Anda di halaman 1dari 12

Peran Posyandu Lansia dalam Menyelesaikan

Masalah Reproduksi Lansia

I. Deskripsi Kasus

Seorang wantia berusia 57 tahun datang ke sebuah posyandu lansia yang


berada didekat rumahnya. Posyandu lansia yang berada dikelurahannya ini
dilaksanakan rutin setiap bulan, Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ini cukup
banyak terbukti bahwa beliau harus mengantri untuk mendapatkan layanan fasilitas
kesehatan ini.
Fasislitas layanan yang tersedia dalam posyandu lansia tersebut seperti
pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan, serta konseling kesehatan
mengenai keluhan yang dihadapi para lansia. Dalam kegiatan posyandu ini terdapat
Kartu Menuju Sehat (KMS) seperti posyandu balita, KMS ini mencatat kondisi lansia
setiap bulannya.
Posyandu lansia ini bekerja sama dengan puskesms setempat serta dibantu
oleh kader kesehatan yaitu ibu-ibu PKK. Namun sangat disayangkan sekali posyandu
lansia yang ada hanya seperti pemeriksaan kesehatan gratis, tidak ada kegiatan
promotif lainnya. Tidak ada program-program lain yang merangsang minat lansia
untuk datang ke posyandu. Kegiatan lain yang berkaitan dengan masalah kesehatan
reproduksi lansia pun tidak ada. Padahal kesehatan reproduksi lansia menjadi salah
satu masalah yang penting karena pada masa lansia akan sampai masa dimana lansia
sudah tidak dapat bereproduksi lagi karena telah berhenti menstruasi.
Posyandu lansia perlu melakukan kegiatan atau program lainnya yang
menyangkut masalah kesehatan reproduksi lansia. Karena pada masa ini lansia
mengalami penurunan kondisi fisik, serta penurunan kondisi psikis dan mental, serta
mengalami perubahan kondisi lansia. Posyandu lansia dalam hal ini harus
memberikan layanan kesehatan yang mencakup aspek-aspek diatas sehingga masalah
yang dihadapi lansia dapat diselesaikan secara menyuluruh.
II. Telaah Pustaka

Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan ber- negara (UU RI No 13 tahun 1998). Menurut WHO (World Health
Organization) membagi masa usia lanjut sebagai berikut a. Usia 45-60 tahun,
disebut middle age (setengah baya atau A-Teda madya) b. Usia 60-75 tahun,
disebut elderly (usia lanjut atau wreda utama) c. Usia 75-90 tahun,disebut old
(tua atau wreda prawasana) d. Usia diatas 90 tahun, disebut very old (tua sekali
atau wreda wasana).

Salah satu masalah penting dalam lanjut usia dalah adalah masalah yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Difinisi kesehatan reproduksi sendiri yaitu
kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua
hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (ICPD
Cairo,1994). Masalah kesehatan reproduksi lanut usia diantaranya menopause,
andropause, dan masalah penurunan fungsi dan potensial seksual.

Salah satu upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas pelayanan


kesehatan dan penyelenggaraan upaya kesehatan lansia maka dibentuklah
Posyandu lansia. Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk
masyarakat usia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang
digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya

Posyandu juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat untuk


bersama-sama menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat untuk
melaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi dan pelayanan sesuai
kebutuhan dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat secara umum Menurut
Departemen Kesehatan RI (2005), posyandu lansia adalah suatu bentuk
keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lansia ditingkat desa/ kelurahan dalam
masing-masing wilayah kerja puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia
berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatar belakangi oleh kriteria lansia
yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu lansia
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama lansia.
1. Tujuan Posyandu Lansia secara garis besar adalah:
- Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
- Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan, disamping meningkatkan
komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
2. Manfaat Posyandu Lansia
Manfaat dari posyandu lansia adalahpengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu
lansia sehingga lebih percaya diri dihari tuanya.
3. Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran posyandu lansia adalah :
- Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun),
kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut
dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas).
- Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, organisasi
sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut, masyarakat luas
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
4. Kegiatan Posyandu Lansia
Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik
dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman
masalah kesehatan yang dialami. Beberapa kegiatan pada posyandu lansia adalah:
- Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar
dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian,
naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
- Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua )
menit
- Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh
(IMT).
- Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop
serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
- Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
- Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)
- Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
- Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.
- Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok
dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi
sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan
kelompok usia lanjut.
- Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia
lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat.
Selain itu banyak juga posyandu lansia yang mengadakan kegiatan tambahan
seperti senam lansia, pengajian, membuat kerajian ataupun kegiatan silaturahmi
antar lansia. Kegiatan seperti ini tergantung dari kreasi kader posyandu yang
bertujuan untuk membuat lansia beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.

III. Pembahasan

Strategi kesehatan reproduksi lansia menurut komponen pelayanan kesehatan


reproduksi secara komperhensif yaitu mempromosikan peningkatan kualitas
penduduk usia lanjut pada saat menjelang dan setelah akhir kurun usia reproduksi
(menopouse/adropause). Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui skrining
keganansan organ reproduksi misalnya kanker rahim pada wanita, kanker prostat
pada pria serta pencegahan defesiensi hormonal dan akibatnya seperti kerapuhan
tulang dan lain-lain.
Pada posyandu lansia masalah yang dilihat hanya seputar penyakit degeneratif
sedangkan masalah kesehatan reproduksi lansia sendiri belum menjadi prioritas
utama dalam kegiatan posyandu lansia. Pemeriksaan yang dilakukan pada
posyandu lansia saat ini meliputi pemeriksaan aktivitas, pemeriksaan status
mental, pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
hemoglobin, pemeriksaan adanya gula dalam air seni, pemeriksaan adanya zat
putih telur (protein) dalam air seni, dan lainnya. Seperti yang dilihat diatas tidak
adanya program dalam posyandu lansia yang berkaitan dengan masalah
reproduksi lansia.
Melihat kasus diatas bahwa seorang lanjut usia tidak mendapatkan informasi
yang jelas mengenai masalah reproduksi lansia seperti gejala yang dialami saat
menjelang menopause pada wanita, penyakit yang terjadi setelah terjadinya
menopause. Padahal menopause merupakan fase yang cukup penting pada wanita.
Karena pada fase itu wanita sudah berhenti mengalami menstruasi dan sudah tidak
dapat melahirkan lagi. Sehingga banyak wanita yang telah mengalami masa
menopause mengalami gangguan kondisi psikikis. Gangguan kodisi psikis ini
seperti merasa rendah diri, merasa takut kehilangan suami, merasa tidak menarik
lagi, mudah tersinggung, dan merasa tidak berguna lagi. Mereka merasa tidak
berguna karena sudah tidak dapat bereproduksi lagi. Inti dari kewanitaan adalah
keberhasilan seorang wanita untuk mengisi perannya sebagai seorang ibu dan
seorang istri.
Menangani masalah gangguan psikis tersebut perlu adanya peran keluarga
untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka. Posyandu lansia dalam hal
ini dapat menjadikan keluarga sebagai sasaran tidak langsung penyuluhan agar
keluarga mengerti kondisi psikis mereka dan dapat memberikan motivasi sehingga
kepercayaan diri mereka kembali meningkat serta dapat menerima akan kondisi
fisiologis tubuh mereka sehingga dapat beradaptasi dengan kondisi fisiologis
tubuh mereka sekarang (Noorkasiani,2007).
Kurangnya partisipasi lanjut usia dalam mengikuti posyandu lansia
disebabkan oleh berbagai faktor, faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Umumnya lansia tidak mengetahui keberadaan dan manfaat dari posyandu
lansia. Hal ini dapat diatasi dengan penyuluhan atau sosialisasi tentang
keberadaan dan manfaat posyandu lansia, sehingga mendorong lansia untuk
datang dan merasakan sendiri manfaat dari keberadaan posyandu lansia.
Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan
tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah
kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan
lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat
mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan
posyandu lansia
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu lansia jauh atau sulit dijangkau.
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena
penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam
menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau
keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau
masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini
merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri
posyandu lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia
untuk datang ke posyandu lansia
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi
motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk
mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika
lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama lansia. Sikap yang kurang baik terhadap petugas
posyandu
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan
dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu
hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini
dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
d. Kader Posyandu Lansia
Kader-kader hanya bertugas mencatat dan mengurusi masalah
konsumsi saja, selain itu kader juga bekerja tergantung perintah petugas
kesehatan tanpa ada pelatihan lebih lanjut sehingga peran kader dalam
kegiatan tersebut belum optimal.Kader juga harus mampu berkomunikasi
dengan efektif, baik dengan individu atau kelompok maupun masyarakat,
kader juga harus dapat membina kerjasama dengan semua pihak yang terkait
dengan pelaksanaan posyandu, serta untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan lansia pada hari buka posyandu yaitu pendaftaran,
penimbangan, pencatatn/ pengisian KRS, penyuluhan dan pelayanan
kesehatan sesuai kewenangannya dan pemberian PMT, serta dapat melakukan
rujukan jika diperlukan (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Cara meningkatkan partisipasi lansia dalam program posyandu lansia
yaitu dengan adanya peran aktif keluarga untuk mengingatkan lansia
mengenai jadwal posyandu lansia. Tokoh masyarakat dan pelayanan petugas
posyandu juga berkaitan dengan partisipasi masyarakat lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu. Dalam hal ini tokoh masyarakat yang ada
sangat berperan terhadap mucnculnya motivasi lansia untuk mengikuti
kegiatan posyandu. Tokoh masyarakat biasanya dianggap sebagai pemimpin
informal sekaligus teladan dan panutan bagi warga sekitar .
Selain itu penyuluhan juga berperan penting dalam meningkatkan
partisipasi lansia, dimana penyuluhan yang diberikan mengenai tentang
manfaat fasilitas layanan yang terdapat pada posyandu tersebut, sehingga para
lansia menjadi tertarik untuk datang ke posyandu lansia. Salah satu manfaat
penyuluhan yang di dapat dari kegiatan posyandu lansia yaitu memperoleh
informasi mengenai masalah reproduksi lansia.
Dalam kegiatan posyandu lansia seharusnya dilakukan pelaksanaan
kegiatan pembinaan kesehatan usia lanjut, yang secara umum harus
mencakup kegiatan pelayanan yang berbentuk upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif termasuk rujukannya.
a. Kegiatan promotif
Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup
para usia lanjut agar merasa tetap dihargai dan berguna. Dalam kegiatan
ini berperan upaya penyuluhan mengenai perilaku hidup sehat,
pengetahuan tentang gizi usia lanjut, upaya meningkatkan kesegaran
jasmani serta upaya lain yang dapat memelihara kemandirian serta
produktivitas usia lanjut.
Pada kegiatan promotif ini diperlukan kegiatan-kegiatan yang
mendukung kesehatan reproduksi lansia. Kegiatan yang bisa dilakukan
seperti senam lansia. Senam lansia bermanfaat untuk memperlambat
proses degenerasi karena perubahan usia, mempermudah untuk
menyesuaikan diri dalam kesehatan jasmani di kehidupan sehari-hari
(adaptasi), mengurangi terjadinya pengeroposan tulang dan meningkatkan
kekebalan tubuh, serta sebagai rehabilitasi. Seperti yang diketahui bahwa
wanita pada usia lanjut sudah mengalami menopause sehingga mudah
mengalami pengeroposan tulang serta mudah mengalami penyakit
degeneratif.
b. Kegiatan preventif
Upaya yang dilakukan bertujuan untuk mencegah sedini mungkin
terjadinya penyakit dan komplikasi yang diakibatkan oleh proses
degeneratif. Pada kegiatan preventif ini seharusnya adanya fasilitas
konseling mengenai masalah reproduksi lansia karena kebanyakan lansia
tidak mengetahui kondisi kesehatan reproduksinya sendiri dan tidak
mengetahui gejala yang akan dialami pada saat pra menopause maupun
penyakit-penyakit yang akan timbul pasca menopause.
Peran tenaga kesehatan pada kegiatan preventif ini sangatlah
dibutuhkan untuk memberikan informasi mengenai masalah-masalah
kesehatan reproduksi terutama mengenai menopause pada wanita. Hasil
kegiatan preventif ini diharapkan para lansia mengetahui kondisi kesehatan
reproduksinya serta dapat mengantisipasi munculnya penyakit-penyakit
berkaitan dengan system reproduksi seperti kanker rahim pada wanita dan
kanker prostat pada pria.
c. Kegiatan kuratif
Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan bagi usia
lanjut yang sakit. Pada masa kuratif ini peran dokter yang paling
dibutuhkan dalam pengobatan penyakit yang dialami oleh lansia. Petugas
kesehatan dapat memantau kemajuan kesehatan lansia yang mengelami
sakit melalui Kartu Menuju Sehat (KMS). Sehingga diharapkan sakit yang
dialami oleh lansia tidak menjadi semakin kronis dan tidak menimbulkan
komplikasi ataupun menimbulkan kecacatan. Pengobatan yang berkaitan
dengan masalah kesehatan reproduksi yang dapat diberikan pada
posyandu lansia seperti mengobati gejala-gejala yang timbul pada saat
akan mengalami menopause.
d. Kegiatan rehabilitatif
Upaya yang dilakukan bersifat medik, psikososial, edukatif dan
pengembangan ketreampilan atau hobi untuk mengembalikan semaksimal
mungkin kemampuan fungsional dan kepercayaan diri pada usia lanjut.
Kegiatan rehabilitatif yang dapat diberikan dalam posyandu lansia adalah
dengan cara meningkatkan kepercayaan diri lansia pasca menopause
sehingga dapat mengerti mengenai kondisi fisiologisnya saat ini.
e. Kegiatan rujukan
Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan
rehabilitatitf yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Posyandu
lansia harus memiliki kemitraan dengan puskesmas maupun rumah sakit
terdekat agar penanganan penyakit dapat berjalan secara optimal. Pada
kegiatan rujukan ini dalam kaitannya dengan masalah kesehatan
reproduksi yang tidak dapat diatasi oleh posyandu lansia serta memerlukan
penanganan lebih lanjut dalam proses penanganganannya dapat
terselesaikan dengan baik (Rosidawati,2008).

IV. Penutup
A. Kesimpulan
a. Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. WHO (World Health Organization) membagi
masa usia lanjut sebagai berikut: Usia 45-60 tahun disebut middle age,
usia 60-75 tahun disebut elderly, usia 75-90 tahun ddisebut old, usia
diatas 90 tahun disebut very old .
b. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia,
keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya
c. Peran Posyandu lansia dalam masalah kesehatan reproduksi kesehatan
yaitu sebagai upaya promotif, upaya preventif, upaya kuratif, dan upaya
rehabilitatif
B. Saran
a. Perlunya pengembangan program-program yang berkaitan dengan masalah
reproduksi lansia didalam kegiatan posyandu lansia
b. Adanya dukungan keluarga dan tokoh masyarakat untuk memotivasi para
lansia agar dapat hadir dalam kegiatan posyandu lansia.
c. Peningkatan peran kader kesehatan dalam keguatan posyandu lansia
sehingga diharapkan kader kesehatan mengerti betul mengenai
permasalahan-permasalahan yang dialami oleh lansia.
d. Hubungan kemitraan antara posyandu lansia dengan puskesmas dan rumah
sakit terdekat sebagai tempat rujukan
Daftar Pustaka

Dave, Parul and Shipra Nagar. 2005. Perception of Women Towards


Physiological Problems Faced at Menopause.
http://www.krepublishers.com/02-Journals/T-Anth/Anth-07-0-000-000-2005-
Web/Anth-07-3-161-236-2005-Abst-PDF/Anth-07-3-173-175-2005-252-
Nagar-S/Anth-07-3-173-175-2005-252-Nagar-S-Full-Text.pdf. Diakses tanggal
3 desember 2012.

Departemen Kesehatan RI. 2005 dalam Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah
Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur [tesis]. Medan: Program Pasca
Sarjana, Universitas Sumatera Utara. USU e-Repository @2009.

Departemen Kesehatan RI. 2006 dalam Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah
Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur [tesis]. Medan: Program Pasca
Sarjana, Universitas Sumatera Utara. USU e-Repository @2009.

Noorkasiani, Tamher, S, 2007. Kesehatan Usia Lanjut dengan pendekatan Asuhan


keperawatan. Jakarta. salemba medika

Rosidawati, 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta. Salemba

Widjajono, Urip, dkk. 2009. Berbagai Faktor yang Berpengaruh terhadap


Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Posyandu Plus di Dusun Soragan Desa
Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22097279.pdf. diakses tanggal 3 desember
2012.

Anda mungkin juga menyukai