Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Varicella atau chickenpox atau yang biasa dikenal dengan cacar air adalah
suatu penyakit infeksi akut primer oleh virus Varicella Zoster.infeksi oleh virus
varisela-zoster menyebabkan timbulnya vesikel dikulit dan selaput lendir.1
Varicella merupakan penyakit infeksi virus akut dan cepat menular. Penyakit
ini merupakan hasil infeksi primer pada penderita yang rentan.2
Pada anak sehat penyakit ini biasanya bersifat jinak, jarang menimbulkan
komplikasi dan hanya sedikit yang menderita penyulit, tetapi pada status
immunitas yang menurun, seperti bayi baru lahir, immunodefisiensi, tumor
ganas, dan orang dewasa yang mendapat pengobatan immunosupresan sering
menimbulkan komplikasi bahkan menyebabkan kematian.3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Varicella adalah suatu penyakit infeksi akut primer oleh virus Varicella
zoster yang menyerang kulit, mukosa dan selaput lendir,klinis terdapat gejala
konstitusi,kelainan kulit polimorf,terutama berlokasi di bagian sentral
tubuh.1Cacar air sangat menular dan ditularkan dari orang ke orang melalui
percikan (droplet) saluran nafas.12
II. EPIDEMIOLOGI
Varisela sangat mudah menular,yaitu melalui percikan ludah dan kontak
langsung.Dapat mengenai semua golongan umur, termasuk neonatus (varicella
kongenital). Tetapi tersering menyerang terutama anak-anak, tetapi dapat juga
menyerang orang dewasa. Bila terjadi pada orang dewasa, umumnya gejala
konstitusi lebih berat. Transmisi penyakit ini berlangsung secara aerogen.
Varicella sangat mudah menular terutama melalui kontak langsung, droplet
atau aerosol dari lesi vesikuler di kulit ataupun melalui saluran nafas, dan
jarang melalui kontak tidak langsung. Masa penularannya, pasien dapat
2
menularkan penyakit selama 24-48 jam sebelum lesi kulit timbul sampai semua
lesi timbul krusta/keropeng, biasanya kurang lebih 6-7 hari dihitung dari
timbulnya gejala erupsi di kulit. Penyakit ini cepat sekali menular pada orang-
orang di lingkungan penderita. Seumur hidup seseorang hanya satu kali
menderita varicella. Serangan kedua mungkin berupa penyebaran ke kulit pada
herpes zoster.1,2,3,5
III. ETIOLOGI
Varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus
varicella-Zoster Virus (VZV) virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes
zoster.kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang
berbeda.Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi
varisela,kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh,mungkin virus itu
tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian V-Z
diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster.Virus varicella
zoster dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita
varicella sehingga mudah dibiakan dalam media yang terdiri dari fibroblast
paru embrio manusia.3
3
IV. PATOFISIOLOGI
Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes.
Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas bagian atas
dan orofaring (percikan ludah, sputum). Multiplikasi virus di tempat tersebut di
ikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe (viremia
primer). Virus VZV dimusnahkan/ dimakan oleh sel-sel sistem retikuloendotelial,
di sini terjadi replikasi virus lebih banyak lagi (pada masa inkubasi). Selama masa
inkubasi infeksi virus dihambat sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh dan
respon yang timbul (imunitas nonspesifik).2,6
Pada sebagian besar individu replikasi virus lebih menonjol atau lebih
dominan dibandingkan imunitas tubuhnya yang belum berkembang, sehingga
dalam waktu dua minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam jumlah
yang lebih banyak. Hal ini menyebabkan panas dan malaise, serta virus menyebar
ke seluruh tubuh lewat aliran darah, terutama ke kulit dan membrane mukosa.
Lesi kulit muncul berturut-berturut, yang menunjukkan telah memasuki siklus
viremia, yang pada penderita yang normal dihentikan setelah sekitar 3 hari oleh
imunitas humoral dan imunitas seluler VZV. Virus beredar di leukosit
mononuklear, terutama pada limfosit. Bahkan pada varicella yang tidak disertai
komplikasi, hasil viremia sekunder menunjukkan adanya subklinis infeksi pada
banyak organ selain kulit.2,6
Setelah infeksi primer, virus akan menginfeksi secara laten neuron
ganglia cranial dan dorsal.Infeksi VZV pada ganglion dorsalis merupakan
akibat penjalaran lesi mukokutan melalui akson sel neuron pada infeksi primer
atau disebabkan oleh penularan dari sel mononuklear terinfeksi sebelum
terjadinya ruam-ruam pada kulit. Reaktivasi VZV simptomatik dapat
menyebabkan timbulnya lesi vesikular pada kulit yang terdistribusi hanya pada
dermatom tertentu mengikuti saraf sensori tertentu.4,7
4
V. GEJALA KLINIS
5
Gambar 3. Lesi dengan spektrum luas
6
Gambar 4. Sel raksasa berinti banyak
7
terbukti memiliki imunitas terhadap varicella. Dimana salah satu dari tes ini
akan berguna untuk skrining kekebalan terhadap varicella.5,12
VII. DIAGNOSIS
Pada varicella bentuk vesikel yang khas ditemukan berupa tetesan air
mata/embun (tear drops). Vesikel akan menjadi keruh dan kemudian menjadi
krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel baru
yang menimbulkan gambaran polimorfik khas untuk varicella. Penyebaran
terjadi secara sentrifugal, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut
dan saluran napas atas. Disamping itu untuk menentukan diagnosa pasti dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang.10
8
keterlibatan mata (Zoster trigeminus I), mukosa mulut (Zoster trigeminus II,
III), telinga bagian dalam (Zoster oticus). Herpes zoster pada penderita
insufisiensi imun atau tumor, terapi resisten dengan bahaya terjadi efek
generalisasi pada kulit dan manifestasi ekstrakutan.3,5
Dermatitis herpetiform : biasanya simetris terdiri dari papula vesikuler
yang eritematosus, serta ada riwayat penyakit kronis, dan sembuh dengan
meninggalkan pigmentasi.
Impetigo : lesi impetigo yang pertama adalah vesikel yang cepat menjadi
pustula dan krusta. Distribusi lesi impetigo terletak dimana saja. Impetigo tidak
menyerang mukosa mulut.
Skabies : pada skabies terdapat papula yang sangat gatal. Lokasi biasanya
antara jari-jari kaki. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Sarcoptes
Scabiei.
IX. PENATALAKSANAAN
9
untuk mengobati infeksi VZV.Acyclovir adalah suatu analog guanosin yang
secara selektif difosforilasi oleh timidin kinase VZV sehingga terkonsentrasi
pada sel yang terinfeksi.Enzim-enzim selular kemudian mengubah acyclovir
monofosfat menjadi trifosfat yang mengganggu sintesis DNA virus dengan
menghambat DNA polimerase virus.VZV kira-kira sepuluh kali lipat kurang
sensitif terhadap acyclovir dibandingkan HSV.6
Anti virus pada anak dengan pengobatan dini varicella dengan pemberian
acyclovir (dalam 24 jam setelah timbul ruam) pada anak imunokompeten
neonatus 500 mg intravena setiap 8 jam selama 10 hari dan anak berusia 2-12
tahun dengan dosis 4 x 20 mg/kgBB/hari selama 7 hari menurunkan jumlah
lesi, penghentian terbentuknya lesi yang baru, dan menurunkan timbulnya rua,
demam, dan gejala konstitusi bila dibandingkan dengan placebo. Tetapi apabila
pengobatan dimulai lebih dari 24 jam setelah timbulnya ruam cenderung tidak
efektif lagi. Hal ini disebabkan karena varicella merupakan infeksi yang relatif
ringan pada anak-anak dan manfaat klinis dari terapi tidak terlalu bagus,
sehingga tidak memerlukan pengobatan acyclovir secara rutin.11,12,5,6
X. PENCEGAHAN
10
Vaksin pasif dengan memberikan ZIG. ZIG ialah suatu globulin-gama
dengan titer antibodi yang tinggi dan yang didapatkan dari penderita yang telah
sembuh dari infeksi herpes zoster. Pemberian ZIG sebanyak 5ml dalam 72 jam
setelah kontak dengan penderita varicella dapat mencegah penyakit ini pada
anak sehat, tapi pada anak dengan defisiensi imunologis, leukemia atau
penyakit keganasan lainnya, pemberian ZIG tidak menyebabkan pencegahan
yang sempurna. Lagi pula diperlukan ZIG dengan titer yang tinggi dan dalam
jumlah yang lebih besar.3
ZIP adalah plasma yang berasal dari penderita yang baru sembuh dari
herpes zoster dan diberikan secara intravena sebanyak 3-14,3 ml/kgBB.
Pemberian ZIP dalam 1-7 hari setelah kontak dengan penderita varicella pada
anak dengan defisiensi imunologis, leukemia atau penyakit keganasan lainnya
mengakibatkan menurunnya insidens varicella dan merubah perjalanan
penyakit varicella menjadi ringan dan dapat mencegah varicella untuk kedua
kalinya. Pemberian globulin-gama akan menyebabkan perjalanan varicella jadi
ringan tapi tidak mencegah timbulnya varicella. Dianjurkan untuk memberikan
globulin-gama kepada bayi yang dilahirkan dalam waktu 4 hari setelah ibunya
memperlihatkan tanda-tanda varicella. Ini dapat dilaksanakan pada jam-jam
pertama kehidupan bayi tersebut.3
XI. KOMPLIKASI
Komplikasi pada anak-anak umumnya jarang terjadi. Komplikasi lebih
sering terjadi pada orang dewasa,berupa ensefalitis,pneumonia,
glomerulonephritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis, otitis, arteritis,
dan kelainan darah (beberapa macam purpura).1,2
11
Juga mungkin didapatkan komplikasi pada susunan saraf seperti
ensefalitis, ataksia, nistagmus, tremor, myelitis transversa akut, kelumpuhan
saraf muka, neuromielitis optika atau penyakit Devic dengan kebutaan
sementara, sindroma hipotalamus yang disertai dengan obesitas dan panas
badan yang berulang-ulang. Penderita varicella dengan komplikasi ensefalitis
setelah sembuh dapat meninggalkan gejala sisa seperti kejang, retardasi mental
dan kelainan tingkah laku.3
XII. PROGNOSIS
Prognosis baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit jika
perawatan teliti dan higiene dijaga.Varicella pada anak imunokompromais
tanpa disertai komplikasi prognosis biasanya sangat baik, sedangkan pada anak
imunokompromais, morbiditas dan mortalitas signifikan.1,2
XIII. KESIMPULAN
Varicella merupakan infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
12
Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke muka dan ektremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata,
mulut, dan saluran nafas bagian atas.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Adhi, dkk. Varisela. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin;
edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. Hal.115-116.
14