Anda di halaman 1dari 14

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Melayu Jambi
Alamat : RT. 10 Payo Lincah

B. Latar Belakang Sosio-ekonomi, Demografi, Lingkungan, dan Keluarga


a. Status pernikahan : Belum menikah
b. Jumlah anak :-
c. Status ekonomi : Menengah keatas
d. Biaya Kesehatan : BPJS
e. Lingkungan :
Pasien An. A tinggal bersama kedua orang tuanya dan adiknya dalam
satu rumah. An. A tinggal di kawasan pemukiman yang padat, terdiri
dari satu lantai di mana terdapat sebuah ruang keluarga dan dua buah
kamar, sebuah dapur dan sebuah kamar kecil. Kebersihan rumah cukup
terjaga. Hubungan dengan kedua orang tuanya, adiknya serta
tetangganya tergolong baik karena An. A seorang yang peramah dan
suka bergaul. Lingkungan tempat tinggal An. A masuk dalam penilaian
kurang memuaskan. Jarak antar rumah 1 dan rumah lainnya cukup
berdekatan. Sampah keluarga langsung dibuang di tempat sampah yang
tersedia dirumah os dan di buang di tempat pembuangan akhir.

C. Keluhan Utama
Terdapat bercak putih di pipi kiri.

1
D. Keluhan Tambahan:
Gatal jika berkeringat.

E. Riwayat Perjalanan Penyakit


Ibu pasien mengeluh anaknya terdapat bercak putih di pipi kiri sejak 5 hari
yll. Bercak putih pertama kali sebesar biji jagung dan semakin lama bercak
bertambah banyak. Os sering main di luar ruangan dan os sering berkeringat.
Keluhan juga disertai gatal jika pasien berkeringat. Namun gatal tidak
sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien mandi 2 kali dalam sehari.
Pasien belum pernah mengobati penyakitnya.

F. Riwayat Penyakit Dahulu


- Keluhan yang sama sebelumnya (-)
- Riwayat alergi (-)

G. Riwayat Penyakit keluarga:


Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama.

H. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 36,6°C
4. Nadi : 94 x/menit
5. Pernafasan : 20x/menit
6. Berat badan : 16 Kg
7. Tinggi badan : 105 cm
8. Kesan gizi : baik

Pemeriksaan Fisik Head to Toe


1. Kepala Bentuk : normocephal

2
Simetri : simetris
2. Mata Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : isokor, reflex cahaya +/+
Gerakan bola mata : baik
3. Telinga : tidak ada kelainan
4. Hidung : tidak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Gusi :warna merah muda,
perdarahan (-)
Lidah : lidah kotor (-), ulkus (-)
6. Tenggorokkan Tonsil : T1/T1
Mukosa hiperemis :-/-
Perlengketan :-/-
7. Leher KGB : tak ada pembesaran KGB
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
8. Thorax simetris, pergerakan dinding dada tertinggal (-)

Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis : simetris Statis simetri
Dinamis: simetris Dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar: ICS
VI kanan
Auskultasi Vesikuler (+) Normal, Vesikuler (+) normal.

3
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula
kiri, tidak kuat angkat
Perkusi Tidak di periksa
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spider nevi (-).
Palpasi Supel, nyeri tekan ulu hati (+), murphy sign (-),
nyeri tekan suprapubik (-), Hepar dan Lien
tidak teraba.
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas
Edema (-), akral hangat, CRT < 2 detik.

4
I. Status Dermatologikus

Karakteristik :
Multiple, hipopigmentasi, bentuk bulat berbatas tegas ukuran milier dan lentikuler.

J. Diagnosis Banding
- Pitiriasis versicolor
- Pitriasis Alba

K. Diagnosis :
Pitiriasis versikolor

L. Penatalaksanaan
Non Farmakologi
1. Menyarankan kepada pasien agar menghindari faktor pencetus terjadinya
pitiriasis versicolor.
2. Pasien dinasehatkan supaya tidak berada di lingkungan yang panas dan
lembab supaya tidak kambuh setelah pengobatan

Farmakologi
 Krim ketoconazole.

5
DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
PUSKESMAS SIMPANG KAWAT

Jambi, 26 Januari 2018

R/ ketoconazole cr NO. I
S 2 dd ue

Pro : An. A
Umur : 3 tahun

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh
Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit kronis yang ditandai
oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang
badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka
dan kulit kepala. Nama lainnya adalah tinea versikolor atau panu. 1
Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh
Malasezia furfur dan pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun,
ringan, dan biasanya tanpa peradangan. Pityriasis versikolor ini mengenai muka,
leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha. 2
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur supervisial yang ditandai dengan
adanya makula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal. 2

2.2 EPIDEMIOLOGI

Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai


kelembaban tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit
gelap, namun angka kejadian pityriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa
penelitian mengemukakan angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah
yang seimbang. Di Amerika Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada usia 15-
24 tahun, dimana kelenjar sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka
kejadian sebelum pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan.2,3
Pitiriasis versikolor terdistribusi ke seluruh dunia, tetapi pada daerah tropis
dan daerah subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak 40%,
sedangkan pada daerah yang lebih dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3%
pasien mengunjungi dermatologis. Di Inggris, insiden dilaporkan sekitar 0,5%
sampai 1% diantara penyakit kulit. Pityriasis versikolor kebanyakan menyerang

7
orang muda. Grup umur yang terkena 25-30 tahun pada pria dan 20-25 pada
wanita. 2,3
Penyakit ini menyerang semua ras, tidak terdapat perbedaan frekuensi pada
laki-laki dan perempuan, namun beberapa pendapat mengatakan bahwa rasio
antara laki-laki dan perempuan adalah 3:2, menyerang semua umur terutama
dewasa muda, sedangkan umur kurang dari 1 tahun sangat jarang di temukan M.
furfur, hal ini disebabkan pada anak-anak terdapat produksi sebum yang rendah. 3

2.3 ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur (Pityrosporum orbiculare)


yang merupakan “lipophilic yeast”, dimana dalam keadaan biasa adalah flora
normal yang terdapat pada permukaan kulit. Malassezia furfur yang berbentuk
ragi / spora dapat berubah menjadi patogen dalam bentuk filamen / hifa oleh
faktor predisposisi sebagai berikut
 Endogen : defisiensi immun (immunodeffisiensi), kulit berminyak,
hiperhidrosis, genetika, dan malnutrisi.
 Eksogen : suhu tinggi, kelembapan udara, keringat, higiene, oklusi
pakaian dan penggunaan emolient yang berminyak.2

2.4.MANIFESTASI KLINIS
Daerah kulit yang sering terlibat adalah bagian tubuh, punggung, perut,
dan ekstremitas proksimal. Wajah, kulit kepala, dan alat kelamin umumnya
kurang terlibat.1
Biasanya timbul makula dalam berbagai ukuran dan warna. Warna setiap
lesi bervariasi dari hampir putih sampai coklat kemerahan atau berwarna coklat
kekuningan dengan kata lain terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni.2
Lesi berbentuk tidak teratur sampai teratur, berbatas jelas sampai difus,
ditutupi sisik halus dengan rasa gatal (ringan), atau asimtomatik (tanpa gejala atau
tanpa keluhan), dan hanya gangguan kosmetik saja. Pasien sering melaporkan
bahwa lesi kulit yang terlibat tidak menjadi gelap seperti kulit pada bagian tubuh

8
yang lain di musim panas. Keluhan gatal, meskipun ringan, merupakan salah satu
alasan penderita datang berobat. 2

Pemeriksaan Penunjang

 Wood lamp yang menghasilkan cahaya dapat digunakan untuk


menunjukkan fluoresensi tembaga-jingga atau juga keemasan
(coppery-orange) pada tinea versicolor. Namun, dalam beberapa
kasus, lesi tampak lebih gelap dari kulit yang tidak terpengaruh di
bawah lampu Wood, tetapi mereka tidak berpendar.2
 .Diagnosis biasanya dikonfirmasi dengan pemeriksaan kerokan kulit
dengan kalium hidroksida (KOH), yang menunjukkan karakteristik
pendek, hifa cerutu-but. Hasil pemeriksaan dengan KOH tampak
spora dengan miselium pendek telah disebut sebagai spaghetti and
meatballs. Untuk visualisasi yang lebih baik dapat ditambahkan tinta
biru, tinta Parker, methylene blue, atau cat Swartz-Medrik dengan
persiapan KOH 20%.2
 Karena biasanya diagnosis klinis dicurigai dan dapat dikonfirmasi
dengan persiapan KOH, kultur jarang diperoleh.
 Dengan pemeriksaan darah, tidak ada penurununa antibodi pada pasien
dengan tinea versicolor
Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan
langsung sedian basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap
paling baik pada waktu ini adalah medium agar dekstrosa Sabouraud.

2.5 Diagnosa Banding


1. Pityriasis Alba
Lesi pityriasis alba umumnya berbentuk oval, bulat, atau plak irreguler yang
berwarna merah, merah muda, atau warna yang sama dengan kulit. Ia biasanya
mempunyai sisik dengan batas dengan yang tidak jelas. Lesi pityriasis alba

9
umumnya mengenai pipi dan dagu, tungkai dan tubuh jarang terlibat. Lesi
pityriasis alba biasanya mempunyai ukuran 0,5-2 cm diameter tetapi bisa menjadi
lebih besar jika lesi mengenai tubuh.2

Gambaran lesi pada penyakit pityriasis alba.5

2. Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik umumnya mengenai daerah yang berambut. Penampilan kulit
kepala yang terkena dermatitis seboroik bervariasi dari ringan, bercak bersisik
yang luas, bisa menjadi tebal dan mengeras. Plak jarang terjadi. Lesi
hipopigmentasi dapat dilihat pada individu yang berkulit gelap. Distribusi lesi
umumnya terjadi pada daerah berminyak dan berambut di kepala dan leher,
seperti kulit kepala, dahi, alis, bulu mata lipatan nasolabial, jenggot, dan kulit
postaurikuler.2

Gambaran Dermatitis seboroik mempengaruhi garis kulit kepala dan alis dengan
kulit merah dan skuama. 4

10
2.6 Penatalaksanaan
Pasien harus diberitahu bahwa tinea versikolor disebabkan oleh jamur
yang biasanya hadir di permukaan kulit dan tidak menular. Kekambuhan
adalah umum, dan terapi profilaksis dapat membantu mengurangi
kekambuhan.2,
I. Non Medikamentosa
1) Edukasi
Menyarankan kepada pasien agar menghindari faktor pencetus terjadinya
pitiriasis versicolor. Pasien dinasehatkan supaya tidak berada di lingkungan
yang panas dan lembab supaya tidak kambuh setelah pengobatan. .2
II. Medikamentosa
 Sistemik
Terapi sistemik diaplikasi jika tinea versikolor sering kambuh atau gagal
dengan pengobatan topical dan jug apada lesi yang luas. Obat yang
diberikan adalah Ketoconazole 200mg/hari selama 5-10 hari. Itraconazole
: 200mg/hari selama 5-7 hari.
 Topikal
Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal
sangat efektif.
 Sampo selenium sulfide ( 1,8%) atau lotion selenium sulfide
(2.5%) dioleskan pada bercak selama 10-15 menit, kemudian
dicuci, digunakan selama satu minggu.
 Sampo ketokonazol digunakan sama seperti selenium sulfide.
 Krim Azole (ketoconazole, econazole, micronazole, clotrimazole)
dioleskan selama 2 minggu.1

Prognosis

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan


konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif
dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan juga negatif.2

11
BAB III
ANALISA KASUS

Pada kasus ini, An. A, usia 3 tahun datang dengan keluhan terdapat bercak
putih di pipi kiri sejak 5 hari yll. Diagnosis pitiriasis versikolor ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan
keterangan bercak putih di pipi kiri. Bercak putih pertama kali sebesar biji jagung
dan semakin lama bercak bertambah banyak. Keluhan juga disertai gatal jika
pasien berkeringat. Os sering main di luar ruangan dan os sering berkeringat.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan penyakit


yang diderita os adalah pitiriasis versikolor. Maka tindakan selanjutnya yang
dapat diberikan pada pasien ini adalah :
Non Farmakologi
1. Menyarankan kepada pasien agar menghindari faktor pencetus terjadinya
pitiriasis versicolor.
2. Pasien dinasehatkan supaya tidak berada di lingkungan yang panas dan
lembab supaya tidak kambuh setelah pengobatan

Farmakologi
 Krim ketoconazole.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Bramono K. Pitiriasis Versikolor. Dalam: Menaldi SL,


Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi VII.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2015. hal. 103-5.
2. Partogi, Donna, dr, Sp.KK, 2008. Pitriasis Versikolor dan Diagnosis
Bandingya (Ruam – Ruam Bercak Putih Pada Kulit). Medan : Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU/RSUD H Adam Malik/ RS Dr
Pirngadi. http://medicineline.wordpress.com/2011/08/08/pitiriasis-
versikolor/
3. Janik MP, Hefferman MP, Yeast infection: candidiasis and tinea (pytriasis)
versicolor, and malassezia (pityrosporum) folliculitis. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Level D editor.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York:
McGraw-Hill Co;2012.p2298-311
4. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2 .Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2013

13
LAMPIRAN :

14

Anda mungkin juga menyukai