Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

“TAMBANG BATU BARA DI PT. KALTIM PRIMA COAL”

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalimantan Timur merupakan salah satu penghasil tambang yangmemiliki
potensi sumber daya alam yang kaya di Indonesia, minyak mentah,emas, intan,
dan batubara adalah beberapa hasil tambang yang berskala besar ditiap tahunnya .
Tambang batubara merupakan produk andalan yang berasal dari Kalimantan
Timur sekarang ini. Namun, batubara adalah suatu kategori sumber daya alam
yang tak terbaharui, sehingga keberadaannya harus dijaga. Sehingga
pembangunan nasional dapat bergulir terus-menerus dengan mengedepankan
sumber daya alam yang dikelola secara baik. Salah satu tujuan pembangunan
nasional adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan
berprikemanusiaan. Ketersediaan sumberdaya alam dalam meningkatkan
pembangunan sangat terbatas dan tidak merata, sedangkan permintaan
sumberdaya alam terus meningkat, akibat peningkatan pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk. Namun, dalam tahap pembangunan nasional,
beberapa masyarakat kini dianggap berkesan acuhs ecara minor terutama akan
”aturan main” dalam menanggapi lingkungan, dikhawatirkan akan terjadi
ekploitasi lahan usaha yang pada akhirnya gangguan kesetimbangan lingkungan
tidak dapat dihindarkan.Dalam rangka upaya mengendalikan pencemaran dan
kerusakanlingkungan akibat pembangunan maka, perlu dilakukan perencanaan
pembangunan yang dilandasi prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip
pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan memadukan kemampuan
lingkungan, sumber daya alam dan teknologi ke dalam proses pembangunan
untuk menjamin generasi masa ini dan generasi masa mendatang
Analisa mengenai dampak lingkungan lahir dengan dirumuskannya
undang- undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat, yaitu National
Environmental Policy Act (NEPA), pada tahun 1969. Amdal merupakan suatu
reaksi masyarakat terhadap kerusakan lingkungan yang disebabka oleh aktivitas
manusia yang terutama disebabkan oleh pembangunan dan penggunaan teknologi
yang berlebihan dan terkesan mengabaikan lingkungan. Hal ini termasuk dalam
kesehatan lingkungan yang dalam artian derajat kesehatan tergantung terhadap
kondisi lingkungan. Oleh sebabnya, apabila ada perubahan-perubahan terjadi pada
kondisi lingkungan di sekitar manusia, akan terjadi pula perubahan- perubahan
pada kondisi kesehatan masyarakat dalam lingkungan masyarakat tersebut. Di
dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup pasal 18 ayat 1, menyatakan bahwa setiap rencana usahadan/atau kegiatan
yamg mempunyai dampak besar dan penting wajib dilakukan kajian AMDAL.
Kajian AMDAL tersebut perlu dilakukan guna mengurangidampak negatif yang
ditimbulkan dari operasional kegiatan terutama pencemaranudara yang
diperkirakan punya pengaruh buruk terhadap kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi umum daerah pertambangan batu bara di PT.
KaltimPrima Coal?
2. Apa paradigma kesehatan lingkungan yang terjadi di PT. Kaltim Prima
Coal?
3. Bagaimana upaya penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
dampak negatif akibat kegiatan pertambangan di PT. Kaltim Prima Coal?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi umum daerah pertambangan batu bara di PT.
Kaltim Prima Coal.
2. Untuk mengetahui paradigma kesehatan lingkungan yang terjadi di PT.
Kaltim Prima Coal.
3. Untuk mengetahui upaya penanganan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi dampak negatif akibat kegiatan pertambangan di PT. Kaltim
Prima Coal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Limbah


Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah:
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen
lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Karena limbah industri pada umumnya
bersifat sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3), maka substansi atau zat
beracun di lingkungan yang sangat menjadi perhatian ialah yang bersumber pada
kegiatan manusia yang dibuang kelingkungan sebagai limbah. Karena kajian
toksikologi adalah bahan beracun, maka obyek toksikologi lingkungan ialah
limbah kimia yang beracun, umumnya termasuk kelompok limbah bahan
berbahaya dan beracun (hazardous waste and toxic chemical). Sedangkan yang
dimaksud dengan toxicologi lingkungan adalah pengetahuan yang mempelajari
efek substansi toksik (beracun) yang terdapat dilingkungan alam maupun
lingkungan binaan; mempelajari dampak atau resiko keberadaan substansi
tersebut terhadap makhluk hidup.Didalam Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 18
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang
dimaksud dengan B3 dapat diartikan “Semua bahan/ senyawa baik padat, cair,
ataupun gas yang mempunyai potensi merusak terhadap kesehatan manusia serta
lingkungan akibatsifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut”. Limbah B3
diidentifikasi sebagai bahan kimia dengan satu atau lebih karakteristik :
• mudah meledak
• mudah terbakar
• bersifat reaktif
• beracun
• penyebab infeksi
• bersifat korosif
Limbah B3 dari kegiatan industri yang terbuang ke lingkungan akhirnya
akan berdampak pada kesehatan manusia. Dampak itu dapat langsung darisumber
ke manusia, misalnya meminum air yang terkontaminasi atau melalui rantai
makanan, seperti memakan ikan yang telah menggandakan
(biologicalmagnification) pencemar karena memakan mangsa yang tercemar.
2.2. Paradigma Kesehatan Lingkungan
Dalam paradigma Kesehatan Lingkungan ada 4 simpul yang berkaitan
dengan proses pajanan B3 yang dapat mengganggu kesehatan.
1. Simpul 1 : Jenis dan skala kegiatan yang diduga menjadi sumber
pencemar atau biasa disebut sebagai sumber emisi B3. Sumber emisi
B3 pada umumnya berasal dari sektor industri, transportasi,yang
mengeluarkan berbagai bahan buangan yang mengandung
senyawakimia yang tidak dikehendaki. Emisi tersebut dapat berupa
gas, cairan, maupun partikel yang mengandung senyawa organik
maupun anorganik.
2. Simpul 2 : Media lingkungan (air, tanah, udara, biota). Emisi dari
simpul 1 dibuang ke lingkungan, kemudian menyebar secara luasdi
lingkungan sesuai dengan kondisi media transportasi limbah. Bila
melaluiudara, maka sebarannya tergantung dari arah angin dominan
dan dapat menjangkau wilayah yang cukup luas. Bila melalui air maka
dapat menyebar sesuai dengan arah aliran yang sebarannya dapat
sangat jauh. Komponen lainyang ikut menyebarkan emisi tersebut
adalah biota air yang ikut tercemar.
3. Simpul 3 : Pemajanan B3 ke manusia. Di lingkungan, manusia dapat
menghirup udara yang tercemar, minum air yang tercemar, makan
makanan yang terkontaminasi dan dapat pulakemasukan B3 melalui
kulit. Pada umumnya titik pemajanan B3 ke dalam tubuh manusia
melalui pernafasan, oral (mulut) dan kulit.
4. Simpul 4 : Dampak Kesehatan yang timbul. Akibat kontak dengan B3
atau terpajan oleh pencemar melalui berbagai caraseperti pada simpul
3, maka dampak kesehatan yang timbul bervariasi dariringan, sedang,
sampai berat bahkan sampai menimbulkan kematian,tergantung dari
dosis dan waktu pemajanan. Jenis penyakit yang ditimbulkan, pada
umumnya merupakan penyakit non infeksi antara lain : keracunan,
kerusakan organ, kanker, hypertensi, asma bronchioli, pengaruh pada
janinyang dapat mangakibatkan lahir cacat (cacat bawaan),
kemunduran mental,gangguan pertumbuhan baik fisik maupun psikis,
gangguan kecerdasan dll. Akibat yang ditimbulkan lebih jauh : biaya
mahal, belum tentu berhasil untuk pemulihan kesehatan, generasi yang
tidak produktif, kehidupan sosial yang tidak mapan bahkan depresi
berkelanjutan.
2.3. Pengertian AMDAL dan ANDAL
Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaah secara cermat
danmendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan.
Sedangkan, Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah hasil studi
mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup,
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Selanjutnya AMDAL
dirumuskan sebagai suatu analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu
proyek yang meliputi pekerjaan evaluais dan pendugaan dampak proyek dari
bangunanya, prosesnya maupun system dari proyek terhadaplingungan yang
berlanjut kelingkungan hidup. Berdasarkan Amdal dan Andal yang ada, umumnya
dilator belakangi oleh isu-isu yang menjadi permasalahan dalam menanggapi
keseimbangan lingkungan itu sendiri, diantaranya,:
1) Dampak perubahan bentang alam yang menyebabkan terjadinya
gangguanestetika lingkungan.
2) Kemungkinan terjadinya penurunan kualitas udara akibat pengerukan
dan penggalian oleh penggunaan alat berat yang menyebabkan
penurunankesuburan tanah.
3) Dampak peningkatan erosi tanah terhadap penurunan kualitas
ekosistem perairan sungai.
4) Gangguan satwa liar akibat hilangnya vegetasi penutup tanah.
5) Kemungkinan terjadinya air asam tambang yang menyebabkan
gangguanterhadap ekosistem darat dan perairan.
6) Penuruan kualitas udara akibat pengoperasian alat-alat berat dan
pengangkutan batubara yang menyebabkan penurunan kesehatan
masyarakat.
7) Penurunan kualitas sungai yang pada gilirannya akan menimbulkan
dampak sosial karena masyarakat setempat sangat tergantung pada
keberadaan sungai tersebut.
2.4. Pengertian Batubara
Batubara merupakan salah satu tambang bahan bakar fosil yang dimiliki
Indonesia yang kaya. Secara umum, batubara adalah batuan sedimen dalam tanah
yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organic utamanya adalah sisa-
sisatumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan yang selama beribu-
ribu tahun lamanya. Unsur utamanya adalah karbon (berwarna hitam pekat),
hydrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen serta tidak menutup kemungkinan
memiliki zat-zat tambahan yang kandungannya kecil. Batubara dalam tambang
memiliki bijih yang sangat kasar dalam bentuk serbuk, pasir dan terkadang batuan
yang cukuphingga besar. Artinya dalam pengelolaan yang baik dapat
meminimalisir gangguan, baik gangguan kesehatan maupun lingkungan.
2.5. AMDAL Pertambangan
Kegiatan pertambangan yaitu suatu kegiatan untuk mengambil
bahangalian berharga dari lapisan bumi, Selama kurun waktu 50 tahun, konsep
dasar pengolahan relatif tidak berubah, yang berubah adalah skala
kegiatannya.Mekanisasi peralatan dan teknologi pertambangan telah
menyebabkan skala pertambangan semakin besar dan ekstraksi kadar rendah pun
menjadi ekonomissehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus
digali. Inimenyebabkan kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang
besar dan penting. Dampak besar dan penting itulah yang selanjutnya dikaji
didalamAMDAL.Kegiatan pertambangan selain menimbulkan dampak
lingkungan, juga menimbulkan dampak sosial kompleks. Oleh sebab itu, AMDAL
suatu kegiatan pertambangan harus dapat menjawab dua tujuan pokok (World
Bank, 1998), “(1). Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan kesehatan
dipertimbangkan dalam menentukan kelayakan ekonomi dan penentuan alternatif
kegiatan yang akan dipilih. (2). Memastikan bahwa pengendalian, pengelolaan,
pemantauan serta langkah-langkah perlindungan telah terintegrasi di dalam desain
dan implementasi proyek serta rencana penutupan tambang.”
2.6. Ruang Lingkup Kegiatan Pertambangan
Di dalam AMDAL akan dikaji dampak yang ditimbulkan dari
sutaukegiatan pada setiap tahapan, tahap-tahapan tersebut seperti tahap pra
konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi. Didalam pertambangan tahapan-
tahapantersebut adalah: Kegiatan pertambangan pada umumnya memiliki tahap-
tahap kegiatansebagai berikut:
 Eksplorasi
 Ekstrasi
 Pembangunan infrastuktur, jalan akses dan sumber energy
 Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman
Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang wajib untuk melakukan AMDALdapat
dilihat pada Lampiran PERMEN LH NO 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
2.7. Dampak Penambangan Batu Bara Terhadap Kesehatan Masyarakat
Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan skala
pertambangan semakin membesar. Perkembangan teknologi pengolahan
menyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga
semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus di gali. Hal ini menyebabkan
kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan
bersifat penting. US-EPA (1995) telah melakukan studi tentang pengaruh kegiatan
pertambangan terhadap kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia pada 66
kegiatan pertambangan. Hasil studi memperlihatkan bahwa pencemaranair
permukaan dan air tanah merupakan dampak lingkungan yang sering terjadiakibat
kegiatan tersebut.Frekuensi terjadinya dampak lingkungan dari 66 kegiatan
pertambangan.
Catatan: Tidak termasuk pencemaran oleh emisi gas buang yang keluar
darialat pengendali pencemaran udara. United Nations Environment Programme
(UNEP, 1999) menggolongkan dampak-dampak yang timbul dari kegiatan
pertambangan sebagai berikut:
 Kerusakan habitat dan biodiversity pada lokasi pertambangan
 Perlindungan ekosistem/habitat/biodiversity di sekitar lokasi
pertambangan.
 Perubahan landskap/gangguan visual/kehilangan penggunaan lahan
 Stabilisasi site dan rehabilitasi
 Limbah tambang dan pembuangan tailing
 Kecelakaan/ terjadinya longsoran fasilitas tailing
 Peralatan yang tidak digunakan , limbah padat, limbah rumah tangga
 Emisi Udara
 Debu
 Perubahan Iklim
 Konsumsi Energi
 Pelumpuran dan perubahan aliran sungai
 Buangan air limbah dan air asam tambang
 Perubahan air tanah dan kontaminasi
 Limbah B3 dan bahan kimia
 Pengelolaan bahan kimia, keamanan, dan pemaparan bahan kimia
ditempat kerja
 Kebisingan
 Radiasi
 Keselamatan dan kesehatan kerja
 Toksisitas logam berat
 Peninggalan budaya dan situs arkeologi
Kesehatan masyarakat dan pemukiman di sekitar tambang Penambangan dapat
menyebabkan kecelakaan-kecelakaan yang seriusseperti kebakaran-kebakaran,
ledakan-ledakan, atau lorong-lorong galian yang rubuh yang dapat menimbulkan
dampak pada orang-orang yang bermukim dikomunitas sekitar tambang. Dampak
dan bahaya yang mengancam kesehatanmasih juga dirasakan di tempat-tempat
bekas daerah yang pernah ditambang, karena orang-orang dapat terpapar limbah
tambang dan bahan-bahan kimia yangmasih melekat di tanah dan di air.
Gangguan Kesehatan yang Dialami Pekerja Tambang Gangguan-gangguan
kesehatan yang sering dialami oleh pekerja tambang diantaranya :
a. Debu, tumpahan bahan kimia, asap-asap yang beracun, logam-logam
berat dan radiasi dapat meracuni penambang dan menyebabkan
gangguan kesehatan sepanjang hidup mereka.
b. Mengangkat peralatan berat dan bekerja dengan posisi tubuh yang
janggal dapat menyebabkan luka-luka pada tangan, kaki, dan
punggung.
c. Penggunaan bor batu dan mesin-mesin vibrasi dapat
menyebabkankerusakan pada urat syaraf serta peredaran darah, dan
dapatmenimbulkan kehilangan rasa, kemudian jika ada infeksi yang
sangat berbahaya seperti gangrene, bisa mengakibatkan kematian.
d. Bunyi yang keras dan konstan dari peralatan dapat
menyebabkanmasalah pendengaran, termasuk kehilangan
pendengaran.
e. Jam kerja yang lama di bawah tanah dengan cahaya yang redup
dapatmerusak penglihatan.
f. Bekerja di kondisi yang panas terik tanpa minum air yang cukup
dapatmenyebabkan stres kepanasan.
Gejala-gejala dari stres kepanasan berupa pusing-pusing, lemah, dan detak jantung
yang cepat, kehausanyang sangat, dan jatuh pingsan. Gangguan Kesehatan yang
Dialami Masyarakata.Udara yang tercemar Penyakit paru-paru hitam (black lung
diseases) disebabkan oleh debu batu bara yang menyumbat paru-paru,
menyebabkan masalah pernapasanyang sangat serius dan permanen. Penambang-
penambang batu bara bawahtanah, anak-anak dan perempuan-perempuan yang
bekerja memisahkan batudari batu bara, sering mengalami penyakit paru-paru
hitam ini. Debu dari pertambangan dapat membuat sulit bernapas. Jumlah
debuyang banyak menyebabkan paru-paru dipenuhi cairan dan membengkak.
Tanda-tanda dari kerusakan paru-paru akibat terpapar debu antara lain:
 napas pendek, batuk-batuk, napas yang berdesah
 batuk-batuk yang mengeluarkan dahak kuning atau hijau (lender dari
paru- paru)
 sakit leher
 kulit membiru dekat kuping atau bibir
 sakit dada
 tidak ada nafsu makan
 rasa lelah
2.8. Penanganan Penambangan
Untuk metoda penambangan bawah tanah (underground mining) dampak
negatifnya terhadap lingkungan hidup agak terbatas. Yang perlu diperhatikan dan
diwaspadai adalah dampak pembuangan batuan samping (countryrock/waste) dan
air berlumpur hasil penirisan tambang (mine drainage). Kecuali untuk metode
ambrukan (caving method) yang dapat merusak bentang alam(landscape) atau
morfologi, karena terjadinya amblesan (surfacesubsidence).Metoda penambangan
bawah tanah yang dapat mengurangi timbulnya gas-gas beracun dan berbahaya
adalah penambangan dengan “auger” (auger mining), karena untuk
pemberaiannya (loosening) tidak memakai bahan peledak. Untuk menekan
terhamburnya debu ke udara, maka harus dilakukan penyiraman secara teratur
disepanjang jalan angkut, tempat-tempat pemuatan, penimbunan dan peremukan
(crushing). bahkan disetiap tempat perpindahan (transfer point) dan peremukan
sebaiknya diberi bangunan penutup serta unit pengisap debu.Untuk menghindari
timbulnya getaran (ground vibration) dan lemparan batu (fly rock) yang
berlebihan sebaiknya diterapkan cara-cara peledakan yang benar, misalnya dengan
menggunakan detonator tunda (millisecond delaydetonator) dan peledakan
geometri (blasting geometry) yang tepat.Lumpur dari penirisan tambang tidak
boleh langsung dibuang ke badan air (sungai, danau atau laut), tetapi harus
ditampung lebih dahulu di dalam kolam-kolam pengendapan (settling pond) atau
unit pengolahan limbah (treatment plant) terutama sekali bila badan air bebas itu
dipakai untuk keperluan domestik oleh penduduk yang bermukim disekitarnya.
Segera melaksanakan cara-cara reklamasi / rehabilitasi / restorasi yang baik
terhadap lahan-lahan bekas penambangan. Misalnya dengan meratakan daerah-
daerah penimbunan tanah penutup atau bekas penambangan yang telah ditimbun
kembali (back filled areas) kemudian ditanami vegetasi penutup (ground cover
vegetation) yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi lahan
pertanian atau perkebunan. Sedangkan cekungan cekungan bekas penambangan
yang berubah menjadi genangan-genangan air atau kolam-kolam besar sebaiknya
dapat diupayakan agar dapat dikembangkan pula menjadi tempat budi-daya ikan
atau tempat rekreasi.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Tempat


PT. Kaltim Prima Coal merupakan perusahaan tambang batubara
yangterletak di Kabupaten Kutai Timur yang didirikan dengan akta No 28 tanggal
8Maret 1982 dan mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman RI sesuai
dengan Surat Keputusan No. Y.A.5/208/25 tanggal 16 Maret 1982 dan telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 20 Juli 1982 No 61
Tambahan Nomor 967. Sejak awal beroperasi pada tahun 1992, KPC merupakan
perusahaan modal asing (PMA) yang dimiliki oleh British Petroleum International
Ltd(BP) dan Conzinc Rio Tinto of Australia Ltd. (Rio Tinto) dengan pembagian
saham masing-masing 50%. Berdasarkan Akta No. 9 tanggal 6 Agustus 2003 dan
Bukti Pelaporan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI No. C-UM
02 01.12927 tertanggal 11 Agustus 2003, saham KPC dimiliki oleh BP dan Rio
Tingo telah dialihkan kepada Kalimantan Coal Ltd. Dan Sengata Holding Ltd, dan
yang selanjutnya pada tanggal 18 Oktober 2005, sesuai dengan Akta Notaris No 3
tanggal 18 Oktober 2005, PT. Bumi Resources Tbk telah mengakusisi saham
Kalimantan Coal Ltd dan Sengata Holding Ltd. Berdasarkan akta notaris No 34
tanggal 4 Mei 2007, pemegang saham PT Kaltim Prima Coal mengalihkan 30%
sahamnya kepada Tata Power (Mauritius) Ltd. Berdasarkan Perjanjian Kontrak
Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang ditandatangai pada
tanggal 8 April 1982, pemerintah memberikan izin kepada KPC untuk
melaksanakan eksplorasi, produksi dan memasarkan batubara dari wilayah
perjanjian sampai dengan tahun 2021. Wilayah perjanjian PKP2B ini mencakup
daerah seluas 90.938 Ha di Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur.
3.2 Paradigma Kesehatan Lingkungan Proyek Batu-Bara.
1. Simpul 1 : Jenis dan skala kegiatan yang diduga menjadi
sumberpencemar atau biasa disebut sebagai sumber emisi B3. Dalam
hal ini adalah sumber emisi yang berasal dari kegiatan pertambangan
batubara. Kegiatan pertambangan batu-bara yang menghasilkan
sumber emisi diantaranya adalah:
1) Eksplorasi Kegiatan eksplorasi tidak termasuk ke dalam kajian
studi AMDAL karena merupakan rangkaian kegiatan survey dan
studi pendahuluan yangdilakukan sebelum berbagai kajian
kelayakan dilakukan. Yang termasuk sebagai kegiatan ini adalah
pengamatan melalui udara, survey geofisika, studi sedimen di
aliran sungai dan studi geokimia yang lain, pembangunan jalan
akses, pembukaan lahan untuk lokasi test pengeboran, pembuatan
landasan pengeboran dan pembangunan anjungan pengeboran.
2) Ekstraksi dan Pembuangan Limbah Batuan Diperkirakan lebih dari
2/3 kegiatan ekstaksi bahan mineral didunia dilakukan dengan
pertambangan terbuka. Teknik tambang terbuka biasanya
dilakukan dengan open-pit mining, strip mining, dan quarrying,
tergantung pada bentuk geometris tambang dan bahan yang digali.
Ekstrasi bahan mineral dengan tambang terbuka sering
menyebabkan terpotongnya puncak gunung dan menimbulkan
lubang yang besar. Salah satu teknik tambang terbuka adalah
metode strip mining (tambang bidang). Dengan menggunakan alat
pengeruk, penggalian dilakukan pada suatu bidang galian yang
sempit untuk mengambil mineral. Setelah mineral diambil, dibuat
bidang galian baru di dekat lokasi galian yang lama. Batuanlimbah
yang dihasilkan digunakan untuk menutup lubang yang
dihasilkanoleh galian sebelumnya. Teknik tambang seperti ini
biasanya digunakan untuk menggali deposit batubara yang tipis
dan datar yang terletak didekat permukaan tanah.
3) Pembangunan infrastruktur jalan akses dan pembangkit energi
Kegiatan pembangunan infrastruktur meliputi pembuatan akses
didalam daerah tambang, pembangunan fasilitas penunjang
pertambangan, akomodasi tenaga kerja, pembangkit energi baik
untuk kegiatan konstruksimaupun kegiatan operasi dan
pembangunan pelabuhan. Termasuk dalamkegiatan ini adalah
pembangunan sistem pengangkutan di kawasantambang (misalnya
: crusher, ban berjalan, rel kereta, kabel gantung, sistem perpipaan
atau konsentrat bijih).
4) Pembangunan Pemukiman Karyawan Dan Base Camp Pekerja
Kebutuhan tenaga kerja dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk
kegiatan pertambangan seringkali tidak dapat dipenuhi dari
penduduk setempat. Tenaga kerja trampil perlu didatangkan dari
luar, dengan demikian diperlukan pembangunan infrastruktur yang
sangat besar. Jika jumlah sumberdaya alam dan komponen-
komponen lingkunganlainnya sangat terbatas sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan pendatang, sumberdaya alam akan
mengalami degradasi secara cepat. Akibatnya akan terjadi konflik
sosial karena persaingan pemanfaatansumber daya alam. Sebagai
contoh, kegiatan pertambangan seringkalidikaitkan dengan
kerusakan hutan, kontaminasi dan penurunan penyediaanair bersih,
musnahnya hewan liar dan perdagangan hewan langka, serta
penyebaran penyakit menular.
2. Simpul 2 : Media lingkungan Media lingkungan yang ikut tercemar
dikarenakan kegiatan pertambangan batu-bara. Emisi dari simpul 1
(proyek kegiatan pertambangan batu bara) yang dibuang ke
lingkungan, kemudian menyebar secara luas di lingkungan sesuai
dengan kondisi media transportasi limbah. Emisi dari kegiatan tersebut
mencemari air, udara dan tanah.
3. Simpul 3 : Pemajanan B3 ke manusia Di lingkungan, manusia dapat
menghirup udara yang tercemar, minum air yang tercemar, makan
makanan yang terkontaminasi dan dapat pula kemasukan B3 melalui
kulit yang bersal dari kegiatan pertambangan batu- bara. Pada
umumnya titik pemajanan B3 kedalam tubuh manusia melalui
pernafasan, oral (mulut) dan kulit. Pencemaran air, tanah dan udara
akibat dari kegiatan pertambangan batu- bara ini masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernafasan, oral dan kulit :
1) Untuk pencemaran udara yang penyebabnya dimulai dari
pembakaranhutan untuk membuka lahan pertambangan, gas-gas
yang terbentuk darikegiatan pertambangan batu bara sepeti metan,
karbon dioksida, karbon monoksida sampai gas –gas yang muncul
di dalam tambang (gas berbahaya dan mudah menyala) masuk ke
dalam tubuh manusia melalui pernapasan, terhirup oleh pekerja
yang tidak menggunakan masker atau terhirup oleh masyarakat
sekitar yang beresiko, umumnya adalah masyarakat yang daerah
bermukimnya paling dekat dengan lokasi tambang.
2) Untuk pencemaran tanah dan air dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui oral (mulut). Tanah yang tercemar berakibat
terhadap tercemarnya air tanah dan permukaan serta ditambah
dengan adanya air asam tambang mengakibatkan kualitas air
menurun untuk dikonsumsi setiap harinya. Bahan berbahaya dan
beracun yang terkandung didalamnya dapat terikutmasuk melalui
makanan dan minuman.
3) Debu, tumpahan bahan kimia, serpihan logam-logam berat,
panggangan sinar matahari dan radiasi dapat memapar pekerja
melalui kontak dengan kulit.
4. Simpul 4 : Dampak Kesehatan Dampak kesehatan yang ditimbulkan
akibat kegiatan pertambangan batu baraterhadap kesehatan manusia.
Akibat kontak dengan B3 atau terpajan oleh pencemar melalui
berbagai cara seperti pada simpul 3, maka dampak kesehatan yang
timbul bervariasi dari ringan, sedang, sampai berat bahkansampai
menimbulkan kematian, tergantung dari dosis dan waktu pemajanan.
Pada pertambangan di PT. Indominco Mandiri yang mengalami
paparandari kegiatan proyek batubara, diantaranya adalah :
1) Pekerja pada pertambangan batu-bara dan
2) Warga sekitar yang beresiko
3.3 Penanganan Kegiatan Pertambangan Batu-Bara
Sebelum disetujuinya pelaksanaan proyek pertambangan batu-bara, para
pengusaha harus tunduk pada hukum yang berlaku :
1. Hukum yang lebih tegas
Untuk meminimalisasi dampak negative tersebut, maka menjadi
kewajiban pemerintah unutk menegakkan hokum secara konsisten
sehingga parakontraktor yang melaksanakan kegiatan penambangan
batubara dapat melaksanakan segala ketentuan hokum yang berlaku
dalam bidang pertambangan sesuai dengan pasal 30 Undang-Undang
No.11 tahun 1967 tentang Pertambangan secara tegas, yaitu :“Apabila
selesai melakukan penambangan dan galian pada suatu tempat
pekerjaan, pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan
diwajibkanmengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan bahaya penyakit atau bahaya lainnya”.
2. Pengusaha pertambangan harus mematuhi rambu-rambu hukium yang
berlaku mengenai pertambangan.
3. Adanya pengawasan secara efektif dari aparat pemerintahArtinya tidak
ada sikap ragu-ragu dari aparat pemerintah ketika melihat pelanggaran
hukum.
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk
dilakukan tindakan-tindakan tertentu. Pertama pendekatan teknologi, dengan
orientasi teknologi preventif (control/protective) yaitu pengembangan sarana
jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi
keruwetan masalaht ransportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari
ruang udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar
meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust). Kedua,
pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan
terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya
reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara dapat
mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas
lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding
place). Ketiga, pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam
kegiatan pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku (law enforcement) dan keempat pendekatan
edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina
dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan
perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian
lingkungan. Selain itu perlu diupayakan kajian penelitian yang lebih mendalam.
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan,agar
dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya, diantaranya adalah :
1. Revegetasi
2. Penanganan Potensi Air Asam Tambang
3. Pengaturan Drainase
4. Tataguna Lahan Pasca Tambang Pekembangan suatu wilayah, lahan
pasca tambang dapat dipergunaka nuntuk pengembangan pemukiman
atau kota.
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
PT. Kaltim Prima Coal merupakan perusahaan tambang batubara yang
terletak di Kabupaten Kutai Timur yang didirikan dengan akta No 28 tanggal 8
Maret 1982. KPC merupakan perusahaan modal asing (PMA) yang dimiliki
olehBritish Petroleum International Ltd (BP) dan Conzinc Rio Tinto of Australia
Ltd. (Rio Tinto) dengan pembagian saham masing-masing 50% dengan luas
90.938 Ha. Paradigma kesehatan lingkungan daerah pertambangan PT. Kaltim
Prima Coal adalah simpul 1, simpul 2, simpul 3 dan simpul 4. Penanganan
dampak dan akibat dari kegiatan pertambangan batu-bara dilakukan secara umum
dan khusus oleh PT. kaltim Prima Coal.
5.2 Saran
Sebaiknya para pengusaha pertambangan batu bara lebih memperhatikan
dan menganalisis dampak lingkungan akibat adanya kegiatan pertambangan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Potensi Bahaya Tambang Batubara Bawah Tanah


.http://www.kamusilmiah.com Tanggal akses 07 Mei 2010.

Bilad, M. Roil . 2010. Dampak Lingkungan Penggunaan Batubara Sebagai Bahan


Bakar Pengomprongan Tembakau Virginia. http://www.sasak.org.
Tanggal akses 07 Mei 2010.

Dwi. 2009. Analisa CSR pada PT. Kaltim Prima Coal.


(http://fotodeka.wordpress.com/, 7 Mei 2010)

Fiyanto, Arif. 2008. Pembangunan PLTU 10.000 MW : Solusi Keliru Pemerintah


dalam Mengatasi Krisis Listrik. http://mentarikalahari.wordpress.com.
Tanggal akses 07 Mei 2010.

Hendry. 2009. Bahan Galian Batubara. http://mangkutak.wordpress.com Tanggal


akses 07 Mei 2010.

Nugroho, Sudarmanto Budi. 2009. Pengaruh Kegiatan Penambangan Batubara


Terhadap Kualitas Udara A mbien. http://docs.google.comTanggal akses
07 Mei 2010.

Uliyah, Luluk. 2010. Awas, Pertambangan Batubara Sumber Krisis Air


Kalimantan Terkini. http://borneo2020.org. Tanggal akses 07 Mei 2010.

Anda mungkin juga menyukai