Anda di halaman 1dari 14

Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...

(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)

STATUS MUTU AIR WADUK JATILUHUR DAN ANCAMAN TERHADAP


PROSES BISNIS VITAL

THE WATER QUALITY STATUS OF JATILUHUR RESERVOIR AND THREATS


TO VITAL BUSINESS PROCESS
Hamzah 1), M Syamsul Maarif2), Marimin3), Etty Riani4)
1)Doctor Program of Management of natural resources and the environmentof Bogor Agricultural
University, Indonesia
2,3)Professor of Department of Agro-Industrial Technology, Faculty of Agricultural Technology of Bogor

Agricultural University, Indonesia


4)Postgraduate School or Bogor Agricultur University, Indonesia

E-mail: hbst007@gmail.com

Diterima: 10 Februari 2016; Direvisi: Februari 2016; Disetujui: 22 maret 2016


ABSTRAK
Waduk Jatiluhur merupakan waduk terbesar dan multiguna. Negara Indonesia, saat ini dihadapkan pada
permasalahan mengenai kualitas dan kuantitas sumber daya air, terutama permasalahan pencemaran air.
Dalam penelitian ini telah dilakukan antara lain analisis status mutu air dan analisis dampaknya terhadap
ancaman proses bisnis vital (critical business process), khususnya berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya air. Lokasi penelitian dilaksanakan di Perum Jasa Tirta II sebagai otoritas Waduk Jatiluhur. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari kegiatan penelitian lapangan yang diambil melalui
pengambilan sampel yang dilakukan di Perairan Waduk Jatiluhur dan Perairan Daerah Aliran Sungai (DAS)
setelah outlet Waduk Jatiluhur dengan mengacu kepada ukuran parameter kualitas air standar mutu
laboratorium. Alat analisis yang digunakan adalah metode Storet dan Analisis Dampak Bisnis. Parameter
kimia yang di atas ambang batas baku mutu adalah: oksigen terlarut, besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn),
nitrit (NO2-N), nitrat (NO3-N), sulfat (SO4), khlorida (Cl), sulfida sebagai H2S, KOB (BOD5), dan KOK (COD).
Kondisi kualitas air dapat dikatakan telah tercemar berat (kategori D) oleh kegiatan antropogenik yang ada
di hulu sungai Citarum dan di sekitar perairan Waduk Jatiluhur. Kondisi ini dapat mengancam dan
berdampak negatif terhadap infrastruktur waduk, bisnis vital, ketersediaan air minum dan air irigasi serta
mengancam biota air lainnya.
Kata kunci: Kualitas air, pencemaran, sumber daya air, waduk Jatiluhur, metode storet

ABSTRACT
The Jatiluhur Reservoir is the largest and multipurpose. Indonesia, currently faced with problems regarding
the quality and quantity of water resource especially pollution problems. In this research has been conducted
an analysis of the status of water quality and analysis of their impact on the threat to vital business process,
especially with regard to management of water resources. The location research carried out at Perum Jasa
Tirta II as the authority of Jatiluhur Reservoir. The data used in this research is primary data from the
obtained field research activities through the sampling conducted at Jatiluhur reservoir water and the waters
of river basin (DAS) after the Jatiluhur Reservoir outlet with reference to size the parameters of water quality
using laboratory quality standard. The Analytical tools used are the method Business Impact Analysis and
Storet. Chemical parameters above the quality standard limits are: dissolved oxygen, ferro (Fe), manganese
(Mn), zinc (Zn), nitrite (NO2-N), nitrate (NO3-N), sulphate (SO4), chloride (Cl), sulfide (H2S), BOD5, and COD.
Condition of water quality can be said to have been classified as heavily polluted (category D) by
anthropogenic activities that are in the upper reaches of the river Citarum and around Jatiluhur Reservoir
waters. These conditions can threat and negatively impact vital business of the infrastructure, reservoirs, the
availability of drinking water and irrigation water and other water biota.
Key words: Water quality, pollution, water resources, Jatiluhur reservoir, storet method

47
Jurnal Sumber Daya Air Vol.12 No. 1, Mei 2016: 47 - 60

PENDAHULUAN penurunan debit dan volume air, run off tinggi,


pembuangan limbah industri dari pabrik dan
Kualitas air adalah istilah yang limbah domestik, dan penggunaan lahan yang
menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air buruk (Miyazato dan Khan 2004). Selain itu,
untuk penggunaan tertentu atau untuk ekosistem air tawar yang tinggi biodiversitasnya
mempertahankan berbagai penggunaan atau saat ini terus berkurang lebih cepat,
proses (Meybeck et al. 1996), misalnya untuk air dibandingkan dengan ekosistem laut ataupun
minum, irigasi, industri, perikanan, pertanian, darat. Hal tersebut dapat terjadi, menurut Riani
hidropower, rekreasi dan sebagainya. Waduk (2012) karena ekosistem perairan merupakan
Jatiluhur sebagai salah satu waduk terbesar di ekosistem yang rentan mengalami perubahan
Indonesia dan multifungsi, membendung aliran dan air merupakan pelarut yang sangat baik
Sungai Citarum di kecamatan Jatiluhur, sehingga berbagai bahan (kecuali yang memiliki
kabupaten Purwakarta provinsi Jawa Barat. sifat seperti lemak) akan mudah terlarut. Sifat air
Waduk Jatiluhur merupakan bendungan tersebut seringkali mengakibatkan begitu mudah
multiguna, dengan fungsi utamanya untuk terjadi perubahan kualitasnya atau tercemar.
memenuhi kebutuhan irigasi lahan persawahan
sekitar 242.000 ha, pasokan air baku minum DKI Kualitas air yang buruk berpotensi
Jakarta dan sekitarnya, pembangkit listrik dengan mengganggu fungsi utama suatu waduk dan
kapasitas terpasang 187,5 MW, pengendali banjir mengancam keberlangsungan pengelolaan
di Kabupaten Karawang, Bekasi dan Jakarta, sumber daya air serta kerusakan lingkungan.
pasokan air untuk industri dan untuk budidaya Gangguan terhadap fungsi-fungsi Waduk
perikanan darat seluas 20.000 ha, untuk Jatiluhur dapat menimbulkan kerugian yang
pariwisata dan olahraga air (PJT II 2015). Lebih besar seperti terganggunya sistem irigasi,
dari sembilan juta penduduk di kawasan Daerah terganggunya pasokan air baku untuk DKI dan
Aliran Sungai (DAS) Citarum memanfaatkan air warga sekitar maupun industri, rusaknya turbin
Sungai Citarum untuk kehidupan, sebagian besar pembangkit listrik tenaga air (PLTA); tingginya
(87%) digunakan untuk irigasi sementara sisanya biaya pemeliharaan, sejumlah pintu air
untuk kebutuhan domestik dan air industri bendungan tidak dapat dioperasikan otomatis
(Supangat dan Paimin 2007). Bahkan yang tidak dan turunnya umur ekonomis peralatan (life
kalah pentingnya adalah sebagai sumber pasokan cycle) akibat korosi, dapat tidak
air baku minum bagi PDAM dan PAM Jaya dengan tertanggulanginya banjir pada Kabupaten
sekitarnya 85% tergantung pada Waduk Jatiluhur Karawang dan Bekasi, rusaknya budidaya
(PJT II 2014 & PAM DKI Jakarta 2012). perikanan dan terganggunya kegiatan pariwisata.
Gangguan tersebut dapat berupa masalah
Setiap penggunaan tertentu akan memiliki internal di Waduk Jatiluhur (kerusakan sistem
persyaratan tertentu parameter fisika, kimia, dan peralatan serta saluran), ancaman bencana
atau biologi karakteristik air (Lewiss 2008). alam (banjir, gempa bumi, dan longsor), konflik
Misalnya batasan yang diperbolehkan dari kepentingan, dan sabotase. Situasi tersebut,
konsentrasi zat-zat beracun untuk air minum, selain dapat menimbulkan korban jiwa dan
suhu dan pH untuk mendukung komunitas mengancam seluruh sendi kehidupan sekitarnya,
invertebrata. Akibatnya, kualitas air dapat juga dapat menghambat dan melumpuhkan
didefinisikan oleh berbagai variabel yang aktifitas bisnis, serta merupakan ancaman
membatasi penggunaan air. Meskipun banyak kerusakan lingkungan, bahkan dapat mengancam
kegunaan memiliki beberapa persyaratan umum stabilitas negara. Oleh sebab itu, diperlukan
untuk parameter tertentu, setiap penggunaan manajemen terpadu dan menyeluruh agar Waduk
akan memiliki tuntutan sendiri dan pengaruhnya Jatiluhur dapat tetap menjalankan fungsi
terhadap kualitas air. Upaya untuk meningkatkan utamanya walaupun terdapat gangguan atau
atau mempertahankan kualitas air tertentu bencana guna melindungi kepentingan
sering kompromi antara tuntutan kualitas dan shareholders dan para pemangku kepentingan.
kuantitas pengguna yang berbeda. Green business continuity management (GBCM)
Terdapat permasalahan mengenai kualitas atau yang biasa dikenal sebagai Manajemen
dan kuantitas sumber daya air Sungai Citarum, Kelangsungan Bisnis berbasis ramah lingkungan
yang merupakan sungai aliran Waduk Jatiluhur. atau BCM berbasis lingkungan adalah salah satu
Permasalahan tersebut antara lain tingginya pendekatan yang dapat menanggulangi masalah
tingkat sedimentasi akibat erosi tanah dan tata tersebut. Dalam penelitian ini yang dilakukan
guna lahan, rendahnya kualitas air sungai akibat adalah menganalisis status mutu air dan
tingginya kandungan polutan dalam air, menganalisis dampaknya terhadap ancaman
kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada critical business process (proses bisnis vital).
musim hujan (fluktuasi permukaan air),

48
Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)

Lokasi penelitian di PJT II sebagai pengelola lainnya dan sangat dipengaruhi oleh ekosistem
Waduk Jatiluhur, tepatnya Sub Sistem Tarum sungai atau DAS yang dibendungnya. Pada
Barat. Pengambilan contoh untuk kualitas air umumnya fluktuasi permukaan air waduk tinggi
dilakukan pada (1) Perairan Waduk Jatiluhur, mengingat fungsi utamanya sebagai pembangkit
yang secara administratif berada di Kabupaten tenaga listrik, penyedia air irigasi dan pengendali
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan banjir. Kualitas air waduk biasanya dapat lebih
Kabupaten Purwakarta; (2) Perairan DAS setelah stabil dan produksi perikanannya lebih tinggi bila
outlet Waduk Jatiluhur yang berada wilayah dibandingkan dengan sungai asalnya.
administrasi di Kabupaten Karawang, Kabupaten Purnomo et al. (1993) mengklasifikasikan
Bekasi, Kota Bekasi dan Kota Jakarta Timur. waduk menurut beberapa faktor diantaranya:
a. Berdasarkan fungsinya:
KAJIAN PUSTAKA 1 Waduk tunggal guna, yaitu waduk yang
dibangun untuk satu keperluan misalnya
1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
pemenuhan kebutuhan air irigasi
Menurut kamus Webster (1996), DAS pertanian. Waduk tunggal guna biasanya
merupakan sebagai suatu hamparan wilayah atau relatif tidak luas (kurang dari 500 ha)
kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi dan tidak dalam (kurang dari 15 m).
(punggung bukit) yang menerima menyimpan Waduk demikian banyak dibangun di
dan mengumpulkan air hujan, sedimen, dan Jawa pada masa pemerintahan Belanda.
unsur hara serta mengalirkan melalui anak-anak
2 Waduk serbaguna, yaitu waduk yang
sungai dan keluar pada sungai utama yang
dibangun untuk berbagai keperluan.
diteruskan ke laut atau danau. Dari batasan
Fungsi utama biasanya untuk PLTA,
tersebut dapat dikatakan bahwa DAS merupakan
pencegah banjir dan pemasok air irigasi,
suatu ekosistem yang di dalamnya terjadi suatu
sedangkan fungsi tambahannya adalah
proses antara faktor-faktor biotik, nonbiotik, dan
untuk industri dan rumah tangga.
manusia yang saling berinteraksi satu sama lain
(Suripin 2002). Oleh karena itu, hubungan DAS b. Berdasarkan luas permukaan air :
Hulu dan DAS Hilir mempunyai keterkaitan 1 Waduk yang sangat luas, luas
biofisik dan non-biofisik satu sama lain melalui genangannya lebih besar atau sama
daur hidrologi. dengan 100000 ha.
Pengelolaan DAS dalam menjaga fungsi 2 Waduk yang luas, luas genangannya
hidrologi berarti pengelolaan sumberdaya alam antara 10000 sampai lebih kecil dari
yang dapat pulih kembali dalam suatu DAS, 100000 ha.
seperti vegetasi, tanah, dan air. Manan (1977) 3 Waduk sedang, luas genangannya antara
menyebutkan bahwa tujuan dari pengelolaan 1000 sampai lebih kecil 10000 ha
tersebut adalah untuk dapat menghasilkan
4 Waduk kecil, luas genangan antara 100
produk air atau tata air yang baik bagi
sampai 1000 ha
kepentingan pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, perindustrian dan masyarakat, 5 Waduk sangat kecil, luas genangan
seperti kepentingan air minum, irigasi, industri, antara 1 sampai lebih kecil dari 100 ha
tenaga listrik, dan pariwisata. Untuk itu, c. Berdasarkan fungsi dan morfologinya (luas
pengelolaan DAS bertujuan melakukan dan kedalaman), maka waduk serbaguna,
pengelolaan sumberdaya alam (SDA) secara luasnya lebih dari 500 ha dengan kedalaman
rasional agar dapat dimanfaatkan secara optimal antara 30-100 m. Berfungsi untuk berbagai
dan berkesinambungan serta diperoleh kondisi keperluan.
tata air yang berkualitas. Masalah lingkungan perairan yang harus
2 Danau Buatan (Waduk) mendapat perhatian antara lain, 1) pencemaran
Menurut Wetzel (2001) danau buatan atau air, 2) erosi dan degradasi lahan, 3) kehilangan
waduk atau bendungan adalah badan air yang keragaman hayati (loss of biodiversity) dan 4)
terbentuk karena pembendungan aliran sungai. deforestasi. Masalah sedimentasi menjadi
Waduk merupakan badan air yang karakteristik ancaman besar kelestarian sumberdaya perairan
fisika, kimia, dan biologis berbeda dari sungai di Indonesia. Beberapa penyebab masalah
yang dibendung dan kualitas waduk lebih stabil tersebut yang terpenting yaitu, 1) terdapat
dibandingkan dengan sungai asalnya. Waduk kesenjangan yang besar antara kapasitas (daya
terbentuk karena pembendungan aliran sungai dukung) perairan dibandingkan dengan jumlah
oleh manusia. Karakteristik organisme hidup permintaan untuk kebutuhan seperti industri,
perairan suatu waduk dapat berbeda satu sama rumah tangga, dan penggunaan lainnya, serta 2)

49
Jurnal Sumber Daya Air Vol.12 No. 1, Mei 2016: 47 - 60

rendahnya rasa memiliki dan rasa tanggung d. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai
jawab masyarakat terhadap kelestarian baku mutu air, maka diberi skor.
sumberdaya perairan, sehingga menyulitkan (Lihat tabel 1).
upaya-upaya mengatasi degradasi, pencemaran, e. Jumlah Negatif dari seluruh parameter
sedimentasi, dan eutrofikasi (Sukimin 1999). dihitung dan ditentukan status mutunya dari
3 Kualitas Fisika dan Kimia Perairan jumlah skor yang didapat dengan
Kualitas perairan dapat diketahui menggunakan sistem nilai.
berdasarkan parameter-parameter fisika, kimia, f. Jika dalam perhitungan, tidak ditemukan
dan biologi yang dapat diukur. Parameter- nilai ambang batas suatu parameter yang
parameter tersebut memiliki karakteristik dan diukur, maka parameter tersebut tidak perlu
standar masing-masing yang dapat dihitung.
mengklasifikasikan perairan tersebut dapat Dengan langkah-langkah tersebut di atas
dikatakan baik atau bahkan buruk. Parameter setiap parameter kimia atau fisika yang diukur
Fisika meliputi suhu, zat padat terlarut, dihitung masing-masing skor status mutunya.
kekeruhan, sedangkan parameter Kimia, yakni
nilai pH, total padatan terlarut, oksigen terlarut,
besi (Fe), seng (Zn), amoniak bebas (NH3-N), METODOLOGI
nitrit (NO2-N), sulfat (SO4), sulfida (H2S), 1 Waktu Penelitian
kebutuhan oksigen biokimiawi (biochemical Kegiatan penelitian meliputi kegiatan di
oxygen demand/BOD) dan kebutuhan oksigen lapangan maupun di laboratorium yang secara
kimiawi (chemical oxygen demand/COD). keseluruhan dilakukan dari bulan Desember
4 Indeks Kualitas Air (IKA): Metode 2012 sampai dengan April 2014 dan juga data
Storet Tarum Barat (Intake Cikarang - Kota Jababeka),
Beberapa metode penentuan indeks kualitas Januari 2014 – Agustus 2015. Parameter kualitas
air (IKA) adalah Indeks Pencemaran (Pollutan air dianalisis di Laboratorium Perusahaan Umum
Index), metode Storet, dan metode Canadian (Perum) Jasa Tirta II atau PJT II, sedangkan data
Council of Ministers of Environment (CCME). Tarum Barat Januari 2014 – Agustus 2015
Metode yang digunakan untuk penentuan status diperoleh hasil penelitian PT Jababeka
mutu air pada penelitian ini adalah metode Infrastruktur di Intake Cikarang (B.Tb.29 dan
Storet. B.Tb. 33).
Metode Storet merupakan salah satu metode Pada penelitian ini minimal ada 16
untuk menentukan status mutu air yang umum parameter kualitas air yang dianalisis, khususnya
digunakan. Dengan metode Storet ini dapat yang diambil lima stasiun pengamatan. Data
diketahui parameter-parameter yang telah lainnya dari Intake Cikarang (B.Tb.29 dan B.Tb.
memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara 33) periode Januari 2014 – Agustus 2015 dan
prinsip metoda Storet adalah membandingkan data kualitas lainnya Citarum outlet Jatiluhur
antara data kualitas air dengan baku mutu air periode 2013 dari BPLHD Jabar.
yang disesuaikan dengan peruntukannya guna 2 Analisis Data
menentukan status mutu air. Cara untuk Data kualitas air dianalisis menggunakan
menentukan status mutu air adalah dengan metode Storet. Pengambilan data kualitas air
menggunakan sistem nilai dari United State- dilakukan lebih dari satu kali pengambilan
Environmental Protection Agency (US-EPA). spesimen dan jumlah data yang banyak serta
Prosedur Penggunaan Penentuan status dalam kurun waktu panjang (time series) oleh
mutu air dengan menggunakan metode STORET karena itu metode penentuan Indeks Kualitas Air
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai menggunakan metode Storet. Hal ini dilakukan
berikut : agar Indeks Kualitas Air lebih objektif (Saraswati
a. Pengumpulan data kualitas dan debit air et al. 2014 dan Lumb et al. 2006), sedangkan
secara periodik sehingga membentuk data analisis dampaknya menggunakan Business
dari waktu ke waktu (deret waktu atau time Impact Analysis (BIA) dengan pendekatan
series). lingkungan.
b. Bandingkan data hasil pengukuran kualitas 3 Metode Storet
air dengan nilai baku mutu sesuai dengan Secara prinsip, penentuan status mutu air
kelas air. dengan metode Storet adalah membandingkan
c. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku data kualitas air dengan baku mutu sesuai
mutu air maka diberi skor 0. dengan peruntukkannya. Berdasarkan United
States - Environment Protection Agency (US-EPA).

50
Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)

Status mutu air diklasifikasikan dalam empat H2S, BOD dan COD; sedangkan konsentrasi dari
kelas: yaitu kelas A = baik sekali/memenuhi baku parameter zat padatan terlarut, seng (Zn),
mutu, skor 0; kelas B = baik/tercemar ringan, amoniak (NH3), nitrat, nitrit, sulfat, dan klorida
skor –1 sampai –10; kelas C = sedang/tercemar (Cl) hampir melebihi/mendekati baku mutu.
ringan, skor -11 sampai dengan -30; kelas D = Konsentrasi kekeruhan dan zat padat terlarut,
buruk/ tercemar berat, skor ≤ - 31. walau secara umum masih normal namun cukup
Tabel 1 Penentuan sistem nilai untuk mengkhawatirkan, terutama saat musim hujan
menentukan status mutu air terjadi, sedimentasi kekeruhan dapat mencapai
lebih dari 10.000 NTU. Namun, teknologi yang
Jumlah Parameter ada hanya mampu mengolah air dengan tingkat
Nilai
Parameter Fisiska Kimia Biologi kekeruhan 5-1.000 NTU dan kadar maksimum
untuk tingkat kekeruhan adalah 5 NTU (Rak
< 10 Maksimum -1 -2 -3 2013).
Minimum -1 -2 -3
Hasil pengamatan yang dilakukan di Waduk
Rata-rata -3 -6 -9
Jatiluhur, didapatkan variasi rataan hasil oksigen
≥ 10 Maksimum -2 -4 -6
terlarut 4,26-8,16 ppm. Konsentrasi oksigen
Minimum -2 -4 -6
terlarut di perairan waduk antara Januari-
Rata-rata -6 -12 18
September 2013 berada di stasiun tertentu cukup
Sumber: KepMen LH no KEP 115/MENLH/2003
tinggi, namun beberapa lokasi konsentrasinya
Minus menunjukkan bahwa nilai pengukuran cukup rendah (4). Konsentrasi oksigen terlarut
parameter (kimia/fisika/biologi) pada saat yang lebih rendah terjadi karena tingginya bahan
penelitian berada diatas baku-mutu yang organik. Di lain pihak penguraian bahan organik
ditetapkan. Sebagai contoh, baku mutu NH3-N yang terjadi di perairan akan mengurangi
(parameter kimia) adalah 0,02 mg/l, sementara kandungan oksigen terlarut (Kannel et al. 2007).
dari hasil pengukuran nilai maksimum 1,53 mg/l, Bahan organik yang dianalisis di perairan waduk
nilai minimum tidak terdeteksi maka nilai rerata dan setelah outlet Waduk Jatiluhur menunjukkan
untuk NH3-N adalah 0,596 mg/l. Skor akhir untuk nilai yang tinggi jika dibandingkan dengan BMA,
NH3-N adalah nilai maksimum (-2) ditambah nilai hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut
rerata (-6) atau total skor (-8), itu untuk kasus telah terkontaminasi bahan organik. Hal ini
jumlah parameter kurang dari 10, pada penelitian ditunjukkan dengan nilai BOD dan COD yang
ini jumlah parameter yang fisika dan kimia yang melebihi BMA ditetapkan. Tingginya nilai BOD
diukur lebih dari 10 parameter, tepatnya ada dan COD diduga berasal dari serasah guguran
minimal sekitar 16 parameter. Sehingga acuan daun-daun pepohonan dan aktivitas masyarakat
penilaian dari Tabel 1 berdasarkan jumlah yang tinggal disekitar Waduk Jatiluhur seperti
parameter lebih dari 10. persawahan dan peternakan serta pariwisata dan
juga aktivitas industri yang ada di hulu Sungai
HASIL DAN PEMBAHASAN Citarum serta dari sisa pakan kegiatan Keramba
Jaring Apung (KJA).
1 Evaluasi Data dan Kualitas Air Air yang berasal dari Waduk Jatiluhur
Pada penelitian ini parameter-parameter merupakan sumber air bersih terbesar yang
kualitas Perairan Waduk Jatiluhur, dianalisis dan digunakan untuk air minum warga DKI Jakarta.
dievaluasi setelah dilakukan proses smoothing Namun dari hasil analisis penelitian diketahui
untuk data pencilan dan data kosong. Adapun nilai besi (Fe) yang ada di perairan Waduk
kualitas air di lokasi penelitian ini dilihat dari Jatiluhur dan juga setelah outlet Waduk Jatiluhur
parameter fisika (suhu, zat padat terlarut, telah melebihi batas baku mutu yang telah
kekeruhan) dan kimia, yakni pH, oksigen terlarut, ditentukan (Gambar 1). Adanya kandungan Fe
besi (Fe), seng (Zn), amoniak bebas (NH3-N), dalam air menyebabkan warna air tersebut
nitrit (NO2-N), sulfat (SO4), sulfida (H2S), berubah menjadi kuning-coklat-kemerahan
kebutuhan oksigen biokimiawi (biochemical setelah beberapa saat kontak dengan udara.
oxygen demand/BOD) dan kebutuhan oksigen Kondisi tersebut disamping dapat mengganggu
kimiawi (chemical oxygen demand/COD) yang kesehatan juga menimbulkan bau yang kurang
selanjutnya dibandingkan standar Baku Mutu Air enak serta menyebabkan warna kuning pada
(BMA) menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 kelas 1. dinding bak serta bercak-bercak kuning pada
Dari pengambilan data kualitas air dilakukan pakaian. Oleh karena itu berdasarkan PP RI No.
pada periode 2013-2014 terlihat beberapa 20 Tahun 1990, kadar (Fe) dalam air minum
parameter yang sudah di atas baku mutu air kelas maksimum yang dibolehkan adalah 0,3 mg/lt,
I yaitu konsentrasi kekeruhan (turbidity), oksigen dan kadar mangan (Mn) dalam air minum yang
terlarut, besi (Fe), mangan (Mn), Sulfida sebagai diperbolehkan adalah 0,1 mg/lt. Sebagian besar
51
Jurnal Sumber Daya Air Vol.12 No. 1, Mei 2016: 47 - 60

area pengambilan sampel menggambarkan berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya


Waduk Jatiluhur telah tercemar oleh besi. proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin
Konsentrasi Zn berdasarkan ketetapan baku darah, yang selanjutnya membentuk met-
mutu PP Nomor 82 di semua pengamatan di hemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen.
Waduk Jatiluhur masih dalam rentang aman, Selain itu, NO2 juga dapat menimbulkan
karena kebutuhan air untuk pengolahan air nitrosamin (RR’N – NO) pada air buangan
minum secara konvensional masih tertentu yang dapat menyebabkan kanker.
memperbolehkan kandungan Zn<0.05 mg/l. Penetapan nitrogen pada umumnya digunakan
Padahal target pengukuran air waduk/sungai sebagai pengontrol derajat purifikasi yang terjadi
bukan hanya spesifik air waduk, namun pada pengolahan biologis (Alaerts dan Santika
menggunakan tolak ukur alamiah waduk yang 1987).
memiliki multi fungsi (Dudgeon 2008). Pengamatan dilakukan pada 17 titik
Hasil pengukuran kadar nitrit di setiap pengukuran yang dilakukan dari Desember 2012
stasiun pengamatan pada perairan Waduk hingga Maret 2014 (kecuali Mei 2013). Hasil
Jatiluhur dan di perairan setelah outlet Waduk pengukuran kadar sulfat di setiap stasiun
Jatiluhur mempunyai nilai rata-rata berkisar pengamatan pada perairan Waduk Jatiluhur
antara 0,001 – 0,150 mg/l. Kondisi tersebut telah memiliki nilai konsentrasi rata-rata yang berkisar
melebihi batas baku mutu yang ditentukan antara 23,4–61,6 mg/l. Pada perairan Waduk
pemerintah RI sehingga cukup mengkhawatirkan. Jatiluhur konsentrasi sulfat paling tinggi
Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan ditemukan pada stasiun pengamatan waduk 1
limbah domestik. Kadar nitrit pada perairan pada Desember 2013. Hasil pengukuran kadar
relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi sulfat di setiap stasiun pengamatan pada perairan
nitrat. Di perairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 setelah outlet Waduk Jatiluhur memiliki
mg/liter (Sawyer dan McCarty, 1978). Bagi konsentrasi rata-rata yang berkisar antara 29,6 –
manusia dan hewan, nitrit bersifat lebih toksik 62,7 mg/l. Kadar sulfat yang diperoleh selama
daripada nitrat (Alaerts dan Santika 1987). penelitian masih dibawah baku mutu air kelas I,
Garam-garam nitrit digunakan sebagai II, III dan IV. Perubahan atau naik turunnya
penghambat terjadinya proses korosi pada kandungan sulfat diduga masukan sisa pakan
industri. Pada manusia, konsumsi nitrit yang Keramba Jaring Apung (KJA) dan dari kegiatan

(a) (b)

(c) (d)

(e)
Gambar 1 Sebaran besi (Fe) pada setiap stasiun pengambilan contoh di Waduk Jatiluhur (a= waduk 1,
b=waduk 2, c=waduk 3, d=waduk 4, dan setelah outlet (e) Waduk Jatiluhur)

52
Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)

lainnya. merupakan bahan organik yang siap


Adanya konsentrasi sulfat pada perairan terdekomposisi (readily decomposable organic
Waduk Jatiluhur perlu diwaspadai, mengingat air matter). Clescerl et al. (1999) menambahkan BOD
waduk yang lebih dari 83% menjadi sumber air sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang
baku wilayah Jakarta (Perum Jasa Tirta II 2013 digunakan oleh populasi mikroba yang
dan PAM Jaya 2012). Selain hal tersebut, apabila terkandung dalam perairan sebagai respon
O2 tidak ada, akan terjadi dekomposisi secara terhadap masuknya bahan organik yang dapat
analog menghasilkan gas racun H2S. Reduksi diurai atau gambaran jumlah bahan organik
sulfat dan terbentuk ion sulfida. S- akan berubah mudah urai (biodegradable organics) yang ada di
menjadi H2S pada pH tertentu dan sebagian lepas perairan.
ke udara. Apabila pipa berventilasi baik dan BOD merupakan parameter yang umum
dindingnya kering, hal ini tidak akan dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran
menimbulkan masalah. Apabila terjadi hal bahan organik pada air limbah. Pemeriksaan BOD
sebaliknya, keseimbangan berkumpul pada diperlukan untuk menentukan beban
dinding bagian atas pipa. H2S larut dalam air pencemaran yang diperbolehkan akibat air
sesuai dengan tekanan parsial udara dalam pipa buangan dan untuk mendesain sistem
dan bakteri akan mengoksidasi H2S menjadi pengolahan secara biologis (Alaerts dan Santika
H2SO4, yang dapat merusak beton yang dikenal 1987). Hasil pengukuran nilai BOD di setiap
dengan ”crown” korosi (Clescerl et al. 1999). stasiun pengamatan pada perairan Waduk
Hasil pengukuran kadar sulfida sebagai H2S Jatiluhur memiliki mempunyai nilai konsentrasi
di setiap stasiun pengamatan pada perairan rata-rata yang berkisar antara 3–10 mg/l. Dari
Waduk Jatiluhur memiliki nilai konsentrasi rata- nilai BOD yang diperoleh selama penelitian di
rata berkisar antara 0,001–1,00 mg/l. Dari kadar seluruh lokasi dan semua waktu pengamatan
H2S yang diperoleh selama penelitian berada berada di atas BMA kriteria kelas 1 (2 mg/l). Hal
diatas baku BMA kelas 1 (0,002 mg/l). Perubahan tersebut mengindikasikan badan air Waduk
atau naik turunnya konsentrasi H2S di perairan Jatiluhur mengandung banyak pencemar organik
Waduk Jatiluhur diduga karena adanya masukan baik yang dihasilkan oleh buangan domestik dari
buangan limbah industri atau dihasilkan dari penduduk seperti sampah maupun limbah cair
proses dekomposisi bahan organik yaitu proses dan limbah industri yang dibuang ke sungai
reduksi sulfat oleh bakteri pada kondisi anaerob Citarum maupun ke Perairan Waduk Jatiluhur
(Hariyadi et al. 1992). langsung. Limbah tersebut kemungkinan besar
berasal dari limbah hotel, swalayan, industri
Sumber sulfida di perairan berasal dari
hingga permukiman yang berada di sepanjang
limbah industri atau dari proses dekomposisi
Sungai Citarum maupun yang ada di sekitar
bahan organik yaitu proses reduksi sulfat oleh
Waduk Jatiluhur. Selain itu, kandungan bahan
bakteri pada kondisi anaerob (Hariyadi et al.
organik dari kegiatan pertanian di hulu Sungai
1992). Pada dasarnya penentuan kadar sulfida
Citarum dan di sekitar waduk serta kegiatan
dibedakan menjadi sulfida total, sulfida terlarut
budidaya perikanan yang ada di perairan Waduk
(Dissolved sulfide) dan H2S (Hydrogen sulfide atau
Jatiluhur. Adanya bahan organik yang cukup
Unionized sulfide). Sulfida dalam bentuk H2S tak
tinggi (ditunjukkan dengan nilai BOD)
terionisasi (unionised H2S) bersifat sangat toksit
menyebabkan mikroba menjadi aktif dan
dan korosif terutama terhadap bahan-bahan yang
menguraikan bahan organik tersebut secara
berasal dari logam dan dipengaruhi oleh pH dan
biologis menjadi senyawa asam-asam organik.
suhu perairan. Sulfida total mencakup H2S, HS-,
Apabila kandungan zat-zat organik dalam limbah
dan sulfida yang berikatan dengan ion-ion logam
tinggi, maka semakin banyak oksigen yang
yang terdapat dalam bahan tersuspensi yang
dibutuhkan untuk mendegradasi zat-zat organik
dapat dilarutkan dengan asam, sedangkan
tersebut, sehingga nilai BOD akan semakin tinggi.
Dissolved sulfide merupakan sulfida yang terlarut
setelah bahan-bahan tersuspensi diendapkan. COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah
jumlah oksigen yang diperlukan agar
Kebutuhan oksigen biologi (BOD)
limbah organik yang ada di dalam air dapat
didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang
teroksidasi melalui reaksi kimia. Limbah organik
diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan
akan teroksidasi oleh kalium bichromat (K2Cr2O4)
bahan organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan
sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan H2O
bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini
serta sejumlah ion Chrom. Nilai COD merupakan
digunakan oleh organisme sebagai bahan
ukuran bagi tingkat pencemaran oleh bahan
makanan dan energinya diperoleh dari proses
organik. Hasil pengukuran nilai COD di setiap
oksidasi (Sawyer dan McCarty 1978). Bahan
stasiun pengamatan pada perairan Waduk
organik yang terdekomposisi dalam BOD
Jatiluhur memiliki nilai konsentrasi rata-rata
53
Jurnal Sumber Daya Air Vol.12 No. 1, Mei 2016: 47 - 60

yang berkisar antara 5,5– 24,6 mg/l. Hasil air tersebut memenuhi syarat sebagai air minum
pengukuran nilai COD di setiap stasiun atau tidak. Jika parameter ini melebihi batas nilai
pengamatan pada perairan setelah outlet Waduk baku mutu yang telah ditentukan maka akibatnya
Jatiluhur memiliki mempunyai konsentrasi rata- akan fatal, tidak hanya memberikan dampak
rata yang berkisar antara 10,4–30,15 mg/l. Nilai negatif pada lingkungan akan tetapi
COD yang diperoleh selama penelitian di seluruh mempengaruhi kesehatan tubuh manusia juga.
lokasi, hampir semua waktu pengamatan berada Tabel 2 Hasil perhitungan indeks Storet
di atas BMA. Nilai COD yang tinggi tersebut
disebabkan karena adanya pembuangan limbah Nilai Indeks
dari industri yang berada di hulu sungai Citarum Storet
Lokasi Keterangan
dan di sekitar Waduk Jatiluhur. Konsentrasi COD BMA
Kategori
Kelas 1
yang tinggi menunjukkan bahwa kadar pencemar
-116 Tercemar Rekapitulasi dan
organik yang ada dalam air tinggi. Salah satu Berat Evaluasi Data
penyebab tingginya konsentrasi pencemar STB Pengujian Kualitas
organik dalam air adalah adanya masukan limbah Air Saluran Induk
organik baik dari buangan sisa aktivitas manusia Tarum Barat
Waduk 1 -104 Tercemar Rekapitulasi dan
maupun limbah industri. Semakin tinggi Berat Evaluasi Data Hasil
konsentrasi COD menunjukkan bahwa Waduk 2 -74 Tercemar Pengujian Kualitas
kandungan senyawa organik tinggi tidak dapat Berat Waduk Ir. Djuanda
terdegredasi secara biologis. Waduk 3 -74 Tercemar
Berat
Nilai COD juga menyatakan jumlah oksigen Waduk 4 -94 Tercemar
yang dibutuhkan untuk proses kimiawi dalam Berat
menguraikan bahan organik yang tidak terurai Tarum Barat -104 Tercemar Hasil Pengukuran
secara biologi (non biodegradable organics) yang Intake Berat PT. Jababeka
Cikarang Infrastruktur
ada di perairan. Dapat dikatakan perairan Waduk Outlet Jatiluhur -145 Tercemar Hasil Pengujian
Jatiluhur dan perairan setelah outletnya telah Apr-Okt 2013 Berat BPLHD Jabar 2014
tercemar bahan organik yang tidak dapat
didegradasi secara biologi. Kondisi perairan Waduk Jatiluhur pada
umumnya fluktuatif yaitu baik volume maupun
2 Status Kualitas Air konsentrasi bahan pencemar selalu berubah
Hasil pengujian kualitas air waduk Jatiluhur setiap waktu. Selain volume pencemar yang
baik secara parameter fisika maupun kimia di dibuang fluktuatif setiap waktu, namun juga
beberapa titik pengamatan menujukkan rata-rata musim dapat mempengaruhi konsentrasi limbah
di atas BMA, kecuali Suhu, PH, Zat Padat Terlarut, di badan air Waduk Jatiluhur. Namun, kondisi
NH3-N, Zn, Nitrit, Nitrat dan Klorida. Hasil analisis kualitas air dapat dikatakan telah tercemar oleh
status mutu air dengan menggunakan metode kegiatan antropogenik yang ada di hulu sungai
Storet di lokasi Citarum STB menunjukkan bahwa Citarum dan di sekitar Waduk Jatiluhur. Hasil
total skor nilai Storetnya mencapai -116 dan analisis kualitas air yang dilakukan di perairan
disimpulkan bahwa pada periode Desember Waduk Jatiluhur dan di perairan setelah outlet
2012-April 2014 sudah tercemar berat (D). Waduk Jatiluhur mengacu BMA Kelas I, karena
Metode analisis yang sama juga dilakukan pada peruntukan air yang dipergunakan sebagai air
data hasil analisis kualitas air di lokasi lainnya, baku untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
dan diperoleh nilai indeks storet mutu air secara Permasalahan yang timbul pada Waduk
keseluruhan di tujuh lokasi. Hasilnya Jatiluhur akibat pengelolaan ekosistem waduk
menunjukkan bahwa semua lokasi perairan yang yang belum dilaksanakan dengan terpadu
dijadikan sampel sudah termasuk kategori diantaranya adalah pencemaran nutrien yang
tercemar berat (D), tingkat nilai cemar tertinggi menyebabkan penyuburan fitoplankton perairan.
berada di outlet Jatiluhur pada bulan April hingga Pencemaran nutrien tersebut telah memicu
Oktober 2013 yang dapat dilihat pada Tabel 2. pertumbuhan fitoplankton secara berlebihan
Tabel 2 menyimpulkan bahwa kualitas air sehingga terjadi blooming fitoplankton yang
waduk Jatiluhur dari waduk hingga ke Sub Sistem mengancam keberlanjutan fungsi waduk untuk
Tarum Barat sudah masuk kategori tercemar tempat budidaya perikanan. Nutrien utamanya
berat, khususnya untuk peruntukkan air minum. nitrogen (N) dan fosfor (P) yang terdapat pada
Kualitas air merupakan indikator yang penting Waduk Jatiluhur adalah hasil dekomposisi limbah
untuk mengetahui sejauh mana tingkat kelayakan organik dari kegiatan di sekitar waduk. Limbah
air untuk bisa dikonsumsi oleh manusia. Kualitas organik tersebut masuk ke dalam perairan waduk
air minum memiliki standar baku mutu yang dalam berbagai bentuk seperti partikel suspensi,
menjadi acuan apakah parameter dalam kualitas koloid dan larutan. Sebagian partikel tersebut

54
Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)

akan mengendap dan sebagian lagi akan masuk


ke badan air. Limbah organik tersebut jika
dibiarkan terus menerus akan menjadi eutrofik
dan umurnya menjadi pendek, akibat proses
sedimentasi bahan organik di dasar.
Selain itu, KJA yang terus meningkat di
kawasan Waduk Jatiluhur juga merupakan
permasalahan yang harus segera ditangani. Jika
kondisi demikian dibiarkan berlangsung terus
menerus maka mutu air waduk Jatiluhur akan
semakin buruk. Disamping itu juga menyebabkan
korosi pada pintu pelimpas yang seluruhnya
terbuat dari besi dan kematian masal ikan
budidaya KJA karena adanya pembalikan massa
air. Untuk mencegah kejadian serupa terulang
kembali, seharusnya unit KJA yang beroperasi Gambar 2 Kondisi keramba jaring apung (KJA) di
dikurangi setiap tahunnya karena semakin lama Waduk Jatiluhur (sumber: hasil
beroperasi dengan jumlah yang semakin banyak, observasi lapangan 2014)
maka akumulasi bahan organik di dasar perairan Dampak dari KJA selain menghasilkan
akan semakin banyak. Peningkatan bahan endapan pakan yang menyebabkan
organik yang menjadi nutrien tersebut meningkatnya H2S (senyawa belerang) dan
mengakibatkan meningkatnya kesuburan menjadikan korosi pada pintu air maupun pada
perairan dan densitas fitoplankton, sehingga turbin, juga menghasilkan sampah seperti
akan meningkatkan kebutuhan O2 yang stereoform yang digunakan sebagai pelampung
diperlukan fitoplankton pada malam hari. Pada dan limbah kotoran manusia, karena ada sekitar
kondisi populasi fitoplankton yang padat dan ± 3.500 orang yang tinggal di perairan Waduk
padatnya ikan dalam KJA, menyebabkan Jatiluhur baik yang bekerja di KJA atau sebagai
terjadinya defisit O2 yang lebih besar, akibatnya pemilik. Akibat adanya korosi pada pintu air
jumlah ikan dalam KJA yang mengalami kematian menyebabkan menurunnya umur ekonomis (life
juga meningkat. cycle) dari 10 tahun menjadi 4 tahun, hal tersebut
Permasalahan KJA di perairan Waduk berdampak signifikan pada meningkatnya biaya
Jatiluhur sendiri merupakan permasalahan serius pemeliharaan.
dan tidak dapat dianggap enteng karena jumlah Keberadaan KJA di Waduk Jatiluhur sebagai
KJA di Waduk Jatiluhur telah melebihi batas ancaman serius, karena sebagaimana
maksimal KJA bahkan pernah mencapai luas ± diilustrasikan pada Gambar 2, setiap satu petak
31.000 petak dan data terakhir Oktober 2015 KJA dengan ukuran 7x7 m, membutuhkan 3-7 ton
dari Humas PJT II setelah ditertibkan berjumlah pakan/tiga bulan. Apabila setiap petak dalam tiga
23.000 petak. Namun jumlah tersebut masih jauh bulan membutuhkan pakan sebanyak tiga ton
di atas jumlah ideal petak KJA yang berarti dalam satu tahun ada 12 ton pakan yang
diperbolehkan untuk beroperasi adalah sebanyak diberikan dikali jumlah petak KJA (23.000 -
4.040 petak. KJA yang terlampau banyak dapat 31.000 petak) yang ada di perairan Waduk
merusak daya dukung perairan Waduk Jatiluhur. Jatiluhur. Anggap saja yang aktif hanya 23.000
KJA tersebut dapat menyebabkan pencemaran air petak, berarti jumlah pakan yang ditaburkan ke
yaitu dari sisa pakan yang mengendap. Dampak perairan waduk dalam satu tahun mencapai
dari KJA ini adalah terjadinya degradasi 276.000 ton. Apabila limbah pakan yang terbuang
lingkungan perairan serta sedimentasi yang mencapai 30%, maka sedimentasi yang terjadi
meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan akibat limbah dari pakan KJA saja dapat
penelitian (McDonald et al. 1996) dalam mencapai 82.800 ton per tahun. Bayangkan kalau
budidaya perikanan secara komersial 30% dari KJAnya ada 31.000 petak dan keberadaan
total pakan yang diberikan tidak dikonsumsi oleh puluhan tahun serta pekerja KJA mencapai 3500
ikan sekitar 25-30% dari pakan yang dikonsumsi orang yang membuang kotoran ke waduk, maka
akan diekskresikan. Kartamiharja (1996; 1998) seberapa besar sidementasi dan pencemaran
mengemukakan bahwa pada budidaya KJA yang yang terjadi di perairan Waduk Jatiluhur.
dilakukan petani ikan di Jawa Barat menunjukkan Idealnya waduk tidak boleh ditempati oleh
bahwa jumlah pakan yang terbuang ke perairan manusia lebih dari 3.500 orang, sehingga harus di
berkisar antara 30-40%. Gambaran kondisi KJA hentikan, namun hal tersebut akan berbenturan
di Waduk Jatiluhur secara jelas dapat dilihat dengan Kementerian Perikanan dan Kementerian
pada Gambar 2. Pertanian.
55
Jurnal Sumber Daya Air Vol.12 No. 1, Mei 2016: 47 - 60

Akibat kondisi perairan Waduk Jatiluhur pembuangan limbahnya 10 kali melampaui baku
yang tercemar bahan organik dapat berdampak mutu yang telah ditetapkan (BPLHD Jabar 2010).
besar bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM Bahkan Riani et al. (2014) menjelaskan
dan PAM Jaya) karena kualitas air yang menurun. pencemaran yang diakibatkan oleh logam berat
PDAM dan PAM Jaya memerlukan biaya yang pada perairan Waduk Saguling (bagian hulu
cukup tinggi untuk melakukan proses pengolahan Waduk Jatiluhur) telah berpengaruh negatif
air yang tercemar. Selain itu pada pipa distribusi terhadap kehidupan organisme sebagai efek
air baku, bahan organik secara tidak langsung teratogenik, yang mengakibatkan gangguan
dapat menimbulkan kerak yang dapat reproduksi yang menyebabkan unviable embryo
mengakibatkan pemampatan, mempengaruhi (embrio yang cacat), kematian, dan lain-lain.
aliran air, menaikkan faktor kekasaran dan Artinya pencemaran di perairan waduk
mengakibatkan debit turun. Dalam pipa distribusi merupakan permasalahan serius, tidak hanya
air baku juga berpotensi terjadi proses mengakibatkan kualitas air yang buruk, tetapi
perubahan secara biologis selama transportasi mengancam kehidupan organisme di dalamnya
air buangan. dan mengancam mahluk hidup yang
Manajemen PT Indonesia Power (2014) mengkonsumsinya cepat atau lambat.
menyatakan kualitas air Sungai Citarum yang di Adapun jenis dan jumlah industri di DAS
bendung di Waduk Jatiluhur dari waktu ke waktu Citarum Hulu cukup beragam, mulai dari industri
mengalami degradasi kualitas menjadi tekstil, elektroplating, kulit sampai kepada
permasalahan karena kerap mengganggu industri logam yang tersebar dari Kabupaten
peralatan PLTA. Kualitas air Sungai Citarum Sumedang, Kab Bandung, Kota Bandung dan
tersebut sudah masuk golongan D atau tidak Kota Cimahi. Jumlah industri di DAS Citarum
layak minum akibat tata guna lahan DAS Citarum tidak kurang dari 359 perusahaan. Distribusi
sudah rusak sehingga menyebabkan industri di DAS Citarum tersebar dari hulu,
meningkatnya turbidity (kekeruhan), limbah tengah hingga sampai ke hilir Bekasi (Direktori
industri dan rumah tangga. Sampah dan gulma Perusahaan, PUSDATIN Kementerian
atau ganggang yang menumpuk di waduk juga Perindustrian 2012). Banyaknya jenis dan jumlah
meningkat tajam. Sedimentasi yang masuk ke industri serta distribusinya di sepanjang DAS
Waduk Jatiluhur cukup tinggi, yakni sebesar Citarum sungguh hal yang sangat
7000000 M3 per tahun. Dengan adanya kondisi memprihatinkan, terutama di hulu. Karena
tersebut semakin menguatkan hasil penelitian potensi pencemaran sungai (DAS Citarum) tidak
bahwa kerusakan atau korosi pada turbin dapat dielakkan dan sudah terjadi. Seharusnya
mengurangi umur pakai turbin. Mesin dan turbin pemerintah dan pemerintah daerah dari awal
yang cepat korosi, mengakibatkan pemeliharaan melarang tumbuhnya sektor indutri di DAS hulu
harus ditingkatkan, serta biaya, dan waktu Sungai Citarum karena sangat membahayakan.
sehingga mengurangi jam operasi. Fungsi Karena sudah terjadi, maka pemerintah
pendingin generator yang memakai air Waduk harus berani melakukan tindakan yang tegas
Jatiluhur juga berkurang karena kualitas air dengan penegakan hukum (law emporcement)
turun. Temuan dan gambaran kualitas air di dan berani memberikan sanksi kepada pelaku
Waduk Jatiluhur, khususnya di Tarum Barat di industri yang melanggar, mulai dari mewajikan
atas diperkuat juga hasil penelitian yang disusun melakukan pengelolahan limbah industri dengan
AS Birry dan Hilda Meutia (2012) yang baik, pemberian sanksi punishment yang tegas
diterbitkan Greenpeace Asia Tenggara dan Walhi dan terukur sampai kepada penutupan usaha.
Jawa Barat yang menyatakan bahwa Sungai Kalau tidak dilakukan maka lambat laun bencana
Citarum Jawa Barat merupakan sungai yang pasti terjadi.
paling tercemar di Indonesia. Karena daerah
Akibat dari banyaknya jenis dan jumlah
aliran sungai Citarum didominasi oleh sektor
industri yang tersebar di sepanjang DAS Citarum
industri manufaktur seperti tekstil, kimia, kertas,
telah terjadi perubahan keasaman (PH) air
kulit, logam khususnya elektroplating, farmasi,
sungai Citarum, bahkan dari hasil data penelitian
produk makanan dan minimum dan lainnya.
ini air Waduk Jatiluhur pH berkisar kurang dari
Padahal Citarum merupakan sumber pasokan air
tujuh (7), bahkan sekitar 6 atau kurang. Belum
minum bagi provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.
lagi status pencemaran organik juga sudah terjadi
Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh Badan dan Sungai Citarum sudah tercemar logam berat.
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa
Barat (BPLHD Jabar) bahwa limbah industri jauh
lebih intens dalam hal konsentrasi dan
mengandung bahan-bahan berbahaya. Sebanyak
48% industri yang diamati, rata-rata
56
Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)

Gambar 3 Green Business Impact Analysis (modifikasi BIA ERM-IFAT-COSO, 2004 dan
Bsi 2007, Bsi 2012 dan The NS Emergency Management Office 2012)

Konsentrasi beberapa logam berat tingginya sumberdaya air, tentunya dalam pengelolaannya
melebihi baku mutu yang dipersyaratkan (berada secara berkelanjutan harus menggunakan
pada kondisi yang membayakan) baik untuk teknologi hijau dan harus dicegah dari
kelas air maupun limbah cair. Karena industri pencemaran sebagaimana diungkap dalam
tekstil adalah industri utama yang ada di sungai konsep utama GBCM (Gang 2010). Oleh karena
Citarum. Konskekuensinya, industri tekstil itu kualitas air dijadikan salah satu faktor kritis
menyumbang pencemaran logam berat terbesar. utama dalam kajian mitigasi pengelolaan sumber
Bahkan logam berat tersebut juga terjadi daya air dengan GBCM.
dalam sedimen sungai, hal ini dapat berdampak 3 Dampak Status Mutu Air terhadap
krusial (Birry dan Meutia 2012). Selain itu, pada Critical Business Process (Proses Bisnis
penelitian tersebut juga teridentikasi senyawa Vital/Strategi)
organik berbahaya dan beracun dalam air Sungai Berdasarkan analisis dampak bisnisnya
Citarum. Dengan demikian berdasarkan hasil dengan pendekatan lingkungan dalam hal ini
penelitian ini dan didukung beberapa referensi penulis menyebutnya risk map-green business
terkini lainnya dapat disimpulkan kualitas air impact analysis atau pendekatan GBCM
sungai Citarum, Waduk Jatiluhur (khususnya menunjukkan bahwa kualitas air sudah kategori
Tarum Barat) sudah tercemar dan membayakan. krisis-menuju disaster. Dimana kejadiannya
Karena kualitas air merupakan hal yang vital (likelihood atau probability) sudah terjadi dan
dan utama dalam sistem pengelolaan sumber sering (kategori frequent).
daya air, terutama untuk kebutuhan hidup dan Dampaknya (severity of the potential
sumber kehidupan maka kualitas air sebagai injury/damage) sudah pada level Catastrophics
faktor kritis dan bernilai sangat strategik pada dengan skor total 25 (likelihood x severity).
Waduk Jatiluhur. Kualitas air yang tidak baik dan Konsekuensinya, karena sudah level
tercemar berat dapat berdampak luas terhadap Catastrophics, maka harus dihentikan. Demikian
manusia, ekosistem dan telah mengganggu fungsi juga kuantitas/ketersediaan air baku untuk
utama waduk, bahkan berdampak kepada korosi minum sudah pada level kritis-disaster
bendungan dan pintu-pintu air serta turbin PLTA. (Catastrophics) dan sedimentasi yang terjadi juga
Usia pakai (life cycle) peralatan, khususnya pintu- demikian (Gambar 3).
pintu menjadi jauh berkurang, dari umumnya di Kualitas air yang sudah tercemar berat
atas 10 tahun, menjadi 2-4 tahun sehingga status berdampak langsung pada bertambahnya
di dalam pendekatan Green Business Contuinity anggaran operasional terhadap pemeliharaan
Management (GBCM), kondisi tersebut sudah infrastruktur dan fisik bangunan waduk setiap
pada tahap krisis menuju disaster. Sebagaimana tahun. Pengaruh kualitas air yang terus
diungkapkan oleh Shaw (2006) dan Gang (2012) memburuk akibat masalah di hulu Sungai
bahwa krisis bisnis dan pengelolaan Citarum maupun aktivitas manusia di sekitar
berkesinambungan sebagai suatu program atau di Bendungan Jatiluhur, dampaknya tidak
strategis dengan mendukung fungsi dan dapat dihindarkan dari pihak pengelola karena
subfungsi yang diintegrasikan. Kualitas air menjadi pihak yang menerima akibat (Gambar 4).
merupakan hal utama dalam pengelolaan Dampak ekologi yang terjadi sepanjang Daerah
57
Jurnal Sumber Daya Air Vol.12 No. 1, Mei 2016: 47 - 60

Aliran Sungai (DAS) Citarum pada hulu Kandungan ion-ion seperti mangan dalam air
menjadikan air yang tertampung pada waduk juga berbahaya untuk hewan ternak. Hal tersebut
berkualitas buruk atau tercemar dan berakibat bertambah parah pada saat musim kemarau
pada sifat korosif sehingga merusak turbin panjang, karena air Sungai Citarum selain
pembangkit listrik dan pintu-pintu pengalih air tercemar berat juga debit air sungainya
atau spill way bahkan juga berakibat terjadinya berkurang sehingga banyak saluran irigasi di
kerusakan pada dinding-dinding dam (korosi daerah tertentu kering yang berakibat muncul
beton) yang secara kebetulan usianya telah konflik antara petani dan peternak. Untuk
mencapai separuh lifetime-nya. pemukiman penduduk di sekitar aliran sungai
Dampak di hilir terjadi pada pengelolaan air dan anak sungai/saluran irigasi, kualitas air yang
bersih untuk minum (Perusahaan Daerah tercemar membuat masyarakat tidak dapat
Minum) Purwakarta dan Bekasi maupun PAM menggunakannya untuk mandi cuci dan kakus
Jaya yang menggunakan air Sungai Citarum serta kebutuhan lainnya.Keresahan masyarakat
sebagai bahan baku utama untuk produksi air ini dapat mengganggu tingkat kesejahteraan
bersih. Pengelolaan tersebut harus mengeluarkan masyarakat bawah terhadap pelayanan
dana miliaran rupiah untuk pengadaan alat dan kesehatan. Apabila masalah kesejahteraan terus
bahan penjernih air dari Waduk Jatiluhur. bergulir dan dampak ekonomi dari harga jual
Buruknya kualitas air Sungai Citarum saat ini yang terus merangkak naik akibat biaya produksi
menyebabkan PDAM perlu mengeluarkan biaya meningkat pada perusahaan air minum atau
seperti untuk menjernihkan air dengan bahan industri, seiring dengan semakin menurunnya
kimia atau kombinasi penggunaan beberapa kualitas air Sungai Citarum, maka hal tersebut
bahan kimia lainnya bahkan penggunaan menjadi potensi masalah pada kestabilan negara
teknologi yang lebih canggih, yang kesemuanya dalam bidang perekonomian.
itu akan memerlukan tambahan biaya produksi Dampak strategik pengembangan bisnis
yang tidak sedikit dan berujung pada harga jual kedepan terkait adalah bagaimana PJT-II dalam
yang lebih mahal. Demikian halnya dengan menyikapi kiriman air dari hulu yang berkualitas
perusahaan industri yang menggunakan air buruk/tercemar dan tertampung di reservoir
citarum untuk kebutuhan industri dan proses untuk dikurangi bahkan dinetralisir guna
produksi lainnya (Gambar 5). Air Citarum di hilir kepentingan stakeholders di hilir. PJT-II juga
yang mengalir sebagai saluran irigasi dipakai perlu mengelola dua pihak terkaitdi hulu dan
untuk sektor pertanian maupun perikanan. hilir sungai yang menjadi vektor dari core
Kualitas air yang tercemar berat bahan kimia business impact dengan berupaya aktif
atau logam tertentu dapat menurunkan jumlah menerapkan Law Enforcement dan terus
hasil panen, air yang tercemar bahan beracun meningkatkan government relationship untuk
(toksit) tidak dapat dipakai untuk membersihkan menguranginya kontinjensidari timbulnya
hasil panen seperti sayuran atau buah-buahan masalah dikemudian hari melalui pendekatan
karena dapat membahayakan yang GBCM dengan membuat model-model mitigasi
mengkonsumsinya. yang ada.

Gambar 4 Dampak kualitas air terhadap bendungan Jatiluhur

58
Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)

Gambar 5 Dampak terhadap proses bisnis vital (strategis)

KESIMPULAN [BPLHD] Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Daerah Jawa Barat. 2010. Buku Status
Kualitas air Waduk Jatiluhur khususnya
Lingkungan Tahunan (ASER). Jawa Barat:
Tarum-Barat sudah tercemar baik dari parameter
BPLHD.
Fisika, Kimia atau Biologi. Pencemaran tersebut
disebabkan oleh tata guna lahan yang buruk atau [BSi] The British Standards Institution. 2006.
konversi lahan di hulu, industri, pertanian, Business continuity management-Part 1:
sampah, limbah domestik dan aktifitas manusia Code of Practice.
di waduk (seperti KJA) dan di sekitar waduk. [BSi] The British Standards Institution. 2012.
Status mutu air sudah tergolong tercemar Societal security-Business continuity
berat (D) di semua titik pengamatan baik di management systems-Ruquirements.
waduk sendiri dan sub-sistem Tarum Barat yang
[BSi] British Standards. 2007. Business Continuity
dapat mengancam proses bisnis vital dari PJT II
dan mengancam ketersediaan pasokan air baku Management-Part 2: Specification (BS 25999-
untuk DKI Jakarta dan sekitarnya (PAM Jaya dan 2:2007)
PDAM). Chen Gang. 2010. Risk Evaluation of Business
Mutu air yang “Tercemar Berat” tersebut Continuity Management by Using Green
termasuk dalam katagori krisis menuju disaster Technology CETS 113: 86-92.
berdasarkan kriteria Green Business Continuity Chen Gang. 2012. Decision-Making Model of
Management dapat berdampak terhadap proses Business Continuity Management CETS
bisnis vital atau strategik. Hal tersebut telah 2(140): 285-289.
mengancam dan berdampak negatif terhadap
Clescerl L.S, Greenberg A.E, Eaton A.D., 1999.
bisnis vital (Core Business Process) khususnya
Standard Methods for Examination of Water
ketersediaan air baku minum (krisis air bersih)
& Wastewater (20th ed.). Washington:
dan air irigasi, infrastruktur (bendungan dan
pintu-pintu air), dapat mengancam fungsi American Public Health Association.
bendungan sebagai pengendali banjir untuk [COSO]The Committee of Sponsoring Organizations
kabupaten Kerawang dan sekitarnya dan sebagai of the Treadway Commission. 2004.
sumber PLTA, serta mengancam biota air lainnya. Enterprise Risk Management-Integrated
Pada akhirnya dapat mengancam stabilitas Framework: Application Techniques.
negara. Dudgeon D. 2008. Tropical Stream Ecology. Oxford:
Elsevier.
DAFTAR PUSTAKA Etty Riani. 2012. Perubahan Iklim dan Kehidupan
Ahmad A.B dan Hilda M. 2012. Bahan Beracun Biota Akuatik (Dampak pada Bioakumulasi
Lepas Kendali, Sebuah potret pencemaran BahanBerbahaya dan Beracun & Reproduksi).
Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun di Bogor: IPB Press.
Badan sungai serta beberapa titik G Alaerts dan Sri Sumestri S. 1987. Metode
pembuangan industry tak bertuan. Jawa Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Barat:Greenpeace Asia Tenggara dan Walhi.

59
Jurnal Sumber Daya Air Vol.12 No. 1, Mei 2016: 47 - 60

Hariyadi S, Suryadiputra INN, dan Widigdo B. 1992. Chironomidae), a case study from Saguling
Limnologi: Metode Analisa Kualitas Air. Dam, Indonesia. AACL Bioflux 7 (2): 76-84.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor: Saraswati S.P, Sunyoto, Kironot B.A, Hadisusanto S.
Institut Pertanian Bogor. 2014. Kajian bentuk sensitifitas rumus indeks
Kannel P.R, Lee S, Lee Y.S, Kanel S.R, Khan S.P., PI, Storet, CCME untuk penentuan status
2007. Application of Water Quality Indeces mutu perairan sungai tropis di Indonesia.
and Dissolved Oxygen as Indicators for River Jurnal Manusia dan Lingkungan 21 (2): 129-
Water Classification and Urban Impact 142.
Assessment. Journal of Environmental Sawyer C.N, McCarty P.L,. 1978. Chemistry for
Monitoring Assessment 132: 93-110. Environmental Engineering. McGraw Hill Int.
Kartamihardja E.S, Krismono. 1996 Pengembangan Shaw G.L., 2006. Business crisis and continuity
Teknologi Budidaya Ikan dalam Karamba management. The George Washington
Jaring Apung (KJA) yang Ramah Linkungan di University: Institute Crisis, Disaster, and Risk
Perairan Waduk. Balitkanwar, Sukamandi. Managmenet.
Kartamihardja E. S. 1998. Pengembangan dan Sukimin S. 1999. Pengelolaan dan Pemanfaatan
Pengelolaan Budidaya Ikan Dalam Keramba Perairan Waduk Ir. H. Djuanda untuk
Jaring Apung Ramah Lingkungan di Perairan Perikanan yang Berwawasan Lingkungan. Di
Waduk dan Danau Serbaguna. Prosiding dalam: Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau
simposium perikanan indonesia II:174-182. dan Waduk. Prosiding Semiloka Nasional;
Ujung pandang. Bogor, 30 Nov 1999. Bogor. XII-1 – XII-9.
Lumb A, Halliwell D, Sharma T. 2006. Application of Supangat A.B, Paimin. 2007. Kajian peran waduk
CCME Water Quality Index to Monitor Water sebagau pengendali kualitas air secara alami.
Quality: A Case of the Mackenzie River Basin Jurnal Geografi Universitas Muhamadiyah
Canada. Environment Monitoring and 21(2): 123-134.
Assessment 113: 411-429.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan
Meybeck M, Kuusisto E, Mäkelä A, Mälkki. 1996. Air. Yogyakarta: Andi.
Water Quality Monitoring - A Practical Guide
The NS Emergency Management Office. 2012.
to the Design and Implementation of
Business Continuity Management Program
Freshwater Quality Studies and Monitoring
Toolkit Version 1.0.
Programmes. Canada: UNEP/WHO.
T Miyazato, ME Khan. 2004. Technical Assistance to
PT Indonesia Power. 2014. Pencemaran Sungai
The Republic Of Indonesia For Preparing The
Citarum ancaman terhadap PLTA [diakses
Integrated Citarum Water Resources
tanggal 12 Januari 2016]. Tersedia pada
Management Project. Asian Development
http://www.antaranews.com dan
Bank. Southeast Asia Department. TAR:INO
http://article.wn.com
37049 August:1-14
Purnomo K, Krismono dan Sarnita A. 1993. Prosiding
Webster's Third New International Dictionary. 1986.
Pola Tata ruang Waduk dalam Penyerasian
Merriam-Webster Inc., USA
60 Tata Guna Air Bagi Pengelolaan
PerikananJatiluhur, Badan Penelitian dan Wetzel R.G. 2001.Limnology. Lake and River
Pengembangan Pertanian.Pusat Penelitian Ecosystem. 3rd Ed . San Diego: Academic Pr.
dan Pengembangan Perikanan.
Rak A. 2013. Water turbidity modelling during UCAPAN TERIMA KASIH
water treatment processes using artificial Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
neural networks. International Journal of terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Water Sciences, 2(3): 1-10. pihak Manajemen PJT II yang memberikan
Riani E, Sudarso Y, Cordova M.R,. 2014. Heavy kesempatan meneliti dan memperoleh data yang
metals effect on unviable larvae of berkaitan sumber daya air Waduk Jatiluhur,
Dicrotendipes simpsoni (Diptera: khusus Bapak Al Azhar Zamruddin & Tim serta
terima kasih kepada Pengelolah Program S3 PSL
IPB.

60

Anda mungkin juga menyukai