TUMOR PARU
Perceptor
dr. Tantri Dwi Kaniya, Sp.Rad
Oleh
Noviana Hartika Sari
1618012040
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan
kemampuan kepada penyusun sehingga penyusunan Referat ini dapat
diselesaikan. Referat ini disusun untuk memenuhi syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Radiologi di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Referat ini tidak lepas dari
bantuan dan dorongan banyak pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dr. Tantri Dwi Kaniya, Sp.Rad.
Penulis
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5%) antara lain
adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
Kanker paruatau Karsinoma bronkus,tumor primer paru yang paling sering hampir
95%.Kanker paru adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA.
Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat
limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Sebagai akibat, angka
survival pasien kanker paru adalah rendah.Bukti-bukti menunjukkan bahwa
karsinoma cenderung untuk timbul ditempat jaringan parut sebelumnya
(tuberculosis, fibrosis) dalam paru.Sebagian besar kanker paruberasal dari sel-sel
di dalam paru; tetapi kanker paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh
lainnya yang menyebar ke paru. Kanker paru merupakan kanker yang paling
sering terjadi, baik pada pria maupun wanita
Dugaan meningkat pada mereka yang merupakan bagian dari kelompok
resiko tinggi yaitu, apakah pasien merokok, apakah pasien telah terpapar dengan
suatu bahan berbahaya dalam pekerjaannya, dan pernakah pasien menderita
fibrosis paru kronis.Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok
dihilangkan.
Di Amerika Serikat Kanker Paru adalah penyebab kematian kedua diantara
semua macam kanker.Kanker Paru bahkan menyebabkan kematian melebihi
kanker payudara, kanker prostat dan kanker usus besar, apabila kematian ketiga
macam kanker ini bersama-sama dihitung. 1
Keganasan di rongga thorak mencakup kanker paru, tumor mediastinum,
metastasis tumor paru dan keganasan di pleura.Kanker paru dalam arti luas adalah
semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru
sendiri (primer) maupun metastasis tumor di paru.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batas-batas paru :
a. Apeks : atas paru (atas costae) sampai dengan di atas clavicula
b. Atas : dari clavicula sampai dengan costae II depan
c. Tengah : dari costae II sampai dengan costae IV
d. Bawah : dari costae IV sampai dengan diafragma
Diantara lobules satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah, getah bening, dan saraf.Dalam tiap lobules terdapat
sebuah bronkiolus.Di dalam lobules, bronkiolus ini bercabang-cabang
yang disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus
yang diameternya antara 0,2-0,3mm.
5
b. Lobus medius :
- Segmen lateral
- Segmen medial
c. Lobus inferior :
- Segmen superior
- Segmen mediobasal
- Segmen anterobasal
- Segmen laterobasal
- Segmen posterobasal
b. Lobus inferior :
- Segmen superior
- Segmen antero medial basal
- Segmen laterobasal
- Segmen posterobasal
Bronchus
Bronchus terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus Terdiri dari :
• Bronkus Principalis
• Bronkus Lobaris
• Bronkus Segmentalis
Bronckus kanan lebih pendek, lebih lebar dan lebih vertikal daripadayang
kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah
cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan,
danberjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum di belah menjadi
beberapacabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Alveolus
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari
bronkhiolusrespiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau
alveoli pada dindingnya.Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh
alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus
atau kadang disebut lobolus primer.Terdapat sekitar 20 kali percabangan
mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris.Alveolus dipisahkan oleh
dinding yang dinamakan pori-pori Kohn.
Fisiologi Paru
Fungsi utama pernapasan :
Memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh.
Mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel.
11
Respirasi eksternal :
Proses pertukaran O2 dan CO2 antara sel-sel dalam tubuh dengan
lingkungan luar.
b. Radiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari
50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya
bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif.
d. Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang
lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun
telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel
dalam atmosfer di kota.
e. Genetik
Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan dalaM
kanker paru, yakni:
1. Proton oncogen.
2. Tumor suppressor gene.
3. Gene encoding enzyme.
f. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium
dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker
paru.
14
Intiation agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari
komponen genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan
yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan
terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama mingguan sampai tahunan.
15
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa). Karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel
besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan
karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang
bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat
tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan
pada sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis,
berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma
prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
1. Hamartoma
Hamartoma merupakan tumor jinak paru yang pertambahan
besarnya berlangsung dengan sangat lambat.Tumor ini jarang
didapati pada anak-anak, biasanya di atas umur 40 tahun.Sebagian
besar (90%) ditemukan di perifer paru dan sebagian lagi di sentral
(endobronkial) dan sering terdapat di beberapa bagian paru
(multiple).
16
Gambar 3. Hamartoma
2. Kista Paru
Terbentuknya kista paru merupakan hiperinflasi udara ke dalam
parenkim paru melalui suatu celah berupa klep akibat suatu
peradangan kronis.Kista paru dapat pula disebabkan kelainan
kongenital yang secara radiologik tidak dapat dibedakan dengan
kista paru didapat (akibat peradangan).Gambaran radiologik
memberi bayangan bulat berdinding tipis dengan ukuran
bervariasi.Bila kista paru lebih dari satu dan tersebar di kedua
paru dikenal sebagai paru polikistik.
17
Keterangan Tabel :
T=Tumor
T1: Tumor dengan ukuran kurang dari 3 cm
T2: Tumor dengan ukuran dan perluasan sbb :
Ukuran lebih dari 3 cm
Melibatkan bronkus utama yang letaknya sampai ' 2 cm dari distal karina.
Perluasan ke pleura viseral.
Perluasan ke hilus
T3: Tumor dengan segala ukuran, meliputi :
Tumor menginvasi dinding thorax, diafragma, pleura mediastinalis
Tumor di dalam bronchus primarius, max 2 cm distal dari carina (tetapi
tanpa melibatkan carina).
Tumor disertai dg atelektasis atau obstruktive pneumonitis pada seluruh
paru.
T4: Tumor dengan segala ukuran, meliputi :
Tumor menginvasi mediastinum, cor, pembuluh darah besar, trachea,
esophagus, corpus vertebra, atau carina.
Tumor dengan efusi pleura dan efusi pericard maligna.
Tumor dengan nodul satelit tumor yang masih dalam satu lobus pulmo
ipsilateral
II. Sarkoma
A. Differentiatedspindle cell sarcoma
B. Differentiatedsarcoma
C. Limfosarkoma primer
20
b. Laboratorium
1. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe)
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
3. Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum
pada kanker paru).
c. Histopatologi
1. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2. Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3. Torakoskopi
24
1. Atelektasis
Gambaran perselubungan padat akibat hilangnya aerasi yang
disebabkan sumbatan bronkus oleh tumor, dapat terjadi secara
segmental, lobaris, atau seluruh hemitoraks. Gambaran atelektasis
yang disebabkan oleh penyumpatan bronkus lainnya.
25
Gambar 5. Atelektasis
Gambar 8. Foto Thorax Posisi Lateral, tampak adanya cavitas dengan air-fluid level
yang merupakan karakteristik dari abses paru.
peradangan lama atau sisa efek primer (Ghon tubercle). Dapat pula
terjadi pada tumor ganas yang memang mengalami kalsifikasi,
meskipun keadaan ini jarang terjadi.
7. Efusi pleura
Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah
(progresif) atau bersamaan ditemukan bayangan massa dalam paru,
perlu dipertimbangkan suatu keganasan paru yang sudah bermetastasis
ke pleura. Biasanya cairan pleura tersebut terdiri atas cairan darah.
8. Elevasi diafragma
Letak tinggi diafragma sesisi dengan bayangan massa tumor yang
diakibatkan kelumpuhan nervus frenikus dapat diperlihatkan pada
pemeriksaan fluoroskopi di mana pergerakan diafragma berkurang atau
tak ada sama sekali.
Gambar 12. Tumor pancoast, perselubungan padat di paru kanan atas dengan
destruksi tulang iga I-II kanan.
b. Metastasis limfogen
Penyebaran melalui saluran limfogen sering menyebabkan
pembesaran kelenjar mediastium yang dapat mengakibatkan
penekanan pada trakea, esofagus, dan vena kava superior, dengan
keluhan-keluhannya.
2.2.7 Terapi
1. NSCLC
Terapi gabungan multidisiplin karsinoma paru bukan sel kecil
(NSCLC) sesuai stadium
Terapi NSCLC stadium IA: pilihan pertama adalah operasi,
pasca operasi tak diperlukan terapi adjuvan. Jika karena
terbatasan faal hingga tak dapat dioperasi, dianjurkan radioterapi
konformal terhadap lesi primer.
Terapi NSCLC stasium IIB dan sebagian IIIA (NI): pilihan
pertama adalah operasi, pasca operasi diberikan adjuvan
kemoterapi regimen dua obat mengandung platinum sebanyak 4
siklus
Terapi NSCLC stadium IIIA (N2) IIIB (NONI): diberikan
kemoterapi neoadjuvan lalu operasi, jika tak dapat dioperasi
maka diberikan radioterapi
Terapi NSCLC stadium IIIA (N2 konfluen) – IIIB (kering, N2):
kombinasi radioterapi dan kemoterapi
Terapi NSCLC stadium IIIB (basah) IV: kemoterapi regimen
dua obat mengandung platinum.
Radiasi preoperasi untuk mengecilkan ukuran tumor agar
misalnya pada reseksi lebih komplit pada Pancoas tumor atau
stasium IIIb dilaporkan bermanfaat.Radiasi paliatif pada
beberapa kasus sindrom vena kava superior atau kasus dengan
komplikasi dalam rongga dada akibat kanker seperti hemoptisis,
batuk refrakter, atelektasis, mengurangi nyeri akibat metastasis
kranium dan tulang juga amat berguna.
2. SLCL
SLCL dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Limited stage disease yang diobati dengan tujuan kuratif
(kombinasi kemoterapi dan radiasi) dan angka keberhasilan terapi
sebesar 20%
32
2.2.8 Prognosis
Secara keseluruhan, NSCLC memiliki prognosis lebih baik daripada
SCLC.Jika NSCLC (karsinoma skuamosa atau adenocarsinoma) terdeteksi
sebelum metastasis atau penyebaran lokal, dapat dicapai kesembuhan
dengan lobektomi atau pneumonrktomi.SCLC biasanya telah menyebar
saat pertama kali terdeteksi, bahkan jika tumor primernya tampak kecil
dan lokal.Oleh karena itu reseksi bedah bukan merupakan pilihan. Tumor
ini sangat peka terhadap kemoterapi tetapi pada umumnya akan sembuh.
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker paru merupakan salah satu keganasan yang paling sering terjadi
dengan prognosis yang buruk.Prognosis pasien sesuai dengan stadiumnya,
namun kanker ini sulit dideteksi secara dini karena biasanya asimptomatik
pada stadium awal. Gejala yang muncul pada stadium lanjut antara lain batuk,
sesak, hemoptisis, suara serak sampai gejala metastasis seperti nyeri kepala
dan nyeri tulang. Modalitas radiologi yang dapat digunakan untuk diagnosis
kanker paru meliputi foto polos toraks, CT scan, MRI, PET scan, dan
radiologi nuklir.Foto polos toraks masih banyak digunakan untuk deteksi awal
kanker paru karena banyak tersedia di berbagai pusat kesehatan namun relatif
tidak sensitif.Modalitas baru yang sekarang lebih sering digunakan untuk
diagnosis dan penentuan stadium kanker paru adalah CT scan.MRI juga
memiliki peran dalam diagnosis dan penentuan stadium kanker paru, bersaing
dengan CT scan. Namun CT scan lebih sering digunakan karena lebih banyak
tersedia di berbagai tempat di bandingkan dengan MRI dan harganya lebih
murah. Gambaran radiologis yang paling sering ditemui pada kanker paru
adalah nodul soliter sehingga penting untuk mengetahui karakteristik nodul
yang sugestif malignansi dan diagnosis bandingnya.
34
DAFTAR PUSTAKA