Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang (Menjawab alasan dilakukannya stula)
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan Studi Lapang (STULA) ini dilaksanakan di 4 tempat berbeda
diantaranya; PT. Yakult Indonesia Persada yang bertempat di Ngoro Mojokerto,
PT. Sinar Sosro yang bertempat di Mojosari Mojokerto, PT. Sidomuncul yang
bertempat di Ungaran Semarang dan terakhir adalah di PT. Coca Coca Amatil yang
bertempat di Bawen Semarang. Rangakaian kegiatan Studi Lapang (STULA) mulai
dilaksanakan pada tanggal 7 September – 9 September 2016 sesuai dengan hari dan
jam kerja yang berlaku pada keempat perusahaan tersebut.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang digunakan pada Praktek Kerja Lapang ini terbagi
menjadi dua, yaitu :
1) Data Primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber pertama
yaitu individu atau perseorangan yang membutuhkan pengelolaan lebih lanjut
seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner. Sumber data yang
diperoleh melalui (Wandansari, 2013):
a. Observasi, merupakan pengamatan atas aktivitas perusahaan sehingga dapat
mengumpulkan data, informasi serta fakta yang sesuai dengan kondisi di
lapang.
b. Partisipasi, merupakan metode pengumpulan data dengan ikut serta secara
langsung maupun tidak langsung pada berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan kerja lapang.
c. Wawancara (Interview), merupakan kegiatan pengumpulan data untuk
memperoleh informasi yang hanya dapat didapat dengan bertanya langsung
kepada responden.
d. Studi dokumentasi, metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data
dengan mencatat data-data yang sudah ada. Dokumen tersebut meliputi
laporan dana tau berbagai artikel dari majalah, koran atau jurnal yang
berkaitan dengan topik penelitian.
e. Studi pustaka, penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder
yaitu data yang merupakan faktor penunjang yang bersifat teoritis
kepustakaan.
2) Data Sekunder, merupakan data sekunder yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan dengan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Data
sekunder diperoleh melalui studi pustaka maupun laporan-laporan penelitian
yang sudah ada.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Manajemen Pemasaran


4.1.1 PT Yakult Indonesia Persada
4.1.1.1 Pemasaran
Konsep pemasaran yaitu suatu filosofi untuk memadu seluruh perusahaan agar
memuaskan pelanggan sambil mendapatkan keuntungan. Proses manajemen pemasaran
merupakan proses perencanaan aktivitas pemasaran, pengarahan implementasi serta
pengelolaan rencana-rencana tersebut (Cannon dkk, 2008). Proses pemasaran dimulai jauh
sebelum barang-barang diproduksi. Keputusan-keputusan dalam pemasaran harus dibuat
untuk menentukan produknya, pasarnya, harganya serta promosinya.
Dari definisi diatas, pemasaran menjadi bagian penting dalam suatu perusahaan
industri baik barang maupun jasa untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen serta mencapai tujuan perusahaan. Pemasaran dimulai dari upaya memenuhi
kebutuhan manusia yang kemudian tumbuh menjadi keinginan manusia. Suatu industri
juga harus memiliki strategi pemasaran yang tepat. Dalam manajemen pemasaran suatu
industri, yang dibutuhkan ialah merancang strategi pemasaran dan juga menganalisis suatu
bauran pemasaran dan analisa SWOT yang terdapat pada perusaan tersebut.

4.1.1.2 STP
4.1.1.2.1 Segmenting
Segmentasi adalah membagi sebuah pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli
dengan keinginan, karakteristik atau perilaku yang berbeda-beda. Segmentasi pasar adalah
proses membagi keseluruhan pasar untuk produk tertentu atau kategori produk tertentu
kedalam segmen yang relative homogeny atau kedalam kelompok. Terdapat empat
pembagian pasar menurut Kotler yang dikutip oleh Tania dan Diah (2014):
a. Geografi
b. Demografi
c. Psikografis
d. Perilaku

4.1.1.2.2 Targeting
Targeting pasar merupakan menyeleksi pasar sasaran sesuai dengan kriteria-
kriteria tertentu dan menjangkau pasar sasaran untuk mengkomunikasikan nilai. Produk
dari targeting adalah target market (pasar sasaran), yaitu saru atau beberapa segmen pasar
yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran (Karamoy, 2013)
4.1.1.2.3 Positioning
Positioning merupakan usaha para pemasar untuk menanamkan image perusahaan
atau produk kedalam benak konsumen (Kembuan dkk, 2014).

4.1.1.3 Bauran Pemasaran 4P


4.1.1.3.1 Produk
4.1.1.3.2 Price
4.1.1.3.3 Placement
4.1.1.3.3 Promotion

4.1.2 PT Sinar Sosro


4.1.3 PT Sidomuncul
4.1.4 PT Coca Cola Amatil

4.2 Pengendalian Mutu


4.2.1 PT Yakult Indonesia Persada
4.2.1.1 Pengendalian Mutu Proses Produksi
Suatu produk dikatakan baik ketika prosesnya terjaga dari kontaminasi.
Penyimpangan dalam suatu proses dapat dikendalikan dengan adanya prosedur tertentu.
Oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian mutu dalam proses produksi untuk
menjaga kualitas produk. Dalam prosesnya untuk menghasilkan mutu yang terbaik
diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan produk, manusia,
proses dan lingkungan. Telah diketahui bahwa konsumen yang sangat puas atau senang
dengan sebuah produk akan memiliki ikatan emosional bukan sekedar preferensi rasional,
namun juga loyalitas yang tinggi. Mutu secara umum didefinisikan sebagai memenuhi atau
melampaui persyaratan pelanggan. Darsono (2013) menyatakan bahwa pengendalian
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi dan operasi
yang dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan
tersebut dapat dikoreksi sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai. Pengendalian mutu
sendiri merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis
dan objektif dalam memantau dan menilai produk atau jasa yang dihasilkan dan
perbandingannya dengan standar yang ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang
ditemukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu.
Mutu yang dipantau pada proses produksi produk Yakult sesuai dengan standar
mutu yang telah ditetapkan di PT Yakult Indonesia Persada dengan menggunakan standar
mutu SNI, ISO, dan sertifikasi Halal. Pengendalian mutu proses produksi produk Yakult
bertujuan agar setiap tahapan proses yang diterapkan dalam proses produksi sesuai dengan
mutu yang telah ditetapkan perusahaan.

4.2.1.2 Pengendalian Mutu Bahan Baku


4.2.1.2.1 Pemilihan Bakteri
Pemilihan bahan baku merupakan tahap awal pada proses produksi. Hal tersebut
untuk menunjang kelancaran proses produksi pembuatan susu fermentasi probiotik di PT
Yakult Indonesia Persada. Pengendalian mutu yang dilakukan pada tahap pemilihan bakteri
yaitu L.Casei Shirota strain. Bakteri L.Casei Shirota strain merupakan bakteri unggul yang
ditemukan oleh Dr. Minoru Shirota pada tahun 1935 dan diteruskan hingga saat ini. Bakteri
L.Casei Shirota strain ini ditemukan dengan mengisolasi berbagai jenis bakteri asam laktat
dan memilih satu jenis bakteri yang bersifat paling tahan terhadap cairan pencernaan.

4.2.1.2.2 Skim
Susu skim (skimmed milk) merupakan susu yang kadar lemaknya telah dikurangi
hingga berada di bawah batas minimal yang ditetapkan. Susu skim juga sering disebut susu
non fat. Pada proses pembuatan susu skim, bagian lemak (krim) susu diambil sebagian atau
seluruhnya. Susu skim kandungan kalorinya lebih rendah dari susu segar (Ide, 2008).
Menurut Badan Standardisasi Nasional susu skim sudah terstandarisasi nasional dengan
nomor SNI 01-2970-2006. Berdasarkan dari hasil observasi di PT Yakult, susu skim
digunakan dalam pembuatan seed starter yang dilarutkan dengan air kemuadian
disetrerilisasi dan di fermentasi dengan penambahan Lactobacillus casei Shirota strain
didalam tangki pembibitan (seed tank).

4.2.1.2.3 Glukosa
Bahan baku glukosa ini digunakan pada proses pembuatan susu fermentasi yang
akan dituang ke dalam Silo Tank. Menurut Mudjajanto, 2013 bahwa glukosa atau dextrose
diperolah dari hidrolisis pati jagung atau singkong. Jenis gula yang derajat kemanisannya
75% ini dapat langsung dipakai oleh ragi sehingga mempercepat proses fermentasi.
Berdasarkan pengamatan bahwa glukosa ini pada produk yakult digunakan sebagai
makanan bakteri L.Casei Shirota strain. Standar mutu gula pada Badan Standarisasi
Nasional di atur pada SNI 01-3140.3-2006.

4.2.1.2.4 Sukrosa
Bahan baku sukrosa pada produk yakult ini digunakan untuk pembuatan sirup atau
proses C yang dituang kedalam Silo Tank. Menurut Paran, 2009 bahwa sukrosa merupakan
gula yang berasal dari tebu atau beet. Bentuknya berupa partikel, halus atau kasar.
Penggunaannya tergantung kebutuhan, partikel halus biasanya dipergunakan untuk icing
sugar, atau filling. Derajat kemanisan dari sukrosa adalah 100. Berdasarkan pengamatan
bahwa sukrosa ini pada produk yakult digunakan sebagai pemanis. Sukrosa (gula rafinasi)
dalam Badan Standarisasi Nasional di atur pada SNI 01-3140.2-2006.

4.2.1.2.4 Sukrosa
Bahan baku sukrosa pada produk yakult ini digunakan untuk pembuatan sirup atau
proses C yang dituang kedalam Silo Tank. Menurut Paran, 2009 bahwa sukrosa merupakan
gula yang berasal dari tebu atau beet. Bentuknya berupa partikel, halus atau kasar.
Penggunaannya tergantung kebutuhan, partikel halus biasanya dipergunakan untuk icing
sugar, atau filling. Derajat kemanisan dari sukrosa adalah 100. Berdasarkan pengamatan
bahwa sukrosa ini pada produk yakult digunakan sebagai pemanis. Sukrosa (gula rafinasi)
dalam Badan Standarisasi Nasional di atur pada SNI 01-3140.2-2006.

4.2.1.2.5 Biji Plastik


4.2.1.2.6 Alumunium foil
Alumunium foil merupakan bahan kemasan alumunium yang padat dan tipis
dengan ketebalan <0.15m. memiliki tinkat kekerasan berbeda, di mana tanda O berarti
sangat lunak, H-n adalah keras (semangkin tinggi bilangan, maka semakin keras). Kemasan
ini hermetis, tidak tembus cahaya, fleksibel dan dapat digunakan sebagai bahan pelapis
atau penguat dilapisi dengan plastik atau kertas (Kaihatu, 2014). Menurut Badan
Standardisasi Nasional alumunium foil sudah terstandarisasi nasional dengan nomor SNI
07-0957-1989. Berdasarkan hasil pengamatan di PT Yakult, alumunium foil digunakan
sebagai penutup kemasan pada yakult.

4.2.1.3 Pengendalian Mutu Proses Produksi


4.2.1.3.1 Pengendalian Mutu Proses Pembibitan
Pada proses pembibitan, bakteri L. casei Shirota strain yang didatangkan dari
Jepang akan diperbanyak dengan menggunakan tangki pembibitan atau ST (Seed Tank)
yang telah disterilkan. Bakteri akan ditambahkan dengan susu skim sebagai media
pertumbuhan bakteri dan glukosa sebagai nutrisi bakteri. Setelah dilarutkan, campuran dari
bakteri, susu skim dan glukosa akan dilairkan ke 5 tangki pembibitan untuk difermentasi
dengan suhu 370C. Hasil dari fermentasi ini akan digunakan untuk pembibitan berikutnya.

4.2.1.3.2 Pengendalian Mutu Proses Pelarutan


Proses pelarutan berawal dengan memasukkan susu skim ke dalam tabung Mixing
Tank yang berkapasitas 32.000 Liter. Kemudian susu skim akan dicampurkan dengan air
yang telah disterilkan terlebih dahulu agar tidak terjadi kontaminasi saat pencampuran.
Pencampuran susu skim dengan air steril dilakukan dengan perbandingan 1:1. Hal ini
dilakukan agar konsentrasi dari susu skim tersebut tidak terlalu pekat untuk proses
selanjutnya. Setelah proses pelarutan sempunrna, larutan difilter dan ditransfer ke mesin
Ultra High Temperatur (UHT) untuk disterilisasi pada temperatur sekitar 120oC. Dari
mesin UHT selanjutnya larutan susu steril ini ditransfer ke Culture Tank.

4.2.1.3.3 Pengendalian Mutu Proses Pengkulturan Bakteri


Bibit dari L.Casei Shirota Strain akan dikulturkan untuk mendapatkan jumlah
bakteri yang telah ditentukan yaitu sekitar 6,5 milyar. Pada ruangan pengkulturan bakteri
terdapat 6 tangki yang digunakan untuk mengkulturkan bakteri L.Casei Shirota Strain
dimana satu tangki mampu menampung kurang lebih 18.000 liter. Tangki CT (Culture
Tank) terlebih dahulu disterilkan untuk kemudian dimasukkan campuran dari susu bubuk
skim, glukosa dan bibit bakteri yang sudah difermentasi sebelumnya. Kemudian, larutan
tersebut akan difermentasi kembali di dalam tangki selama satu minggu dengan suhu 370C.
Tujuan dari proses fermentasi ini adalah untuk mendapatkan asam Yakult (asam laktat).
Hasil akhir dari proses ini adalah Yakult konsentrat (Yakon) yang masih berbentuk
gumpalan susu.

4.2.1.3.4 Pengendalian Mutu Proses Pencampuran


Proses pencampuran dilakukan pada ruang pencampuran. Pada ruangan ini
terdapat tangki ST (Storage Tank) dengan kapasitas 32.000 liter. Tangki ini digunakan
untuk menyatukan atau mencampur semua bahan seperti kultur bakteri L.casei Shirota
strain, susu skim bubuk, glukosa, sirup dan larutan steril hingga menjadi Yakult konsentrat
(Yakon). Sebelum digunakan ST akan disterilkan terlebih dahulu. Mula-mula, hasil
pelarutan dari Culture Tank akan dialirkan ke ST No 3, pada tangki ini telah tertera label
steril, dimana teknik pensterilan yang digunakan yaitu menggunakan sinar UV. Larutan
hasil Yakult yang setengah jadi ini akan diolah dengan mesin Homogenizer yang berguna
untuk melembutkan susu hasil fermentasi (Yakon) yang menggumpal. Setelah itu, Yakon
akan dialirkan pada ST No 4 untuk dicampur dengan sirup dimana hasil dari pencampuran
ini merupakan larutan Yakon yang masih kental namun sudah tidak menggumpal. Larutan
Yakon kemudian dipindahkan ke ST No 2, pada tangki ini larutan kental Yakon akan
masuk ke mesin Blending Pump dan dilakukan proses pengenceran dengan air. Setelah
proses pengenceran selesai maka akan dihasilkan produk akhir yaitu Yakult yang siap
dikonsumsi.

4.2.1.3.5 Pengendalian Mutu Proses Pembuatan Botol


Proses pembuatan botol dilakukan dengan mesin Injection Blow Moulding. Botol
yakult ini terbuat dari plastik (Polystirene resin) dengan proses pemanasan dan pencetakan.
Botol yang diproduksi ditujukan untuk sekali penggunaan. Dalam satu kali cetak, 1 mesin
akan menghasilkan 18 botol yang kapasitasnya 65ml. Dalam 1 jam 1 mesin ini mampu
menghasilkan 11.000 botol. Botol yang telah dicetak akan dialirkan menuju ke tangki
penampungan.

4.2.1.3.6 Pengendalian Mutu Proses Pengemasan


Yakult yang sudah lolos dalam proses pensortiran akan dikemas dalam 2 macam
kemasan. Yang pertama adalah kemasan multi (5 botol/multi), dan yang kedua adalah
kemasan repack (10 multi/repack atau 50 botol/repack). Produk yang telah lolos
pensortiran akan dikemas dengan kemasan multi yang berisi 5 botol/pack. Kemudian botol
akan dikemas lagi dengan kemasan repack yang berisi 10 multi/repack dan akan ditumpuk
dengan mesin khusus hingga mencapai 10.000 botol atau 2.000 repack. Saat telah mencapai
jumlah yang telah ditentukan maka mesin penyusun akan berhenti, dan susunan repack
akan dibawa ke ruang pendingin dengan mesin forklift.

4.2.2 PT Sinar Sosro


4.2.3 PT Sidomuncul
4.2.4 PT Coca Cola Amatil
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai