pembebasan yang diberikan secara implisit yaitu penetapan standar teknis, penelitian dan
pengembangan, dan net economic benefit.

d. Thailand
Thailand (bersama dengan Indonesia pada tahun 1999) adalah salah satu negara ASEAN
yang pertama kali mengimplementasikan hukum persaingan. Pertumbuhan ekonomi yang
pesat yang terjadi di Thailand dari 1987 sampai 1990 , membuat struktur ekonomi di
Thailand berubah drastis. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan Thailand (MOC)
membentuk suatu Komite Kerja yang terdiri dari pejabat MOC dan profesor universitas
untuk memeriksa apakah Price Fixing yang ada dan Anti-Monopoly Act 1979 (PFA) masih
cocok untuk struktur ekonomi yang sudah melalui periode pertumbuhan yang luar biasa.
Prinsip-prinsip hukum Thailand mengenai isu-isu anti-persaingan diatur dalam Trade
Competition Act, BE 2542 Tahun 1999 (TCA). Inti dari TCA berfokus pada Bab III, Pasal
25-29 (Anti Monopoli).

Ketentuan pengecualian dan pembebasan yang diatur dalam undang-undang


persaingan usaha Thailand (The Trade Competition Act B.E. 2542 Tahun 1999) secara
ekplisit yaitu berjumlah tiga kategori pengecualian dan pembebasan, yang terdiri dari
pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara, kelompok petani dan koperasi, pembebasan
terhadap perjanjian tertentu dan merger tertentu. Selain itu terdapat pengecualian yang
diberikan secara implisit, yaitu pengecualian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kebijakan publik.

e. Vietnam
Hukum Persaingan Vietnam diundangkan untuk pertama kalinya pada tanggal 9
November 2004 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2005 yaitu (The Law on Competition
(Law No. 27/2004)). Penerapan undang-undang ini selanjutnya berurusan dengan berbagai
masalah UU Persaingan secara lebih rinci. Semua bentuk pelanggaran UU Persaingan
ditangani oleh dua badan utama yaitu Vietnam Competition Authority (VCA) dan Vietnam
Competition Council (VCC). VCA merupakan sebuah departemen yang dibentuk di bawah
Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan didelegasikan untuk menerapkan lingkup
yang luas dari tugas dan wewenang.
Pada undang-undang persaingan usaha Vietnam (The Law on Competition (Law No.
27/2004)), tidak memberikan pengecualian terhadap perjanjian dan/atau perbuatan atau
sektor tertentu, namun undang-undang ini memberikan pembebasan terhadap perjanjian
tertentu dan konsentrasi pasar yang melebihi ambang batas. Dengan memenuhi kategori
selayaknya pengecualian pada negara-negara lain, yang secara eksplisit diatur yaitu UKM,
ekspor, standar teknis, merger tertentu, dan kategori perjanjian tertentu, serta secara implisit
yaitu kebijakan publik dan net economic benefit.
Kesimpulan : Bahwa berdasarkan analisis perbandingan kelima undang-undang persaingan
usaha maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa perbedaan yaitu, pertama beberapa
jenis kategori-kategori pengecualian atau pembebasan yang diatur, serta jumlah kategori
pengecualian atau pembebasan yang diberikan oleh setiap negara, kedua Indonesia hanya
mengatur mengenai pengecualian, Singapura, Malaysia, dan Thailand mengatur mengenai
pengecualian maupun pembebasan, Vietnam hanya mengatur mengenai pembebasan, ketiga
pengecualian di Indonesia seluruhnya disebutkan secara ekplisit dalam undang-undang
persaingan usahanya, Singapura mengatur secara eksplisit dalam undang-undang persaingan
usahanya dan mengatur pada pedoman komisi persaingan usahanya, serta mengatur secara
implisit atau secara tidak langsung melalui pengecualian lain yang telah ada, Malaysia,
Thailand, dan Vietnam mengatur secara eksplisit dalam undang-undang persaingan usahanya
dan secara implisit atau secara tidak langsung melalui pengecualian lain yang telah ada,
keempat latar belakang yang menjadikan adanya pengecualian atau pembebasan pada suatu
negara, kelima adanya pengaturan pengecualian yang diatur secara rinci dan ada yang tidak
diatur secara rinci, keenam dalam kategori pengecualian yang sama, pengaturan di suatu
negara ada yang lebih luas mencakupnya, dan ada yang lebih sempit, ketujuh syarat-syarat
yang harus dipenuhi, sehingga kategori tersebut dapat dikecualikan atau dibebaskan.

http://repository.unair.ac.id/13773/12/12.%20Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai