Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. KONSEP DASAR MEDIK


A) Patent Ductus Arteriosus ( PDA )
1. Pengertian
Patent Ductus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta
tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
( Suriadi, Rita Yuliani, 2001 : 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner
(tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP)
adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat
penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan
pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca kelahiran bayi.
Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2
bulan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai
ligamentum arteriosum. PDA dapat merupakan kelainan yang berdiri
sendiri (isolated), atau disertai kelainan jantung lain.

2. Anatomi

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran


darah pulmonal (arteri pulmonalis) ke aliran darah sistemik (aorta)
dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt) diperlukan oleh
karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa
kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan
aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk
ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali
ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus, dan hanya sebagian yang
diteruskan ke paru.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke
VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta
desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10
– 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ;
227)
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos
(tunika media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos
terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen,
berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan
tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus
sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor
(pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis
yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya
perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan
penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu.

3. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
a. Faktor Prenatal :
• Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
• Ibu alkoholisme.
• Umur ibu lebih dari 40 tahun.
• Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
• Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
• Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu).
b. Faktor Genetik :
• Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
• Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
• Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
• Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
• (Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)

4. Patofisiologi
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta ( tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal
(tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini meneyebabkan
resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin banyak dan
mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah
kiri.Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang
progresif. Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena dan
kapiler pulmoner, menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini
menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi
kontriksi arteriol paru yang progresif. Akan terjadi hipertensi
pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan ini tidak dikoreksi
melalui terapi medis atau bedah. Penutupan PDA terutama tergantung
pada respon konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam
darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan duktus adalah pengaruh
kerja prostalglandin, tahanan pulmoner dan sistemik, besarnya duktus,
dan keadaan si bayi (prematur atau cukup bulan). PDA lebih sering
terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi karena
mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirai kiri
ke kanan itu cenderung lebih besar.
Pada bayi prematur (kurang dari 37 minggu) duktus dipertahankan
tetap terbuka oleh prostaglandin yang kadarnya masih tinggi, karena
memang belum waktunya bayi lahir. Karena itu duktus arteriosus
persisten pada bayi prematur dianggap sebagai developmental patent
ductus arteriosus, bukan struktural patent ductus arteriosus seperti
yang terjadi pada bayi cukup bulan. Pada bayi prematur dengan
penyakit membran hialin (sindrom gawat nafas akibat kekurangan
surfaktan), ductus arteriosus persisten sering bermanifestasi setelah
sindrom gawat nafasnya membaik.
Pada ibu yang terinfeksi rubella, pelepasan prostaglandin (6-
ketoprostaglandin F1) akan meningkat yang disertai dengan faktor
nekrosis tumor yang dapat meningkatkan resiko pembukaan duktus
arteriosus.

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan
oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya
sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak
terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil
mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan
tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF), diantaranya :
• Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
• Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling
nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)
• Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg)
• Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
• Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
• Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
• Apnea
• Tachypnea
• Nasal flaring
• Retraksi dada
• Hipoksemia
• Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
• (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang
besar akan membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala
berupa:
• Tidak mau menyusu
• Berat badannya tidak bertambah
• Berkeringat
• kesulitan dalam bernafas
• denyut jantung yang cepat.
Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung
kongestif, yang seringkali terjadi pada bayi prematur.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisis gas darah arteri
a. Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru
overcirculation.
b. Ductus arteriosus besar dapat menyebabkan hypercarbia dan
hypoxemia dari CHF dan ruang udara penyakit (atelektasis atau intra-
alveolar cairan / pulmonary edema).
c. Dalam kejadian hipertensi arteri pulmonal persisten (terus-
menerus sirkulasi janin); kanan-ke-kiri intracardiac shunting darah,
aliran darah paru berkurang dengan dihasilkannya hypoxemia, sianosis,
dan mungkin acidemia hadir.
2. Foto thorak. Atrium dan ventrikael kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat
3. Ekhokardiografi. Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih
dari 1,3:1 pada bayi lebih dari 1,0 pada bayi patern(disebabkan oleh
peningkatan volume atriu kiri sebagai akibat dari paru kiri ke kanan).
4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna, untuk mengevaluasi aliran
darah dan arahnya.
5. EKG. sesuai yingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
6. Kateterisasi jantung. Untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO
atau Doppler yang meragukan bila ada defek tambahan lain.
7. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Perkembangan lebih lanjut dari penyakit ini tergantung pada volume dan
tekanan hubungan.
Volume = tekanan / perlawanan
Volume suara tinggi menghasilkan peningkatan tekanan arteri paru-paru pada
akhirnya menghasilkan perubahan endotel dan otot dalam dinding pembuluh darah.
Perubahan ini mungkin akhirnya menyebabkan penyakit paru obstruktif
vaskular (PVOD), suatu kondisi perlawanan terhadap aliran darah paru yang
mungkin tidak dapat diubah dan akan menghalangi perbaikan definitif.

G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
· Tidak diperlukan pembatasan aktivitas tanpa adanya hipertensi
pulmonal.
· Pada bayi prematur diberikan anti-prostaglandin misalnya
indometasin selama 5 hari.
· Indometasin tidak efektif untuk menutup PDA pada bayi cukup bulan
karena terbukanya duktus bukan disebabkan oleh prostaglandin.
· Dipertimbangkan pemberian profilaksis SBE pada PDA besar.
2. Invasif
Penutupan PDA melalui kateterisasi dapat dipertimbangkan.
Penggunaan stainless coil untuk menutup PDA diindikasikan untuk diameter <
2,5 mm dengan residual shunt rate 5 – 10%. Komplikasi tindakan ini adalah
leakage, emboli coil ke perifer, hemolisis, stenosis LPA, oklusi
femoralis.
3. Bedah
· Tindakan bedah adalah ligasi atau divisi PDA melalui torakotomi kiri.
· Angka mortalitas < 1 %
Jika pada saat bayi berusia beberapa minggu terjadi gagal
jantung, maka segera dilakukan pembedahan. Jika gejalanya hanya berupa
murmur, maka pembedahan biasanya dilakukan pada saat anak berusia 1 tahun.
Jika tidak ada gejala, pembedahan ditunda sampai anak berumur 6 bulan – 3
tahun.

Terdapat beberapa cara untuk mengatasi PDA, yang pemilihannya


tergantung kepada berbagai faktor :
1. PDA kecil dalam jangka penuh bayi mungkin secara spontan menutup
tanpa intervensi. PDA besar tidak mungkin untuk menutup.
2. Pasien dengan CHF membutuhkan terapi medis untuk CHF diikuti dengan
prosedur definitif untuk menutup PDA baik oleh pembedahan atau
kateterisasi.
3. Bedah perbaikan direkomendasikan untuk pasien dengan PDA kecil
sampai besar karena risiko endokarditis. Komplikasi ligasi bedah sebagian
besar terkait dengan torakotomi lateral kiri. Bedah angka kesakitan dan
kematian dapat diabaikan, dan awal komplikasi pascabedah yang berhubungan
dengan komplikasi lain lahir prematur.
4. Profilaksis untuk infeksi endokarditis (subakut bakteri endokarditis
[SbE]) harus diikuti pada saat-saat diperkirakan risiko (bakteremia)
sampai pasien dapat mengalami perbaikan. (Khusus rekomendasi untuk
antibiotik profilaksis dapat ditemukan di setiap arus penyakit infeksi
atau antibiotik referensi).
5. Transfer ke pusat perawatan tersier adalah wajib bagi pasien dalam
presentasi di jerau extremis CHF sekali stabil dengan diuretik dan
ventilasi tekanan positif, seperti yang ditunjukkan.
B) LIGASI PDA

Ligasi bedah atau ligasi bedah dan pembagian tetap pengobatan standar
paten besar ductus arteriosus (PDA) yang memerlukan perawatan pada masa
bayi. Prosedur ini berisiko rendah di tangan seorang ahli bedah
kardiovaskular yang berpengalaman . Hal ini berlaku bahkan dalam bayi
prematur terkecil.
• Diagram yang menggambarkan ligasi paten ductusDiagram menggambarkan ligasi
patent ductus arteriosus.
• Ligasi (dengan atau tanpa pembagian paten ductus arteriosus [PDA]) tanpa
cardiopulmonary bypass dapat dilakukan melalui torakotomi posterolateral
kiri. Video-dibantu thoracoscopic pembedahan (tong) ligasi patent ductus
arteriosus (PDA) kurang invasif dibandingkan torakotomi posterolateral dan
telah terbukti aman dan efektif.
E)
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan
kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. ( Carpenito, 2000, 2 ).
1. Anamnesa
a. Identitas ( Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam
pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic menutup dalam 4 minggu pertama.
PDA ( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih
banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %.
PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan
atau juga bisa karena kelainan kromosom.
b. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory distress,
dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari
rubella.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA karena
PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita penyakit jantung
bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak
terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang
digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan
penyesuaian keluarga terhadap stress.

B. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)


1. Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan otot bantu
nafas saat inspirasi, retraksi.
2. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik,
edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
3. Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
4. Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi urin menurun (oliguria).
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.

C. Analisa Data
Data Etilologi Masalah
Data Subjektif : Terbukanya ductus arteriosus Penurunan curah jantung
Pasien gelisah, rewel, dan Dialirkannya darah dari
menangis tekanan tinggi(aorta
Data Objektif : descenden) ke tekanan yang
lebih kecil (arteri pulmonalis)
· Denyut nadi naik (> 170 Resirkulasi darah beroksigen
x/menit) dari aorta ke arteri
pulmonalis
· Tachyepne Beban ventrikel kiri ↑
· Suara jantung tambahan Curah jantung turun
(Machinery mur-mur
persisten)
Data Subjektif: Dialirkannya darah dari Gangguan pertukaran gas
Pasien kesulitan bernafas, tekanan tinggi(aorta Perubahan pertumbuhan dan
sesak nafas descenden) ke tekanan yang perkembangan
lebih rendah (arteri
Data Objektif : pulmonalis)
Resirkulasi darah beroksigen
· RR ( > 30 – 40x/menit)
dari aorta ke arteri
· BGA tidak normal pulmonalis
Beban ventrikel kiri ↑
· Adanya napas cuping Pelebaran dan hipertensi
hidung vertikel kiri
Tekanan vena dan kapiler
Data Subjektif: pulmonar naik
Pasien rewel tidak mau Edema paru
makan dan minum Penurunan difusi oksigen
Data Objektif: Gangguan pertukaran gas
· Berat badan turun Curah jantung turun
· Status gizi buruk Suplai oksigen ke jaringan
berkurang
Pemecahan glukosa oleh O2
menjadi terganggu
Pembentukan energi
berkurang
Lemah, lesu
Anoreksia
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
Data Subjektif: Edema paru Perubahan nutrisi kurang dari
Pasien gelisah dan menangis Penurunan difusi oksigen kebutuhan tubuh
Hipoksia
Data Objektif : pemecahan glukosa oleh O2
untuk pembuatan energi ↓
· Antropometri: penurunan
lemah, gelisah
berat badan anoreksia
perubahan
· Biokimia : Hb dan nutrisi kurang dari kebutuhan
albumin menurun tubuh
· Klinik : perubahan kulit
mukosa oral (bengkak dan
kemerahan).
D. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplay
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
5. Kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
6. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan
7. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan
hospitalisasi.

E. Intervensi Keperawatan
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
þ Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat
þ Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut 1. Permulaan gangguan pada jantung akan ada
jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan perubahan tanda-tanda vital, semuanya harus
kulit. cepat dideteksi untuk penanganan lebih
lanjut.
2. Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, 2. Pucat menunjukkan adanya penurunan
membran mukosa, clubbing). perfusi sekunder terhadap ketidak adekuatan
curah jantung, vasokonstriksi dan anemia.
3. Deteksi dini untuk mengetahui adanya gagal
3. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah,
jantung kongestif.
takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah,
periorbital edema, oliguria, dan
hepatomegali).
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Obat ini dapat mencegah semakin
1. Pemberian digoxin sesuai order, dengan
memburuknya keadaan klien.
menggunakan teknik pencegahan bahaya
toksisitas.
2. Obat anti afterload mencegah terjadinya
2. Berikan pengobatan untuk menurunkan
vasokonstriksi.
afterload.
3. Diuretik bertujuan untuk menurunkan
3. Berikan diuretik sesuai indikasi.
volume plasma dan menurunkan retensi
cairan di jaringan sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema paru.

2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.


þ Tujuan : Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru.
þ Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan
resistensi pembuluh paru
Intervensi Rasional
1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut 1. Untuk memudahkan pasien dalam
jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan bernapas.
kulit. 2. Agar anak tidak tertular infeksi yang
2. Atur posisi anak dengan posisi fowler. akan memperburuk keadaan.
3. Hindari anak dari orang yang terinfeksi. 3. Menurunkan kebutuhan oksigen dalam
tubuh.
4. Berikan istirahat yang cukup 4. Membantu klien untuk memenuhi
oksigenasinya.
Kolaborasi Kolaborasi
1. Berikan oksigen jika ada indikasi 1. Untuk deteksi dini terjadinya gangguan
pernapasan

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan
suplai oksigen ke sel.
þ Tujuan : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
þ Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
Intervensi Rasional
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas 1. Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji
menggunakan parameter berikut : Nadi 20 per ulang untuk mendapatkan perawatan lebih
menit diatas frekuensi istirahat, catat lanjut.
peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan berat,
berkeringat, pusing dan pingsan.
2. Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan 2. Persiapkan dan dukung klien untuk
aktivitas melakukan aktivitas jika sudah mampu.
3. Dorong memajukan aktivitas 3. Agar klien termotivasi untuk melakukan
aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh.
4. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan 4. Memudahkan klien ntuk beraktivitas tapi
dan anjurkan penggunaan kursi mandi. tidak memanjakan.
5. Dorong pasien untuk partisipasi dalam 5. Klien termotivasi untuk sembuh.
memilih periode.

4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat
nutrisi ke jaringan.
þ Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembang
þ Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi
badan.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak. 1. Memantau masa tumbuh kebang anak
2. Berikan stimulasi tumbuh kembang, 2. Agar anak bisa tumbuh dan berkembang
kativitas bermain, game, nonton TV, sebagaimana mestinya.
puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai
kondisi dan usia anak.

3. Libatkan keluarga agar tetap 3. Anggota keluarga sangat besar


memberikan stimulasi selama dirawat. pengaruhnya terhadap proses pertumbuhan
dan juga perkembangan anak-anak

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan
meningkatnya kebutuhan kalori.
þ Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan
status nutrisi terpenuhi.
þ Kriteria hasil :
a. Status nutrisi terpenuhi
b. Nafsu makan klien timbul kembali
c. Berat badan normal
d. Jumlah Hb dan albumin normal
Intervensi Rasional
1. Mengetahui kekurangan nutrisi
1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien.
klien.
2. Mengetahui perkembangan
2. Mencatat intake dan output makanan
pemenuhan nutrisi klien.
klien.
3. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
ilmu gizi yang membantu klien
membantu memilih makanan yang dapat
memilih makanan sesuai dengan
memenuhi kebutuhan gizi selama sakit.
keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat
badannya.
4. Dengan sedikit tapi sering
4. Manganjurkn makan sedikit- sedikit
mengurangi penekanan yang
tapi sering.
berlebihan pada lambung.
6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
þ Tujuan : Mencegah resiko infeksi
þ Kriteria hasil : Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital. 1. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital
besar kemungkinan adanya gejala infeksi
karena tubuh berusaha intuk melawan
mikroorganisme asing yang masuk maka
terjadi peningkatan tanda vital.
2. Lakukan perawatan terhadap prosedur 2. Untuk mengurangi risiko infeksi
inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, nosokomial.
dll.
3. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi 3. Penurunan Hb dan peningkatan jumlah
untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit dari normal membuktikan adanya
leukosit. tanda-tanda infeksi.
4. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik, 4. Antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen.

7. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.
þ Tujuan: kecemasan menurun.
þ Kriteria hasil: Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya lagi,orangtua
berpartisipasi dalam proses perawatan.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua. 1. Pengetahuan orang tua akan
mempengaruhi persepsi dan
2. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya. tingkahlakunya pada anak.
2. Dengan mengetahui kondisi anaknya, akan
3. Libatkan keluarga dalam perawatan mengurangi kecemasan orang tua.
bayinya. 3. Akan membuat orang tua nyaman dan
lebih tenang jika senantiasa dekat dengan
4. Berikan support dan reinforcement atas anaknya.
apa yang dapat dicapai oleh orang tua. 4. Dukungan dan kasih sayang orang tua
5. Latih orang tua tentang cara-cara akan mempercepat kesembuhan anak.
perawatan bayi dirumah sebelum bayi 5. Dengan menambah pengetahuan orang tua
pulang. dalam perawatan anaknya akan
mempermudah proses perawatan dan
penyembuhan anak.

Read more: http://putrakietha.blogspot.com/2014/04/patent-ductus-arteriosus-


pda.html#ixzz3PylgJtEZ
III.

Anda mungkin juga menyukai

  • Teori Caring Jean Watson
    Teori Caring Jean Watson
    Dokumen8 halaman
    Teori Caring Jean Watson
    syifa. Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Sap 2
    Sap 2
    Dokumen2 halaman
    Sap 2
    syifa. Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Jurnal 1
    Jurnal 1
    Dokumen10 halaman
    Jurnal 1
    syifa. Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Analisis Jurnal
    Analisis Jurnal
    Dokumen6 halaman
    Analisis Jurnal
    syifa. Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Sap Fa
    Sap Fa
    Dokumen2 halaman
    Sap Fa
    syifa. Khoirunnisa
    Belum ada peringkat