164 306 1 SM
164 306 1 SM
E-mail: hbst007@gmail.com
ABSTRACT
The Jatiluhur Reservoir is the largest and multipurpose. Indonesia, currently faced with problems regarding
the quality and quantity of water resource especially pollution problems. In this research has been conducted
an analysis of the status of water quality and analysis of their impact on the threat to vital business process,
especially with regard to management of water resources. The location research carried out at Perum Jasa
Tirta II as the authority of Jatiluhur Reservoir. The data used in this research is primary data from the
obtained field research activities through the sampling conducted at Jatiluhur reservoir water and the waters
of river basin (DAS) after the Jatiluhur Reservoir outlet with reference to size the parameters of water quality
using laboratory quality standard. The Analytical tools used are the method Business Impact Analysis and
Storet. Chemical parameters above the quality standard limits are: dissolved oxygen, ferro (Fe), manganese
(Mn), zinc (Zn), nitrite (NO2-N), nitrate (NO3-N), sulphate (SO4), chloride (Cl), sulfide (H2S), BOD5, and COD.
Condition of water quality can be said to have been classified as heavily polluted (category D) by
anthropogenic activities that are in the upper reaches of the river Citarum and around Jatiluhur Reservoir
waters. These conditions can threat and negatively impact vital business of the infrastructure, reservoirs, the
availability of drinking water and irrigation water and other water biota.
Key words: Water quality, pollution, water resources, Jatiluhur reservoir, storet method
47
Jurnal Sumber Daya Air Vol.12 No. 1, Mei 2016: 47 - 60
48
Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)
Lokasi penelitian di PJT II sebagai pengelola lainnya dan sangat dipengaruhi oleh ekosistem
Waduk Jatiluhur, tepatnya Sub Sistem Tarum sungai atau DAS yang dibendungnya. Pada
Barat. Pengambilan contoh untuk kualitas air umumnya fluktuasi permukaan air waduk tinggi
dilakukan pada (1) Perairan Waduk Jatiluhur, mengingat fungsi utamanya sebagai pembangkit
yang secara administratif berada di Kabupaten tenaga listrik, penyedia air irigasi dan pengendali
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan banjir. Kualitas air waduk biasanya dapat lebih
Kabupaten Purwakarta; (2) Perairan DAS setelah stabil dan produksi perikanannya lebih tinggi bila
outlet Waduk Jatiluhur yang berada wilayah dibandingkan dengan sungai asalnya.
administrasi di Kabupaten Karawang, Kabupaten Purnomo et al. (1993) mengklasifikasikan
Bekasi, Kota Bekasi dan Kota Jakarta Timur. waduk menurut beberapa faktor diantaranya:
a. Berdasarkan fungsinya:
KAJIAN PUSTAKA 1 Waduk tunggal guna, yaitu waduk yang
dibangun untuk satu keperluan misalnya
1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
pemenuhan kebutuhan air irigasi
Menurut kamus Webster (1996), DAS pertanian. Waduk tunggal guna biasanya
merupakan sebagai suatu hamparan wilayah atau relatif tidak luas (kurang dari 500 ha)
kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi dan tidak dalam (kurang dari 15 m).
(punggung bukit) yang menerima menyimpan Waduk demikian banyak dibangun di
dan mengumpulkan air hujan, sedimen, dan Jawa pada masa pemerintahan Belanda.
unsur hara serta mengalirkan melalui anak-anak
2 Waduk serbaguna, yaitu waduk yang
sungai dan keluar pada sungai utama yang
dibangun untuk berbagai keperluan.
diteruskan ke laut atau danau. Dari batasan
Fungsi utama biasanya untuk PLTA,
tersebut dapat dikatakan bahwa DAS merupakan
pencegah banjir dan pemasok air irigasi,
suatu ekosistem yang di dalamnya terjadi suatu
sedangkan fungsi tambahannya adalah
proses antara faktor-faktor biotik, nonbiotik, dan
untuk industri dan rumah tangga.
manusia yang saling berinteraksi satu sama lain
(Suripin 2002). Oleh karena itu, hubungan DAS b. Berdasarkan luas permukaan air :
Hulu dan DAS Hilir mempunyai keterkaitan 1 Waduk yang sangat luas, luas
biofisik dan non-biofisik satu sama lain melalui genangannya lebih besar atau sama
daur hidrologi. dengan 100000 ha.
Pengelolaan DAS dalam menjaga fungsi 2 Waduk yang luas, luas genangannya
hidrologi berarti pengelolaan sumberdaya alam antara 10000 sampai lebih kecil dari
yang dapat pulih kembali dalam suatu DAS, 100000 ha.
seperti vegetasi, tanah, dan air. Manan (1977) 3 Waduk sedang, luas genangannya antara
menyebutkan bahwa tujuan dari pengelolaan 1000 sampai lebih kecil 10000 ha
tersebut adalah untuk dapat menghasilkan
4 Waduk kecil, luas genangan antara 100
produk air atau tata air yang baik bagi
sampai 1000 ha
kepentingan pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, perindustrian dan masyarakat, 5 Waduk sangat kecil, luas genangan
seperti kepentingan air minum, irigasi, industri, antara 1 sampai lebih kecil dari 100 ha
tenaga listrik, dan pariwisata. Untuk itu, c. Berdasarkan fungsi dan morfologinya (luas
pengelolaan DAS bertujuan melakukan dan kedalaman), maka waduk serbaguna,
pengelolaan sumberdaya alam (SDA) secara luasnya lebih dari 500 ha dengan kedalaman
rasional agar dapat dimanfaatkan secara optimal antara 30-100 m. Berfungsi untuk berbagai
dan berkesinambungan serta diperoleh kondisi keperluan.
tata air yang berkualitas. Masalah lingkungan perairan yang harus
2 Danau Buatan (Waduk) mendapat perhatian antara lain, 1) pencemaran
Menurut Wetzel (2001) danau buatan atau air, 2) erosi dan degradasi lahan, 3) kehilangan
waduk atau bendungan adalah badan air yang keragaman hayati (loss of biodiversity) dan 4)
terbentuk karena pembendungan aliran sungai. deforestasi. Masalah sedimentasi menjadi
Waduk merupakan badan air yang karakteristik ancaman besar kelestarian sumberdaya perairan
fisika, kimia, dan biologis berbeda dari sungai di Indonesia. Beberapa penyebab masalah
yang dibendung dan kualitas waduk lebih stabil tersebut yang terpenting yaitu, 1) terdapat
dibandingkan dengan sungai asalnya. Waduk kesenjangan yang besar antara kapasitas (daya
terbentuk karena pembendungan aliran sungai dukung) perairan dibandingkan dengan jumlah
oleh manusia. Karakteristik organisme hidup permintaan untuk kebutuhan seperti industri,
perairan suatu waduk dapat berbeda satu sama rumah tangga, dan penggunaan lainnya, serta 2)
49
Jurnal Sumber Daya Air Vol.12 No. 1, Mei 2016: 47 - 60
rendahnya rasa memiliki dan rasa tanggung d. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai
jawab masyarakat terhadap kelestarian baku mutu air, maka diberi skor.
sumberdaya perairan, sehingga menyulitkan (Lihat tabel 1).
upaya-upaya mengatasi degradasi, pencemaran, e. Jumlah Negatif dari seluruh parameter
sedimentasi, dan eutrofikasi (Sukimin 1999). dihitung dan ditentukan status mutunya dari
3 Kualitas Fisika dan Kimia Perairan jumlah skor yang didapat dengan
Kualitas perairan dapat diketahui menggunakan sistem nilai.
berdasarkan parameter-parameter fisika, kimia, f. Jika dalam perhitungan, tidak ditemukan
dan biologi yang dapat diukur. Parameter- nilai ambang batas suatu parameter yang
parameter tersebut memiliki karakteristik dan diukur, maka parameter tersebut tidak perlu
standar masing-masing yang dapat dihitung.
mengklasifikasikan perairan tersebut dapat Dengan langkah-langkah tersebut di atas
dikatakan baik atau bahkan buruk. Parameter setiap parameter kimia atau fisika yang diukur
Fisika meliputi suhu, zat padat terlarut, dihitung masing-masing skor status mutunya.
kekeruhan, sedangkan parameter Kimia, yakni
nilai pH, total padatan terlarut, oksigen terlarut,
besi (Fe), seng (Zn), amoniak bebas (NH3-N), METODOLOGI
nitrit (NO2-N), sulfat (SO4), sulfida (H2S), 1 Waktu Penelitian
kebutuhan oksigen biokimiawi (biochemical Kegiatan penelitian meliputi kegiatan di
oxygen demand/BOD) dan kebutuhan oksigen lapangan maupun di laboratorium yang secara
kimiawi (chemical oxygen demand/COD). keseluruhan dilakukan dari bulan Desember
4 Indeks Kualitas Air (IKA): Metode 2012 sampai dengan April 2014 dan juga data
Storet Tarum Barat (Intake Cikarang - Kota Jababeka),
Beberapa metode penentuan indeks kualitas Januari 2014 – Agustus 2015. Parameter kualitas
air (IKA) adalah Indeks Pencemaran (Pollutan air dianalisis di Laboratorium Perusahaan Umum
Index), metode Storet, dan metode Canadian (Perum) Jasa Tirta II atau PJT II, sedangkan data
Council of Ministers of Environment (CCME). Tarum Barat Januari 2014 – Agustus 2015
Metode yang digunakan untuk penentuan status diperoleh hasil penelitian PT Jababeka
mutu air pada penelitian ini adalah metode Infrastruktur di Intake Cikarang (B.Tb.29 dan
Storet. B.Tb. 33).
Metode Storet merupakan salah satu metode Pada penelitian ini minimal ada 16
untuk menentukan status mutu air yang umum parameter kualitas air yang dianalisis, khususnya
digunakan. Dengan metode Storet ini dapat yang diambil lima stasiun pengamatan. Data
diketahui parameter-parameter yang telah lainnya dari Intake Cikarang (B.Tb.29 dan B.Tb.
memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara 33) periode Januari 2014 – Agustus 2015 dan
prinsip metoda Storet adalah membandingkan data kualitas lainnya Citarum outlet Jatiluhur
antara data kualitas air dengan baku mutu air periode 2013 dari BPLHD Jabar.
yang disesuaikan dengan peruntukannya guna 2 Analisis Data
menentukan status mutu air. Cara untuk Data kualitas air dianalisis menggunakan
menentukan status mutu air adalah dengan metode Storet. Pengambilan data kualitas air
menggunakan sistem nilai dari United State- dilakukan lebih dari satu kali pengambilan
Environmental Protection Agency (US-EPA). spesimen dan jumlah data yang banyak serta
Prosedur Penggunaan Penentuan status dalam kurun waktu panjang (time series) oleh
mutu air dengan menggunakan metode STORET karena itu metode penentuan Indeks Kualitas Air
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai menggunakan metode Storet. Hal ini dilakukan
berikut : agar Indeks Kualitas Air lebih objektif (Saraswati
a. Pengumpulan data kualitas dan debit air et al. 2014 dan Lumb et al. 2006), sedangkan
secara periodik sehingga membentuk data analisis dampaknya menggunakan Business
dari waktu ke waktu (deret waktu atau time Impact Analysis (BIA) dengan pendekatan
series). lingkungan.
b. Bandingkan data hasil pengukuran kualitas 3 Metode Storet
air dengan nilai baku mutu sesuai dengan Secara prinsip, penentuan status mutu air
kelas air. dengan metode Storet adalah membandingkan
c. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku data kualitas air dengan baku mutu sesuai
mutu air maka diberi skor 0. dengan peruntukkannya. Berdasarkan United
States - Environment Protection Agency (US-EPA).
50
Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)
Status mutu air diklasifikasikan dalam empat H2S, BOD dan COD; sedangkan konsentrasi dari
kelas: yaitu kelas A = baik sekali/memenuhi baku parameter zat padatan terlarut, seng (Zn),
mutu, skor 0; kelas B = baik/tercemar ringan, amoniak (NH3), nitrat, nitrit, sulfat, dan klorida
skor –1 sampai –10; kelas C = sedang/tercemar (Cl) hampir melebihi/mendekati baku mutu.
ringan, skor -11 sampai dengan -30; kelas D = Konsentrasi kekeruhan dan zat padat terlarut,
buruk/ tercemar berat, skor ≤ - 31. walau secara umum masih normal namun cukup
Tabel 1 Penentuan sistem nilai untuk mengkhawatirkan, terutama saat musim hujan
menentukan status mutu air terjadi, sedimentasi kekeruhan dapat mencapai
lebih dari 10.000 NTU. Namun, teknologi yang
Jumlah Parameter ada hanya mampu mengolah air dengan tingkat
Nilai
Parameter Fisiska Kimia Biologi kekeruhan 5-1.000 NTU dan kadar maksimum
untuk tingkat kekeruhan adalah 5 NTU (Rak
< 10 Maksimum -1 -2 -3 2013).
Minimum -1 -2 -3
Hasil pengamatan yang dilakukan di Waduk
Rata-rata -3 -6 -9
Jatiluhur, didapatkan variasi rataan hasil oksigen
≥ 10 Maksimum -2 -4 -6
terlarut 4,26-8,16 ppm. Konsentrasi oksigen
Minimum -2 -4 -6
terlarut di perairan waduk antara Januari-
Rata-rata -6 -12 18
September 2013 berada di stasiun tertentu cukup
Sumber: KepMen LH no KEP 115/MENLH/2003
tinggi, namun beberapa lokasi konsentrasinya
Minus menunjukkan bahwa nilai pengukuran cukup rendah (4). Konsentrasi oksigen terlarut
parameter (kimia/fisika/biologi) pada saat yang lebih rendah terjadi karena tingginya bahan
penelitian berada diatas baku-mutu yang organik. Di lain pihak penguraian bahan organik
ditetapkan. Sebagai contoh, baku mutu NH3-N yang terjadi di perairan akan mengurangi
(parameter kimia) adalah 0,02 mg/l, sementara kandungan oksigen terlarut (Kannel et al. 2007).
dari hasil pengukuran nilai maksimum 1,53 mg/l, Bahan organik yang dianalisis di perairan waduk
nilai minimum tidak terdeteksi maka nilai rerata dan setelah outlet Waduk Jatiluhur menunjukkan
untuk NH3-N adalah 0,596 mg/l. Skor akhir untuk nilai yang tinggi jika dibandingkan dengan BMA,
NH3-N adalah nilai maksimum (-2) ditambah nilai hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut
rerata (-6) atau total skor (-8), itu untuk kasus telah terkontaminasi bahan organik. Hal ini
jumlah parameter kurang dari 10, pada penelitian ditunjukkan dengan nilai BOD dan COD yang
ini jumlah parameter yang fisika dan kimia yang melebihi BMA ditetapkan. Tingginya nilai BOD
diukur lebih dari 10 parameter, tepatnya ada dan COD diduga berasal dari serasah guguran
minimal sekitar 16 parameter. Sehingga acuan daun-daun pepohonan dan aktivitas masyarakat
penilaian dari Tabel 1 berdasarkan jumlah yang tinggal disekitar Waduk Jatiluhur seperti
parameter lebih dari 10. persawahan dan peternakan serta pariwisata dan
juga aktivitas industri yang ada di hulu Sungai
HASIL DAN PEMBAHASAN Citarum serta dari sisa pakan kegiatan Keramba
Jaring Apung (KJA).
1 Evaluasi Data dan Kualitas Air Air yang berasal dari Waduk Jatiluhur
Pada penelitian ini parameter-parameter merupakan sumber air bersih terbesar yang
kualitas Perairan Waduk Jatiluhur, dianalisis dan digunakan untuk air minum warga DKI Jakarta.
dievaluasi setelah dilakukan proses smoothing Namun dari hasil analisis penelitian diketahui
untuk data pencilan dan data kosong. Adapun nilai besi (Fe) yang ada di perairan Waduk
kualitas air di lokasi penelitian ini dilihat dari Jatiluhur dan juga setelah outlet Waduk Jatiluhur
parameter fisika (suhu, zat padat terlarut, telah melebihi batas baku mutu yang telah
kekeruhan) dan kimia, yakni pH, oksigen terlarut, ditentukan (Gambar 1). Adanya kandungan Fe
besi (Fe), seng (Zn), amoniak bebas (NH3-N), dalam air menyebabkan warna air tersebut
nitrit (NO2-N), sulfat (SO4), sulfida (H2S), berubah menjadi kuning-coklat-kemerahan
kebutuhan oksigen biokimiawi (biochemical setelah beberapa saat kontak dengan udara.
oxygen demand/BOD) dan kebutuhan oksigen Kondisi tersebut disamping dapat mengganggu
kimiawi (chemical oxygen demand/COD) yang kesehatan juga menimbulkan bau yang kurang
selanjutnya dibandingkan standar Baku Mutu Air enak serta menyebabkan warna kuning pada
(BMA) menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 kelas 1. dinding bak serta bercak-bercak kuning pada
Dari pengambilan data kualitas air dilakukan pakaian. Oleh karena itu berdasarkan PP RI No.
pada periode 2013-2014 terlihat beberapa 20 Tahun 1990, kadar (Fe) dalam air minum
parameter yang sudah di atas baku mutu air kelas maksimum yang dibolehkan adalah 0,3 mg/lt,
I yaitu konsentrasi kekeruhan (turbidity), oksigen dan kadar mangan (Mn) dalam air minum yang
terlarut, besi (Fe), mangan (Mn), Sulfida sebagai diperbolehkan adalah 0,1 mg/lt. Sebagian besar
51
Jurnal Sumber Daya Air Vol.12 No. 1, Mei 2016: 47 - 60
(a) (b)
(c) (d)
(e)
Gambar 1 Sebaran besi (Fe) pada setiap stasiun pengambilan contoh di Waduk Jatiluhur (a= waduk 1,
b=waduk 2, c=waduk 3, d=waduk 4, dan setelah outlet (e) Waduk Jatiluhur)
52
Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)
yang berkisar antara 5,5– 24,6 mg/l. Hasil air tersebut memenuhi syarat sebagai air minum
pengukuran nilai COD di setiap stasiun atau tidak. Jika parameter ini melebihi batas nilai
pengamatan pada perairan setelah outlet Waduk baku mutu yang telah ditentukan maka akibatnya
Jatiluhur memiliki mempunyai konsentrasi rata- akan fatal, tidak hanya memberikan dampak
rata yang berkisar antara 10,4–30,15 mg/l. Nilai negatif pada lingkungan akan tetapi
COD yang diperoleh selama penelitian di seluruh mempengaruhi kesehatan tubuh manusia juga.
lokasi, hampir semua waktu pengamatan berada Tabel 2 Hasil perhitungan indeks Storet
di atas BMA. Nilai COD yang tinggi tersebut
disebabkan karena adanya pembuangan limbah Nilai Indeks
dari industri yang berada di hulu sungai Citarum Storet
Lokasi Keterangan
dan di sekitar Waduk Jatiluhur. Konsentrasi COD BMA
Kategori
Kelas 1
yang tinggi menunjukkan bahwa kadar pencemar
-116 Tercemar Rekapitulasi dan
organik yang ada dalam air tinggi. Salah satu Berat Evaluasi Data
penyebab tingginya konsentrasi pencemar STB Pengujian Kualitas
organik dalam air adalah adanya masukan limbah Air Saluran Induk
organik baik dari buangan sisa aktivitas manusia Tarum Barat
Waduk 1 -104 Tercemar Rekapitulasi dan
maupun limbah industri. Semakin tinggi Berat Evaluasi Data Hasil
konsentrasi COD menunjukkan bahwa Waduk 2 -74 Tercemar Pengujian Kualitas
kandungan senyawa organik tinggi tidak dapat Berat Waduk Ir. Djuanda
terdegredasi secara biologis. Waduk 3 -74 Tercemar
Berat
Nilai COD juga menyatakan jumlah oksigen Waduk 4 -94 Tercemar
yang dibutuhkan untuk proses kimiawi dalam Berat
menguraikan bahan organik yang tidak terurai Tarum Barat -104 Tercemar Hasil Pengukuran
secara biologi (non biodegradable organics) yang Intake Berat PT. Jababeka
Cikarang Infrastruktur
ada di perairan. Dapat dikatakan perairan Waduk Outlet Jatiluhur -145 Tercemar Hasil Pengujian
Jatiluhur dan perairan setelah outletnya telah Apr-Okt 2013 Berat BPLHD Jabar 2014
tercemar bahan organik yang tidak dapat
didegradasi secara biologi. Kondisi perairan Waduk Jatiluhur pada
umumnya fluktuatif yaitu baik volume maupun
2 Status Kualitas Air konsentrasi bahan pencemar selalu berubah
Hasil pengujian kualitas air waduk Jatiluhur setiap waktu. Selain volume pencemar yang
baik secara parameter fisika maupun kimia di dibuang fluktuatif setiap waktu, namun juga
beberapa titik pengamatan menujukkan rata-rata musim dapat mempengaruhi konsentrasi limbah
di atas BMA, kecuali Suhu, PH, Zat Padat Terlarut, di badan air Waduk Jatiluhur. Namun, kondisi
NH3-N, Zn, Nitrit, Nitrat dan Klorida. Hasil analisis kualitas air dapat dikatakan telah tercemar oleh
status mutu air dengan menggunakan metode kegiatan antropogenik yang ada di hulu sungai
Storet di lokasi Citarum STB menunjukkan bahwa Citarum dan di sekitar Waduk Jatiluhur. Hasil
total skor nilai Storetnya mencapai -116 dan analisis kualitas air yang dilakukan di perairan
disimpulkan bahwa pada periode Desember Waduk Jatiluhur dan di perairan setelah outlet
2012-April 2014 sudah tercemar berat (D). Waduk Jatiluhur mengacu BMA Kelas I, karena
Metode analisis yang sama juga dilakukan pada peruntukan air yang dipergunakan sebagai air
data hasil analisis kualitas air di lokasi lainnya, baku untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
dan diperoleh nilai indeks storet mutu air secara Permasalahan yang timbul pada Waduk
keseluruhan di tujuh lokasi. Hasilnya Jatiluhur akibat pengelolaan ekosistem waduk
menunjukkan bahwa semua lokasi perairan yang yang belum dilaksanakan dengan terpadu
dijadikan sampel sudah termasuk kategori diantaranya adalah pencemaran nutrien yang
tercemar berat (D), tingkat nilai cemar tertinggi menyebabkan penyuburan fitoplankton perairan.
berada di outlet Jatiluhur pada bulan April hingga Pencemaran nutrien tersebut telah memicu
Oktober 2013 yang dapat dilihat pada Tabel 2. pertumbuhan fitoplankton secara berlebihan
Tabel 2 menyimpulkan bahwa kualitas air sehingga terjadi blooming fitoplankton yang
waduk Jatiluhur dari waduk hingga ke Sub Sistem mengancam keberlanjutan fungsi waduk untuk
Tarum Barat sudah masuk kategori tercemar tempat budidaya perikanan. Nutrien utamanya
berat, khususnya untuk peruntukkan air minum. nitrogen (N) dan fosfor (P) yang terdapat pada
Kualitas air merupakan indikator yang penting Waduk Jatiluhur adalah hasil dekomposisi limbah
untuk mengetahui sejauh mana tingkat kelayakan organik dari kegiatan di sekitar waduk. Limbah
air untuk bisa dikonsumsi oleh manusia. Kualitas organik tersebut masuk ke dalam perairan waduk
air minum memiliki standar baku mutu yang dalam berbagai bentuk seperti partikel suspensi,
menjadi acuan apakah parameter dalam kualitas koloid dan larutan. Sebagian partikel tersebut
54
Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)
Akibat kondisi perairan Waduk Jatiluhur pembuangan limbahnya 10 kali melampaui baku
yang tercemar bahan organik dapat berdampak mutu yang telah ditetapkan (BPLHD Jabar 2010).
besar bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM Bahkan Riani et al. (2014) menjelaskan
dan PAM Jaya) karena kualitas air yang menurun. pencemaran yang diakibatkan oleh logam berat
PDAM dan PAM Jaya memerlukan biaya yang pada perairan Waduk Saguling (bagian hulu
cukup tinggi untuk melakukan proses pengolahan Waduk Jatiluhur) telah berpengaruh negatif
air yang tercemar. Selain itu pada pipa distribusi terhadap kehidupan organisme sebagai efek
air baku, bahan organik secara tidak langsung teratogenik, yang mengakibatkan gangguan
dapat menimbulkan kerak yang dapat reproduksi yang menyebabkan unviable embryo
mengakibatkan pemampatan, mempengaruhi (embrio yang cacat), kematian, dan lain-lain.
aliran air, menaikkan faktor kekasaran dan Artinya pencemaran di perairan waduk
mengakibatkan debit turun. Dalam pipa distribusi merupakan permasalahan serius, tidak hanya
air baku juga berpotensi terjadi proses mengakibatkan kualitas air yang buruk, tetapi
perubahan secara biologis selama transportasi mengancam kehidupan organisme di dalamnya
air buangan. dan mengancam mahluk hidup yang
Manajemen PT Indonesia Power (2014) mengkonsumsinya cepat atau lambat.
menyatakan kualitas air Sungai Citarum yang di Adapun jenis dan jumlah industri di DAS
bendung di Waduk Jatiluhur dari waktu ke waktu Citarum Hulu cukup beragam, mulai dari industri
mengalami degradasi kualitas menjadi tekstil, elektroplating, kulit sampai kepada
permasalahan karena kerap mengganggu industri logam yang tersebar dari Kabupaten
peralatan PLTA. Kualitas air Sungai Citarum Sumedang, Kab Bandung, Kota Bandung dan
tersebut sudah masuk golongan D atau tidak Kota Cimahi. Jumlah industri di DAS Citarum
layak minum akibat tata guna lahan DAS Citarum tidak kurang dari 359 perusahaan. Distribusi
sudah rusak sehingga menyebabkan industri di DAS Citarum tersebar dari hulu,
meningkatnya turbidity (kekeruhan), limbah tengah hingga sampai ke hilir Bekasi (Direktori
industri dan rumah tangga. Sampah dan gulma Perusahaan, PUSDATIN Kementerian
atau ganggang yang menumpuk di waduk juga Perindustrian 2012). Banyaknya jenis dan jumlah
meningkat tajam. Sedimentasi yang masuk ke industri serta distribusinya di sepanjang DAS
Waduk Jatiluhur cukup tinggi, yakni sebesar Citarum sungguh hal yang sangat
7000000 M3 per tahun. Dengan adanya kondisi memprihatinkan, terutama di hulu. Karena
tersebut semakin menguatkan hasil penelitian potensi pencemaran sungai (DAS Citarum) tidak
bahwa kerusakan atau korosi pada turbin dapat dielakkan dan sudah terjadi. Seharusnya
mengurangi umur pakai turbin. Mesin dan turbin pemerintah dan pemerintah daerah dari awal
yang cepat korosi, mengakibatkan pemeliharaan melarang tumbuhnya sektor indutri di DAS hulu
harus ditingkatkan, serta biaya, dan waktu Sungai Citarum karena sangat membahayakan.
sehingga mengurangi jam operasi. Fungsi Karena sudah terjadi, maka pemerintah
pendingin generator yang memakai air Waduk harus berani melakukan tindakan yang tegas
Jatiluhur juga berkurang karena kualitas air dengan penegakan hukum (law emporcement)
turun. Temuan dan gambaran kualitas air di dan berani memberikan sanksi kepada pelaku
Waduk Jatiluhur, khususnya di Tarum Barat di industri yang melanggar, mulai dari mewajikan
atas diperkuat juga hasil penelitian yang disusun melakukan pengelolahan limbah industri dengan
AS Birry dan Hilda Meutia (2012) yang baik, pemberian sanksi punishment yang tegas
diterbitkan Greenpeace Asia Tenggara dan Walhi dan terukur sampai kepada penutupan usaha.
Jawa Barat yang menyatakan bahwa Sungai Kalau tidak dilakukan maka lambat laun bencana
Citarum Jawa Barat merupakan sungai yang pasti terjadi.
paling tercemar di Indonesia. Karena daerah
Akibat dari banyaknya jenis dan jumlah
aliran sungai Citarum didominasi oleh sektor
industri yang tersebar di sepanjang DAS Citarum
industri manufaktur seperti tekstil, kimia, kertas,
telah terjadi perubahan keasaman (PH) air
kulit, logam khususnya elektroplating, farmasi,
sungai Citarum, bahkan dari hasil data penelitian
produk makanan dan minimum dan lainnya.
ini air Waduk Jatiluhur pH berkisar kurang dari
Padahal Citarum merupakan sumber pasokan air
tujuh (7), bahkan sekitar 6 atau kurang. Belum
minum bagi provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.
lagi status pencemaran organik juga sudah terjadi
Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh Badan dan Sungai Citarum sudah tercemar logam berat.
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa
Barat (BPLHD Jabar) bahwa limbah industri jauh
lebih intens dalam hal konsentrasi dan
mengandung bahan-bahan berbahaya. Sebanyak
48% industri yang diamati, rata-rata
56
Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)
Gambar 3 Green Business Impact Analysis (modifikasi BIA ERM-IFAT-COSO, 2004 dan
Bsi 2007, Bsi 2012 dan The NS Emergency Management Office 2012)
Konsentrasi beberapa logam berat tingginya sumberdaya air, tentunya dalam pengelolaannya
melebihi baku mutu yang dipersyaratkan (berada secara berkelanjutan harus menggunakan
pada kondisi yang membayakan) baik untuk teknologi hijau dan harus dicegah dari
kelas air maupun limbah cair. Karena industri pencemaran sebagaimana diungkap dalam
tekstil adalah industri utama yang ada di sungai konsep utama GBCM (Gang 2010). Oleh karena
Citarum. Konskekuensinya, industri tekstil itu kualitas air dijadikan salah satu faktor kritis
menyumbang pencemaran logam berat terbesar. utama dalam kajian mitigasi pengelolaan sumber
Bahkan logam berat tersebut juga terjadi daya air dengan GBCM.
dalam sedimen sungai, hal ini dapat berdampak 3 Dampak Status Mutu Air terhadap
krusial (Birry dan Meutia 2012). Selain itu, pada Critical Business Process (Proses Bisnis
penelitian tersebut juga teridentikasi senyawa Vital/Strategi)
organik berbahaya dan beracun dalam air Sungai Berdasarkan analisis dampak bisnisnya
Citarum. Dengan demikian berdasarkan hasil dengan pendekatan lingkungan dalam hal ini
penelitian ini dan didukung beberapa referensi penulis menyebutnya risk map-green business
terkini lainnya dapat disimpulkan kualitas air impact analysis atau pendekatan GBCM
sungai Citarum, Waduk Jatiluhur (khususnya menunjukkan bahwa kualitas air sudah kategori
Tarum Barat) sudah tercemar dan membayakan. krisis-menuju disaster. Dimana kejadiannya
Karena kualitas air merupakan hal yang vital (likelihood atau probability) sudah terjadi dan
dan utama dalam sistem pengelolaan sumber sering (kategori frequent).
daya air, terutama untuk kebutuhan hidup dan Dampaknya (severity of the potential
sumber kehidupan maka kualitas air sebagai injury/damage) sudah pada level Catastrophics
faktor kritis dan bernilai sangat strategik pada dengan skor total 25 (likelihood x severity).
Waduk Jatiluhur. Kualitas air yang tidak baik dan Konsekuensinya, karena sudah level
tercemar berat dapat berdampak luas terhadap Catastrophics, maka harus dihentikan. Demikian
manusia, ekosistem dan telah mengganggu fungsi juga kuantitas/ketersediaan air baku untuk
utama waduk, bahkan berdampak kepada korosi minum sudah pada level kritis-disaster
bendungan dan pintu-pintu air serta turbin PLTA. (Catastrophics) dan sedimentasi yang terjadi juga
Usia pakai (life cycle) peralatan, khususnya pintu- demikian (Gambar 3).
pintu menjadi jauh berkurang, dari umumnya di Kualitas air yang sudah tercemar berat
atas 10 tahun, menjadi 2-4 tahun sehingga status berdampak langsung pada bertambahnya
di dalam pendekatan Green Business Contuinity anggaran operasional terhadap pemeliharaan
Management (GBCM), kondisi tersebut sudah infrastruktur dan fisik bangunan waduk setiap
pada tahap krisis menuju disaster. Sebagaimana tahun. Pengaruh kualitas air yang terus
diungkapkan oleh Shaw (2006) dan Gang (2012) memburuk akibat masalah di hulu Sungai
bahwa krisis bisnis dan pengelolaan Citarum maupun aktivitas manusia di sekitar
berkesinambungan sebagai suatu program atau di Bendungan Jatiluhur, dampaknya tidak
strategis dengan mendukung fungsi dan dapat dihindarkan dari pihak pengelola karena
subfungsi yang diintegrasikan. Kualitas air menjadi pihak yang menerima akibat (Gambar 4).
merupakan hal utama dalam pengelolaan Dampak ekologi yang terjadi sepanjang Daerah
57
Jurnal Sumber Daya Air Vol.12 No. 1, Mei 2016: 47 - 60
Aliran Sungai (DAS) Citarum pada hulu Kandungan ion-ion seperti mangan dalam air
menjadikan air yang tertampung pada waduk juga berbahaya untuk hewan ternak. Hal tersebut
berkualitas buruk atau tercemar dan berakibat bertambah parah pada saat musim kemarau
pada sifat korosif sehingga merusak turbin panjang, karena air Sungai Citarum selain
pembangkit listrik dan pintu-pintu pengalih air tercemar berat juga debit air sungainya
atau spill way bahkan juga berakibat terjadinya berkurang sehingga banyak saluran irigasi di
kerusakan pada dinding-dinding dam (korosi daerah tertentu kering yang berakibat muncul
beton) yang secara kebetulan usianya telah konflik antara petani dan peternak. Untuk
mencapai separuh lifetime-nya. pemukiman penduduk di sekitar aliran sungai
Dampak di hilir terjadi pada pengelolaan air dan anak sungai/saluran irigasi, kualitas air yang
bersih untuk minum (Perusahaan Daerah tercemar membuat masyarakat tidak dapat
Minum) Purwakarta dan Bekasi maupun PAM menggunakannya untuk mandi cuci dan kakus
Jaya yang menggunakan air Sungai Citarum serta kebutuhan lainnya.Keresahan masyarakat
sebagai bahan baku utama untuk produksi air ini dapat mengganggu tingkat kesejahteraan
bersih. Pengelolaan tersebut harus mengeluarkan masyarakat bawah terhadap pelayanan
dana miliaran rupiah untuk pengadaan alat dan kesehatan. Apabila masalah kesejahteraan terus
bahan penjernih air dari Waduk Jatiluhur. bergulir dan dampak ekonomi dari harga jual
Buruknya kualitas air Sungai Citarum saat ini yang terus merangkak naik akibat biaya produksi
menyebabkan PDAM perlu mengeluarkan biaya meningkat pada perusahaan air minum atau
seperti untuk menjernihkan air dengan bahan industri, seiring dengan semakin menurunnya
kimia atau kombinasi penggunaan beberapa kualitas air Sungai Citarum, maka hal tersebut
bahan kimia lainnya bahkan penggunaan menjadi potensi masalah pada kestabilan negara
teknologi yang lebih canggih, yang kesemuanya dalam bidang perekonomian.
itu akan memerlukan tambahan biaya produksi Dampak strategik pengembangan bisnis
yang tidak sedikit dan berujung pada harga jual kedepan terkait adalah bagaimana PJT-II dalam
yang lebih mahal. Demikian halnya dengan menyikapi kiriman air dari hulu yang berkualitas
perusahaan industri yang menggunakan air buruk/tercemar dan tertampung di reservoir
citarum untuk kebutuhan industri dan proses untuk dikurangi bahkan dinetralisir guna
produksi lainnya (Gambar 5). Air Citarum di hilir kepentingan stakeholders di hilir. PJT-II juga
yang mengalir sebagai saluran irigasi dipakai perlu mengelola dua pihak terkaitdi hulu dan
untuk sektor pertanian maupun perikanan. hilir sungai yang menjadi vektor dari core
Kualitas air yang tercemar berat bahan kimia business impact dengan berupaya aktif
atau logam tertentu dapat menurunkan jumlah menerapkan Law Enforcement dan terus
hasil panen, air yang tercemar bahan beracun meningkatkan government relationship untuk
(toksit) tidak dapat dipakai untuk membersihkan menguranginya kontinjensidari timbulnya
hasil panen seperti sayuran atau buah-buahan masalah dikemudian hari melalui pendekatan
karena dapat membahayakan yang GBCM dengan membuat model-model mitigasi
mengkonsumsinya. yang ada.
58
Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan...(Hamzah, M Syamsul Maarif, Marimin, dan Etty Riani)
59
Jurnal Sumber Daya Air Vol.12 No. 1, Mei 2016: 47 - 60
Hariyadi S, Suryadiputra INN, dan Widigdo B. 1992. Chironomidae), a case study from Saguling
Limnologi: Metode Analisa Kualitas Air. Dam, Indonesia. AACL Bioflux 7 (2): 76-84.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor: Saraswati S.P, Sunyoto, Kironot B.A, Hadisusanto S.
Institut Pertanian Bogor. 2014. Kajian bentuk sensitifitas rumus indeks
Kannel P.R, Lee S, Lee Y.S, Kanel S.R, Khan S.P., PI, Storet, CCME untuk penentuan status
2007. Application of Water Quality Indeces mutu perairan sungai tropis di Indonesia.
and Dissolved Oxygen as Indicators for River Jurnal Manusia dan Lingkungan 21 (2): 129-
Water Classification and Urban Impact 142.
Assessment. Journal of Environmental Sawyer C.N, McCarty P.L,. 1978. Chemistry for
Monitoring Assessment 132: 93-110. Environmental Engineering. McGraw Hill Int.
Kartamihardja E.S, Krismono. 1996 Pengembangan Shaw G.L., 2006. Business crisis and continuity
Teknologi Budidaya Ikan dalam Karamba management. The George Washington
Jaring Apung (KJA) yang Ramah Linkungan di University: Institute Crisis, Disaster, and Risk
Perairan Waduk. Balitkanwar, Sukamandi. Managmenet.
Kartamihardja E. S. 1998. Pengembangan dan Sukimin S. 1999. Pengelolaan dan Pemanfaatan
Pengelolaan Budidaya Ikan Dalam Keramba Perairan Waduk Ir. H. Djuanda untuk
Jaring Apung Ramah Lingkungan di Perairan Perikanan yang Berwawasan Lingkungan. Di
Waduk dan Danau Serbaguna. Prosiding dalam: Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau
simposium perikanan indonesia II:174-182. dan Waduk. Prosiding Semiloka Nasional;
Ujung pandang. Bogor, 30 Nov 1999. Bogor. XII-1 – XII-9.
Lumb A, Halliwell D, Sharma T. 2006. Application of Supangat A.B, Paimin. 2007. Kajian peran waduk
CCME Water Quality Index to Monitor Water sebagau pengendali kualitas air secara alami.
Quality: A Case of the Mackenzie River Basin Jurnal Geografi Universitas Muhamadiyah
Canada. Environment Monitoring and 21(2): 123-134.
Assessment 113: 411-429.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan
Meybeck M, Kuusisto E, Mäkelä A, Mälkki. 1996. Air. Yogyakarta: Andi.
Water Quality Monitoring - A Practical Guide
The NS Emergency Management Office. 2012.
to the Design and Implementation of
Business Continuity Management Program
Freshwater Quality Studies and Monitoring
Toolkit Version 1.0.
Programmes. Canada: UNEP/WHO.
T Miyazato, ME Khan. 2004. Technical Assistance to
PT Indonesia Power. 2014. Pencemaran Sungai
The Republic Of Indonesia For Preparing The
Citarum ancaman terhadap PLTA [diakses
Integrated Citarum Water Resources
tanggal 12 Januari 2016]. Tersedia pada
Management Project. Asian Development
http://www.antaranews.com dan
Bank. Southeast Asia Department. TAR:INO
http://article.wn.com
37049 August:1-14
Purnomo K, Krismono dan Sarnita A. 1993. Prosiding
Webster's Third New International Dictionary. 1986.
Pola Tata ruang Waduk dalam Penyerasian
Merriam-Webster Inc., USA
60 Tata Guna Air Bagi Pengelolaan
PerikananJatiluhur, Badan Penelitian dan Wetzel R.G. 2001.Limnology. Lake and River
Pengembangan Pertanian.Pusat Penelitian Ecosystem. 3rd Ed . San Diego: Academic Pr.
dan Pengembangan Perikanan.
Rak A. 2013. Water turbidity modelling during UCAPAN TERIMA KASIH
water treatment processes using artificial Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
neural networks. International Journal of terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Water Sciences, 2(3): 1-10. pihak Manajemen PJT II yang memberikan
Riani E, Sudarso Y, Cordova M.R,. 2014. Heavy kesempatan meneliti dan memperoleh data yang
metals effect on unviable larvae of berkaitan sumber daya air Waduk Jatiluhur,
Dicrotendipes simpsoni (Diptera: khusus Bapak Al Azhar Zamruddin & Tim serta
terima kasih kepada Pengelolah Program S3 PSL
IPB.
60