Anda di halaman 1dari 56

BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Data Prasiklus
Kegiatan prasiklus adalah kegiatan studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran di kelas beserta
fenomena-fenomena yang terjadi dalam pembelajaran. Proses
pengidentifikasian masalah pada kegiatan prasiklus ini dilakukan dengan
observasi atau pengamatan awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
nyata yang ada di lapangan. Observasi dilakukan peneliti di kelas XI IPS 1
pada hari Jumat tanggal 23 Januari 2017 jam ke 1 dan 2 (06.30-08.00) dan 27
Januari 2017 jam ke 1 dan 2 (07.15-08.15) pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Kelas XI IPS 1 memiliki jumlah siswa sebanyak 36 siswa
dengan rincian 12 siswa laki-laki dan 23 siswa putri. Peneliti juga melakukan
wawancara prasiklus untuk penunjang hasil observasi awal pada hari Senin
tanggal 23 Januari 2017 kepada guru pengampu mata pelajaran sejarah yaitu
Dra. Nunuk Endah Widiarni dan beberapa siswa kelas XI IPS 1 untuk
menindaklanjuti masalah yang ada di kelas XI IPS 1.
Pengamatan tindakan prasiklus yang dilakukan peneliti meliputi
kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Pembelajaran yang digunakan guru
pada saat kegiatan prasiklus menggunakan metode diskusi kelompok dan
variasi tanya jawab dengan media mind mapping. Adapun hasil pelaksanaan
kegiatan pembelajaran tahap prasiklus sebagai berikut:
a. Aktivitas Guru dalam Mengajar
1) Tahap Persiapan
Persiapan RPP, bahan, alat dan media pembelajaran dinilai
cukup. Sedangkan untuk penguasaan materi pembelajaran dan
penampilan guru saat pembelajaran mendapatkan nilai baik.

54
55

2) Tahap Pelaksanaan
Guru telah melaksanakan prosedur pembelajaran dengan baik,
hal ini terlihat pada:
a) Kegiatan pendahuluan pembelajaran
Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa dengan baik.
Guru mengucapkan salam dan mengabsensi kehadiran siswa
dengan baik. Guru dalam mempersiapkan kerapian dan ketertiban
siswa dinilai kurang karena banyak siswa yang belum siap untuk
belajar. Penguasaan kelas dan waktu pembelajaran terbilang sangat
baik. Pemberian apersepsi dan motivasi sudah maksimal sehingga
memperoleh nilai baik. Sebelum penyampaian materi, guru telah
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas. Materi yang
diberikan guru dinilai baik serta pemanfaatan media yang dibuat
oleh siswa dinilai baik karena guru dapat mengajak siswa juga
untuk dapat memanfaatkan media tersebut.
b) Kegiatan inti pembelajaran
Kegiatan inti dinilai cukup baik. Hal ini disebabkan oleh
guru tidak menayangkan ilustrasi agar siswa mampu mengaitkan
dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan materi
pokok dengan baik. Ketika guru memulai untuk melakukan diskusi
banyak siswa yang tidak memperhatikan namun beberapa siswa
terlihat aktif dalam diskusi kelompok sehingga dinilai baik.
Kegiatan guru dalam membimbing diskusi dinilai baik. Guru
memberikan kesempatan siswa secara bebas untuk menyampaikan
pendapat dan tanggapan dengan baik.
c) Kegiatan penutup pembelajaran
Dalam kegiatan penutup guru memberikan tanggapan
terhadap siswa yang belum mengerti terkait materi yang telah
disampaikan dengan baik. Guru merefleksi materi yang dipelajari
dengan baik. Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok
yang presentasi dengan baik. kemudian guru menyampaikan materi
56

pembelajaran yang akan dipelajari dengan baik. Kegiatan penutup


pembelajaran dilaksanakan guru tergolong baik yaitu dengan
mengucapkan salam.
3) Tahap Evaluasi
Guru melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan
langsung kepada siswa. Pemberian evaluasi berupa tanya jawab masih
pada taraf cukup baik. Guru bersama peneliti menyiapkan instrumen
evaluasi dengan baik yaitu dengan menggandakan soal-soal kognitif
dan angket kesadaran sejarah siswa sebanyak jumlah siswa yaitu 36
siswa. Guru dalam memberikan evaluasi berupa tugas rumah dengan
baik.

b. Aktivitas Siswa dalam Belajar


1) Tahap Persiapan
Pembelajaran diawali dengan siswa menjawab salam dan
berdoa bersama dengan baik. Kehadiran siswa dinilai baik karena
semua siswa hadir yaitu sejumlah 36 siswa. Sementara itu, kesiapan
belajar siswa dinilai cukup karena pada tahap prasiklus terdapat
sekitar 8 orang anak yang tidak membawa buku pelajaran serta
terdapat siswa yang belum tertib.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada saat kelompok lain mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya, perhatian dan antusiasme siswa dinilai cukup karena
banyak siswa yang tidak memperhatikan. Peran serta siswa dalam
diskusi kelompok serta pemanfaatan media mendapat nilai baik. Siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri dirasa masih
kurang karena siswa lebih terpaku pada buku pelajaran. Siswa banyak
yang bertanya ketika kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga
dinilai baik. Saat berdiskusi siswa terlihat baik dan mampu
mengemukakan pendapat dengan baik juga. Sementara itu, ketika
menyimpulkan materi pembelajaran siswa terlihat aktif sehingga
57

dinilai baik. Peran siswa dalam merefleksi pembelajaran tergolong


baik.
3) Tahap Evaluasi
Siswa mengikuti evaluasi dengan baik karena semua siswa
hadir pada pelaksanaan tes evaluasi. Siswa dalam mengerjakan
evaluasi dinilai baik walaupun terlihat beberapa siswa yang
mencontek. Dalam mengumpulkan tes evaluasi siswa dinilai baik
karena semua siswa mengerjakan dengan tepat waktu.

Hasil rata-rata penilaian aktivitas pembelajaran sejarah peminatan di


kelas XI IPS 1 SMAN 2 Sukoharjo pada kondisi prasiklus dapat dilihat
sebagaimana Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rata-Rata Ketercapaian Indikator Aktivitas Pembelajaran Prasiklus


No. Indikator Nilai Prasiklus
1 Aktivitas guru mengajar 71,15 %
2 Aktivitas siswa belajar 68,33%
Rata-rata nilai 69,74%
Kategori Nilai Baik
Data rata-rata ketercapaian indikator aktivitas pembelajaran prasiklus
di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:

Aktivitas Pembelajaran Prasiklus


100%
80%
60%
40%
20%
0%
Aktivitas guru mengajar Aktivitas belajar siswa Rata-rata nilai

Gambar 4.1 Rata-Rata ketercapaian Indikator Aktivitas Pembelajaran


Prasiklus

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 di atas dapat dilihat aktivitas
mengajar guru terbilang baik yaitu sebesar 71,15 % dan aktivitas belajar siswa
sebesar 68,33%. Dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas kegiatan pembelajaran
di kelas sudah baik, namun perlu dilakukan suatu peningkatan.
58

Setelah melakukan observasi dan wawancara prasiklus maka diperoleh


beberapa diagnosis masalah di kelas XI IPS 1. Masalah tersebut sebagai berikut:
a. Ditinjau dari segi siswa
1) Minat siswa kelas XI IPS 1 terhadap mata pelajaran sejarah rendah.
Terlihat dari kurangnya antusiasme siswa ketika berlangsungnya
pembelajaran sejarah. Ketika pembelajaran sejarah akan dimulai banyak
siswa yang masih mengantuk dan berbicara dengan temannya terutama
yang duduk di belakang. Kesiapan belajar siswa juga kurang karena
masih banyak siswa yang tidak membawa buku pelajaran sejarah yaitu
sekitar 8 orang anak. Ketika pembelajaran akan dimulai terdapat siswa
yang berdandan menggunakan spion dengan ditutupi LKS agar tidak
ketahuan guru dan siswa belum duduk di tempatnya masing-masing
(Lampiran 2: Catatan Lapangan 1 hal 136).
Siswa juga kurang tertarik dengan pembelajaran sejarah karena
guru melakukan diskusi kelompok yang tidak variatif dan ceramah
sehingga siswa merasa bosan. Siswa terlihat kurang menyukai
pembelajaran sejarah namun siswa lebih cenderung menyukai guru
sejarah yaitu Dra. Nunuk Endah karena sifat guru yang ramah tamah
(Lampiran 2: Catatan Lapangan 3 hal 143).
2) Anggapan bahwa mata pelajaran sejarah hanya merupakan hafalan dan
teori-teori.
Siswa kelas XI IPS 1 beranggapan bahwa sejarah merupakan
mata pelajaran yang tidak penting karena hanya berupa hafalan dan teori
semata. Siswa menganggap pelajaran sejarah memiliki materi yang
banyak. Siswa juga merasa kesulitan dalam memahami materi sejarah
karena harus menghafalkan materi yang banyak sehingga siswa merasa
pembelajaran sejarah sulit. Persepsi ini diambil dari wawancara dengan
beberapa siswa sebagai sampel (Lampiran 2: Catatan Lapangan 3 hal
143).
59

3) Rata-rata nilai kesadaran sejarah pada prasiklus belum memenuhi


capaian ketuntasan 66,54%.
Peneliti menggunakan angket untuk mengukur kesadaran sejarah
menggunakan. Pengukuran kesadaran sejarah dilakukan dengan empat
indikator yaitu: (1) menghayati makna dan hakikat sejarah bagi masa kini
dan masa yang akan datang; (2) mengenal diri sendiri dan bangsanya; (3)
membudayakan sejarah bagi pembinaan budaya bangsa; (4) menjaga
peninggalan sejarah bangsa. Penskoran digunakan dengan menggunakan
skala tingkatan dengan rentang skor antara 1-4. Adapun jumlah item
terdiri dari 20 butir pernyataan. Oleh sebab itu, maka skor minimum yang
diperoleh siswa adalah 20 dan skor maksimum yang diperoleh adalah
sebesar 80.
Hasil pengukuran kesadaran sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMAN
2 Sukoharjo tahun pelajaran 2016/2017 pada tahap prasiklus dapat
disajikan pada Tabel 4.2, sebagai berikut:
Tabel 4.2 Kategori Kesadaran Sejarah Tahap Prasiklus
No Kategori Jumlah Persentase
Rendah
1 6 16,67 %
(Rentang Skor 20-39)
Sedang
2 22 61,11 %
(Rentang Skor 40-60)
Tinggi
3 8 22,22 %
(Rentang Skor 61-80)
Jumlah 36 100%
Skor Terendah 34
Skor Tertinggi 64
Skor Rata-rata 53,36
Kategori Kesadaran Sejarah Sedang

Data kategori kesadaran sejarah siswa kelas XI IPS 1 pada tahap


prasiklus selanjutnya dapat digambarkan dalam diagram berikut:
60

Kategori Kesadaran Sejarah Tahap Prasiklus

100%
80%
60%
40%
20%
0%
Rendah Sedang Tinggi

Gambar 4.2 Kategori Kesadaran Sejarah Tahap Prasiklus

Sedangkan pada beberapa indikator angket kesadaran sejarah


terlihat bahwa siswa dalam menjawab pernyataan angket masih belum
tepat. Hasil analisis angket prasiklus yang telah dibagikan kepada seluruh
siswa kelas XI IPS 1 menunjukkan bahwa siswa masih belum memahami
arti penting dari belajar sejarah. hal tersebut terlihat dari rata-rata hasil
ketercapaian indikator kesadaran sejarah siswa.
Data rata-rata ketercapaian kesadaran sejarah siswa kelas XI IPS
1 pada tahap prasiklus sebagai berikut:

Tabel 4.3 Rata-Rata Ketercapaian Indikator Kesadaran Sejarah Tahap


Prasiklus
Pencapaian (%)
No Indikator Kesadaran Sejarah
Prasiklus
1 Menghayati makna dan hakikat sejarah bagi 68,52 %
masa kini dan masa yang akan datang
2 Mengenal diri sendiri dan bangsanya 68,75 %
3 Membudayakan sejarah bagi pembinaan
65,28 %
budaya bangsa
4 Menjaga peninggalan sejarah bangsa 63,61 %
Rata-rata Nilai 66,54 %
Kategori Kesadaran Sejarah Sedang

Berdasarkan data di atas maka persentase ketercapaian rata-rata


indikator kesadaran sejarah siswa dapat disajikan dalam bentuk diagram
batang sebagai berikut:
61

Indikator Kesadaran Sejarah Tahap Prasiklus


100%
80%
60%
40%
20%
0%
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4

Gambar 4.3 Rata-Rata Ketercapaian Indikator Kesadaran Sejarah Tahap


Prasiklus

Berdasarkan Tabel 4.2, Tabel 4.3, Gambar 4.2 dan Gambar 4.3
dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah siswa dengan kesadaran
sejarah kategori tinggi dan rata-rata ketercapaian tiap indikator angket
kesadaran sejarah siswa masih rendah sehingga diperlukan suatu
tindakan untuk dapat meningkatkan kesadaran sejarah siswa.
4) Hasil belajar sejarah siswa masih belum memenuhi target.
Hal tersebut dibuktikan dari evaluasi yang peneliti lakukan
sebelum memulai siklus. Peneliti meminta siswa kelas XI IPS 1 untuk
mengerjakan soal evaluasi prasiklus mengenai materi Perang Dunia I.
Berdasarkan hasil evaluasi prasiklus, didapatkan data bahwa hanya
terdapat 16 siswa dari 36 siswa atau 44,44% siswa yang dapat mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75. Data hasil belajar siswa kelas
XI IPS 1 pada prasiklus dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 di
bawah ini:
62

Tabel 4.4 Hasil Belajar Prasiklus kelas XI IPS 2


Skor Penilaian
No Nama 25 15 20 20 20 Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
1 Andarmani 15 9 16 16 12 68 Tidak Tuntas
2 Anisa Arum H 4 9 4 20 0 77 Tuntas
3 Annissa Rahma 20 9 16 20 12 76 Tuntas
4 Arista Candra K. 15 9 20 16 16 76 Tuntas
5 Arrummita Desi 20 9 16 20 12 77 Tuntas
6 Bagas Pangarso 15 9 20 4 12 60 Tidak Tuntas
7 Chrisbetysiri V 15 9 12 4 12 52 Tidak Tuntas
8 Daniel Dimas 15 9 0 0 0 24 Tidak Tuntas
9 David Novianto 15 9 16 12 16 68 Tidak Tuntas
10 Diky Dwi S. 15 9 20 16 16 76 Tuntas
11 Elmawati H 15 9 4 20 4 52 Tidak Tuntas
12 Elsyana Adilak 20 9 20 20 12 81 Tuntas
13 Erika Alviana F 20 9 20 20 12 81 Tuntas
14 Eriyana Darma S 15 9 20 20 12 76 Tuntas
15 Ervina Kristin M 15 20 20 4 12 71 Tidak Tuntas
16 Ester Teffany A 15 15 20 20 16 86 Tuntas
17 Fitri Fatmasari 15 9 16 20 20 80 Tuntas
18 Freshia Yudha 15 20 12 12 20 79 Tuntas
19 Ilham Wahyu M. 15 9 20 4 16 64 Tidak Tuntas
20 Laras Tri W. 15 9 16 20 12 72 Tidak Tuntas
21 Marfuah Nur A. 15 20 20 12 20 87 Tuntas
22 M. Akmal 15 9 20 0 0 44 Tidak Tuntas
23 M. Fauzan 15 9 16 12 16 68 Tidak Tuntas
24 Nadia Ariani 5 9 20 16 16 66 Tidak Tuntas
25 Natashania Putri 15 9 20 16 16 76 Tuntas
26 Puput Ruria W. 15 9 20 20 0 64 Tidak Tuntas
27 Rizki Nurfifah 5 9 20 20 12 66 Tidak Tuntas
28 Sandy Aldi P. 15 9 4 16 0 44 Tidak Tuntas
29 Setiawan Y. 15 9 20 4 12 60 Tidak Tuntas
30 Sinta Nur K. 15 9 16 12 4 56 Tidak Tuntas
31 Siska Ayu M. 20 9 4 20 4 57 Tidak Tuntas
32 Siska Dewi N. 15 9 20 20 16 80 Tuntas
33 Syaifulloh A. H. 20 15 20 4 16 75 Tuntas
34 Yoga Pramana 15 9 0 0 0 24 Tidak Tuntas
35 Yuda Fajar W. 15 9 20 4 12 60 Tidak Tuntas
36 Yuniana W. 20 9 16 20 12 77 Tuntas
Total Skor 544 369 564 484 400 2400
63

Tabel 4.5 Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Tahap Prasiklus


No Ketuntasan Jumlah Persentase
1 Tuntas 16 44,44%
2 Tidak Tuntas 20 55,56%
Jumlah 36 100%
Nilai Terendah 24
Nilai Tertinggi 87
Nilai Rata-rata 66,67
Kriteria Ketuntasan Minimal 75

Berdasarkan tabel yang disajikan di atas, menunjukkan bahwa


masih banyak siswa yang memperoleh hasil belajar di bawah KKM,
sehingga hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 tergolong rendah. Di bawah
ini yaitu hasil persentase ketuntasan hasil belajar siswa prasiklus kelas XI
IPS 1 di SMA N 2 Sukoharjo dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Tahap Prasiklus


100%
80%
60%
40%
20%
0%
Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.4 Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Tahap


Prasiklus

b. Ditinjau dari segi guru


1) Guru mampu menguasai kelas namun guru merasa kesulitan dalam
menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk menarik antusias
dan pemahaman siswa di kelas XI IPS 1 terhadap pembelajaran
sejarah.
Pada saat pembelajaran, siswa kelas XI IPS 1 menunjukkan
sikap kurang antusias terhadap mata pelajaran sejarah. Hal tersebut
dibuktikan dengan terlihat beberapa siswa yang kurang
memperhatikan saat pembelajaran sejarah berlangsung karena siswa
64

merasa bosan dan jenuh. Guru telah mencoba membangkitkan


antusias siswa dengan memotivasi siswa serta menegur siswa yang
tidak memperhatikan serta memberikan pertanyaan seputar
pembelajaran. Namun, cara tersebut belum mampu menjadikan
siswa bersemangat dalam pembelajaran sejarah (Lampiran 2: Catatan
Lapangan 3 hal 143)
2) Guru mengalami kendala dalam menerapkan model pembelajaran
kelompok di kelas XI IPS 1.
Siswa belum termotivasi untuk belajar secara mandiri dalam
kelompok hanya beberapa siswa saja yang terlihat aktif dalam
kelompok. Selain itu pembagian tugas dalam kelompok belum
merata sehingga ada beberapa siswa yang hanya mengobrol dengan
teman. (Lampiran 2: Catatan Lapangan 3 hal 143).
3) Pembelajaran yang jarang menggunakan model dan media untuk
menumbuhkan kesadaran sejarah.
Guru lebih sering menggunakan model pembelajaran dengan
diskusi kelompok tanpa variasi sehingga membuat siswa merasa
bosan dengan pelajaran sejarah. Diskusi kelompok biasanya
dilakukan satu kali dalam setiap semester dan metode guru
selanjutnya yaitu ceramah (Lampiran 2: Catatan Lapangan 2 hal 139
dan Catatan Lapangan 3 hal 143).
Guru merasa lebih mudah apabila menggunakan diskusi
kelompok dan ceramah daripada mencoba variasi model lain.
Fasilitas sekolah seperti LCD yang kurang memadai menjadikan
guru jarang menggunakan media pembelajaran. LCD hanya
digunakan apabila siswa diberi tugas untuk mempresentasikan materi
diskusi kelompoknya (Lampiran 2: Catatan Lapangan 2 hal 139).
4) Managemen waktu yang kurang baik.
Guru dalam mengelola kelas ketika berlangsungnya diskusi
tidak memperhatikan alokasi waktu. Guru tidak menegur siswa yang
mengulur-ulur waktu ketika berdiskusi, sehingga ketika bel yang
65

menandakan pelajaran telah berakhir, guru tetap meneruskan


pembelajaran sampai selesai (Lampiran 2: Catatan Lapangan 1 hal
136).
Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan
pada prasiklus tersebut peneliti bersama dengan guru berkeinginan
melakukan tindakan untuk memperbaiki hasil pembelajaran. Cara yang
dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe scramble
dengan media film dokumenter, melalui penerapan model dan media
tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar dan kesadaran
sejarah.

2. Hasil Tindakan Siklus I


Tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama pada tanggal 06 Februari 2017 dan pertemuan kedua yaitu pada
tanggal 10 Februari 2017 dengan alokasi waktu pertemuan terdiri dari 2x45
menit. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I yaitu
dilaksanakan 4 tahap antara lain; a. Perencanaan tindakan; b. Pelaksanaan
tindakan; c. Observasi dan d. Refleksi tindakan. Adapun tahapan-tahapan
pelaksanaan tindakan siklus I dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan perencanaan dengan memperhatikan kondisi yang ada
pada subjek tindakan sebelum memberikan perlakuan pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe scramble. Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa kelas
XI IPS 1 SMAN 2 Sukoharjo mengenai kesadaran sejarah dan hasil
belajar. Sebelum penelitian berlangsung, peneliti terlebih dahulu
berkonsultasi dengan guru sejarah kelas XI IPS 1 yang dijadikan guru
kolabolator yaitu Dra. Nunuk Endah Widiarni. Pada penelitian tindakan
kelas ini peneliti bertindak sebagai guru yang mengajar, sedangkan Ibu
Dra. Nunuk Endah Widiarni selaku guru mata pelajaran sejarah
peminatan menjadi observer.
66

Pada tahap perencanaan siklus I ini peneliti menyusun RPP untuk


dua kali pertemuan. RPP tersebut kemudian dikonsultasikan dengan guru
mata pelajaran sejarah peminatan untuk dimintai pertimbangan terkait
kesesuaian materi, tujuan, metode, dan alokasi waktu dengan silabus
Kurikulum 2013. Setelah RPP disepakati, penelitian tindakan kelas
dalam siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu
untuk satu kali pertemuan adalah 2x45 menit. RPP untuk pertemuan
dalam siklus I membahas materi tentang “Latar Belakang Perang Dunia
II”. Materi ini telah disesuaikan dengan silabus sejarah peminatan
kurikulum 2013, yaitu KI 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah. KD 3.6 Menganalisis pengaruh PD I dan PD II terhadap
kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB,
PBB), pergerakan nasional dan regional. Dalam RPP untuk siklus I,
pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter. Selain
menyiapkan instrumen mengajar peneliti juga menyiapkan bahan, alat
dan media untuk melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe
scramble dengan media film dokumenter. Alat, bahan dan media yang
disiapkan oleh peneliti salah satunya yaitu kertas karton dan susunan kata
untuk melakukan games dalam model pembelajaran kooperatif tipe
sramble sedangkan untuk media film dokumenter peneliti menyiapkan
film dokumenter Perang Dunia II yang berjudul Apocalypse episode 1.
Peneliti memperpendek durasi film tersebut dengan durasi 7 menit.
Peneliti juga telah menyiapkan media pembelajaran dengan power point
67

untuk menerangkan materi sebelum menerapkan model pembelajaran


scramble.
Berkaitan dengan kegiatan observasi pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe sramble dengan media film dokumenter,
maka peneliti menyusun lembar observasi aktivitas guru dalam mengajar
dan aktivitas siswa dalam belajar. Lembar observasi bertujuan untuk
mempermudah pengukuran keberhasilan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter. Selain itu,
untuk mengukur kesadaran sejarah siswa telah disediakan angket dengan
rentang skor 1-4 yang terdiri dari 20 butir pernyataan. Selain itu
disipakan juga instrumen evaluasi berupa soal-soal tes kognitif yang
terdiri dari 5 soal uraian yang ditujukan untuk mengukur hasil belajar
siswa setelah pelaksanaan tindakan siklus.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe scramble
dengan media film dokumenter sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan siklus I
dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu pertemuan yaitu
2x45 menit pada tanggal 06 Februari 2017 pukul 06.30 sampai 08.00
WIB dan pada pertemuan kedua tanggal 10 Februari 2017 pukul 06.30
sampai 08.00 WIB di kelas XI IPS 1 SMAN 2 Sukoharjo
Pada pertemuan pertama hari Senin tanggal 06 Februari 2017,
guru memasuki ruang kelas kemudian guru dibantu siswa dalam
menyiapkan alat pembelajaran yaitu LCD dan speaker. Guru
mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa. Guru kemudian
mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan mengabsensi kehadiran
siswa. Pada pertemuan pertama siklus I semua siswa hadir dengan jumlah
36 siswa. Selanjutnya, guru memperkenalkan diri kepada siswa,
kemudian guru meminta siswa untu mengeluarkan buku pembelajaran
sejarah peminatan. Terdapat 3 siswa yang tidak membawa buku
68

pelajaran, kemudian guru meminta bendahara untuk mencatat nama


siswa yang tidak membawa buku pelajaran sejarah untuk didenda sebesar
Rp. 2.000,00. Selanjutnya, guru mempersiapkan siswa untuk belajar.
Guru melanjutkan dengan memberikan apersepsi dan motivasi agar para
siswa mengingat kembali pelajaran sebelumnya dan siswa termotivasi
untuk belajar. Kemudian guru menyampaikan topik pembelajaran yaitu
“Perang Dunia II dengan sub topik “Latar Belakang PD II” dan
menyampaikan tujuan serta kompetensi pembelajaran yang harus dicapai.
Pada tahap inti pembelajaran guru memulai dengan menayangkan
cuplikan film dokumenter apocalypse eposide 1 dengan durasi 7 menit.
Siswa terlihat cukup antusias dalam mengamati film tersebut walaupun
terdapat beberapa siswa yang masih kurang fokus dalam pengamatan.
Kegiatan selanjutnya yaitu guru bertanya kepada siswa tentang
pengetahuan yang diketahui seputar tayangan cuplikan film dokumenter
apocalypse episode 1, namun siswa belum dapat menjawab pertanyaan
guru. Kemudian guru mulai menyampaikan materi pelajaran dengan
singkat. Untuk mengetahui pemahaman siswa guru bertanya seputar
materi yang telah dijelaskan, namun siswa belum terlalu responsif dalam
menjawab dan tidak bertanya mengenai hal yang belum jelas. Kemudian
guru membentuk siswa ke dalam 6 kelompok yang masing-masing
kelompok yang terdiri dari 6 orang. Pembagian anggota kelompok telah
ditentukan guru dengan membagi secara heterogen. Kemudian guru
mempersilahkan siswa untuk duduk bersama anggota kelompoknya.
Selanjutnya, guru meminta siswa untuk meriview kembali materi yang
telah dipelajari. Selanjutnya guru membagikan lembar kerja diskusi
berupa pertanyaan di kolom A dan jawaban di kolom B namun jawaban
tersebut telah diacak. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Perwakilan dari masing-masing kelompok diminta untuk maju
mengerjakan soal tersebut di depan kelas pada media karton yang telah
disediakan oleh guru. Kemudian, guru bersama siswa mencocokkan
jawaban yang tepat dalam pembelajaran tersebut. Kelompok yang
69

menjawab benar kemudian diberikan tepuk tangan sebagai bentuk


penghargaan. Pembelajaran ditutup dengan guru meminta siswa untuk
menyimpulkan pembelajaran terlihat hanya ada satu siswa yang
menjawab tetapi berbicara dengan suara kecil. Guru meminta siswa
untuk mempersiapkan diri pada pertemuan selanjutnya karena akan
diadakan tes evaluasi dan diakhiri dengan mengucapkan salam.
Pertemuan kedua hari Jumat tanggal 10 Februari 2017 jam ke 1
dan 2 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit yaitu pukul 06.30-08.00 WIB.
Guru meminta ketua kelas untuk memimpin berdoa, kemudian guru
mengucapkan salam. Guru mengabsensi siswa dengan menanyakan siswa
yang tidak hadir. Telihat semua siswa hadir sebanyak 36 siswa. Guru
memberikan apersepsi dan motivasi dengan membahas kembali materi
yang telah dipelajari secara singkat. Guru memberi waktu siswa untuk
belajar kembali. Kemudian guru meminta siswa untuk mengumpulkan
semua buku pelajaran sejarah lalu guru membagikan soal dan lembar
jawab serta meminta siswa untuk mengerjakan tes secara mandiri dan
jujur. Siswa kemudian mengerjakan tes evaluasi namun terlihat masih
banyak siswa yang mencontek. Siswa yang telah selesai mengerjakan
soal evaluasi kemudian siswa diminta untuk mengisi angket kesadaran
sejarah kepada siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan guru menyampaikan
materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru meminta
siswa untuk belajar agar siswa siap dalam belajar sejarah. Pelaksanaan
siklus I diakhiri dengan salam.
c. Observasi Tindakan Siklus I
Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe sramble dengan media film
dokumenter dapat meningkatkan kesadaran sejarah dan hasil belajar
kelas XI IPS 1 SMAN 2 Sukoharjo. Observasi dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi baik lembar observasi aktivitas guru
mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa belajar siklus I. Peneliti
bekerjasama dengan guru mata pelajaran dalam menentukan hasil
70

tindakan siklus I. Pada penelitian tindakan ini, peneliti bersama dengan


dua observer yaitu guru mata pelajaran sejarah ibu Dra. Nunuk Endah
Widiarni yang bertindak sebagai observer I dan Estri Wulandari sebagai
observer II. Observasi kesadaran sejarah dilihat dari penilaian angket,
observasi hasil belajar siswa dilihat dari tes evaluasi siklus I. Hasil
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film
dokumenter tindakan siklus I sebagai berikut:
1) Kegiatan Pembelajaran
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble
dengan media film dokumenter pada siklus I dapat dilihat dari
observasi aktivitas guru mengajar dan aktivitas siswa belajar. Hasil
observasi aktivitas guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar
adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas Guru dalam Mengajar
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble
dengan media film dokumenter dapat dilihat dari observasi
pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas XI IPS 1 SMAN 2
Sukoharjo. Observasi aktivitas guru dalam mengajar dilaksanakan
dalam pertemuan pertama di siklus I. Berdasarkan hasil observasi
pada pertemuan I dan II aktivitas guru dalam mengajar telihat
bahwa:
1) Tahap Persiapan
Guru telah menyiapkan RPP, media pembelajaran
berupa media film dokumenter, menguasai materi
pembelajaran dan memberikan penampilan mengajar yang
baik.
2) Tahap Pelaksanaan
Guru telah melaksanakan prosedur pembelajaran
dengan baik, hal ini terlihat pada:
71

a) Kegiatan pendahuluan pembelajaran


Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa
dengan baik. Guru mengucapkan salam dan mengabsensi
kehadiran siswa dengan baik. Guru mempersiapkan media
dengan sangat baik tetapi dalam mengkondisikan kerapian
siswa masih kurang. Penguasaan kelas dan waktu
pembelajaran tergolong sangat baik. Pemberian apersepsi
dan motivasi sudah maksimal sehingga memperoleh nilai
baik. Sebelum penyampaian materi, guru telah
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas.
b) Kegiatan inti pembelajaran
Kegiatan inti dinilai cukup baik. Hal ini disebabkan
oleh penyampaian materi pembelajaran yang masih perlu
ditingkatkan lagi terutama dalam aspek mengaitkan
materi, media dan hal-hal yang bermakna. Pemanfaatan
media sudah efektif dan efisien karena tidak ada kendala
teknis yang dapat mengurangi waktu. Ketika penerapan
model pembelajaran scramble terlihat siswa begitu
antusias sehingga dinilai baik, namun guru kurang dalam
mengkondisikan siswa agar kondusif. Guru juga kurang
dalam mengkondisikan kebersihan kelas karena siswa
membuang sampah sembarangan ketika menempelkan
huruf di karton yang telah disedikan untuk games
scramble. Kegiatan guru dalam membimbing diskusi
dinilai cukup. Guru harus lebih mengarahkan siswa untuk
aktif sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe
scramble.
c) Kegiatan penutup pembelajaran
Dalam kegiatan penutup guru memberikan
penghargaan terbaik kepada kelompok yang dapat
menjawab dengan benar semua berupa pujian. Guru telah
72

menyimpulkan pembelajaran dengan baik, namun


pemberian umpan balik kepada siswa masih dinilai cukup.
Guru juga menyampaikan topik yang akan dipelajari pada
pertemuan kemudian menutup pelajaran dengan sangat
baik dan mengucap salam.
3) Tahap Evaluasi
Guru melakukan evaluasi dengan memberikan
pertanyaan langsung kepada siswa. Pemberian evaluasi
berupa tanya jawab masih pada taraf cukup baik. Guru telah
menyiapkan instrumen evaluasi dengan baik yaitu dengan
menggandakan soal-soal kognitif dan angket kesadaran
sejarah siswa sebanyak jumlah siswa yaitu 36 siswa. Guru
dalam memberikan evaluasi berupa tugas belum menjelaskan
tugas tersebut dengan jelas kepada siswa.

b. Aktivitas Siswa dalam Belajar


Observasi ditujukan untuk memperoleh gambaran
mengenai aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter.
Observasi dilaksanakan pada pertemuan I di siklus I. Hasil
observasi aktivitas siswa dalam belajar pada siklus I pertemuan I
dan II adalah sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
Pembelajaran diawali dengan siswa menjawab salam
dan berdoa bersama dengan baik. Kehadiran siswa sudah baik
karena semua siswa hadir dengan jumlah 36 siswa. Kesiapan
belajar siswa juga sudah baik karena pada pertemuan I dalam
siklus I hanya ada 3 siswa yang tidak membawa buku
pelajaran. Pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
guru, siswa masih kurang aktif sehingga lembar observasi
aktivitas siswa menunjukkan kategori cukup.
73

2) Tahap Pelaksanaan
Pada saat mengamati media siswa cukup menunjukkan
perhatian dan antusiasme. Kegiatan siswa mengamati dan
menggali informasi dengan menggunakan media film
dokumenter cukup baik. Pada penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble dalam mendorong partisipasi siswa
dalam proses ini belum maksimal hal tersebut terlihat ketika
diskusi berlangsung. Pada kegiatan pembagian kelompok
diskusi masih tergolong cukup baik, karena beberapa siwa saat
guru membagi kelompok tidak duduk rapi pada tempatnya
sehingga kondisi kelas tidak kondusif dan masih terdapat siswa
yang bermalas-malasan ketika pembentukan kelompok. Siswa
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru mengenai
apa yang diperoleh saat pembelajaran masih tergolong cukup.
Peran siswa dalam merefleksi pembelajaran tergolong kurang,
sehingga perlu ditingkatkan lagi.
3) Tahap Evaluasi
Siswa mengikuti evaluasi dengan cukup baik, saat
menjawab pertanyaan dan guru masih perlu ditingkatkan,
karena banyak siswa yang kurang memahami materi. Siswa
menyampaikan kesimpulan dan kesan pembelajaran dengan
cukup baik. Kemudian siswa bersama guru menyimpulkan
materi dengan baik. Pembelajaran diakhiri dengan menjawab
salam dengan baik.

Berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran sejarah dari


aktivitas guru dan siswa pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:
74

Tabel 4.6 Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator Aktivitas


Pembelajaran Prasiklus dan Siklus I
No. Indikator Prasiklus Siklus I
1 Aktivitas guru mengajar 71,15 % 78,85%
2 Aktivitas siswa belajar 68,33% 79,17%
Rata-rata Nilai 69,74% 79,01%
Kategori Nilai Baik Baik
Indikator Keberhasilan 80% 80%
Keterangan Belum Tercapai Belum Tercapai

Data rata-rata ketercapaian indikator aktivitas pembelajaran


prasiklus dan siklus I di atas selanjutnya dapat disajikan dalam
sebuah diagram batang sebagai berikut:
Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator Aktivitas
Pembelajaran Prasiklus dan Siklus I Prasiklus
100% Siklus I
80%
60%
40%
20%
0%
Aktivitas guru mengajarAktivitas belajar siswa Rata-rata nilai

Gambar 4.5 Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator


Aktivitas Pembelajaran Prasiklus dan Siklus I

Berdasarkan Tabel 4.6 dan Gambar 4.5 dapat disimpulkan


bahwa perolehan persentase aktivitas kegiatan pembelajaran pada
siklus I meningkat dibandingkan pada prasiklus. Meskipun
perolehan persentase meningkat tetapi aktivitas kegaiatan
pembelajaran belum mencapai target yang ditentukan.
2) Kesadaran Sejarah Siswa
Sikap kesadaran sejarah yang diukur menggunakan angket
terdiri dari 20 butir item yang berisikan 4 indikator. Jumlah
pernyataan dalam angket ini berisi 10 pernyataan positif dan 10
pernyataan negatif yang harus diisi oleh siswa. Hasil angket pada
75

siklus I ini mengalami peningkatan dibanding prasiklus. Hasil


pengukuran kesadaran sejarah pada siklus I dapat disajikan ke dalam
Tabel 4.7, sebagai berikut:
Tabel 4.7 Perbandingan Kategori Kesadaran Sejarah Prasiklus dan
Siklus I
Prasiklus Siklus I
No Kategori
Jml (%) Jml (%)
Rendah
1 6 16,67 % 0 0,00%
(Rentang Skor 20-39)
Sedang
2 22 61,11 % 17 47,22 %
(Rentang Skor 40-60)
Tinggi
3 8 22,22 % 19 52,78 %
(Rentang Skor 61-80)
Jumlah 36 100% 36 100%
Skor Terendah 34 53
Skor Tertinggi 64 72
Skor Rata-rata 53,36 60,22
Kategori Sedang Sedang
Persentase Kategori Tinggi 22,22 % 52,78 %
Indikator Keberhasilan 80% 80%
Keterangan Belum Tercapai Belum Tercapai

Data kategori kesadaran sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMAN


2 Sukoharjo tahun pelajaran 2016/2017 pada siklus I di atas
selanjutnya dapat digambarkan dalam diagram berikut:

Perbandingan Kategori Kesadaran Sejarah Prasiklus dan


Siklus I
100%
80% Prasiklus
60% Siklus I
40%
20%
0%
Rendah Sedang Tinggi

Gambar 4.6 Perbandingan Kategori Kesadaran Sejarah Prasiklus dan


Siklus I
Sedangkan rata-rata ketercapaian indikator kesadaran sejarah
pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut:
76

Tabel 4.8 Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator Kesadaran


Sejarah Prasiklus dan Siklus I
No Indikator Kesadaran Sejarah Prasiklus Siklus I
1 Menghayati makna dan hakikat
68,52 % 74,88 %
sejarah bagi masa kini dan masa
yang akan datang
2 Mengenal diri sendiri dan
68,75 % 79,44 %
bangsanya
3 Membudayakan sejarah bagi
65,28 % 74,83 %
pembinaan budaya bangsa
4 Menjaga peninggalan sejarah
63,61 % 70,69 %
bangsa
Rata-rata Nilai 66,54 % 74,96 %
Kategori Kesadaran Sejarah Sedang Sedang
Indikator Keberhasilan 80% 80%
Belum Belum
Keterangan
Tercapai Tercapai

Data rata-rata ketercapaian indikator kesadaran sejarah siklus


I selanjutnya dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut:

Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator Kesadaran


Sejarah Prasiklus dan Siklus I Prasiklus
Siklus I
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4

Gambar 4.7 Perbadningan Rata-Rata Ketercapaian Indikator


Kesadaran Sejarah Prasiklus dan Siklus I

Berdasarkan Tabel 4.7, Tabel 4.8, Gambar 4.6 dan Gambar


4.7 dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang memiliki kesadaran
sejarah dengan kategori tinggi dan ketercapaian rata-rata tiap
indikator kesadaran sejarah pada tahap siklus I mengalami
77

peningkatan dibandingkan tahap prasiklus. Namun, persentase


jumlah siswa yang memiliki kesadaran sejarah dengan kategori
tinggi dan ketercapaian rata-rata tiap indikator kesadaran sejarah
pada siklus I belum mencapai target yang ditentukan.
3) Hasil Belajar Siswa
Nilai yang diperoleh siswa pada siklus I mengalami
peningkatan dibanding pada tahap prasiklus. Berdasarkan tes
evaluasi yang dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2017 terdapat
24 siswa dari 36 siswa yang dapat mencapai KKM 75 atau setara
dengan 66,67%. Data ketuntasan belajar siswa pada tindakan siklus I
selanjutnya dapat disajikan ke dalam Tabel 4.9 dan Tabel 4.10,
sebagai berikut:
78

Tabel 4.9 Hasil Belajar Siklus I kelas XI IPS 2


Skor Penilaian
No Nama 15 15 25 25 20 Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
1 Andarmani 9 12 15 20 16 72 Tidak Tuntas
2 Anisa Arum H 12 12 15 20 16 75 Tuntas
3 Annissa Rahma 12 12 15 20 16 75 Tuntas
4 Arista Candra K. 15 12 15 15 20 77 Tuntas
5 Arrummita Desi 12 12 15 20 20 79 Tuntas
6 Bagas Pangarso 12 12 15 20 16 75 Tuntas
7 Chrisbetysiri V 15 15 15 15 16 76 Tuntas
8 Daniel Dimas 12 12 15 15 16 70 Tidak Tuntas
9 David Novianto 12 15 20 20 16 83 Tuntas
10 Diky Dwi S. 12 15 15 20 16 78 Tuntas
11 Elmawati H 12 12 15 20 16 75 Tuntas
12 Elsyana Adilak 12 12 15 20 20 79 Tuntas
13 Erika Alviana F 9 12 15 25 16 77 Tuntas
14 Eriyana Darma S 12 12 15 20 16 75 Tuntas
15 Ervina Kristin M 12 12 15 20 16 75 Tuntas
16 Ester Teffany A 15 12 20 20 16 83 Tuntas
17 Fitri Fatmasari 15 15 15 15 16 76 Tuntas
18 Freshia Yudha 12 12 15 15 12 66 Tidak Tuntas
19 Ilham Wahyu M. 15 12 15 20 16 78 Tuntas
20 Laras Tri W. 12 12 12 25 12 73 Tidak Tuntas
21 Marfuah Nur A. 15 12 15 16 20 78 Tuntas
22 M. Akmal 12 12 5 20 16 65 Tidak Tuntas
23 M. Fauzan 12 12 15 20 16 75 Tuntas
24 Nadia Ariani 15 12 15 20 16 78 Tuntas
25 Natashania Putri 9 12 15 20 16 72 Tidak Tuntas
26 Puput Ruria W. 12 12 15 25 4 68 Tidak Tuntas
27 Rizki Nurfifah 15 12 15 20 12 74 Tidak Tuntas
28 Sandy Aldi P. 12 12 15 20 16 75 Tuntas
29 Setiawan Y. 15 12 15 20 20 82 Tuntas
30 Sinta Nur K. 12 12 15 20 12 71 Tidak Tuntas
31 Siska Ayu M. 12 12 15 20 12 71 Tidak Tuntas
32 Siska Dewi N. 15 15 15 15 16 76 Tuntas
33 Syaifulloh A. H. 15 15 15 20 16 81 Tuntas
34 Yoga Pramana 12 12 15 15 16 70 Tidak Tuntas
35 Yuda Fajar W. 12 12 5 20 16 65 Tidak Tuntas
36 Yuniana W. 15 15 15 20 16 81 Tuntas
Total Skor 459 453 527 696 564 2699
79

Tabel 4.10 Perbandingan Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Siswa


Prasiklus dan Siklus I
Prasiklus Siklus I
No Ketuntasan
Jml (%) Jml (%)
1 Tuntas 16 44,44% 24 66,67%
2 Tidak Tuntas 20 55,56% 12 33,33%
Jumlah 36 100% 100% 100%
Nilai Terendah 24 65
Nilai Tertinggi 87 83
Nilai Rata-rata 66,67 74,97
Persentase Kentuntasan 44,44% 66,67%
Indikator Keberhasilan 80% 80%
Keterangan Belum Tercapai Belum Tercapai

Data pencapaian ketuntasan belajar siswa pada Tabel 4.10


selanjutnya dapat disajikan dalam diagram berikut:

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Prasiklus Prasiklus


dan Siklus I Siklus I
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.8 Perbandingan Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar


Siswa Prasiklus dan Siklus I

Berdasarkan Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Gambar 4.8 dapat


disimpulkan bahwa persentase ketuntasan hasil belajar sejarah siswa
pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan pada tahap
prasiklus. Namun, persentase ketuntasan belajar siswa siklus I belum
mencapai target yang ditentukan.

c. Refleksi Tindakan Siklus I


Tahap refleksi merupakan koreksi terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada
siklus I. Dari refleksi yang dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut:
80

1) Segi Guru
a) Guru masih canggung dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter sehingga
membuat siswa bingung dalam proses pembelajaran karena baru
pertama kali menerapkan model pembelajaran ini.
b) Penguasaan kelas yang masih kurang karena masih terdapat
beberapa siswa yang tidak memperhatikan dan pada saat
pembagian kelompok guru belum dapat mengkondisikan siswa
secara kondusif karena masih terdapat beberapa siswa yang
bercanda dengan temannya (Lampiran 2: Catatan Lapangan 5 hal
151).
c) Suara guru yang kurang keras sehingga beberapa siswa tidak
memperhatikan dengan jelas ketika sedang disampaikan materi
(Lampiran 2: Catatan Lapangan 6 hal 154).
d) Kurangnya pendekatan kepada siswa saat diskusi berlangsung.
Guru pada saat tersebut lebih fokus terhadap persiapan media
karton di depan kelas untuk model pembelajaran kooperatif tipe
scramble (Lampiran: Catatan Lapangan 5 hal 151).
e) Guru kurang memperhatikan kondisi kelas di barisan belakang
saat dilakukannya tes evaluasi sehingga masih terdapat beberapa
siswa yang menyontek teman (Lampiran 2: Catatan Lapangan 4
hal 148).
2) Segi Siswa
a) Terdapat rasa malu pada diri beberapa siswa dalam menjawab
maupun mengajukan pertanyaan (Lampiran 2: Catatan Lapangan
4 halaman 148)
b) Kesiapan belajar sejarah siswa kurang yaitu terdapat 3 siswa yang
tidak membawa buku pelajaran (Lampiran 2: Catatan Lapangan 4
hal 148).
c) Ketika melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe
scramble terdapat beberapa kelompok yang kurang aktif dan
81

beberapa kelompok yang aktif (Lampiran: Catatan Lapangan 4


hal 148).
d) Kesadaran sejarah siswa yang masih dalam kategori sedang, hal
tersebut terlihat pada lembar hasil angket kesadaran sejarah siswa
pada siklus I.
e) Pada saat tes berlangsung terdapat beberapa siswa yang tidak
jujur dalam mengerjakan soal, hal tersebut terlihat masih banyak
siswa yang bertanya kepada teman untuk menyelesaikan tes
evaluasi (Lampiran 2: Catatan Lapangan 4 halaman 148).
f) Berdasarkan hasil evaluasi yang telah diberikan oleh guru pada
siklus I jumlah siswa yang tuntas mencapai KKM 75 hanya 24
siswa dari 36 siswa atau setara dengan 66,67%.

Berdasarkan analisis di atas maka tindak lanjut yang dapat


dilakukan adalah:
1) Guru harus dapat mengontrol jalannya penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe sramble dengan media film
dokumenter agar peserta didik memahami pelaksanaan
pembelajaran tersebut.
2) Guru harus lebih tegas dalam mengatur siswa sehingga siswa
lebih memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung.
3) Guru dapat lebih memacu semangat siswa agar siswa tidak malu
dan ragu untuk menjawab maupun mengajukan pertanyaan.
4) Guru harus lebih menjaga ketenangan kelas sehingga kelas dapat
lebih kondusif.
5) Pada saat menyampaikan materi guru harus lebih mengeraskan
suara agar siswa yang duduk di belakang bisa lebih
memperhatikan.
6) Guru harus lebih memperketat pengawasan tes evaluasi sehingga
tidak ada siswa yang bertanyaa ketika tes evaluasi berlangsung.
82

7) Guru harus lebih memberikan pendekatan dan dorongan motivasi


kepada siswa untuk bersama-sama menyimpulkan materi yang
telah dibahas.
8) Guru harus lebih banyak melakukan pendekatan dan motivasi
kepada siswa terutama kepada siswa yang pasif dan diam ketika
diskusi pembelajaran berlangsung.

3. Hasil Tindakan Siklus II


Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan
media film dokumenter dalam pembelajaran sejarah berdasarkan refleksi
pelaksanaan tindakan siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa
kekurangan yang perlu ditingkatkan kembali. Tindakan pada siklus II
dilaskanakan dalam 4 tahap, yaitu : a. Perencanaan; b. Pelaksanaan tindakan;
c. Observasi dan d. Refleksi tindakan. Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter pada mata pelajaran
sejarah siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 6
dan 20 Februari 2016. Alokasi waktu setiap pertemuan terdiri dari 2 x 45
menit. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada sikus II adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengatasi masalah
yang dihadapi guru dan siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2 Sukoharjo.
Setelah dilakukan refleksi siklus I guru bersama peneliti mendiagnosis
masalah yang terdapat dalam kelas tersebut yang masih perlu untuk
dilakukan perbaikan. Guru dan peneliti mendiskusikan kekurangan yang
terdapat pada pelaksanaan tindakan I dan mendiskusikan rancangan
tindakan yang akan dilakukan pada siklus II. Perolehan hasil pada siklus
I yang belum memenuhi batas minimal kualitas yang sesuai dengan
indikator kinerja di dalam penelitian, maka diputuskan untuk
melanjutkan pemberian tindakan pada siklus II. Pelaksanaan siklus II
direncanakan akan dilakukan dengan pemberian beberapa tindakan kecil
83

untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I. Peneliti dan


guru sepakat untuk tidak merubah model dan media yang digunakan
dalam proses pembelajaran tetapi memperbaiki beberapa hal yang
diperlukan, yaitu sebagai berikut:
1) Guru harus dapat mengontrol jalannya penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe sramble dengan media film
dokumenter agar peserta didik memahami pelaksanaan
pembelajaran tersebut.
2) Guru harus lebih tegas dalam mengatur siswa sehingga siswa
lebih memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung.
3) Guru dapat lebih memacu semangat siswa agar siswa tidak malu
dan ragu untuk menjawab maupun mengajukan pertanyaan.
4) Guru harus lebih menjaga ketenangan kelas sehingga kelas dapat
lebih kondusif.
5) Pada saat menyampaikan materi guru harus lebih mengeraskan
suara agar siswa yang duduk di belakang bisa lebih
memperhatikan.
6) Guru harus lebih memperketat pengawasan tes evaluasi sehingga
tidak ada siswa yang bertanyaa ketika tes evaluasi berlangsung.
7) Guru harus lebih memberikan pendekatan dan dorongan motivasi
kepada siswa untuk bersama-sama menyimpulkan materi yang
telah dibahas.
8) Guru harus lebih banyak melakukan pendekatan dan motivasi
kepada siswa terutama kepada siswa yang pasif dan diam ketika
diskusi pembelajaran berlangsung.
Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini kemudian dikonsultasikan
kepada guru mata pelajaran sejarah untuk dimintasi pertimbangan
kesuaian materi, tujuan, metode dan alokasi waktu dengan silabus
kurikulum 2013. Setelah RPP disepakati, penelitian tindakan kelas dalam
siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan alokasi waktu
84

setiap pertemuan yaitu 2 x 45 menit. RPP untuk pertemuan dalam siklus


II membahas materi tentang “Pengaruh Perang Dunia II”. Materi ini telah
disesuaikan dengan silabus Sejarah Indonesia (Peminatan) kurikulum
2013, yaitu KI 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah. KD 3.6 Menganalisis pengaruh PD I dan PD II terhadap
kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB,
PBB), pergerakan nasional dan regional. Dalam RPP untuk siklus II ini,
pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter. Media yang
dipersiapkan dalam siklus II ini masih sama yaitu peneliti menyiapkan
kertas karton dan susunan kata untuk games sramble sedangkan untuk
media film dokumenter berbeda pada siklus I yaitu peneliti menyiapkan
film dokumenter Perang Dunia II yang berjudul Apocalypse episode 6
diperpendek dengan durasi film tersebut dengan durasi 12 menit. Peneliti
juga telah menyiapkan media pembelajaran dengan power point untuk
menerangkan materi sebelum menerapkan model pembelajaran scramble.
Untuk kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran ini, disusun
lembar observasi aktivitas guru dalam mengajar dan aktivitas siswa
dalam belajar. Lembar observasi ini ditujukan untuk mempermudah
pengukuran keberhasilan penerapan model model pembelajaran
kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter. Selain itu,
untuk mengukur kesadaran sejarah siswa telah disusun angket dengan
rentang skor 1-4 yang terdiri dari 20 butir pernyataan. Disipkan pula,
instrumen evaluasi beruapa soal-soal kognitif yang terdiri dari 5 soal
uraian, yang ditujukan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah
85

pelaksanaan tindakan. Dalam siklus ini peneliti bertindak sebagai


praktikan mengajar model yang telah direncanakan sedangkan guru mata
pelajaran sejarah yaitu Ibu Dra. Nunuk Endah Widiarni bertindak sebagai
observer I dan Estri Wulandari sebagai observer II.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, pembelajaran
dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran yang sama yaitu
kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter sesuai rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45
menit. Pertemuan pertama yaitu pada tanggal 20 Februari 2017 pukul
07.15 sampai pukul 08.45 WIB sedangkan pertemuan kedua yaitu pada
tanggal 24 Februari 2017 pada pukul 06.30 sampai pukul 08.00 WIB di
kelas XI IPS 1 SMAN 2 Sukoharjo.
Pada pertemuan pertama, guru membuka pembelajaran dengan
meminta ketua kelas untuk memimpin berdoa dan dilanjutkan dengan
guru memeriksa kehadiran siswa. Semua siswa yang terlihat hadir pada
pertemuan pertama siklus II sejumlah 36 siswa. Guru kemudian
mempersiapkan siswa untuk memulai pembelajaran dengan mengarahkan
siswa untuk membuka buku pembelajaran sejarah peminatan. Pada siklus
II pertemuan pertama ini lebih baik dibandingkan pada siklus I karena
hanya terdapat satu orang anak yang tidak membawa buku sehingga
siswa tersebut diberi hukuman dengan membayar denda. Selanjutnya,
guru memberikan apersepsi dan motivasi agar siswa mengingat kembali
pelajaran minggu lalu dan siswa termotivasi untuk belajar. Setelah itu
guru menyampaikan topik pembelajaran yaitu ”Perang Dunia II” dengan
sub topik ”Pengaruh Perang Dunia II” dan menyampaikan tujuan serta
kompetensi pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Pada tahap inti pembelajaran, guru memulainya dengan
menanyangkan cuplikan film dokumenter tentang Perang Dunia II
dengan judul Apocalypse episode 6 dengan durasi waktu 12 menit.
86

Setelah selesai mengamati film dokumenter, guru kemudian bertanya


kepada siswa tentang pengetahuan yang diketahui sepeutar tayangan
cuplikan film dokumenter tersebut. Beberapa terlihat banyak yang
menjawab dan ada beberapa siswa yang bertanya terkait cuplikan film
dokumenter tersebut. Kemudian guru mulai menyampaikan materi
pelajaran dengan singkat. Guru kemudian bertanya kembali kepada
siswa, apakah telah memahami materi yang telah disampaikan siswa
terlihat responsif dalam menjawab dan menanyakan hal mengenai yang
belum jelas. Kegiatan dilanjutkan dengan guru menyampaikan model
pembelajaran yang diterapkan kepada siswa yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter seperti proses
pada siklus I. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok
dengan anggota masing-masing 6 siswa yang telah diacak oleh guru
sebelumnya. Pembagian anggota kelompok berbeda pada siklus I.
Selanjutnya, guru mempersilahkan siswa membentuk kelompok sesuai
dengan yang ditentukan dan mereview materi yang telah disampaikan.
Kemudian guru memberikan lembar diskusi scramble kepada masing-
masing kelompok, kemudian guru meminta kelompok menyiapkan
anggota kelompok masing-masing dua kelompok untuk menjawab
pertanyaan pada meida karton yang ditempelkan guru di papan tulis yang
nomornya telah ditentukan guru. Terlihat partisipasi siswa lebih
meningkat dibandingkan pada siklus I. Hal tersebut terbukti ketika guru
meminta anggota kelompok yang ingin mengerjakan soal yang belum
terselesaikan, terdapat banyak siswa berlomba untuk maju mengerjakan
soal tersebut. Setelah selesai kemudian guru bersama siswa menarik
kesimpulan, kemudian guru menginformasikan agar belajar lagi di rumah
untuk memperdalam materi karena pada pertemuan selanjutnya akan
diadakan tes evaluasi. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari jumat tanggal 24
Februari 2017 pukul 06.30 sampai pukul 08.00 WIB. Guru membuka
87

pelajaran dengan meminta ketua kelas untuk memimpin berdoa, setelah


selesai berdoa guru mengucapkan salam. Guru memeriksa kehadiran
siswa. Semua siswa hadir pada siklus II pertemuan kedua yaitu sebanyak
36 siswa. Guru kemudian menginformasikan kegiatan pembelajaran yaitu
akan diadakan tes evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Guru
menyampaikan apersepsi dengan membahas materi apa saja yang telah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru
mempersilahkan siswa untuk belajar kembali selama 15 menit. Terlihat
semua siswa belajar dengan tekun. Selanjutnya, guru meminta siswa
mempersiapkan perlengkapan tes serta meminta semua buku terkait
pembelajaran sejarah dikumpulkan di depan. Sebelum tes evaluasi
dilaksanakan guru memberikan motivasi agar siswa mengerjakan soal
dengan jujur. Kemudian guru membagikan lembar tes evaluasi siklus II.
Semua siswa terlihat mengerjakan tes dengan mandiri dan tekun. Siswa
yang telah selesai mengerjakan tes tersebut diminta guru untuk mmengisi
angket kesadaran sejarah. Siswa yang telah selesai mengerjakan tes
evaluasi dan dilanjutkan dengan mengisi angket kesadaran sejarah.
Kemudian guru menutup kegiatan pembelajaran hari tersebut dengan
salam.
c. Observasi Tindakan Siklus II
Observasi dilakukan peneliti untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter
dalam pemebelajaran sejarah pada siklus II. Observasi dilaksanakan
dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru mengajar maupun
lembar aktivitas siswa belajar seperti pada siklus I. Observasi ini
dilakukan melalui pengamatan langsung yang dilakukan pada pertemuan
pertama siklus II. Peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran
dalam menentukan hasil tindakan siklus ini. Pada penelitian tindakan ini,
peneliti bersama dengan dua observer yaitu guru mata pelajaran sejarah
bernama Ibu Dra. Nunuk Endah Widiarni sebagai observer I dan Estri
Wulandari sebagai observer II. Observasi kesadaran sejarah dilihat dari
88

penilaian angket, observasi hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes
kognitif siklus II. Adapun hasil observasi tindakan siklus II adalah
sebagai berikut:
1) Kegiatan Pembelajaran
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble
dengan media film dokumenter dapat dilihat dari observasi aktivitas
guru mengajar dan aktivitas siswa belajar. Hasil observasi aktivitas
guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar sebagai berikut:
a) Aktivitas Guru dalam Mengajar
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble
dengan media film dokumenter pada siklus II dapat terlihat dari
observasi proses belajar mengajar yang telah terjadi di kelas XI
IPS 1 SMAN 2 Sukoharjo. Observasi aktivitas guru dalam
mengajar dilakukan dalam pertemuan pertama di siklus II.
Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan I dan II aktivitas
guru dalam mengajar terlihat:
(1) Tahap Persiapan
Guru telah menyiapkan RPP, media pembelajaran
berupa film dokumenter, menguasai materi pembelajaran dan
memberikan penampilan mengajar dengan baik.
(2) Tahap Pelaksanaan
Guru telah melaksanakan prosedur pembelajaran
sesuai dengan RPP, hal ini terlihat pada:
(a) Kegiatan pendahuluan pembelajaran
Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa dan
mengucap salam dengan sangat baik. Kemudian guru
memeriksa kehadiran siswa serta mempersiapkan siswa
untuk belajar dengan baik. Penguasaan kelas dan waktu
pembelajaran guru terbilang baik. Pemberian apersepsi
dan motivasi sudah maksimal sehingga memperoleh nilai
89

baik. Sebelum penyampaian materi, guru telah


menyampaian tujuan pembelajaran dengan jelas.
(b) Kegiatan inti pelajaran
Guru menampilkan media film dokumenter dan
meminta siswa menggali informasi dengan baik.
Pemanfaatan media oleh guru sudah efektif dan efisien
dan siswa dapat memperhatikan dengan baik. Pada
pertemuan ini guru lebih tegas dan sudah bisa
mengkondisikan siswa dalam pembagian kelompok,
sehingga pembagian kelompok diskusi tergolong sangat
baik. Interaksi guru dan siswa pada saat tanya jawab
terbilang baik, siswa sudah lebih aktif dibandingkan pada
pembelajaran siklus I. Siswa lebih antusias dalam
mengerjakan games model pembelajaran kooperatif tipe
scramble dibandingkan siklus I. Guru dengan baik telah
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai
materi yang kurang dimengerti. Guru dengan baik pula
dalam memberikan penguatan materi, penguatan materi
banyak diberikan guru.
(c) Kegiatan penutup pembelajaran
Guru telah menyimpulkan pembelajaran dengan
baik dan memberikan umpan balik kepada siswa dengan
baik. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang dapat menjawab dengan benar dan kelompok yang
mendapat poin tertinggi dengan berupa pujian. Guru
menutup pelajaran dengan baik disertai dengan salam.
(3) Tahap Evaluasi
Guru dalam mempersiapkan instrumen evaluasi dan
pemberian evaluasi tergolong kategori baik. Dalam
memberikan evaluasi berupa tugas, guru menjelaskan tugas
tersebut dengan jelas kepada siswa.
90

b) Aktivitas Siswa dalam Belajar


Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter.
Observasi dilaksanakan pada pertemuan peratama pada siklus II.
Hasil observasi aktivitas siswa dalam belajar siklus II pertemuan I
dan II adalah sebagai berikut:
(1) Tahap Persiapan
Persiapan siswa dalam pembelajaran sudah baik,
siswa mengucap salam dan berdoa bersama. Kehadiran siswa
tergolong baik karena semua siswa hadir dalam pertemuan I
siklus II. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru
dengan baik pula.
(2) Tahap Pelaksanaan
Kegiatan siswa mengamati dan menggali informasi
dengan menggunakan media film dokumenter apocalypse
episode 6 sudah sangat baik. Kegiatan diskusi diikuti siswa
dengan baik, karena sudah aktif pada saat guru meminta
siswa untuk maju menyelesaikan soal yang ada pada media
karton di papan tulis. Ketika guru memberikan penguatan
materi siswa lebih banyak yang memperhatikan dibandingkan
pada siklus I. Siswa menyampaikan kesimpulan dan kesan
pembelajaran dengan baik. Kemudian guru bersama siswa
menyampaikan kesimpulan materi dengan sangat baik. Siswa
sudah lebih tertib dibandingkan pada siklus I.
(3) Tahap Evaluasi
Evaluasi berupa tes kognitif dan angket kesadaran
sejarah diberikan guru diikuti dengan baik. Semua buku yang
dimilki siswa yang terkait dengan materi sejarah
dikumpulkan pada barisan paling depan. Pada siklus II siswa
91

lebih tertib dalam mengerjakan soal evaluasi. Pengumpulan


evaluasi juga sudah baik.

Berdasarkan lembar observasi aktivitas pembelajaran dari


aktivitas guru dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam belajar siklus
II diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.11 Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator Aktivitas
Pembelajaran Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No. Indikator Prasiklus Siklus I Siklus II
1 Aktivitas guru mengajar 71,15 % 78,85% 87,98%
2 Aktivitas siswa belajar 68,33% 79,17% 87,50%
Rata-rata Nilai 69,74% 79,01% 87,62%
Kategori Nilai Baik Baik Sangat Baik
Indikator Keberhasilan 80% 80% 80%
Belum Belum
Keterangan Tercapai
Tercapai Tercapai

Data rata-rata ketercapaian indikator aktivitas pembelajaran


prasiklus, siklus I dan siklus II di atas selanjutnya dapat disajikan dalam
sebuah diagram batang sebagai berikut:

Perbandingan Rata-RataKetercapaian Indikator Aktivitas Prasiklus


Pembelajaran Prasiklus, Siklus I dan Siklus II Siklus I
100% Siklus II
80%
60%
40%
20%
0%
Aktivitas guru mengajar Aktivitas siswa belajar Rata-rata nilai

Gambar 4.9 Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator Aktivitas


Pembelajaran Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan Tabel 4.11 dan Gambar 4.9 dapat disimpulkan


bahwa ketercapaian nilai aktivitas pembelajaran sejarah telah mencapai
target yang ditentukan, sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film
92

dokumenter membawa dampak postif dalam meningkatkan aktivitas


kegaiatan pembelajaran sejarah.
2) Kesadaran Sejarah Siswa
Sikap kesadaran sejarah yang diukur menggunakan angket
terdiri dari 20 butir item yang berisikan 4 indikator. Jumlah pernyataan
dalam angket ini berisi 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif
yang harus diisi oleh siswa. Hasil angket pada siklus II ini mengalami
peningkatan dibanding siklus I. Hasil pengukuran sikap kesadaran
sejarah pada tindakan siklus II dapat disajikan ke dalam Tabel 4.12
berikut:
Tabel 4.12 Perbandingan Kategori Kesadaran Sejarah Prasiklus, Siklus
I dan Siklus I

Prasiklus Siklus I Siklus II


No Kategori
Jml (%) Jml (%) Jml (%)
Rendah
1 6 16,67 % 0 0,00% 0 0,00%
( Rentang Skor 20-39)
Sedang
2 22 61,11 % 17 47,22 % 6 16,67%
( Rentang Skor 40-60)
Tinggi
3 8 22,22 % 19 52,78 % 30 83,33%
(Rentang Skor 61-80)
Jumlah 36 100% 36 100% 36 100%
Skor Terendah 34 53 53
Skor Tertinggi 64 72 79
Skor Rata-rata 53,36 60,22 65,61
Kategori Sedang Sedang Tinggi
Persentase Kategori
22,22 % 52,78 % 83,33%
Tinggi
Indikator Keberhasilan 80% 80% 80%
Keterangan Belum Tercapai Belum Tercapai Tercapai

Data kategori kesadaran sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2


Sukoharjo pada tahap prasiklus, siklus I dan siklus II selanjutnya
digambarkan dalam diagram berikut:
93

Perbandingan Kategori Kesadaran Sejarah Prasiklus, Prasiklus


Siklus I dan Siklus II Siklus I
100% Siklus II
80%
60%
40%
20%
0%
Rendah Sedang Tinggi

Gambar 4.10 Perbandingan Kategori Kesadaran Sejarah Prasiklus,


Siklus I dan Siklus II

Sedangkan rata-rata ketecapaian indikator kesadaran sejarah


pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.13 sebagai berikut:
Tabel 4.13 Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator Kesadaran
Sejarah Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No Indikator Kesadaran Sejarah Prasiklus Siklus I Siklus II
1 Menghayati makna dan
hakikat sejarah bagi masa
68,52 % 74,88 % 82,06%
kini dan masa yang akan
datang
2 Mengenal diri sendiri dan
68,75 % 79,44 % 89,44%
bangsanya
3 Membudayakan sejarah
bagi pembinaan budaya 65,28 % 74,83 % 77,26%
bangsa
4 Menjaga peninggalan
63,61 % 70,69 % 76,11%
sejarah bangsa
Rata-rata Nilai 66,54 % 74,96 % 81,22%
Kategori Kesadaran Sejarah Sedang Sedang Tinggi
Indikator Keberhasilan 80% 80% 80%
Belum Belum
Keterangan Tercapai
Tercapai Tercapai

Data ketercapaian indikator kesadaran sejarah prasiklus, siklus


I dan siklus II selanjutnya dapat dilihat pada diagram batang sebagai
berikut:
94

Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator


Kesadaran Sejarah Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
100%

80%
Prasiklus
60%
Siklus I
40%
Siklus II
20%

0%
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4

Gambar 4.11 Perbandingan Rata-rata Ketercapaian Indikator


Kesadaran Sejarah Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan Tabel 4.12, Tabel 4.13, Gambar 4.10 dan Gambar


4.11 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang memiliki kesadaran
sejarah dengan kategori tinggi dan rata-rata ketercapaian indikator
kesadaran sejarah terus mengalami peningkatan hingga siklus II dan
telah mencapai target yang ditentukan. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
scramble dengan media film dokumenter berdampak positif terhadap
peningkatan kesadaran sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2
Sukoharjo.
3) Hasil Belajar Siswa
Nilai yang diperoleh siswa pada siklus II mengalami
peningkatan dibanding pada tahap siklus I. Berdasarkan tes evaluasi
yang dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2017 terdapat 34 siswa
dari 36 siswa yang dapat mencapai KKM 75. Adapun data hasil
belajar siswa antar siklus dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan Tabel 4.15
sebagai berikut:
95

Tabel 4.14 Hasil Belajar Siklus II kelas XI IPS 2


Skor Penilaian
No Nama 15 15 20 20 30 Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
1 Andarmani 12 15 12 20 22 81 Tuntas
2 Anisa Arum H 15 12 12 20 22 81 Tuntas
3 Annissa Rahma 15 12 12 20 22 81 Tuntas
4 Arista Candra K. 12 12 12 20 22 78 Tuntas
5 Arrummita Desi 12 15 20 20 22 89 Tuntas
6 Bagas Pangarso 12 15 9 20 22 78 Tuntas
7 Chrisbetysiri V 9 15 12 4 22 62 Tidak Tuntas
8 Daniel Dimas 12 15 16 20 22 85 Tuntas
9 David Novianto 12 15 12 16 22 77 Tuntas
10 Diky Dwi S. 15 12 12 16 22 77 Tuntas
11 Elmawati H 12 12 12 20 22 78 Tuntas
12 Elsyana Adilak 12 12 12 20 22 78 Tuntas
13 Erika Alviana F 15 12 12 20 22 81 Tuntas
14 Eriyana Darma S 15 15 12 20 22 84 Tuntas
15 Ervina Kristin M 12 15 20 20 30 97 Tuntas
16 Ester Teffany A 12 15 12 20 16 75 Tuntas
17 Fitri Fatmasari 9 9 12 4 22 56 Tidak Tuntas
18 Freshia Yudha 12 15 20 20 22 89 Tuntas
19 Ilham Wahyu M. 12 15 12 16 22 77 Tuntas
20 Laras Tri W. 15 9 12 20 22 78 Tuntas
21 Marfuah Nur A. 12 15 20 20 22 89 Tuntas
22 M. Akmal 15 12 12 20 22 81 Tuntas
23 M. Fauzan 12 15 12 16 22 77 Tuntas
24 Nadia Ariani 15 15 12 20 22 84 Tuntas
25 Natashania Putri 15 12 12 20 22 81 Tuntas
26 Puput Ruria W. 15 12 12 20 22 81 Tuntas
27 Rizki Nurfifah 12 12 12 20 22 78 Tuntas
28 Sandy Aldi P. 15 12 12 16 22 77 Tuntas
29 Setiawan Y. 12 15 16 12 22 77 Tuntas
30 Sinta Nur K. 12 15 12 16 22 77 Tuntas
31 Siska Ayu M. 12 15 20 20 30 97 Tuntas
32 Siska Dewi N. 12 12 12 20 22 78 Tuntas
33 Syaifulloh A. H. 12 15 12 16 22 77 Tuntas
34 Yoga Pramana 12 15 16 20 22 85 Tuntas
35 Yuda Fajar W. 12 15 12 20 22 81 Tuntas
36 Yuniana W. 15 15 12 20 22 84 Tuntas
Total Skor 462 489 481 652 802 2886
96

Tabel 4.15 Perbandingan Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Siswa


Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Prasiklus Siklus I Siklus II
No Ketuntasan
Jml (%) Jml (%) Jml (%)
1 Tuntas 16 44,44% 24 66,67% 34 94,44%
2 Tidak Tuntas 20 55,56% 12 33,33% 2 5,56%
Jumlah 36 100% 36 100% 36 100%
Nilai Terendah 24 65 56
Nilai Tertinggi 87 83 97
Nilai Rata-rata 66,67 74,97 80,17
Persentase
44,44% 66,67% 94,44%
Kentuntasan
Indikator
80% 80% 80%
Keberhasilan
Keterangan Belum Belum
Tercapai
Tercapai Tercapai
Berdasarkan data di atas maka persentase hasil belajar siswa
yang diukur melalui tes kognitif siklus II dapat disajikan dalam bentuk
diagram batang sebagai berikut:

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Prasiklus,


Siklus I dan Siklus II
100%
Prasiklus
80%
60% Siklus I
40% Siklus II
20%
0%
Nilai Tuntas Nilai Tidak Tuntas

Gambar 4.12 Perbandingan Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar


Siswa Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan Tabel 4.15 dan Gambar 4.13 dapat disimpulkan


bahwa persentase ketuntasan belajar siswa dari prasiklus ke siklus II
terus mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang
ditentukan pada siklus II. Kondisi ini membuktikan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter
berdampak postif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
97

d. Refleksi Tindakan Siklus II


Tahap refleksi merupakan koreksi terhadap tindakan yang telah di
laksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada
siklus II. Dari refleksi yang dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Segi Guru
a) Guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
scramble dengan media film dokumenter dengan baik. Hal tersebut
dapat dilihat dari lembar observasi di mana rata-rata pencapaian
indikator aktivitas guru mengajar siklus II yaitu 87,98%. Perolehan
persentase tersebut telah mencapai target yang ditentukan yakni
80%
b) Guru telah berperan aktif proses pembelajaran sehingga siswa
merasa lebih menikmati dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
c) Pada saat evaluasi guru sangat memperhatikan kondisi siswa dan
melakukan pengawasan dengan cukup ketat sehingga menyulitkan
siswa untuk saling bekerjasama (Lampiran 2: Catatan Lapangan 7
halaman 160).
2) Segi Siswa
a) Siswa dapat menerapkan model pembelajaran scramble pada saat
proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa sudah tidak
mengalami kebingungan, karena telah dilaksanakan pada siklus I
dan pada siklus II ini guru melakukan penekanan dan penjelasan
dengan baik (Lampiran 2: Catatan Lapangan 8 halaman 163).
b) Aktivitas siswa belajar dalam menggunakan model pembelajaran
scramble dengan media film dokumenter terlihat sangat baik. Hal
tersebut berdasarkan hasil lembar observasi di mana rata-rata
pencapaian indikator aktivitas siswa belajar yang mencapai
persentase yaitu 87,50%. Perolehan persentase tersebut telah
mencapai target yang ditentukan yaitu 80%.
c) Berdasarkan hasil angket kesadaran sejarah siswa yang diberikan
guru pada siklus II diperoleh data bahwa kesadaran sejarah siswa
98

kelas XI IPS 1 dengan kategori tinggi sejumlah 30 siswa dari 36


siswa atau setara dengan 83,33%. Sedangkan untuk rata-rata
ketercapaian indikator kesadaran sejarah pada siklus II mencapai
81,22%. Perolehan persentase di atas menunjukkan bahwa telah
berhasil mencapai taget yang ditentukan yaitu 80%.
d) Berdasarkan hasil evaluasi yang diberikan oleh guru pada siklus II
siswa yang tuntas KKM yaitu 34 siswa dari 36 siswa atau setara
dengan 94,44% di mana perolehan hasil tersebut telah mencapai
target yang ditentukan yaitu sebesar 80%.

B. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini didasarkan pada hasil
pengamatan yang dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi dan refleksi. Berdasarkan
hasil penelitian dari mulai tahap prasiklus, siklus I dan siklus II menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media
film dokumenter dalam pembelajaran sejarah mengalami peningkatan, baik dari
segi kemampuan mengajar guru, aktivitas siswa belajar, kesadaran sejarah siswa
dan hasil belajar sejarah siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media
film dokumenter di kelas XI IPS 2 SMAN 2 Sukoharjo dapat diterapkan guru
dengan dengan baik. Penerapan langkah-langkah model pembelajaran model
pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter dapat
mengalihkan perhatian siswa. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter
lebih baik dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran yang sebelumnya sering
digunakan oleh guru yaitu diskusi kelompok yang kurang bervariasi.
Berdasarkan lembar observasi yang digunakan dalam mengamati aktivitas
guru dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam belajar pada setiap siklus
diperoleh data mengenai kegiatan pembelajaran sejarah dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter.
99

Perbandingan perolehan nilai kegiatan pembelajaran aktivitas guru dan siswa pada
setiap siklus dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.16 Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator Aktivitas
Pembelajaran Sejarah Antarsiklus
Nilai (%)
No. Indikator
Prasiklus Siklus I Siklus II
1 Aktivitas guru mengajar 71,15 % 78,85% 87,98%
2 Aktivitas siswa belajar 68,33% 79,17% 87,50%
Rata-rata Nilai 69,74% 79,01% 87,62%

Data dari Tabel 4.16 di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:

Aktivitas Pembelajaran
100% Aktivitas guru
80% mengajar
Aktivitas siswa
60% belajar
40% Rata-rata nilai
20%
0%
Prasiklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.13 Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator Aktivitas


Pembelajaran Sejarah Antarsiklus
Tabel 4.16 dan Gambar 4.13 di atas menunjukkan perbandingan
ketercapaian perolehan nilai aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan dari
prasiklus hingga siklus II. Berdasarkan hasil di atas, disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film
dokumenter dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran.
Selain terjadi peningkatan terhadapa aktivitas pembelajaran juga terjadi
peningkatan terhadap kesadaran sejarah siswa kelas XI IPS 1 peningkatan pada
setiap siklusnya. Peningkatan perolehan nilai kesadaran sejarah siswa kelas XI
IPS 1 pada setiap siklus dapat di lihat pada tabel 4.17 sebagai berikut:
100

Tabel 4.17 Perbandingan Kategori Kesadaran Sejarah Siswa Antarsiklus


Jumlah Siswa Persentase
No Kategori Siklus
Prasiklus Siklus I Siklus II Prasiklus Siklus I
II
1 Rendah 6 0 0 16,67 % 0,00% 0,00%
2 Sedang 22 17 6 61,11 % 47,22 % 16,67%
3 Tinggi 8 19 30 22,22 % 52,78 % 83,33%
Jumlah 36 36 36 100% 100% 100%

Data dari tabel 4.17 di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:
Kesadaran Sejarah
100%
80% Rendah
60%
40% Sedang
20% Tinggi
0%
Prasiklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.14 Perbandingan Kategori Kesadaran Sejarah Antarsiklus

Tabel 4.17 dan Gambar 4.14 di atas menunjukkan perbandingan kategori


kesadaran sejarah dari prasiklus hingga siklus II. Pada setiap siklus terjadi
peningkatan persentase kesadaran sejarah siswa dengan kategori tinggi.
Sedangkan untuk perbandingan ketercapaian indikator kesadaran sejarah siswa
kelas XI IPS 1 pada setiap siklus dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut:
Tabel 4.18 Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator Kesadaran Sejarah
Antarsiklus
Nilai (%)
No Indikator Kesadaran Sejarah
Prasiklus Siklus I Siklus II
1 Menghayati makna dan hakikat
sejarah bagi masa kini dan masa yang 68,52 % 74,88 % 82,06%
akan datang
2 Mengenal diri sendiri dan bangsanya 68,75 % 79,44 % 89,44%
3 Membudayakan sejarah bagi
65,28 % 74,83 % 77,26%
pembinaan budaya bangsa
4 Menjaga peninggalan sejarah bangsa 63,61 % 70,69 % 76,11%
Rata-rata Nilai 66,54 % 74,96 % 81,22%
101

Data dari Tabel 4.18 di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:

100%
Indikator Kesadaran Sejarah Siswa
80% Indikator 1
60% Indikator 2
40% Indikator 3
20% Indikator 4
0%
Prasiklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.15 Perbandingan Rata-Rata Ketercapaian Indikator Kesadaran Sejarah


Antarsiklus

Tabel 4.18 dan Gambar 4.15 di atas menunjukkan perbandingan


ketercapaian perolehan nilai rata-rata pencapaian indikator kesadaran sejarah dari
prasiklus hingga siklus II. Pada setiap siklus terjadi peningkatan perolehan nilai.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter dapat
meningkatkan kesadaran sejarah kelas XI IPS 1 SMAN 2 Sukoharjo.
Hasil belajar sejarah siswa kelas XI IPS 1 juga mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil tes evaluasi yang telah dilaksanakan pada setiap akhir siklus,
diperoleh data mengenai ketuntasan hasil belajar sejarah siswa. Perbandingan
ketuntasan hasil belajar sejarah siswa XI IPS 1 SMAN 2 Sukoharjo pada setiap
siklus dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.19 Perbandingan Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Antarsiklus


Jumlah Siswa Persentase
No Aspek
Prasiklus Siklus I Siklus II Prasiklus Siklus I Siklus II
1 Tuntas 16 24 34 44,44% 66,67% 94,44%
2 Tidak Tuntas 20 12 2 55,56% 33,33% 5,56%
Jumlah 36 36 36 100% 100% 100%

Data dari Tabel 4.19 di atas disajikan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:
102

Hasil Belajar Siswa


100%
80%
60% Tuntas
40% Tidak Tuntas
20%
0%
Prasiklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.16 Perbandingan Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar


Antarsiklus

Tabel 4.19 dan Gambar 4.16 di atas menunjukkan perbandingan


ketuntasan hasil belajar siswa dari prasiklus hingga siklus II. Pada setiap siklus
terjadi peningkatan perolehan nilai. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media
film dokumenter dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa kelas XI IPS 1
SMAN 2 Sukoharjo.
Adanya peningkatan persentase dari masing-masing aspek yang dinilai
tersebut (kesadaran sejarah dan hasil belajar siswa) membuktikan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film
dokumemter dapat meningkatkan kesadaran sejarah dan hasil belajar sejarah.
Pencapaian target keberhasilan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan di kelas XI IPS 1 SMAN 2 Sukoharjo selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 4.17 berikut.

Tabel 4.20 Pencapaian Keberhasilan Target Penelitian


Persentase Penelitian Kesimpulan
No Aspek
Target Pencapaian
1 Aktivitas Pembelajaran
a. Aktivitas
a. guru mengajar 80% 87,89% Tercapai
b. Aktivitas siswa belajar 80% 87,50% Tercapai
2 Kesadaran Sejarah
a. Jumlah siswa dengan
kesadaran sejarah kategori 80% 83,33% Tercapai
tinggi
b. Rata-rata pencapaian
80% 81,22% Tercapai
indikator kesadaran sejarah
3 Hasil Belajar 80% 94,44% Tercapai
103

Berdasarkan hasil pembahasan Tabel 4.20 di atas maka secara keseluruhan


dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
scramble dengan media film dokumenter dapat meningkatkan kesadaran sejarah
dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2 Sukoharjo. Pembahasan hasil
penelitian selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media
film dokumenter dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran sejarah di
kelas XI IPS 1 SMAN 2 Sukoharjo
Terdapat relevansi dengan teori-teori yang peneliti gunakan dengan
keberhasilan di kelas, setelah dilaksanakan penelitian tindakan dari siklus I
hingga siklus II. Penelitian Tindakan Kelas menurut Tampubolon umumnya
dilakukan oleh dilakukan oleh pendidik/calon pendidik di dalam kelasnya
sendiri secara kolaboratif/partisipatif untuk memperbaiki kinerja pendidik
menyangkut kualitas proses pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar
peserta didik, baik dari aspek akademik maupun nonakademik, melalui
tindakan reflektif dalam bentuk siklus (daur ulang) (2013: 19).
Mengajar bukan hanya mentransformasi pengetahuan dari guru
kepada siswa tetapi bagaimana upaya guru bisa mencipatakan suasana kelas
yang mampu membangkitkan kegembiraan dan melatih keterampilan siswa
sehingga materi yang diberikan akan mengesankan dan sulit dilupakan
(Shoimin, 2014). Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu
model pembelajaran yang dapat meningkatkan antusias siswa. Salah satu
model pembelajaran yang dapat membawa suasana yang menyenangkan dan
tidak membosankan adalah model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif melibatkan siswa secara langsung untuk aktif dalam
kegiatan pembelajaran, sehingga dapat menarik antusiasme siswa untuk
mempelajari dan memahami materi. Dalam model pembelajaran kooperatif
dikenal berbagai macam model pembelajaran salah satunya adalah model
pembelajaran yang menyenangkan dengan adanya unsur permainan (games)
yaitu model pembelajaran kooperatif tipe scramble.
104

Selain menggunakan model pembelajaran yang inovatif untuk


menarik antusiasme siswa agar dapat berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran juga diperlukan sebuah media pembelajaran. Muhadi (2013:7)
memaparkan bahwa media pembelajaran dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta
lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efisien dan efektif. Terdapat berbagai macam media
pembelajaran salah satunya yaitu film dokumenter merupakan film yang
dibuat berdasarkan fakta, bukan fiksi, bukan pula memfiksikan fakta atau
melakukan tipuan atau pemalsuan dari kejadian fakta yang terjadi, serta pola
penting dalam film dokumenter menggambarkan permasalahan suatu
kehidupan manusia (Munadi, 2013), sehingga dengan media film dokumenter
mempermudah penyampaian informasi mengenai kejadian penting yang
terjadi pada masa lalu.
Penerapan model pemebelajaran kooperatif tipe scramble dengan
media film dokumenter dalam penelitian ini bertujuan agar dapat
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, sulit dilupakan dan
bermakna dalam rangka meningkatkan kesadaran sejarah siswa.
Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan melalui games
scramble. Selain itu penggunaan media film dokumenter juga dapat
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna karena dapat
memperlihatkan kepada siswa mengenai kejadian sesungguhnya yang terjadi
pada masa lalu yang. Selain dapat meningkatkan kesadaran sejarah siswa,
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film
dokumenter dapat mengakibatkan hasil belajar siswa meningkat karena siswa
dapat menerima pengetahuan dengan mudah.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan
media film dokumenter dapat dijadikan pilihan baru guru dalam pembelajaran
sejarah yang lebih variatif dan lebih menarik, sehingga siswa lebih antusias
dalam mengikuti pembelajaran. Seperti halnya yang dikemukakan oleh
105

Taylor dalam Huda (2013: 303) yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
scramble adalah metode diskusi kelompok yang anggotanya dibagi secara
heterogen berdasarkan ras, jenis kelamin, dan tingkat kemampuan belajar
siswa dan kemudian setiap kelompok diminta untuk menyelesaikan soal yang
mana mengharuskan siswa untuk menggabungkan otak kanan dan otak kiri.
Model pembelajaran ini meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir
serta diperlukan adanya kerjasama antaranggota kelompok untuk saling
membantu teman sekelompok dalam berpikir kritis sehingga dapat lebih
mudah dalam mencari penyelesaian soal, sehingga dalam proses
pembelajaran di dalam kelas lebih interaktif dan bermakna.
Berdasarkan analisis lembar observasi kegiatan pembelajaran pada
tindakan siklus I kegiatan pembelajaran sudah lebih baik dari tahap prasiklus.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film
dokumenter mampu meningkatkan kegiatan pembelajaran sejarah. Namun,
ada pelaksanaannya masih ada beberapa kendala yaitu siswa terlalu
menikmati media film dokumenter dan tidak mencatat informasi penting yang
berkaitan dengan materi, sehingga pada saat materi berkaitan yang diujikan
dalam evaluasi tindakan siklus I hasilnya masih kurang memuaskan.
Berdasarkan dari kondisi pada siklus I, maka pada siklus II guru
berusaha melalukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran. Pada siklus II
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film
dokumenter berjalan lebih lancar. Siswa kelas XI IPS 1 sudah lebih baik
dalam mencatat poin penting dari media yang berkaiatan dengan materi dan
suasana kelas tetap dapat dikondisikan pada saat pengamatan film
dokumenter.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II siswa lebih antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan
tindakan siklus II dapat dikatakan bahawa perbaikan yang telah dilaksanakan
berpengaruh terhadap hasil pembelajaran siklus II. Hasil akhir dari nilai
kegiatan pembelajaran menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
106

kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter berdampak positif


bagi kegiatan pembelajaran sejarah di kelas XI IPS SMAN 2 Sukoharjo.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kadek Sugiarta (2012) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Scramble Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa Kelas X1 SMA Saraswati Singaraja Pada Mata Pelajaran Ekonomi
Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe scramble memberikan dampak positif
terhadap kegiatan pembelajaran ekonomi karena melalui model pembelajaran
tersebut tercipta suasana yang menyenangkan dan ini salah satu bentuk
motivasi siswa sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran serta menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
2. Penerapan model pembelajaran tipe scramble dengan media film
dokumenter dapat meningkatkan kesadaran sejarah di kelas XI IPS 1
SMAN 2 Sukoharjo
Menurut Sedyawati, “Kesadaran sejarah adalah keadaan tahu akan
peristiwa-peristiwa sejarah dan menghayati makna peristiwa-peristiwa
tersebut bagi kehidupan suatu kaum, bangsa, ataupun bagi kehidupan umat
manusia sedunia” (2010: 344). Untuk dapat menumbuhkan kesadaran sejarah
diperlukan motivasi yang kuat sebagai faktor penggerak dari dalam diri
manusia. Pada penelitian ini untuk menumbuhkan kesadaran sejarah pada diri
siswa yaitu dengan menggunakan suatu media. Media tersebut yaitu film
dokumenter yang bertema sejarah. Film dokumenter adalah suatu film yang
dibuat berdasarkan fakta yang menampilkan sesungguhnya yang terjadi pada
masa lalu. Oleh sebab itu, dengan pemanfaatan media film dokumenter maka
siswa dapat melihat kejadian masa lalu yang sesungguhnya sehingga siswa
dapat memahami arti penting dari belajar sejarah.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kesadaran sejarah dalam
penelitian ini adalah indikator kesadaran sejarah yang meliputi (1)
Menghayati makna dan hakikat sejarah bagi masa kini dan masa yang akan
datang, (2) Mengenal diri sendiri dan bangsanya, (3) Membudayakan sejarah
107

bagi pembinaan budaya bangsa, (4) Menjaga peninggalan sejarah bangsa.


Hipotesis tindakan menyatakan bahwa dengan upaya penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter dapat
meningkatkan kesadaran sejarah terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukan
dengan meningkatknya nilai rata-rata indikator angket kesadaran sejarah serta
meningkatnya jumlah siswa yang memiliki kesadaran sejarah dalam kategori
tinggi pada setiap siklus tindakan yang telah dilaksanakan.
Hasil analisis angket tahap prasiklus yang telah dibagikan kepada
seluruh siswa kelas XI IPS 1 menunjukkan bahwa siswa masih belum
memahami arti penting dari belajar sejarah. Terlihat bahwa siswa dalam
menjawab pernyataan yang ada dalam kategori tersebut masih belum tepat.
Kondisi tersebut perlu ditindaklanjuti guna meningkatkan kesadaran sejarah
siswa. Guru melakukan tindakan berupa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter. Langkah yang
dilakukan guru pada siklus I cukup berhasil meningkatkan kesadaran sejarah
siswa namun belum maksimal sehingga guru melakukan tindakan siklus II
kesadaran sejarah siswa meningkat lebih baik lagi. Perbaikan yang dilakukan
guru pada tindakan siklus II terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran
sejarah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hasan Ashari (2016) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Group
Investigation (GI) dan Media Film Dokumenter Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Sejarah dan Kesadaran Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah Kelas
XI IPS 2 SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Ajarah 2015/2016.” Hasil penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa media film dokumenter yang berdampak
postif dalam meningkatkan kesadaran sejarah siswa karena melalui film
dokumenter siswa melihat kejadian sesuai dengan fakta yang terjadi pada
masa lalu.
108

3. Penerapan model pembelajaran tipe scramble dengan media film


dokumenter dapat meningkatkan hasil belajar sejarah di kelas XI IPS 1
SMAN 2 Sukoharjo
Terdapat relevansi teori-teori hasil belajar yang mendukung penelitian
ini. Hasil belajar adalah hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotorik
sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2015: 5). Hasil belajar yang
ditingkatkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam ranah kognitif
siswa. Kecakapan akademik menyangkut ranah kognitif yang mengacu pada
Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti yang dikembangkan dalam
pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang berlaku pada SMAN 2
Sukoharjo yaitu kurikulum 2013. Hasil belajar sejarah siswa kelas XI SMAN
2 Sukoharjo mencakup ranah kognitif yang mengacu pada Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar. Penilaian hasil belajar siswa XI meliputi aspek
kognitif dan afektif. Aspek kognitif adalah hasik akademik yang diperoleh
siswa yang acuannya pada KI 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah. KD 3.6 Menganalisis pengaruh
PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan
internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional.
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa dengan upaya penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter
terbukti kebenarannya dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa. Hal
tersebut dibuktikan dengan meningkatnya persentase ketuntasan hasil belajar
siswa pada setiap siklus yang dilaksanakan.
Hasil belajar kognitif siswa tahap prasiklus sebelum diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter
109

termasuk dalam kategori rendah. Kemudian untuk menindaklanjuti masalah


hasil belajar siswa maka dilakukan tindakan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter.
Langkah yang dilakukan guru pada tindakan siklus I cukup berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa namun masih harus diupayakan tindak
lanjut ke siklus II. Sebagai upaya memperbaiki hasil belajar siswa siklus I,
pada siklus II guru melakukan persiapan yang lebih yaitu penguasaan materi
dan lebih menenkankan poin-poin penting pada saat pembelajaran
berlangsung. Guru lebih menodorong siswa untuk lebih aktif dan
berpartisipasi lagi agar tujuan pembelajaran tercapai. Upaya perbaikan yang
dilakukan guru pada tindakan siklus II ini dapat berjalan dengan lancar,
sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai. Hasil belajar siswa pada tindakan
siklus II menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar siswa sudah
meningkat. Perbaikan yang dilakukan guru dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan media film dokumenter pada
tindakan siklus II terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Zuhuria, Muhammad Yusuf dan Nurfaika (2013) dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble Pada Mata Pelajaran Geografi
Kelas Xb.” Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat membuat siswa antusias dalam
proses pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dan hasil belajar siswapun
meningkat juga.

Anda mungkin juga menyukai