Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan mengenai spora


yang terdapat pada bakteri. Spora yang dibentuk oleh sel bakteri merupakan
endospora yakni spora yang terletak dalam dinding sel bakteri. Dalam proses
pengamatan spora diperlukan pewarna khusus yaitu larutan hijau malakit dan
larutan safranin. Pada proses pewarnaan, terdapat proses pemanasan yang
bertujuan untuk merusak dinding dari spora yang tebal. Dinding spora yang tebal
berfungsi untuk pertahanan diri. Setelah dinding spora rusak, maka zat pewarna
hijau malakit akan dapat menembus sel dari spora tersebut.
Namun dari hasil pengamatan yang dilakukan pada dua koloni bakteri
selama praktikum berlangsung, tidak terdapat bakteri yang menunjukkan tanda-
tanda keberadaan dari spora yang semestinya teramati berwarna hijau. Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan tidak teramatinya spora. Pertama yaitu
bahwa keadaan lingkungan masih optimum. Sejalan dengan pendapat Hastuti
(2015) bahwa spora baru akan terbentuk jika kondisi lingkungan tidak optimum
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sehingga bakteri masih bisa
bertahan hidup. Kedua yaitu bisa jadi bakteri yang diamati merupakan golongan
bakteri yang tidak mampu untuk membentuk spora. Menurut Dwidjoseputro
(2005) ada spesies yang sama sekali tidak dapat membentuk spora, ada pula
spesies yang dapat membentuk spora, apabila menghadapi keadaan luar yang
tidak sesuai.
Saat keadaan lingkungan telah kembali menguntungkan kehidupan bakteri,
maka endospora yang terbentuk akan tumbuh menjadi bentuk bakteri. Dalam
keadaan membentuk spora, bakteri tahan terhadap desinfektan, sinar, kekeringan,
suhu yang terlalu tinggi dan suhu yang terlalu rendah. Hal ini terjadi karena dalam
endospora terdapat asam dipicolinic yang membuat sel endospora akan
kekurangan air. Dehidrasi yang terjadi pada inti endospora mengakibatkan
endospora resisten terhadap bahan kimia, seperti hidrogenperoksida (H2O2) dan
menyebabkan enzim tersisa di inti menjadi tidak aktif. Selain kadar air endospora
yang rendah, pH inti adalah lebih rendah satu unit dibandingkan dengan
sitoplasma sel vegetatif. Selain itu, terdapat pula SASPs (Small Acid-Soluble
Proteins) yang berfungsi untuk mencegah adanya radiasi karena dapat mengubah
bentuk DNA ( Madigan, 2012).

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua koloni yang diamati tidak memiliki spora, hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti keadaan lingkungan masih optimum
sehingga bakteri tidak membentuk spora atau bakteri yang diamati merupakan
jenis bakteri yang tidak mampu untuk membentuk spora.

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.


Hastuti, U.S. 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press.
Madigan, M. T., Martinko, J.M., Stahl, D.A., Clark, D.P. 2012. Brock Biology of
Microorganism Thirteenth Edition. US: PEARSON

Anda mungkin juga menyukai