Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ERGONOMI
LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN BAHAYA BAHAN
BERBAHAYA

Dosen Pengempu
Munib Rosadi

MUHAMMAD ILHAM SHOFI


1594074011

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS HASYIM ASYARI
TEBUIRENG-JOMBANG
2017
DAFTAR ISI

LINGKUNGAN KERJA FISIK ..............................................................................................


 Pengertian Iklim Kerja .................................................................................................
 Macam-macam iklim kerja ..........................................................................................
 Penilaian Tekanan Panas..............................................................................................
 Pengukuran Iklim Kerja ...............................................................................................
 Pengendalian Iklim Kerja Tinggi .................................................................................

BAHAYA DAN KERACUNAN DEBU, LOGAM, DAN BAHAN KIMIA .........................


 Pengertian bahan berbahaya ........................................................................................
 Penggunaan Bahan Kimia ............................................................................................
 Klasifikasi Umum ........................................................................................................
 Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya ......................................................................
 Lembar Data Bahaya....................................................................................................
 Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan Berbahaya ................................................

SISTEM PENCAHAYAAN DAN SIRKULASI DI AREA INDUSTRI................................


LINGKUNGAN KERJA FISIK

Pengertian Iklim Kerja


Iklim kerja adalah faktor-faktor termis dalam lingkungan kerja yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu tubuhnya antara 36 -370C
dengan berbagai cara pertukaran panas baik melalui konduksi, konveksi dan radiasi. Walaupun
banyak faktor yang dapat menaikan suhu tubuh, tapi mekanisme dalam tubuh, membuat suhu tetap
stabil .
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh adalah suhu panas atau
dingin yang berlebihan. Suhu lingkungan dipengaruhi oleh adanya angin, kelembaban, tekanan
udara ruangan dan suhu udara luar ruangan. Apabila tubuh tidak dapat beberadaptasi dengan suhu
ekstrim, maka akn timbul gangguan kesehatan .
Beberapa istilah yang harus dipahami:
1. Temperature suhu kering, t (ºC)
Temperature yang dibaca oleh sensor suhu kering dan terbuka, namun hasil pembacaan tidak
terlalu tepat karena adnya pengaruh radiasi panas, kecuali sensornya mendapat ventilasi baik.

2. Temperature suhu basah, t (ºC)


Temperature yang dibaca oleh sensor yang telah dibalut dengan kain / kapas basah untuk
menghilangakan pegaruh radiasi, yang harus diperhatikan adalah aliran udara yang melewati
sensor minimal 5 m/s

3. Kelembaban relative, Q (%)


Kelembaban relative adalah perbandingan antara tekanan parsial uap air yang ada di dalam udara
dan tekanan jenuh uap air pada temperature yang sama.
Setelah pembacaan suhu kering dan suhu basah dilakukan, gunakan chart psikrometri /
diagram posikrometri untuk menganalisa hasil pengukuran. Kemudian bandingkan dengan rumus.
Kelembaban relatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air
yang terkandung di dalam campuran air-udara dalam fase gas (Wikipedia, 2013).
Kelembaban relatif dari suatu campuran udara-air didefinisikan sebagai rasio dari tekanan
parsial uap air dalam campuran terhadap tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut.
Kelembaban relatif menggunakan satuan persen dan dihitung dengan cara berikut:
RH = (PH20/P*H20) X 100% ........................................ (2.1 )
di mana:
RH adalah kelembaban relatif campuran;
PH20 adalah tekanan parsial uap air dalam campuran; dan
P*H20 adalah tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut dalam campuran.
Setelah melakukan pembacaan pada table psikrometric, dilakukan analisa ISBB terhadap
hasil pengukuran.

Macam-macam iklim kerja


Kemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industry telah menimbulkan suatu
lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca tertentu yang dapat berupa iklim kerja panas
dan iklim kerja dingin.
a. Iklim kerja panas
Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh
gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan sinar matahari. ( Budiono, 2008)
Salah satu kondisi yang disebabkan oleh iklim kerja yang terlalu tinggi adalah apa yang dinamakan
dengan Hear Stress ( tekanan panas). Tekanan panas adalah keseluruhan beban panas yang
diterima tubuh yang merupakan kombinasi dari kerja fisik, faktor lingkungan ( suhu udara, tekanan
uap air, pergerakan udara, perubahan panas radiasi ) dan faktor lain. Tekanan panas akan
berdampak pada terjadinya :
1. Dehidrasi
Dehidrasi adalah penguapan yang berlebihan yang akan mengurangi volume darah dan pada
tingkat awal aliran darah akan menurun dan otak akan kekurangan oksigen.
2. Heat rash
Gejala ini bias berupa lecet terus menerus dan panas disertai gatal yang menyengat.
3. Heat Fatique
Gangguan pada kemampuan motorik dalam kondisi panas. Gerakan tubuh menjadi lambat,
kurang waspada terhadap tugas.
4. Heat cramps
Kekejangan otot yang diikuti penurunan sodium klorida dalam darah sampai tingkat kritis. Dapat
terjadi sendiri atau bersama dengan kelelahan panas, kekejangan timbul secara mendadak.
5. Heat exhaustion : dikarenakan kekurangan cairan tubuh
6. Heat Sincope
Keadaan kolaps atau kehilangan kesadaran selama pemajanan panas dan tanpa kenaikan suhu
tubuhatau penghentian keringat.
7. Heat stroke
Kerusakan serius yang bekaitan dengan kesalahan pada pusat pengatur suhu tubuh. Pada kondisi
ini m ekani sm e penga t ur suhu t i dak berfu ngsi l a gi disertai hambatan proses penguapan
secara tiba-tiba (Ramdan, 2007).
Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimitasi dengan iklim tropis yang suhunya sekitar 29-
300 C dengan kelembaban sekitar 85 – 95 %. Aklimatisasi terhadap panas berarti suatu proses
penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama berada di tempat panas,
sehingga setelah itu ia mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas.
b. Iklim kerja dingin
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya
koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap kesehatan dapat
mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan chilblains, trench foot dan frostbite.
Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu dingin dilakukan melalui
seleksi pekerja yang “fit” dan penggunaan pakaian pelindung yang baik. Disamping itu,
pemeriksaan kesehatan perlu juga dilakukan secara periodik. (Budiono, 2008)

Penilaian Tekanan Panas


Tekanan panas dapat disebabkan oleh berbagai faktor yangselanjutnya dapat digolongkan
dalam:
 Climatic faktor: suhu udara, humidity, radiasi, ke cepat an gerakan udara.
 Non climatic faktor: panas, metabolisme, pakaian kerja dan tingkat
aklimatisasi (Subaris,2007).
Untuk menyederhanakan pengertian maka beberapa ahli menciptakan suatu indeks
menurut fungsinya, sebagai berikut:
a. Suhu efektif yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yangdialami oleh seseorang tanpa baju dan
kerja ringan dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliranudara. Cara ini
mempunyai kelemahan yaitu tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolisme
tubuhsendiri.
b. indeks suhu basah dan bola (Wet Bulp-Globe Temperature Index dengan rumus untuk
pekerjaan yang mengalami kontak dengan sinar matahari :
ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,2 x suhu radiasi) + (0,1 x suhu kering) ............ (2.2)
S edangkan unt uk pekerj aan yang t i dak kont ak dengan si nar matahari digunakan
rumusan sebagai berikut :
ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,3 x suhu radiasi) ........................... (2.3)
c. Indeks kecepatan pengeluaran keringat selama 4 jam, sebagai akibat dari kombinasi suhu,
kelembaban dan kecepatan gerakan udara serta panas radiasi. Dapat juga dikoreksi
denganpakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan.
d. Indeks Belding – Hatch yaitu pengukuran tekanan panas dengan menghubungkan kemampuan
berkeringat dari orang standar yaitu orang yang masih muda dengan tinggi 170 cm danberat
154 pond, kondisi sehat, kesegaran jasmani baik sertabeaklimatisasi terhadap panas. Metode
ini mendasarkan indeksnya atas perbandingan banyaknya keringat yang diperlukan untuk
mengimbangi panas dan kapasitas maksimaltubuh untuk berkeringat. Untuk menentukan
indeks tersebut diperlukan pengukuran suhu kering dan basah, suhu globe thermometer,
kecepatan aliran udara dan produksi panas akibat kegiatan kerja (Ramdan, 2007).

Pengukuran Iklim Kerja


Alat yang dapat digunakan adalah Arsmann psychrometer untuk mengukur suhu
basah, termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja dapat
menggunakan “Questemp” yaitu suatu alat digital untuk mengukur tekanan panas dengan
parameter Indek Suhu Bola Basah (ISBB). Alat ini dapat mengukur suhu basah, suhukering dan
suhu radiasi. Pengukuran tekanan panas di lingkungan kerja dilakukan dengan meletakkan alat
pada ketinggian 1,2 m (3,3kaki) bagi tenaga kerja yang berdiri dan 0,6 m (2 kaki) bila tenagakerja
duduk dalam melakukan pekerjaan. P ada sa at pen gukuran reservoir (tandon) termometer
suhu basah diisi dengan aquadest dan waktu adaptasi alat 10 menit (Tim Hiperkes, 2006).
Tabel 2.1 paparan panas WBGT yang diperkenankan sebagai NAB (WBGT dalam oC)
Work Acclimatized Unacclimatized
Demands Light Moderate Heavy Very Light Moderate Heavy Very
Heavy Heavy
100% 29.5 27.5 26 - 27.5 25 22.5 -
work
75% work 30.5 28.5 27.5 - 29 26.5 24.5 -
25% rest
50% work 31.5 29.5 28.5 27.5 30 28 26.5 25
50% rest
25% rest 32.5 31 30 29.5 31 29 28 26.5
75% work
(Sumber : ACGIH,2005 )
Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas) dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) tidak
diperkenankan melebihi :
1. Jenis pekerjaan ringan,WBGTI 30,0˚C
2. Jenis pekerjaan sedang, WBGTI 26,7˚C
3. Jenis pekerjaan berat,WBGTI 25,0˚C
Catatan :
1. Nilai pada tabel di atas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari seminggu dengan waktu
istirahat pada umumnya.
2. Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25% istirahat untuk kerja sangat berat tidak
diberikan, mengingat efek biologis (tanpa melihat WBGT) pekerjaan tersebut pada tenaga
kerja yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik.

Tabel 2.2 kategori beban kerja dengan kategori tingkat metabolisme


Kategori Jenis Aktivitas
Resting Duduk dengan tenang
Duduk dengan sedikit gerakan
Light Duduk dengan sedikit gerakan tangan dan kaki
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan pada mesin atau meja serta banyak
gerakan lengan
Menggunakan gergaji meja (table saw)
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan/sedang pada mesin atau meja serta
sedikit berjalan
Moderate Menggosok atau menyikat dengan posisi berdiri
Berjalan dengan mengangkat atau menekan dengan beban sedang
Berjalan pada 6 km/jam dengan membawa beban 3 kg
Heavy Mengergaji dengan tangan
Menyekop pasir kering
Pekerjaan perakitan yang berat pada basis yang tidak terus-menerus
Sebentar-sebentar mengangkat dengan mendorong atau menekan beban
yang berat
Very Heavy Menyekop pasir basah
(Sumber: ACGIH,2005)
ISBB untuk pekerjaan di luar ruangan dengan panas radiasi :

ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.2 suhu bola + 0.1 suhu kering ............ ( 2.4)

ISBB untuk pekerjaan di dalam ruangan tanpa panas radiasi :

ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.3 suhu bola ............................ (2.5 )

Catatan :
 Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam
 Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam
 Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam
Spesial condition :
1. Bila ISBB di ukur di ruang istirahat sama atau mendekati sama dengan ruang kerja
2. Bila ruang istirahat memakai AC atau dipertahankan kurang lebih 24oC, maka lama istirahat
dapat dikurangi 25%, demikian pula bila lam istirahat ditambah, waktu paparan dapat di
perpanjang.
3. Bila irama kerja diatur oleh pekerja, sebesar 30-50% kapasitas kerja max, beban kerja rata per
hari tidak lebih dari 330 Kkal/jam
4. Bila pakaian pekerja adalah dari bahan katun.

Pengendalian Iklim Kerja Tinggi


Pengendalian heat stress dan heat strain dipusatkan disekitar penyebab dari heat stress dan
ketegangan physiologi yang dihasilkan. Hal ini memerlukan :
1. Pengendalian secara umum
 Training (pendidikan/latihan)
Yang dimaksud disini adalah pendidikan atau pelatihan bagi calon tenaga kerja sebelum
ditempatkan yang dilaksanakan secara berkala (periodik).
 Pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene.
Yang dimaksud adalah tindakan-tindakan yang diambil oleh perorangan untuk mengurangi
resiko penyakit yang disebabkan oleh panas. Termasuk pengendalian tekanan panas melalui
penerapan hygiene adalah :
a. Pengandalian cairan
b. Aklimatisasi
c. Self determination : diartikan sebagai pembatasan terhadap pajanan panas dimana tenaga kerja
menghindari terhadap cuaca panas apabila ia sudah merasakan terpapar suhu panas secara
berlebihan.
d. Diet : makanan yang terlalu manis atau mengandung karbohidrat berlebihan tidak dianjurkan
karena akan menahan cairan melalui ginjal atau keringat.
e. Gaya hidup dan status kesehatan
f. Pakaian kerja : Pakaian kerja untuk lingkungan tempat kerja panas sebaiknya dari bahan yang
mudah menyerap keringat seperti : bahan yang terbuat dari katun, sehingga penguapan mudah
terjadi.
2. Pengendalian secara khusus
Pengendalian secara khusus dapat dilaksanakan dengan 3 cara :
1. Pengendalian secara teknis
Cara ini mencakup :
a. Mengurangi beban kerja
b. Menurunkan suhu udara : (bila suhu udara di atas 104˚F (40˚C), tenaga kerja mendapat
tambahan pans secara nyata dari udara. Bila suhu udara dibawah 90˚F (32˚C), maka ada
pelepasan panas dari tubuh secara nyata. Suhu udara dapat diturunkan dengan memasang
ventilasi dengan cara pengenceran dan pendinginan secara aktif).
c. Menurunkan kelembaban udara : (dengan menggunakan ruangan yang dingin akan
menurunkan tekanan panas, hal ini disebabkan oleh karena suhu udara dan kelembaban udara
yang lebih rendah, sehingga meningkatkan kecepatan penguapan dengan pendinginan).
d. Menurunkan panas radiasi : (bila suhu globe lebih dari 109˚F (43˚C) panas radiasi merupakan
sumber tekanan panas secara nyata. Sesunggunhnya lembaran logam atau permuakaan benda
yang dapat digunakan sebagai perisai sangat banyak, untuk mengetahui daftar logam atau
permuakaan benda yang padat digunakan sebagai perisai.
3. Pengendalian secara administrative adalah perubahan cara kerja yang dilakukan dalam upaya
untuk membatasi resiko pemajanan.
4. Perlindungan perorangan adalah suatu cara pengendalian yang dilaksanakan perorangan(setiap
pekerja).
Perhitungan Beban Kerja dan Rh
Tabel 2.4 Kebutuhan Kalori Per Jam Menurut Jenis Aktivitas
No. Jenis Aktivitas Kilo
kalori/jam/kg
Berat badan
1 Tidur 0,98
2 Duduk dalam keadaan istirahat 1,43
3 Membaca dengan intonasi keras 1,50
4 Berdiri dalam keadaan tenang 1,50
5 Menjahit dengan tangan 1,59
6 Berdiri dengan konsentrasi terhadap 1,63
sesuatu objeK
7 Berpakaian 1,69
8 Menyanyi 1,74
9 Menjahit dengan mesin 1,93
10 Mengetik 2,00
Jenis Aktivitas Kilo
kalori/jam/kg

11 Menyetrika (berat setrika ± 2,5 kg) 2,06


12 Mencuci peralatan dapur 2,06
13 Menyapu lantai dengan kecepatan ± 38 2,41
kali per menit
14 Menjilid buku 2,43
15 Pelatihan ringan (light exercise) 2,43
16 Jalan ringan dengan kecepatan ± 3,9 2,86
km/jam
17 Pekerjaan kayu, logam dan pengecatan 3,43
dalam industri
18 Pelatihan sedang (moderate exercise) 4,14
19 Jalan agak cepat dengan kecepatan ± 5,6 4,28
kilo
No Jenis aktifitas kalori/jam/kg BB
20 Jalan turun tangga 5,20
21 Pekerjaan tukang batu 5,71
22 Pelatihan berat (heavy exercise) 6,43
23 Penggergajian kayu secara manual 6,86
24 Berenang 7,14
25 Lari dengan kecepatan ± 8 km/jam 8,14
26 Pelatihansangat berat (very heavy 8,57
exercise)
27 Berjalan sangat cepat dengan kecepatan ± 9,28
8 km/jam
28 Jalan naik tangga 15,80
Sumber : Soeripto

Tabel 2.4 Kep-men/13/2011 tentang NAB faktor fisik dan kimia di tempat kerja dan ISBB
diperkenankan)
Pengaturan waktu ISBB (˚C )
kerja setiap jam
Beban Kerja
Ringan Sedang Berat
75%-100% 31,0 28,0 -
50%-75% 31,0 29,0 27,0
25%-50% 32,0 30,0 29,0
0%-25% 32,2 31,1 30,5
BAHAYA DAN KERACUNAN DEBU, LOGAM, DAN BAHAN KIMIA

Pengertian bahan berbahaya


Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat,
atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan
bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan
langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang

Penggunaan Bahan Kimia


Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga kelompok
besar yaitu :
1. Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia,
diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat , deterjen, dan lain-
lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan penggunaan
proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam sifat-sifat bahan
tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat.
2. Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan
pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik, pengolahan logam,
obat-obatan dan lain-lain.
3. Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan serta
pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga penelitian dan
pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.
Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya sehingga para
pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu terkadang meningkat dalam
kondisi tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia itu, seperti mudah terbakar, beracun, dan
sebagainya. Dengan demikian, jelas bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia mengandung risiko
bahaya, baik dalam proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Akan
tetapi, betapapun besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut, penanganan yang benar akan dapat
mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya yang diakibatkannya.
Klasifikasi Umum
Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan
pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum bahan kimia berbahya
diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)


Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau
menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau
kontak lewat kulit.
Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh
tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu
organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut
berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada
jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran
pencernaan, sel efitel dan keringat.

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)


Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak
dengan jaringan tubuh atau bahan lain.
Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan
dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat peka
terhadap bahan kimia).

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)


Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan
kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)


Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga
menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan), ada yang
dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene (TNT),
nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)


Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen
yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)


Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas
yang mudah terbakar.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)


Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang
mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)


Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair atau gas yang
dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.

9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)


Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas
jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.
Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang
mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.
Sistem Klasifikasi PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) memberikan klasifikasi bahan berbahaya seperti
tabel berikut ini.
Tabel 1 : Klasifikasi bahan berbahaya berdasarkan PBB
Klas Penjelasan
Klas I (Eksplosif) Dapat terurai pada suhu dan tekanan tertentu
dan mengeluarkan gas kecepatan tinggi dan
merusak sekeliling
Klas II (Cairan mudah 1. Gas mudah terbakar
terbakar) 2. Gas tidak mudah terbakar
3. Gas beracun
Klas III (Bahan mudah 1. Cairan : F.P <23oC
terbakar) 2. Cairan : F.P >23oC
( F.P = flash point)
Klas IV (Bahan mudah 1. Zat padat mudah terbakar
terbakar selain klas II 2. Zat yang mudah terbakar dengan
dan III) sendirinya
3. Zat yang bila bereaksi dengan air
dapat mengeluarkan gas mudah
terbakar
Klas V (Zat pengoksidasi) 1. Oksidator bahan anorganik
2. Peroksida organik
Klas VI (Zat racun) 1. Zat beracun
2. Zat menyebabkan infeksi
Klas VII (Zat radioaktif) Aktifitas : 0.002 microcury/g
Klas VIII (Zat korosif) Bereaksi dan merusak

Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya


Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan,
sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan aman. Mengabaikan
sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran,
peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.
Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)


Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-
duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan dalam
ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang
inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.
Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus
sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber
panas.

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)


Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan
uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun
untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran
hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini
harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam
disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang
disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap
bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki
ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan
pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut.

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)


Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau
beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan,
sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam
penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada
waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan
diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi
panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun
menjadi panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap
atau api otomatis dan diperiksa secara periodik
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus
berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan
raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus
merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak
menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan
tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau
lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat
penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat
oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah tempat
penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada
baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)


Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun
dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum
menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang
banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap
dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan
bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan
ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan
oksigen sendiri.

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)


Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas
atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka
tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari
penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang
simpan.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang
mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi,
sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat
menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga
disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika konstruksi gudang trbuat
dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)


Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai
atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar
sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada
peredaran hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar
silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.

9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)


Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik
dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang
dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma
kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah. Efek genetik
mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi
isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif
dan sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja
dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari
BATAN. Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi
radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari
bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan
harus dipelihara. Peraturan perundangan mengenai bahan radioaktif diantaranya :
 Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom
 Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi
 Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan atau
Sumber Radiasi lainnya
 Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif
Maka Peta Keterkaitan Kegiatan untuk tata letak penyimpanan material kimia berbahaya
berdasarkan ketentuan safety tersebut di atas adalah sebagai berikut :

Gambar 1 : Peta keterkaitan kegiatan untuk penyimpanan raw material.

Lembar Data Bahaya


Lembar data bahaya (Hazard Data Sheets/HDSs) terkadang disebut Material Safety Data
Sheets (MSDSs) atau Chemical Safety Data Sheet (CSDSs) adalah lembar informasi yang detail
tentang bahan-bahan kimia. Umumnya lembar ini disiapkan dan dibuat oleh pabrik kimia atau
suatu program, seperti International Programme On Chemical Safety (IPCS) yang aktifitasnya
terkait dengan World Health Organization (WHO), International Labour Organization (ILO), dan
United Environment Programme (UNEP). HDSs/MSDSs/CSDSs merupakan sumber informasi
tentang bahan kimia yang penting dan dapat diakses tetapi kualitasnya dapat bervariasi. Jika anda
menggunakan HDSs, berhati-hatilah terhadap keterbatasannya, sebagai contoh, HDSs sering sulit
untuk dibaca dan dimengerti. Keterbatasan lain yang serius adalah seringnya tidak memuat
informasi yang cukup tentang bahaya dan peringatan penting yang anda butuhkan ketika bekerja
dengan bahan kimia tertentu. Untuk mengatasi keterbatasan ini, kapanpun dimungkinkan untuk
menggunakan sumber informasi lain secara bersama-sama dengan HDSs. Suatu ide yang baik
untuk mewakili kasehatan dan keselamatan dengan menyimpan lembar data bahaya pada setiap
penggunaan bahan kimia di tempat kerja.
Informasi berikut harus muncul pada semua lembar data bahaya, akan tetapi urutan dapat berbeda
dari yang dijelaskan dibawah ini.
Bagian 1 : Identifikasi produk dan pabrik
Identifikasi produk : nama produk tertera disini dengan nama kimia atau nama dagang, nama yang
tertera harus sama dengan nama yang ada pada label. Lembar data bahaya juga harus mendaftar
sinonim produk atau substansinya, sinonim adalah nama lain dengan substansi yang diketahui.
Contohnya Methyl alcohol juga dikenal sebagai Metanol atau Alkohol kayu.
Identifikasi pabrik : nama pabrik atau supplier, alamat, nomor telepon, tanggal HDSs dibuat, dan
nomor darurat untuk menelepon setelah jam kerja, merupakan ide yang baik bagi pengguna produk
untuk menelepon pabrik pembuat produk sehingga mendapatkan informasi tentang produk
tersebut sebelum terjadi hal yang darurat.

Bagian 2 : Bahan-bahan berbahaya


Untuk produk campuran, hanya bahan-bahan berbahaya saja yang tercantum pada daftar khusus
bahan kimia, dan yang didata bila komposisinya ≥ 1% dari produk. Pengecualian untuk zat
karsinogen yang harus di daftar jika komposisinya 0,1% dari campuran. Batas konsentrasi yaitu
Permissible Exposure Limit (PEL) dan The Recommended Threshold Limit Value (TLV ) harus
didata dalam HDSs.

Bagian 3 : Data Fisik


Bagian ini mendata titik didih, tekanan, density, titik cair, tampilan, bau, dan lain-lain. Informasi
pada bagian ini membantu anda mengerti bagaimana sifat bahan kimia dan jenis bahaya yang
ditimbulkannya.

Bagian 4 : Data Kebakaran Dan Ledakan


Bagian ini mendata titik nyala api dan batas mudah terbakar atau meledak, serta menjelaskan
kepada anda bagaimana memadamkan api. Informasi pada bagian ini dibutuhkan untuk
mencegah, merencanakan dan merespon kebakaran atau ledakan dari bahan-bahan kimia.

Bagian 5 : Data Reaktifitas


Bagian ini menjelaskan kepada anda apakah suatu substansi stabil atau tidak, bila tidak, bahaya
apa yang ditimbulkan dalam keadaan tidak stabil. Bagian ini mendata ketidakcocokan substansi,
substansi mana yang tidak boleh diletakkan atau digunakan secara bersamaan. Informasi ini
penting untuk penyimpanan dan penanganan produk yang tepat.
Bagian 6 : Data Bahaya Kesehatan
Rute tempat masuk (pernafasan, penyerapan kulit atau ingestion), efek kesehatan akut dan kronik,
tanda-tanda dan gejala awal, apakah produknya bersifat karsinogen, masalah kesehatan yang
makin buruk bila terkena, dan pertolongan pertama yang direkomendasikan/prosedur gawat
darurat, semuanya seharusnya terdaftar di bagian ini.
Bagian 7 : Tindakan Pencegahan Untuk Penanganan
Informasi dibutuhkan untuk memikirkan rencana respon gawat darurat, prosedur pembersihan,
metode pembuangan yang aman, yang dibutuhkan dalam penyimpanan, dan penanganan tindakan
pencegahan harus detail pada bagian ini. Akan tetapi sering kali pabrik pembuat produk meringkas
informasi ini dengan satu pernyataan yang simple, seperti hindari menghirup asap atau hindari
kontak dengan kulit.

Bagian 8 : Pengukuran Kontrol


Metode yang direkomendasikan untuk control bahaya termasuk ventilasi, praktek kerja dan alat
pelindung diri/Personal Protective Equipment (PPE) dirincin pada bagian ini. Tipe respirator, baju
pelindung dan sarung tangan material yang paling resisten untuk produk harus diberitahu. Lebih
dari rekomendasi perlindungan material yang paling resisten, HDSs boleh dengan simple
menyatakan bahwa baju dan sarung tangan yang tidak dapat ditembus harus digunakan. Bagian
ini cenderung menekankan alat pelindung diri daripada control engineering.

Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan Berbahaya


Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan pada wadah
atau tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang
esensial. Tenaga kerja yang bekerja pada proses produksi atau pengangkutan biasanya belum
mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para konsumen
dari barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi sangat penting.
Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat penting dalam perlindungan
keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai perlindungan yang sudah
lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap diperlukan. Lambang yang umum
dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat berbahaya adalah sebagai berikut :
Gambar 2 Tanda bahaya dari bahan kimia
Keterangan :
E = Dapat Meledak T = Beracun
F+ = Sangat Mudah Terbakar C = Korosif
F = Mudah Terbakar Xi = Iritasi
O = Pengoksidasi Xn = Berbahaya Jika Tertelan
T+ = Sangat Beracun N = Berbahaya Untuk Lingkungan
SISTEM PENCAHAYAAN PADA RUANG KERJA

Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem
pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan di ruangan, termasuk
di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:

a) Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)


Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi.
Sistm ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena
dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung
maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta
benda yang ada didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan

b) Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)


Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi,
sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem
pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester
putih memiliki effiesiean pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan
antara 5-90%

c) Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)


Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangka
sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk
sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada
sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

d) Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)


Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit
perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis
tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
e) Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian
dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber
cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak
menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total
yang jatuh pada permukaan kerja.
Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja
salah satunya adalah pencahayaan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002,
pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan minimal yang dibutuhkan menurut jenis
kegiatanya seperti berikut:
Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja
JENIS TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN PENCAHAYAAN
MINIMAL (LUX)
Pekerjaan kasar 100 Ruang penyimpanan & ruang
dan tidak terus peralatan/instalasi yang
– menerus memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan kasar 200 Pekerjaan dengan mesin dan
dan terus – perakitan kasar
menerus
Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin &
perakitan/penyusun
Pekerjaan agak 500 Pembuatan gambar atau bekerja
halus dengan mesin kantor, pekerjaan
pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan
teksti, pekerjaan mesin halus &
perakitan halus
Pekerjaan amat 1500 Mengukir dengan tangan,
halus Tidak menimbulkan pemeriksaan pekerjaan mesin dan
bayangan perakitan yang sangat halus
Pekerjaan 3000 Pemeriksaan pekerjaan, perakitan
terinci Tidak menimbulkan sangat halus
bayangan
Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02
United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Pedoman Efisiensi Energi untuk
Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan ruang tergantung area
kegiatannya, seperti berikut:
Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan
Keperluan Pencahayaan Contoh Area Kegiatan
(LUX)
Pencahayaan 20 Layanan penerangan yang minimum
Umum untuk dalam area sirkulasi luar ruangan,
ruangan dan area pertokoan didaerah terbuka, halaman
yang jarang tempat penyimpanan
digunakan 50 Tempat pejalan kaki & panggung
dan/atau tugas- 70 Ruang boiler
tugas atau 100 Halaman Trafo, ruangan tungku, dll.
visual sederhana 150 Area sirkulasi di industri, pertokoan dan
ruang penyimpan.
Pencahayaan 200 Layanan penerangan yang minimum
umum untuk dalam tugas
interior 300 Meja & mesin kerja ukuran sedang,
proses umum dalam industri kimia dan
makanan, kegiatan membaca dan
membuat arsip.
450 Gantungan baju, pemeriksaan, kantor
untuk menggambar, perakitan mesin
dan bagian yang halus, pekerjaan warna,
tugas menggambar kritis.
1500 Pekerjaan mesin dan diatas meja yang
sangat halus, perakitan mesin presisi
kecil dan instrumen; komponen
elektronik, pengukuran & pemeriksaan
bagian kecil yang rumit (sebagian
mungkin diberikan oleh tugas
pencahayaan setempat)
Pencahayaan 3000 Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali,
tambahan setempat misal instrumen yang sangat kecil,
untuk tugas visual pembuatan jam tangan, pengukiran
yang tepat
Sumber : www.energyefficiencyasia.org
Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan untuk melihat komputer,
karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja dengan komputer tidak dapat
berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih kontroversial. Grandjean menyusun rekomendasi
tingkat penerangan pada tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti
berikut.
Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer
Tingkat Pencahayaan
Keadaan Pekerja
(lux)
Kegiatan Komputer dengan sumber 300
dokumen yang terbaca jelas 400-500
Kegiatan Komputer dengan sumber 500-700
dokumen yang tidak terbaca jelas
Tugas memasukan data
Sumber: Grandjean
DAFTAR PUSTAKA
http://1.bp.blogspot.com/ bahaya dan keracunan debu, logam, dan bahan kimia
http://1.bp.blogspot.com/ Iklim kerja adalah faktor-faktor termis dalam lingkungan kerja

Anda mungkin juga menyukai