Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

Intestinal Intususepsi illiocolical

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Bedah RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

Disusun Oleh :
Fatimatus Solekhah
20120310152

Diajukan Kepada :
dr. Satrio Teguh Krisyuantoro, Sp.B

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA
BAGIAN ILMU BEDAH BADAN RUMAH SAKIT DAERAH WONOSOBO
2016
BAB I

PENDAHULUAN

Intususepsi berarti prolapsnya suatu bagian usus ke dalam lumen usus yang berdekatan.1

Kondisi ini merupakan penyebab paling sering dari obstruksi usus pada anak usia 3 bulan

hingga 6 tahun dan merupakan kegawat daruratan abdomen tersering pada anak dibawah 2

tahun.2 Intususepsi terjadi pada 1.9/1000 kelahiran hidup dengan perbandingan anak laki-laki

dengan perempuan 3:2.3

Intususepsi yang paling sering terjadi adalah tipe ileokolik diikuti dengan ileoileokolik.4

Intususepsi ileoileokolik merupakan contoh dari intususepsi kompleks yang jarang terjadi.

Pada intususepsi ini nekrosis usus lebih sering terjadi dan angka keberhasilan reduksi non-

operatif lebih kecil dibandingkan dengan intususepsi ileokolik.5,6

Pemeriksaan yang dilakukan berupa anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang

terutama pemeriksaan USG. Intususepsi mempunyai gejala dan tanda klinis klasik berupa

mual muntah, nyeri perut mendadak dan periodik, feses bercampur darah dan lendir (red

currant jelly stool) serta massa memanjang seperti sosis pada abdomen.4,7 Diare juga mungkin

mendahului gejala lainnya sehingga dapat menyebabkan diagnosis dan penanganan yang

salah.4,8 Jika tidak terdiagnosa dan ditatalaksana lebih awal, intususepsi akan menyebabkan

nekrosis usus, perforasi, dan kematian.4,7

Penatalaksanaan intususepsi dapat dilakukan secara non-operatif, yaitu reposisi usus

dengan reduksi hidrostatik dan pneumatik. Reduksi dengan pembedahan juga dapat

dilakukan, tergantung pada lamanya proses intususepsi telah terjadi, tipe intususepsi, atau

adanya perforasi dan peritonitis.4

1
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Indentitas Pasien

Nama : By. AA

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 9 bulan

Agama : Islam

Alamat : Manggisan lama 2/8

B. Anamnesis

a. Keluhan utama

Pasien mengeluhkan adanya BAB cair bercampur darah dan lendir

disertai muntah hijau sejak ± 12 jam SMRS.

b. Riwayat penyakit sekarang

Berdasarkan alloanamnesis, penderita awalnya mengalami BAB encer

bercampur darah berwarna merah dan lendir sebanyak 4x disertai muntah

berwarna hijau sebanyak 3x sejak ± 12 jam SMRS. Penderita menjadi

rewel dan menangis terus menerus, perut kembung(+), demam (-), BAK

dirasakan masih normal. Seblumnya penderita tampak sehat.

c. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat ISPA (+)

2
d. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan

pasien disangkal.

e. Riwayat alergi

Pasien tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan

tertentu.

f. Riwayat pengobatan

Pasien tidak pernah mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka

waktu yang lama.

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sakit sedang


Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 128 x/menit
Respirasi : 30x/menit
Suhu : 37,2oC
Berat Badan : 8,2 kg

Kepala : normosefali
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : T.A.K
Thoraks : T.A.K
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi tidak ada, ictus
cordis tidak tampak.
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

3
Auskultasi : Suara paru vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak
ada, bunyi jantung I-II bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Distensi abdomen (+)
Auskultasi : Bising usus (+) menurun
Palpasi : nyeri tekan (+)
Perkusi : Hipertimpani
Ekstremitas Superior & Inferior
Deformitas (-), Akral hangat, edema (-)

D. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium

14 Mei 2017

 Darah

Parameter Hasil Nilai normal2 Satuan


Hematologi
Leukosit 13.1 6.0-17.5 x10^3 /mm3
Eritrosit 4.5 3.60-5.20 x10^6 /mm3
Hb 9.9 10.5-12.9 %
Hct 32 35-43 %
Trombosit 571 150-400 x10^3 /mm3
MCH 22 21-33 Pg
MCHC 31 28-32 g/dL
MCV 72 74-106 Fl
Eosinofil 0.10 1.00-5.00 %
Basofil 0.20 0-1.00 %
Netrofil 49.00 17.00-60.00 %
Limfosit 45.80 20.00-70.00 %

4
Monosit 4.70 1.00-11.00 %

Kimia klinik
GDS 259 50.0-80.0 mg/dL
Chlorida 93.0 93.0-112.0 mEq/L
Kalium 3.90 3.60-5.80 mEq/L
Natrium 119.0 129.0-143.0 mEq/L

16 Mei 2017

 Darah

Parameter Hasil Nilai normal2 Satuan


Hematologi
Leukosit 11.6 6.0-17.5 x10^3 /mm3
Eritrosit 4.5 3.60-5.20 x10^6 /mm3
Hb 10.2 10.5-12.9 %
Hct 32 35-43 %
Trombosit 574 150-400 x10^3 /mm3
MCH 23 21-33 Pg
MCHC 32 28-32 g/dL
MCV 70 74-106 Fl
Eosinofil 0.10 1.00-5.00 %
Basofil 0.10 0-1.00 %
Netrofil 35.10 17.00-60.00 %
Limfosit 51.70 20.00-70.00 %
Monosit 12.70 1.00-11.00 %
PT 10.5 9.0-15.0 Detik
APTT 26.8 25.0-40.0 Detik

5
Kimia klinik
GDS 79 50.0-80.0 mg/dL
Chlorida 100.0 93.0-112.0 mEq/L
Kalium 5.00 3.60-5.80 mEq/L
Natrium 128.0 129.0-143.0 mEq/L

17 Mei 2017

 Darah

Parameter Hasil Nilai normal2 Satuan


Hematologi
Leukosit 7.1 6.0-17.5 x10^3 /mm3
Eritrosit 5.0 3.60-5.20 x10^6 /mm3
Hb 11.3 10.5-12.9 %
Hct 36 35-43 %
Trombosit 802 150-400 x10^3 /mm3
MCH 23 21-33 Pg
MCHC 32 28-32 g/dL
MCV 72 74-106 Fl
Eosinofil 0.00 1.00-5.00 %
Basofil 0.10 0-1.00 %
Netrofil 46.80 17.00-60.00 %
Limfosit 40.90 20.00-70.00 %
Monosit 11.80 1.00-11.00 %

Kimia klinik
GDS 92 50.0-80.0 mg/dL
Chlorida 99.0 93.0-112.0 mEq/L

6
Kalium 4.40 3.60-5.80 mEq/L
Natrium 125.0 129.0-143.0 mEq/L
Albmin 2.60 3.0-5.2 g/dL

 Faeces

Parameter Hasil
Makroskopis
Warna Kuning merah
Konsistensi Agak cair
Bau AMIS
Lendir Positif
Darah Positif
Nanah Negatif
Mikroskopis
Eritrosit 3-5
Leukosit 1-2
Amuba 8-10
Telur cacing Negatif
Bakteri Positif
Pencernaan
Serat otot Negative
Serat tumbuhan Negative
Lemak Negative
Amilum Negative

7
2. Radiologi

8
Pada pemeriksaan foto polos abdomen 2 posisi, ditemukan gambaran:

 Tampak distensi cavum abdomen

 Preperitoneal fat line bilateral tegas

 Distribusi udara usus meningkat

 Tampak dilatasi sebagian sistema usus halus diisertai gambaran coil

spring dan air fluid llevel pendek-pendek

 Tak tampak gambaran udara bebas ekstralumen infradiafragma dan

pada tempat tertinggi di posisi LLD

 Sistema tulang yang tervisualissi intak

Kesan: Partial small bowel obstruction

9
3. USG Abdomen

10
Dari hasil usg abdomen di dapatkan:

 Usus : udara usus meningkat, dilatasi usus(+) sebagian, tampak gambar

doughnut sign pada daerah illiocolical. Tampak cairan bebas minimal

intraabdomen

Kesan : curiga intestinal intussusceptions daerah illiocolical

Peningkatan udara usus sebagian cenderung partiaal ilius

Cairan bebas minimal intraabdominal

E. Resume Masuk

Bayi berusia 9 bulan, jenis kelamin laki-laki dibawa orang tuanya ke IGD

dengan keluhan perut kembung disertai muntah hijau yang dialami penderita

sejak ± 12 jam SMRS. Awalnya penderita mengalami BAB bercampur darah

dan lendir disertai muntah hijau. Penderita kemudian menjadi rewel dan

menangis terus menerus. Tidak terdapat demam. Riwayat ISPA

F. Diagnosis

Intestinal intususepsi illiocolical

G. Diagnosis Banding

- Gastroenteritis

- Disentri amoeba

H. Penatalaksanaan

- Inf kaen 4B 800cc/hr

- Kateter

11
- NGT

- Laparotomy eksplorasi CITO

- Cefotaxime inj 2 x 250 mg

- Metronidazole inj 3x100mg

- Ranitidine inj 2x1/2 amp

I. Komplikasi

- Perforasi dan sepsis

12
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Intususepsi berasal dari kata latin intus (di dalam) dan suscipere

(menerima), sehingga intususepsi atau invaginasi berarti prolapsnya suatu

bagian usus ke dalam lumen usus yang berdekatan.1 Bagian usus yang masuk

disebut sebagai intususeptum dan bagian yang menerima intususeptum

dinamakan intususipiens.4

Gambar 2.1 Intususepsi

Secara anatomis intususepsi dapat diklasifikasikan menjadi:1,8,9

 Enterokolik: melibatkan satu segmen usus halus dan satu segmen kolon

seperti ileokolik, ileocaecal.

 Enteroenterik: melibatkan dua segmen usus halus, contohnya

jejunojejunal, jejunoileal, ileoileal.

13
 Kolokolik: melibatkan dua segmen kolon seperti caecokolik, colokolik.

 Appendiceal: invaginasi satu bagian appendix veriformis ke dalam bagian

yang berdekatan.

 Retrograde: invaginasi bagian distal usus ke dalam bagian proksimalnya.

 Ganda/ kompleks/ compound: satu intususepsi dibungkus oleh intususepsi

yang lebih besar. Contoh dari intususepsi compound adalah ileoileokolik

yang berarti massa ileoileal yang berinvaginasi ke dalam kolon.

 Multiple: intususepsi yang terjadi lebih dari satu tempat yang berbeda.

B. Etiologi

Penyebab dari intususepsi adalah tidak seimbangnya gaya longitudinal di

sepanjang dinding usus.8 Hal ini terjadi akibat massa atau lesi dinding usus

yang dapat mengubah pola gerak peristaltik normal.8,10 Sekitar 95% kasus

intususepsi adalah idiopatik (primer) atau tanpa pathologic lead point (PLP),

4% dengan PLP (sekunder), dan 1% adalah intususepsi postoperatif.3,4

Pada intususepsi primer atau idiopatik, hipertrofi jaringan limfatik Peyer

patches bertindak sebagai lead point.7 Hipertrofi Peyer patches umum terjadi

setelah infeksi virus seperti infeksi saluran napas atas, gastroenteritis, dsb.

Adenovirus dan rotavirus dihubungkan pada sekitar 50% kasus intususepsi.7,11

Intususepsi sekunder terjadi karena adanya PLP seperti divertikulum Meckel,

polip, hemangioma, tumor, benda asing, dsb.7

C. Epidemiologi

14
Intususepsi adalah penyebab tersering dari obstruksi usus pada anak usia 3

bulan hingga 6 tahun dan merupakan kegawat daruratan abdomen tersering

pada anak dibawah 2 tahun.2 Intususepsi terjadi pada 1.9/1000 kelahiran

hidup. Perbandingan kejadian pada anak laki-laki:perempuan adalah 3:2,

terbanyak terjadi pada usia 4-10 bulan. Sekitar 60-65% kasus terjadi pada

anak usia <1 tahun dan 80% terjadi pada anak kurang dari 2 tahun.3 Pasien

intususepsi adalah anak sehat dengan gizi baik.7 Insiden intususepsi berkurang

seiring dengan pertambahan umur, dengan jumlah kasus dewasa adalah 5%

dari seluruh kasus intususepsi.10 Angka kejadian intususepsi menunjukkan

variasi musim berkorelasi dengan infeksi virus.4

Jenis intususepsi yang paling umum ditemukan adalah ileokolik (85%)

kemudian ileoileokolik (10%) dengan 40% kasus mempunyai PLP.

Intususepsi apendicokolik, cecokolik, dan colokolik lebih jarang (2.5%) dan

biasanya dihubungkan dengan adanya PLP. Intususepsi jejunojejunal dan

ileoileal jarang terjadi (2.5%) dan umumnya mempunyai PLP, kecuali jika

terjadi sebagai intususepsi postoperatif.4

D. Patofisiologi

Ketidakseimbangan antara kontraksi otot sirkular dengan gaya

longitudinal menyebabkan timbulnya lekukan pada bagian usus yang

abnormal. Lekukan ini bertindak sebagai titik awal atau pencetus terjadinya

invaginasi.8 Invaginasi berjalan progresif seiring dengan aktivitas peristaltik.4,7

Intususeptum membawa mesenterium masuk ke dalam intususipiens.

Awalnya pembuluh limfatik mesenterium terlipat dan terkompresi diantara

15
lapisan usus. Ini menyebabkan edema lokal hebat dari intususeptum sehingga

menyebabkan kongesti dan kompresi vena. Pada akhirnya, suplai darah

arterial akan terhambat pada segmen usus tersebut.4,7,8

Membran mukosa yang sangat sensitif terhadap iskemi, akan meluruh

terlebih dahulu dan akan dikeluarkan bersama-sama dengan feses. Mukosa

yang iskemik pada akhirnya akan berdarah saat meluruh dan kemudian

bercampur dengan mukosa dan mukus menimbulkan gejala klasik red currant

jelly stools.8

Jika pembengkakan, edema, dan iskemia tidak segera ditangani, lumen

usus akan tertutup sempurna, nekrosis transmural dari intususeptum akan

terjadi yang dapat mengakibatkan perforasi usus dan peritonitis.8 Pada

kebanyakan kasus, nekrosis terjadi setelah 72 jam.4

E. Gambaran Klinis

Pasien intususepsi umumnya adalah bayi sehat dan bergizi baik berusia 4

sampai 10 bulan.3,8 Terdapat 2 gejala klasik (nyeri abdomen dan muntah) dan

2 tanda klasik (massa abdomen dan perdarahan rektal) yang terdapat pada

sekitar 30% kasus intususepsi.4 Berikut adalah gambaran umum dari

intususepsi:

 Terdapat tangisan mendadak yang tidak dapat diredakan atau diatasi.

Terjadi setiap 10 sampai 30 menit dan bertahan selama beberapa detik. Hal

ini bersamaan dengan nyeri kolik abdomen yang diakibatkan tertariknya

mesenterium dan saraf ke dalam intususipien.4,8

 Anak berhenti berteriak atau menangis dan bermain seperti biasa diantara

serangan nyeri. Gambaran ini khas pada intususepsi karena pola menangis,

16
bermain, dan menangis jarang terlihat pada kondisi penyakit lainnya.8

Kemudian secara progresif, anak akan menjadi semakin lemah, jika

intususepsi tidak segera ditangani.2

 Selama menangis, anak sering menekuk kakinya ke abdomen (drawing up

the leg) seperti untuk mengurangi rasa nyeri. Diantara episode kolik, anak

dapat tampak gelisah dan pucat.3,8

 Setelahnya anak mulai muntah-muntah. Muntah pada awalnya bersifat

refleksif. Muntah hijau yang dikarenakan obstruksi usus adalah gejala

akhir.8

 Pada 20% kasus, diare dapat mendahului gejala lainnya sehingga dapat

menyebabkan kesalahan diagnosis dan penanganan.4

 Feses awalnya berlendir. Darah pada feses dapat muncul pada 6 jam

pertama, tetapi dapat juga muncul setelah 1 hari. Feses bercampur darah

dan mukus (red currant jelly stool) terdapat hanya pada 30% kasus.8

 Pada anak yang lebih tua, gejala utama adalah nyeri abdomen yang

terdapat pada hampir semua kasus. Feses berdarah dan muntah dilaporkan

pada 25% kasus. Gejala trias intususepsi jarang ditemukan pada kelompok

usia ini.8

 Pada beberapa tipe intususepsi seperti intususepsi ileoileal, gejala

intususepsi kurang tampak.2

F. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada intususepsi dapat memberikan tanda khas, namun

tidak selalu ditemukan pada semua kasus intususepsi.

17
1) Inspeksi

 Anak terlihat sehat dan bergizi baik. Tidak ditemukan laporan kasus

intususepsi pada anak malnutrisi.7

 Pada anak bertubuh kurus dapat terlihat massa memanjang seperti

sosis.4

 Distensi abdomen dapat ditemukan, terutama jika intususepsi sudah

terjadi cukup lama.3,8

 Pada kasus intususepsi lebih dari 24 jam, anak akan tampak lemah dan

mudah menangis.8

2) Auskultasi

 Bising usus meningkat.3

3) Palpasi

 Teraba massa memanjang seperti sosis pada abdomen. Umumnya

teraba di kuadran kanan atas.3,4

 Kuadran kanan bawah teraba rata atau kosong (Dance’s sign).4

4) Rectal Touche

 Intususeptum atau lead point dapat dipalpasi.8

 Pada sarung tangan, dapat ditemukan feses, darah dan lendir.8

G. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memantau leukosit dan

ketidakseimbangan elektrolit akibat dehidrasi dan anemia.7

18
 Pemeriksaan foto polos abdomen bukan merupakan pemeriksaan

diagnostik yang akurat pada intususepsi. Pada foto polos abdomen, dapat

ditemukan tanda radiologik berupa target sign/ coiled spring (massa

konsentris berlapis) atau hanya gambaran jaringan lunak di lokasi

intususepsi, meniscus sign (area gelap pada kolon berbentuk bulan sabit

yang melingkari massa distal dari intuseptum), dan Dance’s sign (tidak

terdapat gambaran usus di kuadran kanan bawah abdomen).3,8 Foto polos

abdomen 3 posisi diambil untuk melihat tanda obstruksi seperti air-fluid

levels dan dilatasi usus. Udara bebas dibawah abdomen, menandakan

adanya perforasi usus.3,4,8

 Pemeriksaan foto kontras dikontraindikasikan pada kasus dengan perforasi

dan peritonitis. Temuan radiologik berupa meniscus sign dan Dance’s

sign. Pemeriksaan foto kontras dapat berfungsi sebagai diagnostik

sekaligus terapetik pada intususepsi.3,8

 Pemeriksaan USG merupakan modalitas utama dengan sensitivitas dan

spesifisitas tertinggi untuk pemeriksaan diagnostik intususepsi dan juga

untuk mencari PLP. Pada pemeriksaan USG potongan transversal

intussusepsi terlihat sebagai gambaran target sign atau doughtnut sign,

yaitu berupa lapisan-lapisan hiperekoik dan hipoekoik akibat overlapping

lapisan mukosa dan otot intususipien dan intususeptum dengan jaringan

lemak. Pada potongan sagital atau longitudinal, terlihat gambaran

menyerupai ginjal (pseudokidney) atau gambaran seperti sandwich. Pada

USG Doppler, temuan tanda iskemi mengindikasikan reduksi intususepsi

dengan pembedahan.3,4,8

19
A B
Gambar 2.2 Pemeriksaan USG
A. target sign atau doughnut sign
B. pseudokidney sign

H. Tatalaksana

Penatalaksanaan intususepsi merupakan kegawatdaruratan yang harus segera

ditangani dengan manajemen non-operatif dan/ atau operatif.

 Tatalaksana awal yang harus segera dilakukan berupa pemasangan NGT

untuk dekompresasi gaster, mengistirahatkan lambung, dan resusitasi

cairan.7 Terapi antibiotik spektrum luas juga harus segera diberikan.8

 Manajemen non-operatif

Reduksi enema dengan bantuan USG atau fluoroskopi menggunakan

bahan kontras, air (hidrostatik), atau udara (pneumatik). Reduksi

hidrostatik atau pneumatik dikontraindikasikan pada kasus intususepsi

dengan peritonitis, perforasi, dehidrasi, dan syok.4 Pada intususepsi

ileokolik, reduksi hidrostatik memiliki tingkat keberhasilan 80-95%.2

Reduksi radiologik mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih rendah

pada kasus intususepsi dengan usia muda, sudah berlangsung lama, dan

20
jenis intususepsi kompleks.4,5 Percobaan reduksi tidak boleh dilakukan

lebih dari 3 kali.7

 Manajemen operatif

Operasi diperlukan apabila terdapat PLP atau jika reduksi radiologik tidak

dapat dilakukan atau gagal. Pertama-tama pada laparotomi dilakukan

percobaan reduksi manual (milking) pada intususepsi. Jika tidak berhasil

atau bila terdapat PLP, dilakukan reseksi anastomosis end to end.

Laparoskopi juga dapat dilakukan untuk prosedur reduksi atau reseksi

intususepsi.4,8

I. Prognosis

Intususepsi yang tidak tertangani biasanya berakibat fatal. Tingkat pemulihan

pada intususepsi berkaitan erat dengan durasi intususepsi sebelum direduksi.

Mayoritas bayi yang direduksi pada 24 jam pertama memiliki tingkat

pemulihan yang tinggi, tetapi angka mortalitas meningkat tajam setelah hari

kedua. Tingkat rekurensi setelah reduksi radiologik adalah 10%, setelah

reduksi operatif 2-5%, dan tidak ada setelah reseksi.2

21
BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang.

Bayi berusia 9 bulan, jenis kelamin laki-laki dibawa orang tuanya ke IGD

dengan keluhan perut kembung disertai muntah hijau yang dialami sejak ± 12 jam

SMRS. Awalnya penderita BAB bercampur darah dan lendir disertai muntah.

Penderita kemudian menjadi rewel dan menangis terus menerus. Tidak terdapat

demam. Riwayat ISPA

Apabila anak usia 3 bulan hingga 6 tahun datang dengan gejala-gejala

obstruksi, hal pertama yang patut dicurigai adalah intususepsi karena intususepsi

merupakan penyebab tersering obstruksi usus pada kelompok usia ini dengan

puncak insidensi pada usia 4-10 bulan.2 Intususepsi juga hanya dilaporkan pada

anak yang sehat dan bergizi baik.7 Berdasarkan alloanamnesis ditemukan 2 gejala

klasik intususepsi, red currant jelly stool dan muntah-muntah. Gambaran anak

yang bergantian antara rewel dan tenang juga mendukung diagnosis intususepsi

karena merupakan gejala yang khas.8 Setelah intususepsi berlangsung cukup lama,

muncul gejala obstruksi seperti muntah hijau.8 Riwayat demam juga ditanyakan

karena terdapat hubungan antara intususepsi dengan infeksi virus.11

Pada pemeriksaan fisik, abdomen terlihat cembung sehingga palpasi sulit

dievaluasi dan tidak teraba massa memanjang seperti sosis. Namun, hal ini tidak

menyingkirkan diagnosis intususepsi karena gambaran klinis intususepsi yang

22
bervariasi.4 Bising usus yang meningkat dan ditemukannya lendir, feses, dan

darah mendukung diagnosis insusepsi.3,8

Pemeriksaan radiologis yang dilakukan pada kasus ini adalah foto polos 2

posisi. Gambaran obstruksi yang ditemukan berupa dilatasi usus halus dan adanya

air-fluid levels. Alasan dilakukannya pemeriksaan ini adalah pemeriksaan

pertama untuk menyingkirkan penyebab abdomen akut lainnya dan untuk melihat

jika tedapat gambaran udara bebas yang terdapat pada kasus perforasi usus.3,4,8

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memantau tanda syok dan

ketidakseimbangan elektrolit akibat dehidrasi.7

Setelah diagnosis ditegakkan, intususepsi harus segera ditangani. Resusitasi

cairan dan antibiotik spektrum luas segera diberikan. Reduksi intususepsi

dilakukan dengan reduksi manual (milking) pada laparatomi. Alasan dilakukan

pembedahan karena keterbatasan tenaga ahli untuk reduksi radiologik dan tingkat

keberhasilan reduksi yang rendah pada intususepsi ileoileokolik.5 Appendektomi

dilakukan untuk menghindari kebingungan apabila pasien datang lagi dengan

gambaranappendisitis.8

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus kedokteran Dorland. Ed ke-31. Jakarta: EGC; 2012. Intussusception. h. 1113

2. Kennedy M, Liacouras CA. Intussusception. Dalam: Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme

III JW, Schor NF, Behrman RE, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Ed ke-19.

Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. h. 1287-9.

3. Pencitraan pada Intususepsi. Dalam: Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS,

Gandaputra EP, Harmoniati ED, dkk, penyunting. Pedoman pelayanan medis ikatan

dokter anak Indonesia. Ed ke-2. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;

2011. h. 331-3.

4. Columbani PM & Scholz S. Intussusception. Dalam: Coran AG, Adzick NS, Krummel

TM, Laberge JM, Caldamone A, Shamberger R, penyunting. Pediatric surgery. Ed ke-7.

Philadelphia: Saunders Elsevier; 2012. h. 1093-110.

5. Peh WCG, Khong PL, Lam C, Chan KL, Saing H, Cheng W, et al. Ileoileocolic

intussusception in children: diagnosis and significance. The British Journal of Radiology.

1997; 70:891-6.

6. Kazez A, Ozel SK, Kocakoc E, Kiris A. Double intussusception in a child. J Ultrasound

Med. 2004; 23:1959-61.

7. Ignacio RC, Fallat ME. Intussusception. Dalam: Holcomb III GW, Murphy JP,

penyunting. Aschraft’s pediatric surgery. Ed ke-5. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.

h. 508-16.

8. Hesse AAJ, Abantanga FA, Lakhoo K. Intussusception. Dalam: Ameh EA, Bickler S,

Lakhoo K, Nwomeh B, Poenaru D, penyunting. Paediatric surgery: a comprehensive text

for Africa. Seattle: Global HELP Organization; 2011. h. 404-11.

9. Santulli TV. Intussusception. American Journal of Surgery. 1964; 107(3):443-6.

10. Cera SM. Intestinal Intussusception. Clin Colon Rectal Surg. 2008; 21(2):106-13.

11. Gardner PS. Adenovirus and intussusception. Br Med J. 1961; 2(2520):495-6.

24
25

Anda mungkin juga menyukai