Anda di halaman 1dari 2

11 TON BERKAT AIR KELAPA PADI SAWAH

Lonjakan produksi sampai 2 kali lipat itu terjadi setelah Soleh memakai pupuk organik
berbahan baku campuran air kelapa dan limbah cair bioetanol alias vinase. Pupuk cair
kecokelatan pekat itu mulai disemprotkan Soleh pada tanaman sejak pekan ke-2 pascatanam.
Interval penyemprotan setiap 10 hari sekali. Total selama 102 hari masa tanam ketan varietas
lokal itu, Soleh menghabiskan 7,5 liter pupuk cair yang dibeli seharga Rp60.000/l.

Pupuk kimia tetap digunakan, tetapi jumlahnya seperempat pemakaian biasa. Di lahan 1,4 ha,
biasanya Soleh menghabiskan masing-masing 2,25 kuintal Urea dan Phonska. Total biayanya
Rp990.000. Namun, setelah dikombinasi dengan pupuk cair, petani di Desa Jemaras Lor,
Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, itu cuma perlu masing-masing 25 kg
Urea dan Phonska dengan biaya total Rp110.000.

Selain irit pupuk kimia, pemakaian pupuk cair yang dibuat melalui proses fermentasi 3 pekan
itu juga mempersingkat masa tanam. “Setelah aplikasi, waktu panen maju 15 hari dari 117
hari menjadi 102 hari,” kata Soleh. Ayah 4 anak itu menghemat biaya pupuk hingga
Rp430.000 per musim tanam.

Air kelapa

Air kelapa yang menjadi salah satu komponen pupuk cair itu memang punya segudang
manfaat. Menurut Soelaiman Budi Sunarto, inovator pupuk organik, air kelapa mengandung
hara dan mineral lengkap. Itu termasuk nutrisi mikro seperti magnesium, besi, kalsium,
mangan, dan boron yang diperlukan untuk metabolisme tanaman. Lantaran kaya nutrisi,
“Kelapa mampu bertunas dan tumbuh baik di berbagai jenis tanah,” kata peraih penghargaan
Tokoh Paling Berpengaruh 2010 versi koran harian Republika itu. Tak terkecuali tanah pantai
tidak menjadi hambatan.

Ir Edhi Sandra MS—pakar fisiologi tanaman, kepala Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor—menyatakan, air kelapa kaya zat pengatur tumbuh
sehingga dimanfaatkan di bidang kultur jaringan sejak permulaan abad ke- 20. Sedangkan
vinase mengandung bahan organik lengkap seperti asam amino, vitamin, enzim, sampai zat
pengatur tumbuh. Syaratnya: vinase terfermentasi sempurna. Maklum, partikel vinase kerap
menggumpal. “Fermentasi memecah gumpalan partikel sehingga mudah diserap bakteri,”
kata Edhi. Tanpa fermentasi, partikel vinase tidak bisa diserap mikroba penyubur. Yang
terjadi, partikel kasar itu justru mengundang bakteri dan cendawan pembusuk yang patogen
terhadap tanaman.

Dengan kelebihan itu, pantas jika Soleh bergeming memakai pupuk berbahan air kelapa
lantaran tampak perbedaannya setelah aplikasi sejak fase pembibitan. Umumnya, benih perlu
20—24 hari untuk menjadi bibit siap tanam. Namun, benih yang direndam 3—4 jam dalam
pupuk organik cair, siap tanam hanya dalam 15 hari. Saat itu padi ketan mungil itu mencapai
tinggi 15 cm. Sejak itu ia semakin yakin pupuk pilihannya tak kalah ampuh dengan pupuk
kimia.

Pupuk cair itu juga terbukti bersifat repelan alias mengusir hama. Saat bulir mulai bernas,
tikus, sundep, dan wereng datang menggasak. Namun, itu tidak terjadi di sawah Soleh.
Musababnya, produsen menambahkan 9 jenis rempah yang aroma dan rasanya membuat
hama enggan singgah. Jenis rempah yang ditambahkan di antaranya cabai lempuyang, jahe,
lengkuas, bawang merah, bawang putih, dan kapulaga.

Mesti cermat

Hasil itu membuat lelaki kelahiran 45 tahun silam itu menjadi buah bibir para tetangga.
Maklum, tanah sawah yang ditanami Soleh dianggap tandus dan sulit diolah. “Bisa panen
saja bagus,” tutur Jahari, adik ipar Soleh yang juga penyuluh pertanian lapangan. Petani lain
kian mengerenyit kala Soleh memangkas penggunaan pupuk kimia. Mereka menganggap
Soleh nekat. Pasalnya, tanaman padi dibayangi ancaman cuaca tak menentu dan serangan
wereng serta tikus.

Toh, meski begitu hasilnya memuaskan sehingga banyak rekan seprofesi Soleh yang melirik.
Menurut Endang Kusnandar, manajer produksi CV Anugerah Karya Makmur, produsen
pupuk organik cair di Cirebon, permintaan pupuk cair berbahan air kelapa itu kini sangat
tinggi. “Bikin berapa pun habis terjual,” kata Endang.

Meski memiliki keunggulan, pemakaian pupuk cair mesti sesuai dosis. “Konsentrasi berlebih
bisa meninggalkan residu yang menjadi media tumbuh bakteri dan cendawan patogen,” kata
Edhi. Selain itu, bentuk cair menjadikan mikroba yang tumbuh saat fermentasi dalam kondisi
aktif setiap saat. Untuk bertahan hidup, mikroba itu mengonsumsi bahan organik dalam
pupuk cair. Jika pupuk terlalu lama disimpan, tidak banyak bahan organik tersisa. Keruan
saja, pupuk itu tidak bisa lagi menyuburkan tanaman. Untuk itu Edhi menganjurkan petani
mencermati masa kedaluarsa pupuk organik cair. (Argohartono Arie Raharjo)

Keterangan foto

1. Panen ketan Muhammad Soleh meningkat lebih dari 2 kali lipat


2. Air kelapa kaya bahan organik, mineral mikro, dan zat pengatur tumbuh
3. Kandungan bahan organik dan hara mikro percepat panen dan tingkatkan hasil
panen
4. Campuran rempah membuat hama enggan mendekat
5. Soelaiman Budi Sunarto: air kelapa mengandung nutrisi lengkap

Anda mungkin juga menyukai