STRUKTUR GEOLOGI
Palopo yang termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat (Sukamto, 1975
dalam Djuri, Sudjatmiko, S. Bachri dan Sukido, 1998). Mandala ini dicirikan oleh
batuan sedimen laut dalam berumur Kapur – Paleogen yang kemudian berkembang
menjadi batuan gunungapi bawah laut dan akhirnya gunungapi darat di akhir
mandala ini. Sejarah tektoniknya dapat diuraikan mulai dari Zaman Kapur , yaitu
tunjaman landai ke barat di bagian Timur Mandala Sulawesi Barat. Penunjaman ini
berlangsung hingga hingga Miosen Tengah, saat kedua mandala tersebut bersatu
pada akhir Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi pengendapan sedimen molase
secara tak selaras di atas seluruh mandala geologi di Sulawesi, serta terjadi
serta sesar naik dengan bidang sesar miring ke Timur. Setelah itu seluruh daerah
70
71
menjelaskan tentang pola struktur geologi, identifikasi jenis struktur, umur dari
Penentuan struktur geologi yang bekerja pada daerah penelitian berdasarkan data
struktur primer dan data struktur sekunder serta interpretasi kontur pada peta
topografi.
diperoleh data penciri struktur berupa data kekar dan cermin sesar. Melalui data
1. Struktur lipatan
2. Struktur kekar
3. Struktur sesar
Bentuk pelengkungan yang terjadi pada suatu benda atau material tersebut
disebabkan oleh dua mekanisme (Asikin, 1979), yaitu buckling dan bending.
72
Buckling (melipat) adalah lipatan yang disebabkan gaya tekanan yang arahnya
permukaan lempeng.
pada daerah penelitian dengan melakukan korelasi antara kedudukan batuan yang
satu dengan kedudukan batuan yang lain sehingga dapat diketahui hubungan antara
perlapisan batuan dan jenis lipatannya. Gejala struktur lipatan pada suatu daerah
penelitian dapat dikenali dengan melihat variasi kedudukan dan foliasi batuan,
batuan, bahwa pembentukan lipatan merupakan bagian dari suatu fase deformasi
plastis pada batuan. Pada fase ini batas anyal dari suatu benda/batuan telah tercapai
atau terlampaui maka sebagian dari dimensi batuan akan terubah secara kekal
sehingga membentuk perlipatan. Struktur lipatan pada suatu daerah penelitian dapat
batulempung, batupasir, batugamping, breksi vulkanik, tufa kasar dan tufa halus
arah penyebaran dari arah barat laut ke tenggara. Secara umum pengukuran
73
kedudukan batuan yaitu strike antara N 1100E – N155 0E dengan besarnya dip
antara 240 - 750. Berdasarkan hasil pengukuran kedudukan batuan dan pengamatan
berkembang pada daerah penelitian berupa lipatan homoklin (Gambar 4.1 dan
Gambar 4.2)
dikenali sebagai kekar. Kekar merupakan rekahan pada batuan dimana tidak ada
oleh gejala tektonik maupun nontektonik. Jika suatu batuan terus mengalami gaya
hingga melebihi batas elastisitasnya, maka akan terbentuk struktur kekar pada
batuan tersebut.
Kekar ini pada umumnya memiliki bukaan antara 0.1 cm - 2 cm, dan
beberapa rekahan telah terisi mineral kalsit. Jarak antara kekar antara lain 2 cm -30
stasiun 10. Pengambilan sampel kekar sebanyak ini dilakukan agar data kekar yang
75
telah diukur dapat mewakili singkapan yang dijumpai. Semakin banyak pasangan
kekar yang diukur, maka akan semakin mewakili populasi kekar pada setiap
Tabel 4.1 Hasil pengukuran kedudukan kekar pada stasiun 10 di daerah Tontonan
metode streografis (aplikasi stereonet) dari pengambilan data kekar stasiun 10.
N N N N
σ1
σ2
1
σ3
1
A B C D
Gambar 4.4 Hasil pengukuran kekar pada stasiun 10 daerah Tontonan; A. Plane kekar; B. Pole dari
plane (bidang) kekar; C. Kontur populasi data kekar; D. Analisis tegasan utama.
76
arah tegasan pada stasiun 10 Berarah Relatif Barat Laut ke Tenggara dengan
tegasan utama maksimum ( σ1) (N3310 E/120 ), tegasan utama menengah (σ2) (N720
Sesar atau patahan adalah suatu bidang rekahan atau zona rekahan yang
bidang patahan tersebut. Berdasarkan teori kekandasan batuan, bahwa batuan akan
struktur geologi sebelumnya. Sedangkan menurut Asikin (1979), sesar atau fault
merupakan rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran sehingga terjadi
perpindahan antara bagian yang saling berhadapan, dengan arah yang sejajar
1. Sesar naik, merupakan sesar yang hanging wall-nya relatif bergerak naik
3. Sesar geser, merupakan sesar dimana kedua blok yang patah bergerak secara
berbagai ahli geologi struktur dengan dasar klasifikasi yang berlainan. Salah satu
jenis klasifikasi struktur sesar yang lazim digunakan adalah klasifikasi dinamik
Anderson (1951) dalam Mc Clay (1987) yang didasarkan pada arah pergerakan
relatif (relative movement) serta gaya yang menyebabkan terjadinya sesar (Gambar
4.3). Dengan menggunakan dasar klasifikasi ini maka struktur sesar dibagi menjadi
1. Sesar naik (reverse fault) adalah sesar yang hanging wallnya relatif
2. Sesar geser (wrench fault) adalah sesar dimana blok yang patah bergeser
secara mendatar. Sesar ini disebabkan oleh gaya koppel dan kompresi.
3. Sesar turun (normal fault) adalah sesar yang hanging wallnya relatif
Gambar 4.5 Macam – macam kekar berdasarkan arah pergerakan relatifnya menurut
Anderson (1951) dalam Mc Clay (1987)
78
fakta bahwa tidak ada tegasan shear (Shearing Stress) yang dapat terbentuk pada
permukaan bumi, salah satu dari tegasan utama (1, 2, atau 3) harus tegak lurus
dengan permukaan bumi, sementara dua yang lain tegak lurus. Secara sederhana
dalam hal ini Anderson menggambarkan bidang sesar vertikal dengan arah
Gambar 4.6 Ilustrasi asumsi teori Anderson untuk prediksi sesar dan
Stereogram yang menggambarkan struktur dinamik
asumsi dari teori Anderson untuk analisis sesar.
79
lapangan, struktur sesar dicirikan oleh gawir sesar atau bidang sesar, cermin sesar,
breksi sesar, perubahan kedudukan batuan, dan pergeseran batas litologi. Selain itu
terdapat stuktur penyerta sesar berupa kekar gerus (shear fracture), kekar tarik
topografi, struktur sesar dapat ditunjukkan oleh adanya pelurusan sungai, terdapat
mata air, pergeseran punggung bukit (offset ridges), serta perbandingan kerapatan
dengan dan hasil analisa arah tegasan utama yang bekerja di daerah penelitian
dengan menggunakan proyeksi stereonet. Selain itu identifikasi struktur juga harus
penelitian.
ataupun data sekunder serta korelasi terhadap tektonik regional maka sesar yang
bekerja pada daerah penelitian berupa sesar geser. Adapun penamaan sesar pada
daerah penelitian didasarkan pada nama geografis daerah yang dilalui sesar
tersebut.
aplikasi stereonet yang di korelasikan dengan principal stress oleh Anderson (1951)
80
dan terhadap data yang dijumpai di lapangan serta korelasi terhadap tektonik
regional, maka struktur sesar yang bekerja pada daerah penelitian berupa sesar
geser. Untuk mempermudah pembahasan maka sesar ini diberi nama berdasarkan
nama geografis daerah yang dilaluinya, yaitu Sesar Geser Batu Noni.
sepanjang garis sesar, mata air, bidang sesar, pelurusan aliran sungai, terdapat zona
hancuran yang dilalui oleh garis sesar, dan breksi sesar di sekitar garis sesar.
Sesar Geser Batu Noni (data kekar stasiun 10) berarah Barat Laut ke
Tenggara yang dicirikan dengan arah tegasan utama maksimum (σ1) N 3310 E
bersifat horizontal, arah tegasan utama menengah (σ2) N 720 E bersifat vertikal
dan arah tegasan utama minimum (σ3) N 3200 E bersifat horizontal, yang di
pengolahan data kekar tersebut dan terhadap data yang dijumpai di lapangan, maka
struktur sesar yang bekerja pada daerah ini berupa sesar geser yang relatif
menganan (dekstral).
yang terdapat pada daerah penelitian dan berdasarkan umur batuan yang lebih muda
yang dilalui yaitu Satuan Breksi Vulanik yang berumur Oligossen Atas, sehingga
dapat disimpulkan bahwa umur pembentukan Sesar Geser Batu Noni adalah post
Oligosen Atas.
81
Gambar 4.7 Kenampakan mata air di daerah Batunoni difoto relatif ke arah
N2400E.
Gambar 4.8 Zona hancuran di daerah Tontonan difoto relatif ke arah N3200
82
banyak dipengaruhi oleh stuktur regional, yang sejarah tektoniknya dimulai dari
Zaman Kapur, yaitu saat Mandala Geologi Sulawesi Timur bergerak ke Barat
terbentuknya lipatan dengan sumbu berarah Barat Laut – Tenggara, serta sesar naik
dengan bidan sesar miring ke Timur. Setelah itu seluruh daerah Sulawesi terangkat
dihubungkan dengan teori Reidel dalam Mc.Clay 1987, (Gambar 4.9) karena hal
ini akan memudahkan kita dalam menarik kesimpulan mengenai struktur yang
kala Eosen Tengah. Akibat adanya gaya kompresi dengan tegasan maksimum
elastis dan selanjutnya fase ini terlewati akibat gaya yang terus bekerja
menyebabkan batuan pada daerah ini mengalami retakan dan hasil retakannya
fase deformasi elastis dan memasuki fase deformasi plastis, yaitu fase retakan
pergeseran atau yang lazim disebut Sesar Geser Batu Noni berarah tenggara
Gambar 4.12 Mekanisme pembentukan sesar geser Batu Noni dengan arah tegasan
utama maksimum barat laut-tenggara.