Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus


1. Pengkajian
Studi kasus ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu
tepatnya di JL. Amin aini RT 04 Kel. Legok Kec. Danau sipin pada
keluarga Bp.A pengkajian dimulai pada tanggal 06 juni 2017, keadaan
rumah keluarga Bp.A di dataran rendah dengan kondisi lingkungan yang
cukup lembab adapun keadaan di dalam rumah Bp.A kurang penerangan
di karenakan tinggal di tempat penduduk yang cukup padat, di dapat
identitas klien. Klien bernama An.A beragama Islam dengan suku melayu
keluarga Bp.A beranggota lima orang yang terdiri dari Bp.A yang berumur
33 tahun Ibu.G 30 tahun anak tertua An.R 12 tahun anak kedua An.F 7
tahun dan An.A yang paling bungsu berumur 7 bulan, klien di bawa ke
Puskemas Putri Ayu pada tanggal 04 juni 2017 dengan diagnosa medis
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut). Penanggung jawab An.A
adalah Bp.A .
Tahap perekembangan riwayat kelurga (dilihat dari anak tertua).
Keluarga Bp.A berada pada tahap keluarga dengan anak usia sekolah.pada
tahap perkembangan anak dengan usia sekolah tugas keluarga adalah
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah sekolah dan
lingkungan lebih luas (yang tidak/kurang diperoleh dari
sekolah/masyarakat), mempertahankan keintiman pasangan, dan
memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi,
tidak ada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Riwayat keluarga inti dan riwayat kesehatan, Bp.A mengatakan
kenal dengan Ibu.G sudah sejak kecil. Bp.A dan Ibu.G menikah karena
dijodohkan kedua orang tuanya. Bp.A menikah pada tahun 2004 dan

29
30

memiliki anak pertama yang bernama An.R usia 12 tahun, An.F usia 7
tahun, dan An.A berusia 7 bulan. Keluarga Bp.A tidak memiliki penyakit
keturunan tapi anak bungsu dari Bp.A sedang penyakit ISPA pada bulan
februari, Bp.A mengatakan An.A sempat sembuh dan kambuh lagi sejak 2
minggu yang lalu, Masalah kesehatan keluarga yang menonjol saat ini
adalah An.A yang sedang mengidap penyakit ISPA dengan keluhan
demam, pilek, disertai dengan batuk berdahak.
Riwayat asal kedua orang tua dari Bp.A adalah dari jambi asli,
ayah Bp.A sudah lama meninggal karena mengidap penyakit stroke dan
Ibu dari Bp.A masih hidup dan tinggal bersama adik bungsunya,
sedangkan orang tua dari Ibu.A berasal dari Palembang, kedua orang tua
Ibu.G masih hidup dan tinggal bersama Ibu.G. Pelaksanaan lima tugas
keluarga. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, keluarga
mengatakan An.A mengeluh demam, pilek, dan batuk berdahak adalah hal
yang sering terjadi pada anak-anak, kemampuan keluarga mengambil
keputusan, keluarga mengatakan jika An.A sakit, segera diobati dengan
obat herbal, jika tidak kunjung sembuh An.A dibawa ke puskesmas
terdekat, kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan dan kemampuan
keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Hasil pemeriksaan fisik, yaitu status kesehatan umum klien.
Keadaan umum klien terlihat baik dengan kesadaran chomposmentis dan
GCS 15 (E: 4, V: 5, M: 6). Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital di
dapatkan hasil N: 99x/ i RR: 30x/ i S: 390C. Pemeriksaan fisik head to toe
didapatkan hasil. Kulit kepala bersih, warna rambut hitam keputihan, mata
simetris kiri dan kanan, kelopak mata normal, pergerakan mata normal,
hidung bersih dan tidak ada polip, telinga bersih dan tidak ada serumen,
mulut bersih tidak ada sariawan, gigi bersih tidak ada caries. Tidak ada
nyeri tekan dan benjolan simetris kiri dan kanan Leher dahi terasa panas.
31

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan selama tiga hari
berturut-turut penulis menyusun dan merumuskan diagnosa
berdasarkan data yang telah diperoleh dari klien. Terdapat dua diagnosa
yang ditegakkan melalui data-data yang ditemukan pada klien adalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan dikeluarga tentang ISPA, dan
gangguan pola tidur.

3. Intervensi Keperawatan.
Berdasarkan diagnosa yang telah disusun, penulis menyusun
rencana tindakan keperawatan pada klien sesuai diagnosa yang telah
ditegakkan. Adapun intervensi yang akan diterapkan pada klien adalah
dengan diagnosa Ketidakefektifan manajemen kesehatan di keluarga
tentang penyakit ISPA. Keluarga tidak mengenal masalah kesehatan, tidak
mampu mengambil keputusan, tidak mampu merawat keluarga yang sakit,
tidak mampu memodifikasi lingkungan, tidak mampu memanfaatkan
pelayanan kesehatan, berikut ini adalah rencana tindakan keperawatan
dengan diagnosa Ketidakefektifan manajemen kesehatan di keluarga
tentang penyakit ISPA sebagai berikut :
Jelaskan dengan keluarga tentang pengertian dari ISPA, kemudian
Identifikasi pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA. Jelaskan
kembali kepada keluarga tentang tanda dan gejala penyakit ISPA.
Diskusikan bersama keluarga dalam mengambil keputusan. Diskusikan
bersama keluarga dampak lanjut dari penyakit ISPA tidak bisa ditangani
dengan obat herbal. Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang
penyakit ISPA dengan menggunakan booklet, dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga di harapkan keluarga mengerti
tentang penyakit ISPA menjadikannya sumber pengetahuan bagi keluarga
dalam menerapkan pendidikan kesehatan sehari-hari bertujuan untuk
pencegahan penyakit ISPA itu sendiri agar tidak terulang kembali.
32

4. Implementasi dan evaluasi


Implementasi yang dilakukan pada keluarga Bp.A yaitu memberi
pendidikan kesehatan dengan menggunakan media booklet. Pada tanggal
06 Juni 2017 pukul 09:00 WIB pagi datang kerumah keluarga Bp.A,
menanyakan ketersediaan keluarga, mengontrak waktu, menjelaskan
tujuan dan menggali pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA.
Menjelaskan kepada keluarga tentang pengertian ISPA, tanda dan gejala
ISPA, penyebab ISPA, pencegahan ISPA, dan penatalaksanaan ISPA pada
saat pemberian pendidikan kesehatan dengan metode ceramah yang hadir
adalah Ibu.G serta keluarga terdekat yang lainnya, tujuan dari pemberian
pendidikan kesehatan ini di harapkan keluarga bisa mengenal masalah
kesehatan pada anak dengan ISPA dengan media booklet
Didapatkan hasil evaluasi pada jam 09:45 WIB data subyektif
anggota keluarga yang mengerti terhadap pendidikan kesehatan yang telah
di berikan, dan data objektif keluarga mampu mengulangi pendidikan
kesehatan yang telah di berikan serta berdasarkan respon kognitif.
Implementasi pada tanggal 07 Juni 2017 jam 09:00 berdiskusi
dengan keluarga tentang penyakit ISPA yang telah dijelaskan pada hari
sebelumnya. Berdiskusi dengan keluarga dalam mengambil keputusan jika
ada anggota keluarga yang sakit dan mengetahui dampak jika penyakit
tersebut tidak segera diobati.
Didapatkan hasil evaluasi pada jam 09:25 data subyektif keluarga
mengatakan mengerti dengan pendidikan kesehtan yang telah di berikan.
Data objektif anggota keluarga mampu mengulang pendidikan kesehatan
yang telah di berikan serta berdasarkan respon verbal.
Implementasi pada tanggal membantu keluarga dalam menjelaskan
tentang pemeliharaan rumah, mebersihkan rumah dan merapikan
lingkungan rumah. Pada jam 10:30 menjelaskan kepada keluarga fasilitas
pelayanan kesehatan yang bisa digunakan seperti puskesmas dan praktik
dokter.
33

Didapatkan hasil evaluasi pada jam 10:50 data subyektif keluarga


mengerti terhadap pendidikan kesehatan yang telah di berikan, data
objektif keluarga mampu mengulangi pendidikan kesehatan yang telah di
berikan berdasrkan respon psikomotor.
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada keluarga Bp.A dengan
pendidikan kesehatan menggunakan media booklet didapatkan hasil pada
tanggal 08 Juni 2017, keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan
gejala, penyebab dan pencegahan penyakit ISPA, keluarga mampu
mengambilkan keputusan dengan membawa anaknya berobat ke
Puskesmas Putri Ayu. Serta keluarga mengerti bagaimana cara
pemeliharaan rumah, dan merapikan lingkungan rumah, dari semua
implementasi yang dilakukan oleh penulis keluarga mengerti dan mampu
menerapkan pendidikan kesehatan mengenai penyakit ISPA pada anak
dengan media booklet baik dari respon kognitif, verbal dan psikomotor.

B. Pembahasan
Keluarga mengatakan An.A sudah dua kali terkena ISPA selama
sebulan terakhir, sehari setelah di beri pengobatan dengan farmakologik dari
Puskesmas suhu tubuh yang dialami An.A terjadi penurunan dan batuk sudah
berkurang. demam, batuk, pilek disertai dahak, dengan suhu 390c anak
tampak rewel dan sering menangis, An.A saat ini berusia 7 bulan. Sesuai
dengan teori ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut,
yang menyerang salah satu bagian atau lebih saluran nafas mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli saluran bawah, termasuk jaringan adreksnya
seperti sinus-sinus rongga telinga tengah dan plura (Depkes RI, 2002).
Pada penentuan perioritas masalah ketidakefektifan manajemen
kesehatan keluarga tentang penyakit ISPA juga lebih tinggi dibandingkan
dengan diagnosa lain, sesuai dengan skala untuk menetukan prioritas masalah
menggunakan skala Maglaya (2009). Menurut Riasmini (2017) penentuan
perioritas masalah didasarkan dari empat kriteria yaitu sifat masalah,
34

kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah yang dicegah dan


menonjolnya masalah.
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai rencana yang telah
disusun selama tiga hari dari tanggal 06 juni 2017 – 08 juni 2017.
Pelaksanaan tindakan difokuskan pada anggota keluarga Bp.A yaitu
memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dengan
menggunakan media booklet. Pada setiap kali pertemuan dilakukannya
identifikasi keluarga tentang penyakit ISPA yang telah dijelaskan.
Menurut (Notoatmojo, 2012), pendidikan kesehatan dalam arti
pendidikan. Secara umum adalah segala upaya yang di rencanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau
masyarakat,sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku
pendidikan dan promosi kesehatan, dan batasan ini tersirat unsur- unsur input
(sarana dan pendidik dari pendidikan), proses, (upaya yang di rencanakan
untuk mempengaruhi orang lain), output, (melakukan apa yang di harapkan).
Hasil yang di harapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah
perilaku kesehatan, perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang kondusif oleh sasaran dari suatu promosi kesehatan.
Setelah dilakukannya pendidikan kesehatan pada keluarga Bp.A
dengan media booklet selama tiga hari berturut-turut keluarga mampu
mengulangi penjelasan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA pada
An.A dan mampu menerapkan pendidikan kesehatan yang telah di berikan.
Booklet adalah cetakan dengan tampilan istimewa berbentuk buku. Booklet
dapat dipakai untuk menunjukan contoh-contoh karya cipta yang
berhubungan dengan produk. Widi 2008 dalam Gustaning(pengembangan
media booklet menggambar macam-macam celana pada kompetensi
menggambar celana).

Setelah dilakukan tindakan pemberian pendidikan kesehatan selama 3


hari, anggota keluarga Bp.A mampu menyebutkan pengertian ispa, tanda dan
gejala ISPA, penyebab ISPA, pencegahan ISPA, dan penatalaksanaan ISPA.
35

Sesuai teori tujuan pendidikan kesehatan tujuan pendidikan kesehatan


menurut UU Kesehatan No.23 tahun 1992 maupun WHO yaitu meningkatkan
derajat kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan disemua program
kesehatan baik pembrantasan penyakit menular, situasi lingkungan, gizi
masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya.
Setelah dilakukan tindakan pemberian pendidikan kesehatan selama 3
hari dengan media booklet, anggota keluarga Bp.A mampu menyebutkan
pengertian ISPA, tanda dan gejala ISPA, penyebab ISPA, pencegahan ISPA,
dan penatalaksanaan ISPA, pengambilan keputusan dalam membawa anaknya
berobat ke Puskesmas serta memelihara lingkungan rumah.

C. Keterbatasan
Tekhnik pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan lembar format pengkajian yang diisi secara narasi. Apabila
responden tidak dapat memahami pertanyaan atau hanya menjawab secara
singkat, dan tiba-tiba tidak ingin di lakukan pengkajian terjadi hambatan bagi
penulis dalam pengumpulan data.
Kemudian waktu yang di berikan untuk melakukan penelitian ini
terbilang cukup singkat yakni hanya empat hari sehingga membuat hasil
penelitian kurang maksimal. Keterbatasan sumber/referensi yang sulit di cari
juga menjadi suatu hambatan sehingga membuat studi kasus ini menjadi
banyak kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai