Anda di halaman 1dari 10

JURNAL TINGKAT SARJANA BIDANG SENIRUPA DAN DESAIN

EKSPLORASI SERAT KAPUK (CEIBA PENTANDRA)


DENGAN TEKNIK TENUN ATBM DAN KEMPA
Petrianika N. Rumeksa 17208017 Dra. Ken Atik Saftyaningsih. M.Ds

Program Studi Kriya, Faskultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB
Email: rheumeksa@gmail.com

Kata Kunci: Jurnal, naskah panduan, penulisan, template

Abstrak

Pesatnya kemajuan industri tekstil menyebabkan pengolahan material alam semakin dicari nilai ke-ekslusifannya. Serat
kapuk merupakan salah satu potensi alam yang banyak tersebar di Indonesia dimana potensinya belum terolah secara
maksimal, sehingga muncul kesadaran untuk memanfaatkan serat kapuk sebagai material alam yang dapat diolah menjadi
bahan tekstil dengan mengangkat nilai kearifan lokal dan sumber daya alam yang belum terolah secara optimal khususnya
sebagai bahan tekstil.

Pengolahan serat kapuk masih belum termanfaatkan dengan maksimal dan belum berkembang dengan baik di Indonesia
maupun di dunia secara global. Dengan adanya laporan ini diharapkan perkembangan pengolahan tekstil mengenai serat
kapuk mengedepankan nilai craftsmanship, dan keunikan melalui Laporan Tugas Akhir “Eksplorasi Serat Kapuk (Ceiba
Petandra) dengan Teknik Tenun ATBM dan Kempa” sehingga mampu meningkatkan nilai pakai dan fungsional serat
kapuk, sebagai komoditi di Indonesia.

Pengolahan serat kapuk dalam laporan ini memakai metode yang ramah lingkungan dengan menggunakan pewarna alam
sebagai potensi yang belum digunakan secara efektif. Dengan teknik tradisional yang digunakan dalam pembuatan reka
rakit dan reka latar serat kapuk yang kental dengan nuansa handmade dan keterbatasan produksi, memungkinkan
terciptanya pengembangan visual yang baik dari segi visual maupun material yang digunakan. Pemilihan material
pendukung yang memperkuat struktur serat kapuk memberikan karakter khusus pada serat kapuk yang telah diolah, dan
turut pula memberikan nilai fungsi yang lebih dan mengangkat potensi serat kapuk dan material pendukungnya.

Eksperimen dan eksplorasi yang dilakukan lebih menggali potensi dan kelayakan serat kapuk sebagai material tekstil yang
dapat dikembangkan menjadi suatu produk yang memiliki nilai khusus. Kelebihan maupun kekurangan serat kapuk yang
diolah memberikan simpulan-simpulan sementara yang dapat di jadikan acuan dan perancangan untuk produk fashion yang
dapat disesuaikan dengan keadaan pasar saat ini masa mendatang serta mampu membaur ditengah kepesatan teknologi
yang berkembang.

Abstract

Processing the natural materials in the rapid progress of the textile industry makes its value more exclusive. Kapok fiber is
one of the natural potential that widely spread in Indonesia but its potential has not been processed maximally. Then came
the awareness to utilize cotton fiber as a natural material that can be processed as a textile material by raising the value of
local wisdom and resources that have not been optimally treated, especially as textile materials.

The processing of cotton fiber is still very low and unwell developed in Indonesia and also the global world. We expected as
a textile craft student that emphasizes the value of craftsmanship, and uniqueness through the Final Report "Exploration of
Kapok Fiber (Ceiba Petandra) by using ATBM Weaving Techniques and Kempa" is able to increase the value of life and the
value of function of cotton fibers, as a commodity in Indonesia.
JURNAL TINGKAT SARJANA BIDANG SENIRUPA DAN DESAIN

The processing of cotton fiber in this report used the environmentally friendly methods by also using the natural dyes such
as a natural potential that has not been used effectively. With the traditional techniques used in their rafts and their
background, the handmade Kapok fiber and the limited production allows for visual development in terms of both visual
and material used.

Selection of material support to strengthen the fiber structure of cotton gives a special character in the treated cotton fibers.
This expected to also increase the function value and raise the potential of cotton fibers and materials.

Experiments and explorations are done to explore more the potential and feasibility of cotton fiber as a textile material that
can be developed into a product that has a special value. Either excess or shortage of cotton fiber is processed to give a
temporary conclusions that can be made in reference for the product design and fashion that can be adapted to the current
market situation and the future will also be able to able to blend in the middle of the growing momentum of technology.

1. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki banyak kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan untuk bahan tekstil, seperti serat-serat alam yang telah
dimanfaatkan sejak zaman nenek moyang hingga saat ini. Salah satunya adalah serat kapuk yang banyak terdapat di
Indonesia khususnya tersebar di pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Barat.

kapuk randu atau kapuk (Ceiba pentandra) adalah pohon tropis yang tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae ,
berasal dari bagian utara dari Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Karibia, dan (untuk varitas C.
pentandra var. guineensis) berasal dari sebelah barat Afrika

Pemakaian serat kapuk pada furnitur sudah semakin jarang dan lebih memilih dakron atau spons busa sebagai gantinya.
Oleh karena itu diperlukan adanya pemanfaatan serat kapuk dengan menjadikan bahan yang bisa dimanfaatkan untuk
produk yang tidak hanya sekedar menjadi pengisi volume, tetapi juga sebagai bahan tekstil yang dapat dimanfaatkan pada
produk fashion. Melihat karakteristik serat kapuk yang unik, bukanlah hal yang tidak mungkin untuk membuatnya menjadi
produk fashion yang memiliki nilai tambah dalam budaya lokal dan alternatif bahan eco-fashion yang berbasis issue
lingkungan dan dapat diterima oleh dunia global.

Teknik tenun dan kempa merupakan pengolahan teknik reka rakit tradisional yang digunakan untuk mengolah serat kapuk
yang syarat akan handmade yang tinggi dan mempertimbangkan tren 2012 yang dikeluarkan oleh BD+A design dalam buku
trend 2012 REMIX yang ditulis oleh Irvan A. Noe’man berisi tema-tema tren 2012 dimana salah satu temannya bertajuk
craftlore dimana bahan-bahan alam mulai diperhitungkan penggunaannya.

Judul yang dipilih sebagai Tugas Akhir adalah “Eksplorasi Serat Kapuk (Ceiba Pentandra) Dengan Teknik Tenun ATBM
(Weaving) dan Kempa (Non-Weaving)”. Pengertian dari judul tersebut dijelaskan melalui definisi berikut ini:

Eksplorasi memiliki arti yaitu sebuah kegiatan yang dilakukan dalam rangka pembelajaran dan mengacu pada sebuah
penelitian (penjajakan) dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang keadaan atau suatu benda dengan cara
melakukan pengumpulan data untuk menghasilkan suatu bentuk perupaan yang baru. (Encarta Reference Library.2005,
dalam Sahertian, Grace. 2008).

Bersumber dari penjelasan diatas, di dapat kesimpulan bahwa ekplorasi adalah suatu kegiatan untuk mempelajari,
menganalisa, dan meneliti sesuatu lebih dalam untuk mengetahui lebih banyak mengenai suatu masalah.

Kapuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah randu; kabu-kabu. Randu berarti 1) pohon yg kayunya tidak keras dan
berwarna putih, kulit kayu berwarna hijau, berdaun majemuk, terdiri atas 3—9 anak daun tersusun menjari, bunganya
berwarna putih kekuning-kuningan, berbuah lonjong, berbiji bulat kecil berwarna hitam, berserat kapuk, digunakan untuk
mengisi bantal dan kasur; pohon kapuk; Ceiba pentandra; 2) kayu randu.
JURNAL TINGKAT SARJANA BIDANG SENIRUPA DAN DESAIN

Reka struktur atau disebut juga reka rakit terbagi menjadi dua yaitu teknik tenun (woven) dan bukan tenun (non-woven).
Teknik tenun (woven) menurut Kamus Mode Indonesia adalah kain yang terbentuk dari struktur anyaman benang lusi
(benang pada kain tenun yang arahnya membujur ke arah panjang kain) dan pakan (benang pada kain tenun yang arahnya
melintang searah dengan lebar kain) menggunakan suatu alat tenun.

Sedangkan kain bukan tenun (non-woven) menurut Kamus Mode Indonesia adalah kain yang terbentuk bukan dari proses
penenunan ataupun perajutan, melainkan dari lapisan-lapisan serat yang dipadatkan dengan cara pemanasan, perekatan,
mekanik, maupun kimiawi. Kain yang termasuk kain non-woven adalah Kempa (felting), braiding, malimo, netting, fusing,
bonding.

Proses dalam eksplorasi serat kapuk meliputi teknik pengolahan struktur, pemilihan bahan pendukung, pewarna alam, bahan
baku, elemen estetis, rancangan produk jadi khususnya aksesoris fashion, dan nilai tambah pada produk yang dibuat.

Teknik reka rakit atau reka struktur yang dipergunakan adalah teknik tenun dan kempa. Sedangkan teknik reka latar
digunakan sebagai pelengkap ditambahkan beberapa teknik jahit, anyam, sulam dan kolase.

Material sebagai bahan baku utama adalah kapuk dengan kualitas baik. Bahan pendukung menggunakan kain keras, benang
nilon, benang kasur (rami), kain kasa dan perca brokat. Pewarna yang digunakan merupakan pewarna alam daun mangga
dan secang.

Produk akhir yang dituju adalah produk aksesoris fashion atau pelengkap pakaian seperti tas dan lembaran kain. Produk
yang dibuat berbasiskan aksesoris fashion yang ready to wear dan ready to sell yang memiliki nilai tambah dalam budaya
lokal dan produk yang ramah lingkungan.

Segmentasi target yang dituju adalah wanita kalangan menengah keatas usia remaja hingga dewasa dan memiliki jiwa muda
dan enerjik serta mencintai budaya tradisional Indonesia dan peduli terhadap lingkungan.

Penelitian ini didasari oleh skema pemikiran yang berangkat dari nilai pemanfaatan serat kapuk yang memungkinkan untuk
diolah menjadi bahan tekstil. berikut merupakan skema pemikiran dari penelitian ini;

Pemanfaatan serat kapuk yang juga merupakan serat alam, mengandalkan eksplorasi olahan tekstil ini tentunya
membutuhkan proses-proses lebih lanjut sehingga dapat dijadikan produk yang siap pakai dan siap jual.

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor serat kapuk terbesar di dunia, namun di dalam negeri, kapuk hanya
dimanfaatkan untuk bahan pengisi kasur. Sebenarnya, kapuk merupakan sumber serat alam yang dapat digunakan sebagai
material beragam produk.

Saat ini pemanfaatan serat kapuk yang dapat dimanfaatkan selain sebagai isi bantal, atau kasur, adalah bahan penahan
goncangan pada helm, bahan isolator, dan bahan peredam suara untuk ruangan siaran. Tetapi penggunaannya baru sampai
pada pemanfaatan serat yang dijadikan sebagai bahan yang diisi pada suatu medium.

Baru pada tahun 2007, Irni Resmi A seorang mahasiswi Kriya Tekstil ITB mencoba untuk mengolah serat kapuk sebagai
bahan baku tekstil. Kemudian pada Tahun 2012 Ia mendirikan sentra pengrajin kapuk di daerah karang kamulyan-Banjar
dan membuat produk olahan serat kapuk berupa tas pada penyelesaian tesisnya yang berisi tentang penelitian kapuk.

Pada zaman dahulu kapuk pernah berperan pada proses pembuatan kain gringsing. Benang yang digunakan merupakan hasil
pintalan tangan dengan alat pintal tradisional, bukan mesin. Benang tersebut diperoleh dari kapuk berbiji satu yang
didatangkan dari Nusa Penida karena hanya di tempat tersebut bisa didapatkan kapuk berbiji satu. Setelah selesai dipintal,
benang akan mengalami proses perendaman dalam minyak kemiri sebelum dilanjutkan ke proses ikat dan pewarnaan.
Perendaman tersebut bisa berlangsung lebih dari 40 hari hingga maksimum satu tahun dengan penggantian air rendaman
setiap 25-49 hari. Semakin lama perendaman, benang akan makin kuat dan lebih lembut. (sumber: kapukrancukaraban-
pati.blogspot.com)
JURNAL TINGKAT SARJANA BIDANG SENIRUPA DAN DESAIN

Hingga saat ini produk yang dibuat dengan mengolah permukaan dan struktur serat kapuk sebagai bahan tekstil tidak
banyak. Oleh karena itu dibutuhkan uji coba dan penelitian mengenai proses pengolahan kapuk agar menjadi produk yang
dapat menghasilkan komoditi.

Tanaman kapuk tumbuh subur pada daerah tropis terutama di Indonesia. Pohon kapuk juga memiliki manfaat selain buah
yang dihasilkannya, berikut merupakan manfaat-manfaat tanaman kapuk yang dikutip dari laporan Tugas Akhir Irni Resmi
A. yaitu:

a. Kulit buah dapat dimanfaatkan, bila dibakar abunya dapat dipakai sebagai campuran sabun karena mengandung
kalium,
b. Biji buah berwarna hitam dan berminyak digunakan sebagai bahan biodiesel. Apabila diperas dapat digunakan
sebagai minyak goreng non kolesterol, bahan sabun dan bahan penolong dalam pembatikan. Ampas perasan dapat
dipergunakan untuk kompos ternak atau pupuk organik.
c. Serat kapuk biasanya dimanfaatkan sebagai bahan isian bantal kasur, pengisi jok kursi, pelampung, isolator panas,
peredam bunyi, peredam goncangan pada helm,
d. Serat Kapuk digunakan sebagai Isolasi Termal Dan Akustik Pesawat
e. Dimanfaatkan sebagai bahan penyerap minyak dilepas pantai sekitar tahun 1984
f. Kayu dari pohon kapuk dijadikan papan peti atau kotak, bahan kertas kualitas sedang, dan bahan bakar,
g. Kulit batang dimanfaatkan sebagai bahan kostik soda dan seratnya yang kemerahan sering digunakan sebagai tali,
h. Akar muda dan daun uda pohon kapuk dapat dijadikan obat herbal.

Kapuk randu sangat bermanfaat bagi para petani di daerah yang bertanah tandus dan beriklim kering, selain bernilai
ekonomi juga berfungsi sebagai penahan tanah dari erosi, mencegah banjir dan sebagai tanaman penghijauan yang dapat
diandalkan untuk usaha pengawetan tanah dan melestarikan sumber daya alam.

2. Proses Studi Kreatif

Proses produksi melalui tahapan-tahapan yang dimulai dari;

1. Pemintalan benang kapuk menjadi benang. Serat kapuk terlebih dahulu dipintal agar dapat digunakan sebagai
benang tenun. Proses pemintalan memerlukan waktu yang panjang dan sulit, dikarenakan serat yang licin dan
pendek.

Gambar 1. Proses pemintalan benang kapuk (sumber: Rumeksa, 2012)

2. Pewarnaan benang dan serat kapuk. Serat dan benang diberi warna terlebih dahulu agar menghasilkan variant kain
yang menarik. Pewarnaan sangat bergantung pada cuaca dan sinar matahari, pada proses produksi tahap ini
mengalami sedikit kendala pada cuaca.
JURNAL TINGKAT SARJANA BIDANG SENIRUPA DAN DESAIN

Gambar 2. Proses pewarnaan serat dan benang kapuk (sumber: Rumeksa, 2012)

3. Benang kapuk dikomposisikan dan di tenun. Pada serat kapuk yang telah menjadi benang, selanjutnya ditenun agar
memiliki konstruksi yang kuat sebagai bahan tekstil.

Gambar 3. Proses penenunan benang kapuk (sumber: Rumeksa, 2012)

4. Serat kapuk dikomposisikan dan di kempa. Pada serat yang tidak dipintal, dibuat komposisi kempa sebagai
alternatif produk tekstil yang memilliki ciri khas dan bentuk yang khusus. Proses ini sangat bergantung pada sinar
matahari.

Gambar 4. Proses kempa serat kapuk (sumber: Rumeksa, 2012)

5. Setelah kain telah jadi kemudian melalui proses penyempurnaan bahan tekstil agar dapat menjadi suatu produk.
Penyempurnaan menggunakan coating, bakar serat dan wet clean.

Gambar 5 Kain kapuk yang telah selesai ditenun (Sumber: Rumeksa, 2012)

3. Hasil Studi dan Pembahasan

Serat kapuk telah diolah melewati proses yang panjang hingga dapat dibuat menjadi sebuah prosuk fashion dan tekstil.
Berikut merupakan hasil karya akhir dari eksplorasi serat kapuk dengan pemilihan rancangan yang sesuai dengan karakter
dan gaya konsep yang ingin dicapai;

Karya 1

Deskripsi desain : desain dengan konsep trasiclomory mengadaptasikan konsep strap yang sederhana dan kental dengan
material utama yang diolah. Memiliki dua sisi yang sama dengan sleting zipper yang dapat dibuka dan ditutup sebagai
fungsi memperlebar atau menyempitkan volume tas. Gaya simple-chic sangat terasa pada desain ini.
JURNAL TINGKAT SARJANA BIDANG SENIRUPA DAN DESAIN

Gambar IV.13 Produk 1 (Sumber: Rumeksa, 2012)

Eksplorasi serat yang digunakan menggunakan teknik tenun dengan benang pakan kapuk yang digintir bersama benang
nilon agar konstruksi benang lebih kuat. Kain yang digunakan sangat natural tanpa menggunakan pewarna agar karakter asli
kapuk menjadi dominan dalam desain tas tersebut.

Karya 2

Deskripsi desain : desain terinspirasi dari bagian belakang amplop dengan aksesn tari suede yang di jelujur pada kain
pendukung menambah kesan manis pada produk envelope clutch ini. Eksplorasi yang dipakai adalah tenun dengan
eksplorasi benag pakan yang diperkuat dengan benang rami dan benag nilon. Permainan tebal tipis pada eksplorasi
menciptakan suatu tekstur yang terlihat kontras dengan tekstur elemen pendukungnya. Konsep trasiclomory mendasari
desain ini dengan kesan gaya romantis-elegan.

Gambar IV.14 Produk 2 (Sumber: Rumeksa, 2012)

Karya 3

Deskripsi desain : eksplorasi yang dipakai merupakan teknik non-woven dengan detil jahit dan sulam pada permukaan
kempa. Konsep trasiclomory mendasari karya ini dengan image handmade yang kental. Memiliki sistem sabuk pada tali
agar lebih mudah atau dapat menawarkan alternatif ukuran panjang pendek tali yang akan dipakai. Gaya feminin-chic
sangat terasa pada desain ini.

Gambar IV.15 Produk 3 (Sumber: Rumeksa, 2012)


JURNAL TINGKAT SARJANA BIDANG SENIRUPA DAN DESAIN

Karya 4

Deskripsi karya : eksplorasi tenun menggunakan benang kapuk yang ditenun dengan struktur penguat nilon yang kemudian
di celup pada pewarna secang. Memiliki desain yang dapat digulung pada bagian mulut tas sehingga tas dapat dikunci.
Desain ini menggunakan konsep cosmichrome sebagai landasan dengan gaya arty-off beat.

Gambar IV.16 Produk 4 (Sumber: Rumeksa, 2012)

Karya 5

Deskripsi karya: permainan warna daun mangga pada benang pakan sangat dominan pada desain ini. Konsep navitary
mendasari karya ini dengan gaya-exotis-simple-dramatis. Detil handstitch pada zipper memperkuat kesan handmade. Tali
tasnya meiliki sitem lock atau kunci yang dapat dirubah-rubah sesuai keinginan pemakainya. Berfungsi sebagai softacse
notebook atau tab tetapi tidak menutup kemungkinan dapat difungsikan sebagai tas.

Gambar IV.17 Produk 5 (Sumber: Rumeksa, 2012)

Karya 6

Deskripsi karya : kain dengan panjang 215 cm dan lebar 40 cm ini memiliki eksplorasi tenun dengan benang katun gradasi
sebagai konstruksi benang penguat yang memanfaatkan efek transparansi kapuk. Warna natural yang dominan di campur
eksplorasi kapuk kempa dengan tekstur yang terinspirasi dari fosil-fosil sangat kental dengan nuansa primitif. Konsep
trasiclomory dengan semangat petualangan sangat terasa pada karya ini

Gambar IV.18 Produk 6 (Sumber: Rumeksa, 2012)


JURNAL TINGKAT SARJANA BIDANG SENIRUPA DAN DESAIN

Karya 7

Deskripsi karya: karya ini terdiri dari 2 lembar kain yang dibuat dengan struktur kempa. Warna asli kapuk menjadi ciri khas
yang kuat pada karya ini. Kain dengan lebar masing-masing 200 cm dan lebar 36 cm ini dilandasi oleh konsep
trasiclomory dengan image yang natural dan beberapa detil eksplorasi.

Gambar IV.19 Produk 7 (Sumber: Rumeksa, 2012)

Karya 8

Deskripsi karya : unsur tekstur sangat dominan terhadap karya yang menggunakan pewarna daun mangga sebagai ciri khas
utama. Konsep navitary melandasai karya ini sehingga tekstur daratan bumi sangat menonjol. Pada eksplorasi tenun, benang
pakan yang digunakan diatur komposisinya sehingga dapat mendukung image dominan dari karya ini karena eksplorasi
kempa sangat dominan. Kain ini memiliki lebar 50 cm dengan panjang 195 cm

Gambar IV.20 Produk 8 (Sumber: Rumeksa, 2012)

Karya 9

Deskripsi karya : konsep cosmichrome menjadi dasar pemikiran kain dengan eksplorasi warna secang ini. Unsur gradasi
warna langit senja menjelang malam dan tekstur luar angkasa menjadi inspirasi pada karya ini sebagai cerminan fenomena
alam yang dilihat dari bumi. Kain ini memiliki panjang 250 cm dan lebar 47 cm dengan aksen tenun dan eksplorasi kempa
sebagai unsur utama dalam karya ini.
JURNAL TINGKAT SARJANA BIDANG SENIRUPA DAN DESAIN

Gambar IV.21 Produk 9 (Sumber: Rumeksa, 2012)

4. Kesimpulan

Setelah melalui proses pendekatan pada proses eksplorasi dan eksperimen yang dilakukan terhadap material serat kapuk
yang diolah dengan teknik tenun dan kempa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut;

1. Pengolahan kapuk diperlukan pendekatan karakter dan identifikasi terhadap material yang diolah beserta material
pendukung, agar dapat mengenal potensi yang belum terolah secara optimal.
2. Diperlukan kepekaan dan studi lebih lanjut terhadap teknik yang diolah sehingga dapat menghasilkan kain kapuk
yang layak sebagai bahan tekstil.
3. Pemintalan memerlukan proses yang panjang dan rumit selain itu juga perlu mempertimbangan struktur benang
pembantu yang tepat agar karakter kapuk tetap dominan dan tidak terlalu tebal pada gintiran.
4. Pada proses pengolahan serat dengan teknik kempa diperlukan takaran perekat yang tepat agar tekstur serat tidak
hilang dan karakter tetap ada.
5. Pada teknik tenun diperlukan kehati-hatian pada benang yang telah dipintal sehingga gintiran tidak putus ataupun
terlalu kendur agar kain dapat stabil.
6. Proses pewarnaan membutuhkan kesempurnaan proses mordant dan takaran yang tepat agar warna dapat menyerap
maksimal. Proses ini sangat tergantung pada cuaca agar serat yang diwarna cepat mongering.
7. Kapuk memiliki karakter yang menolak air sehingga menjadikan kain kapuk water resistant dan anti bakteri.
Kapuk sangat cocok dimanfaatkan sebagai alternatif bahan tesktil untuk produk yang membutuhkan kemampuan
material yang tahan terhadap air, tidak mudah kusut, dan tidak membuat jamur atau mikroba terperangkap pada
serat kain dan ringan.
8. Kapuk berserat pendek sehingga menyebabkan serat tidak terpintal sempurna atau ikut terekat dan membuat kain
berdebu oleh serabut yang tidak terikat sempurna tersebut. Sehingga diperlukan proses penyempurnaan kain agar
serat yang lepas tidak menggangu pernafasan dan kenyamanan pemakai melalui proses coating dan pembakaran
serat.
9. Meninjau uji kelayakan tekstil yang telah dilakukan, serat kapuk memerlukan penelitian lebih lanjut sebagai
material reka rakit untuk tekstil agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Secara teoritis serat kapuk
memang belum sesuai dengan karakteristik tekstil yang baik, tetapi secara analisis serat kapuk dapat dijadikan
bahan tekstil yang memiliki karakteristik yang khusus.
10. Perawatan karya yang menggunakan teknik tenun disarankan melakukan pencucian yang tidak menggunakan
deterjen, karena akan merusak warna. Gunakan pencuci batik dari bahan lerak dengan cara dicelup dan tidak
digosok.
11. Perawatan karya dengan teknik kempa ataupun tenun sangat baik apabila mengunakan dry clean karena tidak
merusak struktur dan warna kain.
12. Perancangan karya merupakan hasil dari tinjauan proses pengolahan material , proses eksplorasi dan eksperimen,
potensi visual, karakteistik material hingga perancangan produk yang mencakup pengumpulan data dan analisa.
Sehingga dapat mencitrakan suatu karya yang memiliki nilai kekriyaan seperti craftsmanship, fungsional, unik dan
terbatas.
JURNAL TINGKAT SARJANA BIDANG SENIRUPA DAN DESAIN

Ucapan Terima Kasih

Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Kriya
FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Dra. Ken Atik Saftyaningsih. M.Ds. dan
segenap Keluarga Besar staf dan dosen Kriya ITB. Ucapan Terimakasih saya sampaikan kepada Perpustakaan Seni Rupa,
Balai Besar Tekstil, Institut Teknologi Tekstil, para pengrajin di Karang Kamulyan, Bpk. Oo, Bpk. Ujang dari sentra tenun
Manonjaya, Bpk. Deni dari Londré, Bpk. Tomo, dan para senior pasca sarjana khususnya Irni Resmi A. Kepada teman-
teman dan Keluarga yang sangat menghargai dan mendukung saya dalam penyelesaian laporan ini saya ucapkan
terimakasih banyak. Puji syukur saya panjatkan setinggi-tingginya kepada Allah SWT atas rahmat dan kasih sayang-Nya.

Daftra Pustaka

A, Irni Resmi., Eksplorasi Serat Kapuk Untuk Bahan baku Tekstil, ITB 2008.
M.S . Prof Dr Ir Soemarno, Sumber Daya Lahan: Karakterisitik dan Implikasi Pengelolaannya. 2010

Anda mungkin juga menyukai