Anda di halaman 1dari 9

http://www.wartabromo.

com/2017/07/08/20-ribu-tenaga-perawat-baru-di-jatim-menganggur-
tak-terserap/

20 Ribu Tenaga Perawat Baru di Jatim Menganggur Tak Terserap

Gading (wartabromo.com) – Lebih dari 20 ribu Perawat yang tersebar di hampir seluruh
daerah wilayah Jawa Timur menganggur atau tidak terserap sebagai tenaga profesional di
bidang medis. Minimnya kebutuhan, tidak berbanding lurus dengan jumlah lulusan perawat
baru yang lebih besar, (over capacity), disebut sebagai penyebab tenaga jasa medis ini tidak
terpakai.

Jumlah tersebut mengemuka setelah ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
Jawa Timur, Prof. DR. Nur Salam,

mengisi acara bertajuk Capacity Building, yang dilaksanakan PPNI Kabupaten Probolinggo di
Kampung Kita, Desa Condong, Kecamatan Gading, Sabtu (8/7/2017).

“Ya ada sekitar dua puluh ribuan tenaga perawat di Jawa Timur yang tidak mendapatkan
pekerjaan. Kondisi ini tak jauh beda dengan di tingkat nasional, dimana lulusan pendidikan
perawat hanya sekitar 15 persen saja yang terserap,” ujar Prof. DR. Nur Salam kepada
wartabromo.com.

Besarnya angka pengangguran itu dikatakan sudah terjadi sejak 2008 lalu, diperoleh dari
kalkulasi lulusan baru (fresh graudate) di 58 perguruan tinggi yang membuka jurusan
Keperawatan di Jawa Timur.

Namun, dari jumlah lulusan tersebut, tidak semuanya dapat diserap agar dapat memberikan
jasa keahliannya, Sehingga ia sempat berkelekar, bahwa puluhan ribu perawat itu sekarang
menjadi pengangguran intelektual.

Dekan Fakultas Keperawatan Unair Surabaya itu, kemudian menyarankan bagi perawat baru
lulus, dapat membuka praktik secara mandiri, dengan terlebih dahulu mengurus Surat Tanda
Registrasi (STR).

Dikatakan juga jika saat ini, PPNI Jatim terdapat anggota 50 ribu yang tercatat, baik yang
sudah mempunyai STR maupun mereka yang bekerja di berbagai instansi.

“Selain praktik mandiri, juga menjadi tenaga kesehatan di luar Jawa atau menjadi perawat di
luar negeri. Tapi kebanyakan dari mereka ingin menjadi PNS dan dekat rumah,” tambahnya.

Sementara itu, salah satu tokoh Kabupaten Probolinggo Hasan Aminuddin, berharap para
Perawat dapat mwningkatkan kemampuan dan inovasi dalam melayani masyarakat.
Menurutnya hal itu sangat penting, karena profesi perawat merupakan bagian salah.satu
ujung tombak pengentasan kemiskinan. Sehat tidaknya warga, banyak dipengaruhi oleh
peranan tenaga medis, baik perawat, bidan maupun dokter.

“Perawat wajib berinovasi untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat, yang terpenting
seusai peraturan dan nilai agama. Komitmen, solidaritas dan niat yang sama untuk melayani
masyarakat sangat berarti bagi peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia, red) di
Kabupaten ini,” kata mantan Bupati Probolinggo dua periode ini. (saw/saw)
https://www.pantura7.com/2017/07/08/miris-20-ribu-perawat-di-jawa-timur-masih-
menganggur/

Miris, 20 Ribu Perawat di Jawa Timur Masih Menganggur

By admin - July 8, 2017

Capacity Building yang dilaksanakan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)


Kabupaten Probolinggo di Kampung Kita, Desa Condong, Kecamatan Gading, Sabtu (8/7/17).

Probolinggo-Pantura7.com, Sedikitnya 20 ribu tenaga profesional bidang keperawatan di


Jawa Timur saat ini adalah pengangguran. Ribuan perawat dari berbagai perguruan tinggi
negeri maupun swasta tidak terserap kemampuannya, karena minimnya lapangan pekerjaan.

“Catatan kami, terdapat dua puluh ribuan tenaga perawat di Jawa Timur yang tidak
mendapatkan pekerjaan. Kondisi ini tidak jauh beda dengan yang terjadi di tingkat nasional,
dimana lulusan pendidikan perawat hanya sekitar 15 persen saja yang terserap,” ujar Prof.
DR. Nur Salam, usai mengisi Capacity Building, yang dilaksanakan Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Probolinggo di Kafe Kampung Kita, Desa Condong,
Kecamatan Gading, Sabtu (8/7/2017).

Nur Salam, yang juga Ketua PPNI Jatim menambahkan, tingginya angka pengangguran
sudah terjadi sejak tahun 2008. Lapangan kerja yang tersedia tidak sesuai dengan output dari
dunia pendidikan, sehingga terjadi kelebihan kapasitas (Over Capacity) menjadi
pengangguran intelektual.

Angka 20 ribu pengangguran tenaga medis ini didapatkan dari kalkulasi lulusan baru 58
perguruan tinggi yang membuka jurusan Keperawatan di Jawa Timur. Mulai 2008, setiap
tahunnya terdapat 3 ribu lulusan baru, dimana tenaga yang terserap dibawah 50 persen..

“Saran saya, bagi perawat yang baru lulus segera mengurus Surat Tanda Registrasi (STR)
lalu membuka praktik mandiri. Menjadi tenaga kesehatan di luar Jawa atau menjadi perawat
di luar negeri juga bisa menjadi solusi, tapi kebanyakan dari mereka ingin menjadi PNS dan
dekat rumah,” terang Dekan Fakultas Keperawatan Unair Surabaya ini kepada Pantura7.com.

Ditempat terpisah, salah satu tokoh masyarakat Kabupaten Probolinggo Hasan Aminuddin
berharap, para perawat berinovasi dalam melayani masyarakat. Inovasi ini diyakini tidak
hanya bermanfaat bagi masyarakat, namun juga berpeluang membuka lapangan kerja baru.

“Perawat wajib berinovasi untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat, yang terpenting
sesuai peraturan dan nilai agama. Komitmen, solidaritas dan niat yang sama untuk melayani
masyarakat sangat berarti bagi peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia, red) di
Kabupaten ini” tukas pria yang juga anggota DPR RI Komisi XIII ini. (em/ela).
https://senyumperawat.com/2017/08/20-ribu-perawat-di-jatim-terancam-jadi-
pengangguran.html

20 Ribu Perawat di Jatim Terancam Jadi Pengangguran, PPNI Himbau Urus STR Agar
Bisa Praktik Mandiri

Senyumperawat.com – Lebih dari 20 ribu perawat di Jawa Timur terancam menjadi


pengangguran. Minimnya penyerapan lapangan pekerjaan dianggap sebagai satu
penyebabnya terancamnya para perawat. Di satu sisi, setiap tahunnya selalu ada lulusan
baru. Lulusan perawat atau fresh graduate semakin banyak sedangkan lowongan kerja
sedikit.

“Kondisi ini tak jauh beda dengan di tingkat nasional, lulusan pendidikan perawat hanya
sekitar 15 persen saja yang terserap,” ujar Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jatim, Nursalam usai mengisi ‘Capacity Building’ di
Kampung Kita, Desa Condong, Kecamatan Gading, Probolinggo, Sabtu 8 Juli 2017.

Nursalam menuturkan besarnya angka pengangguran itu sudah terjadi sejak 2008 lalu.
Kebutuhan atau lapangan kerja yang tersedia tidak sesuai dengan output dari dunia
pendidikan.

“Sehingga terjadi kelebihan kapasitas, karena tidak terserap dan menjadi pengangguran
intelektual,” kata Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga ini.

Sementara angka 20 ribu perawat yang terancam jadi pengangguran itu didapatkan dari
kalkulasi lulusan baru atau fresh graudate dari 58 perguruan tinggi yang membuka jurusan
Keperawatan di Jawa Timur.

“Sejak 2008, setiap tahunnya ada tiga ribu lulusan baru dan tidak semuanya terserap,”
ucapnya.

Segera urus STR (Surat Tanda Registrasi)

Nursalam menyarankan bagi perawat yang baru lulus untuk mengurus Surat Tanda Registrasi
(STR). Dengan STR ini, perawat dapat praktik mandiri, sehingga dapat mengurangi
pengangguran. Saat ini, PPNI Jatim mempunyai anggota sebanyak 50 ribu dan sudah
mempunyai STR yang bekerja di berbagai instansi.
“Selain praktik mandiri, juga menjadi tenaga kesehatan di luar Jawa atau menjadi perawat di
luar negeri. Tapi kebanyakan dari mereka ingin menjadi PNS dan dekat rumah,” ujar dia.

Sementara itu, salah satu tokoh Kabupaten Probolinggo, Hasan Aminuddin berharap para
Perawat untuk berinovasi dalam melayani masyarakat. Inovasi ini menurutnya sangat penting,
karena profesi perawat merupakan ujung tombak pengentasan kemiskinan. Sehat tidaknya
warga, banyak dipengaruhi oleh peranan tenaga medis, baik perawat, bidan maupun dokter.

“Perawat wajib berinovasi untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat, yang terpenting
sesuai peraturan dan nilai agama. Komitmen, solidaritas, dan niat yang sama untuk melayani
masyarakat sangat berarti bagi peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Kabupaten
ini,” kata mantan Bupati Probolinggo dua periode itu. (Destur/Liputan 6/Antara)
http://www.kabarpas.com/20-ribu-perawat-di-jawa-timur-tidak-terserap-jadi-tenaga-
profesional-bidang-medis/

20 Ribu Perawat di Jawa Timur Tidak Terserap Jadi Tenaga Profesional Bidang Medis

09/07/201710/07/2017 kabarpas.com

FacebookTwitterGoogle+WhatsApp

Reporter : Dimaz Zidan

Editor: Agus Hartanto

___________________________________

Probolinggo (Kabarpas.com) – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persatuan Perawat


Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Probolinggo bersinergi dengan Dewan Pimpinan
Wilayah (DPW) PPNI Provinsi Jawa Timur menggelar kegiatan bertajuk Capacity Building
PPNI di Wisma Kampoeng Kita Desa Condong Kecamatan Gading.

Kegiatan yang diikuti oleh 200 orang peserta dari 38 DPD PPNI se-Jawa Timur dan DPW
PPNI Jawa Timur ini dihadiri oleh suami Bupati Probolinggo yang juga anggota Komisi VIII
DPR RI Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si, Ketua DPW PPNI Jawa Timur Prof. Dr. H. Nursalam,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dr. Shodiq Tjahjono, Direktur Pemetaan dan
Peningkatan Kualitas TKLN BNP2TKI Yana Anusasana dan Ketua DPD PPNI Kabupaten
Probolinggo Mujoko.

Dalam sambutannya Hasan Aminuddin menyampaikan bahwa keilmuan PPNI merupakan


sebuah keilmuan yang sudah dipilih. Tidak mungkin seorang perawat menjalani profesi yang
lain seperti bidan dan dokter. Semua ini merupakan sebuah pilihan yang taraf perjalanan usia
bagaimana perawat bisa memaksimalkan pelayanan bagi orang lain.

“Supaya bisa memberikan manfaat bagi sesama maka seorang perawat harus
mengalirkanlah ilmu, tenaga dan rizkinya. Bangun soliditas agar tidak didzolimi oleh
organisasi lain. Serta perbanyak membaca untuk menambah khasanah pengetahuan. Karena
kelemahan perawat saat ini karena tidak istiqomah membaca,” katanya.

Menurut Hasan, keilmuan PPNI merupakan sebuah keilmuan yang sudah dipilih. Tidak
mungkin seorang perawat menjalani profesi yang lain seperti bidan dan dokter. Semua ini
merupakan sebuah pilihan yang taraf perjalanan usia bagaimana perawat bisa
memaksimalkan pelayanan bagi orang lain.

Lebih lanjut Hasan meminta agar perawat senantiasa mensyukuri nikmat yang diterimanya
dan bukan yang diterima oleh orang lain. Mensyukuri hari ini penting karena peradaban hari
ini selalu kurang. Inilah otak manusia saat ini yang tidak sama dengan yang dulu. Idealisme
perawat bagaimana mampu menancapkan dengan rasa ikhlas melayani orang lain.

“Keikhlasan itu bisa diwujudkan dengan selalu tersenyum dan jangan merengut saat melayani
masyarakat. Sebab 60% lebih petugas kesehatan itu didominasi oleh perawat. Sehat tidaknya
bangsa ini terletak pada peran perawat. Jadikan azimat senyum sebagai modal dasar agar
bisa memberikan manfaat bagi orang lain,” jelasnya.

Hasan menegaskan bahwa organisasi akan kuat apabila ada niat yang sama dari semua
anggota. Terlebih, begitu ada komitmen yang sama dan soliditas. Jangan sampai anggotanya
kesannya ditarik iuran dan bagaimana organisasi perawat ada getaran bagi anggotanya.

“Begitu ada anggota yang didzolimi ada yang melindungi. Organisasi ini harus kuat dan jangan
takut pada siapapun kecuali Allah SWT. Modalnya harus berani. Setiap mau berinovasi
sepanjang tidak bertentangan dengan syariat agama dan peraturan perundang-undangan
maju dan lakukan,” tegasnya.

Sementara Ketua DPW PPNU Provinsi Jawa Timur Prof Dr. Nursalam menyampaikan bahwa
lebih dari 20 ribu perawat yang tersebar di hampir seluruh daerah wilayah Jawa Timur
menganggur atau tidak terserap sebagai tenaga profesional di bidang medis.

“Minimnya kebutuhan, tidak berbanding lurus dengan jumlah lulusan perawat baru yang lebih
besar. Hal ini menjadi penyebab tenaga jasa medis ini tidak terpakai,” katanya.

Menurut Nursalam, besarnya angka pengangguran itu sudah terjadi sejak tahun 2008 lalu,
diperoleh dari kalkulasi lulusan baru (fresh graudate) di 58 perguruan tinggi yang membuka
jurusan keperawatan di Jawa Timur. Hanya saja, dari jumlah lulusan tersebut, tidak semuanya
dapat diserap dan dapat memberikan jasa keahliannya, sehingga menjadi pengangguran
intelektual.

“Oleh karena itu kami menyarankan bagi perawat yang baru lulus supaya dapat membuka
praktik secara mandiri dengan terlebih dahulu mengurus Surat Tanda Registrasi (STR),”
jelasnya.
Nursalam menambahkan saat ini perawat yang tercatat sebagai anggota PPNI Jawa Timur
mencapai 50 ribu, baik yang sudah mempunyai STR maupun mereka yang bekerja di
berbagai instansi.

“Selain praktik mandiri, mereka juga menjadi tenaga kesehatan di luar Jawa atau menjadi
perawat di luar negeri. Tapi kebanyakan dari mereka ingin menjadi PNS dan dekat rumah,”
tambahnya.

Sedangkan Ketua DPD PPNI Kabupaten Probolinggo Mujoko menyampaikan bahwa kegiatan
ini bertujuan untuk membangun kekompakan dan kebersamaan diantara para perawat,
khususnya di Kabupaten Probolinggo. “Serta membentuk sinergitas antara PPNU dengan
pemerintah. Sehingga mampu membangun soliditas dan loyalitas secara profesional,”
katanya.

Dalam Capacity Building PPNI ini, para perawat akan mendapatkan materi berupa
Pengembangan Badan Diklat Untuk Perawat di Jawa Timur serta sosialisasi dan pelatihan
Starline untuk DPD dan koperasi. Para perawat juga mengikuti outbond dan rafting
bersama. (zid/gus).

Anda mungkin juga menyukai