Anda di halaman 1dari 9

LI BLOK 14 LBM 2

1. Komplikasi osteotomi torus?

Seperti operasi lainnya, ada beberapa komplikasi seperti perdarahan, pembengkakan, infeksi mual dan muntah
(Alessandro, 2006). Secara umum, komplikasi dari tindakan pembedahan preprostetik, orthodonttik dan
konservatif ini terjadi, namun tidak sering (Eckert, 2006).

Jika operasi yang melibatkan rahang atas, maka operasi bisa berpengaruh pada bentuk hidung pasien. Hal
ini dapat diminimalkan dengan perencanaan yang matang dan eksekusi akurat dari rencana bedah. Kadang-
kadang, ini dianggap bagian dari manfaat tersebut (Panula, 2001).

Seperti halnya prosedur operasi, efek samping tertentu dan komplikasi yang mungkin terjadi sebagai
berikut:

a. Perdarahan dapat terjadi selama atau setelah operasi. perdarahan reaksioner terjadi dalam 24 jam pertama
setelah operasi, dan perdarahan sekunder terjadi 5 sampai 7 hari setelah operasi dan biasanya merupakan akibat
dari infeksi. Jika perdarahan yang berlebihan selama operasi, transfusi mungkin diperlukan. Bisa mengalami reaksi
terhadap obat yang diberikan dikenal sebagai angioedema. Angioedema adalah cepat pembengkakan jaringan dan
dapat menyebabkan reaksi anafilaksis atau penyumbatan saluran napas yang mengancam jiwa jika pembengkakan
telah terjadi di tenggorokan (Hassan, 2002).

b. Hematom adalah koleksi (kumpulan) dari darah diluar pembuluh darah. Hematoma terjadi karena dinding
pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana
ia tidak pada tempatnya. Hematoma mungkin adalah kecil, dengan hanya satu titik darah atau ia dapat menjadi
besar dan menyebabkan pembengkakan yang signifikan

c. Pembengkakan merupakan reaksi normal untuk setiap prosedur operasi, dan jumlahnya bervariasi dengan
individu dan prosedur. Pembengkakan kemungkinan akan meningkat kira-kira 24 sampai 72 jam setelah operasi.

d. Neuralgia.

Serangan Trigeminal neuralgia dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit. Beberapa orang
merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap,
berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik. Trigeminal neuralgia biasanya hanya terasa di satu sisi wajah, tetapi
bisa juga menyebar dengan pola yang lebih luas. Jarang sekali terasa di kedua sisi wajah dlm waktu bersamaan.

Ada kemungkinan terjadi kompresi vaskuler sebagai dasar penyebab umum dari sindroma saraf kranial ini.
Kompresi pembuluh darah yang berdenyut, baik dari arteri maupun vena, adalah penyebab utamanya. Letak
kompresi berhubungan dengan gejala klinis yang timbul. Misalnya, kompresi pada bagian rostral dari nervus
trigeminus akan mengakibatkan neuralgia pada cabang oftalmicus dari nervus trigeminus, dan seterusnya.
Menurut Calvin, sekitar 90% dari neuralgia Trigeminal penyebabnya adalah adanya arteri “salah tempat” yang
melingkari serabut saraf ini pada usia lanjut. Pembuluh darah yang menekan tidak harus berdiameter besar.
Walaupun hanya kecil, misalnya dengan diameter 50-100 um saja, sudah bisa menimbulkan neuralgia, hemifacial
spasm, tinnitus, ataupun vertigo.

e. Infeksi merupakan risiko potensial setiap prosedur operasi, dan jika infeksi terjadi, biasanya diobati dengan
antibiotik. Infeksi yang dihasilkan disebut sinusitis yang tidak merespon dengan baik terhadap antibiotik dan
mungkin memerlukan operasi tambahan untuk mengeringkan sinus. Sinusitus berpotensi dapat mengakibatkan
berbagai komplikasi, beberapa di antaranya mematikan dan memerlukan operasi segera. sinusitus komplikasi
termasuk abses otak, meningitis, abses orbit, orbital selulitis, abses epidural, empiema subdural, trombosis sinus
gua, dan osteomyeltis semua yang diketahui telah terjadi setelah pencabutan gigi bungsu dan diuraikan secara
lebih rinci di bawah ini. Selain itu, sinusitus dapat menyebabkan polip hidung dan mucoceles. (Barak, 2005)

f. Perubahan posisi rahang baru atau yang tidak diperkirakan pergeseran struktur rahang adalah orthognathic
operasi berikut biasa, namun dapat terjadi. Jika tidak, perawatan lebih lanjut mungkin diperlukan. (Barak, 2005)

Persistent gerakan rahang atau fungsi mengunyah atau wicara bisa terjadi setelah pembedahan orthognathic
latihan rahang khusus biasanya dapat membantu untuk memperbaiki kondisi ini. (Barak, 2005)

g. Nyeri TMJ atau abnormal fungsi yang terjadi dalam contoh yang jarang setelah operasi orthognathic.
Pembedahan dapat memperburuk yang sudah ada masalah sendi rahang. Jika kondisi ini terus berlangsung,
perawatan lebih lanjut mungkin diperlukan. (Barak, 2005)

h. Fracture mandibula, Rahang bawah bisa patah selama atau setelah mencabut gigi kebijaksanaan yang lebih
rendah. Hal ini dikenal sebagai fraktur mandibula. Penting untuk dicatat bahwa fraktur mandibula dapat terjadi
selama operasi (fraktur mandibula langsung) atau kadang-kadang dapat terjadi setelah pembedahan (fraktur
mandibula alm) yang biasanya dalam 4 minggu pertama (Barak, 2005) .Fraktur juga bisa mengenai akar gigi, gigi
tetangga, atau gigi antagonis, restorasi dan prosesus alveolaris. Semua fraktur yang dapat dihindarkan mempunyai
etiologi yang sama; yaitu tekanan yang berlebihan atau tidak terkontrol atau keduanya. Hematoma adalah koleksi
(kumpulan) dari darah diluar pembuluh darah. Hematoma terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena
atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana ia tidak pada tempatnya.
Hematoma mungkin adalah kecil, dengan hanya satu titik darah atau ia dapat menjadi besar dan menyebabkan
pembengkakan yang signifikan (Pedersen, 1996).

C. Penanganan komplikasi pre-prostetik, ortodontik dan konservatif

a. Perdarahan

Komplikasi ini adalah yang paling sering terjadi dengan insidensi sebesar 1% sampai 2%. Umumnya perdarahan
berhenti secara spontan dalam beberapa hari. Dapat pula terjadi perdarahan berat yang membutuhkan transfusi,
dengan insidens sebesar kurang dari 1%. Perdarahan ditangani dengan cara yang sama dengan penanganan
epistaksis. Bila setelah beberapa lama perdarahan belum berhenti, sumber perdarahan harus dicari. Tampon yang
ada harus dikeluarkan dari hidung dan klot darah diisap, lalu diberikan nasal dekongestan topikal dengan
menggunakan kapas.

b. Nyeri

Nyeri pasca bedah bersifat individual, tindakan yang sama pada seorang pasien akan berbeda efeknya pada pasien
lain.keluhannyeri akan dirasakan berbeda tergantung beberapa faktor antara lain :

1. tempat pembedahan ( yang ternyeri adalah pembedahan torakotomi )


2. jenis kelamin
3. umur, ambang rangsang orang tua lebih tinggi
4. kepribadian, pasien neurotik merasa lebih nyeri dari pada pasien normal
5. pengalaman pembedahan sebelumnya
6. suku, ras
7. motivasi pasien
Beberapa metode/ cara menanggulangi nyeri pasca pembedahan antara lain :stimulasi ( dilakukan untuk
mengalihkan perhatian pada area nyeri ), distraksi (melakukan penekanan syaraf yang menuju ke area nyeri ), obat
analgesia.

c. Hematoma

Penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan besar hematoma. Pada hematoma yang kecil, tidak perlu
tindakan operatif, cukup dilakukan kompres. Pada hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan anemia dan
presyok, perlu segera dilakukan pengosongan hematoma tersebut. Dilakukan sayatan di sepanjang bagian
hematoma yang paling terenggang. Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma kosong. Dicari sumber
perdarahan, perdarahan dihentikan dengan mengikat atau menjahit sumber perdarahan tersebut. Luka sayatan
kemudian dijahit. Dalam perdarahan difus dapat dipasang drain atau dimasukkan kasa steril sampai padat dan
meninggalkan ujung kasa tersebut diluar.

d. Infeksi

Menurut Iwan 2008, Pencegahan infeksi pasca bedah pada klien dengan operasi bersih terkontaminasi,
terkontaminasi, dan beberapa operasi bersih dengan penggunaan antimikroba profilaksis diakui sebagai prinsip
bedah. Pada pasien dengan operasi terkontaminasi dan operasi kotor, profilaksis bukan satu-satunya
pertimbangan. Penggunaan antimikroba di kamar operasi, bertujuan mengontrol penyebaran infeksi pada saat
pembedahan.Pada pasien dengan operasi bersih terkontaminasi, tujuan profilaksis untuk mengurangi jumlah
bakteri yang ada pada jaringan mukosa yang mungkin muncul pada daerah operasi.

Tujuan terapi antibiotik profilaksis untuk mencegah perkembangan infeksi dengan menghambat mikroorganisme.
CDC merekomendasikan parenteral antibiotik profilaksis seharusnya dimulai dalam 2 jam sebelum operasi untuk
menghasilkan efek terapi selama operasi dan tidak diberikan lebih dari 48 jam. Pada luka operasi bersih dan bersih
terkontaminasi tidak diberikan dosis tambahan post operasi karena dapat menimbulkan resistensi bakteri
terhadap antibiotik .Bernard dan Cole, Polk Lopez-Mayormembuktikan keefektifan antibiotik profilaksis sebelum
operasi dalam pencegahan infeksi post operasi elektif bersih terkontaminasi dan antibiotik yang diberikan setelah
operasi tidak mempunyai efek profilaksis (Bennet, J.V, Brachman, P, 1992 : 688). Menurut Depkes (1993) dalam
Iwan 2008 ,antibiotik profilaksis diberikan secara sistemik harus memenuhi syarat :

· Tepat dosis

· Tepat indikasi (hanya untuk operasi bersih terkontaminasi, pemakaian implant dan protesis, atau operasi
dengan resiko tinggi seperti bedah vaskuler, atau bedah jantung).

· Tepat cara pemberian harus diberikan secara I.V. 2 jam sebelum insisi dilakukan .

· Tepat jenis (sesuai dengan mikroorganisme yang sering menjadi penyebab Infeksi Luka Operasi).

· Kondisi Luka. Pada pre operasi ikut berperan dalam terjadinya infeksi.Luka terbuka karena adanya kecelakaan
maka lebih beresiko terjadinya infeksi luka operasi.

e. Fraktur

Cara terbaik unuk menghindari fraktur disamping tekanan terkontrol adalah dengan menggunakan gambar sinar-X
sebelum melakukan pembedahan. Akar yang mengalami delaserasi atau getas atau yang dirawat endodontic sering
mengharuskan dilakukannya perubahan pada rencana pembedahan, biasanya dimulai dari prosedur pencabutan
dengan tang (close prosedure) sampai melakukan pembukaan flap. Apabila sesudah dilakukan pencabutan dengan
tang menggunakan tekanan terkontrol tidak terjadi luksasi dan dilatasi alveolus, ini menunjukkan perlunya
dilakukan pembedahan. Pengenalan adanya fraktur biasanya secara klinik dan mudah terlihat, kecuali untuk
fraktur mandibula (Pedersen, 1996)

f. Neuralgia, dapat ditangani dengan dilakukan microvascular decompression secara benar, keluhan akan
hilang. Pada umumnya kerusakan saraf akan mengalami perbaikan secara spontan terutama saraf alveolaris
inferior karena terletak dalam kanalis mandibula sehingga ujung-ujung saraf yang rusak dapat dengan lebih baik
mendekat secara spontan (Pogrel, 1990).

2. Apa saja perawatan dari awal sampai pemakaian gigi tiruan pada skenario?
Dilakukan scaling pada RA dan RB untuk meminimalkan eritematous gingiva akibat penumpukan plak.
Penambalan komposit klas IV pada gigi 22 dan pembuatan kembali mahkota pasak gigi 11 setelah
dilakukan pemeriksaan sebelumnya. Gigitiruan sebagian lepasan dipertimbangkan sebagai rencana
perawatan. Setelah dilakukan perawatan pendahuluan sebelumnya, perawatan dilanjutkan dengan
pembuatan gigitiruan sebagian lepasan pada pasien.

Setelah dilakukan perawatan pendahuluan sebelumnya, perawatan dilanjutkan dengan pembuatan


gigitiruan sebagian lepasan pada pasien. Pasien memiliki torus palatina multilobular yang luas. Torus
meluas dari daerah premolar pertama hingga daerah palatum mol le. Bentuk torus tegas, diameter + 18
mm dan panjang 26 mm. Torus ditutupi jaringan mukosa dan tidak mempengaruhi cara bicara,
penelanan, dan fungsi oral lainnya. Gigi yang masih tersisa dapat digunakan sebagai retensi selama
memiliki mobilitas yang minimal dan ada dukungan periodontal yang baik.

Gambar 4 Gambaran radiografi torus palatina

Cetakan pendahuluan dilakukan dengan menggunakan alginat. Kemudian dicor dengan gips biru
untuk memperoleh model studi dan membuat desain gigitiruan lepasan sebagian pada model. Bentuk
cetakan yang adekuat menyediakan hasil gambaran undercut yang baik. Pada model harus
memperlihatkan gambaran torus yang jelas.
Tahap berikutnya pembuatan sendok cetak individual dengan bahan shellac sesuai batas jaringan,
terutama 2 mm lebih pendek dari mukobukofold. Lakukan border molding hingga memperoleh kekedapan
tepi jaringan untuk menambah retensi gigitiruan. Cetak kembali menggunakan Exaflex agar cetakan lebih
detail dan diperoleh model kerja yang akurat. Setelah itu, buat desain klamer dan basis dengan malam
merah sesuai dengan kondisi gigi yang ada.
Penempatan basis gigitiruan menutupi palatal dapat mengganggu pengucapan dan memungkinkan
mengiritasi jaringan lunak yang menutupi torus. Perawatan pilihan lain yang diusulkan adalah
penempatan implan setelah pembedahan sinus maksilaris yang tepat. Perawatan lainnya melibatkan
pemakaian piranti untuk mengatasi torus.

Gambar 5 Desain klamer dan basis malam

Restorasi dengan daerah edentulus yang luas pada anterior rahang atas memberi banyak tantangan.
Retensi gigitiruan lebih difokuskan ketika gigi penyangga hanya terletak di posterior. Bila penyangga
hanya gigi molar pertama dan kedua, maka penempatan gigitiruan perlu dipikirkan adanya adesi dan
retensi yang adekuat. Adanya soft flanges dan liner gigitiruan menyediakan undercut jaringan lunak tanpa
rasa sakit dan trauma jaringan lunak.
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan basis akrilik. Terkhusus pada rahang atas, pembuatan basis
akrilik pada bagian torus palatina dibuatkan air gap dengan menggunakan 2 lapis tin foil dan
menggunakan soft liners untuk mencegah penekanan torus palatina yang dapat berakibat bertambah
besarnya torus palatina.

Gambar 6 Basis akrilik rahang atas dan rahang bawah

Pembuatan basis akrilik diikuti dengan pembuatan bite rim kedua rahang. Kemudian, dilakukan
penentuan gigitan dan posisi distal. Pada kasus ini tidak dilakukan kesejajaran karena gigi pedoman oklusi
cukup untuk memperoleh pedoman penyusunan gigi nantinya.
Gambar 6 Bite rim rahang atas dan rahang bawah

Tahap berikutnya dilakukan fiksasi model pada artikulator. Penentuan warna gigi menggunakan
shade guide untuk memperoleh warna yang harmonis. Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap.
Masing-masing regio penyusunan gigi selalu dilakukan pengecekan posisi dalam rongga mulut pasien.
Penyusunan gigi harus benar-benar memperhatikan oklusi pasien agar tidak mengalami keluhan dalam
pemakaian.

Gambar 7 Penyusunan gigi terutama pada rahang atas

Sebelum dilakukan packing semua aspek gigitiruan sebagian lepasan harus dikoreksi dengan
mencobakan tahap akhir pada pasien. Selanjutnya curing akrilik selesai, dilakukan finishing dan
polishing gigitiruan. Adaptasi gigitiruan pada pasien dievaluasi selama 1 minggu dan dilakukan
kontrol.

Gambar 8 Penampilan pasien dengan gigitiruan sebagian lepasan yang baru

Pasien datang kontrol di hari berikutnya dan nampak nyaman dengan gigitiruan barunya. Pada
kunjungan berikutnya, lebih dari 4 minggu, tidak terlihat adanya iritasi dari gigitiruan. Tidak ada keluhan
iritasi pada torus palatina. Pasien melaporkan stabilitas dan retensi gigitiruan yang baik selama
pemakaian.

3. Bagaimana desain protesa pada kasus tersebut? desain bila tidak dilakukan osteotomi?

Tahap berikutnya pembuatan sendok cetak individual dengan bahan shellac sesuai batas jaringan,
terutama 2 mm lebih pendek dari mukobukofold. Lakukan border molding hingga memperoleh kekedapan
tepi jaringan untuk menambah retensi gigitiruan. Cetak kembali menggunakan Exaflex agar cetakan lebih
detail dan diperoleh model kerja yang akurat. Setelah itu, buat desain klamer dan basis dengan malam
merah sesuai dengan kondisi gigi yang ada.
Penempatan basis gigitiruan menutupi palatal dapat mengganggu pengucapan dan memungkinkan
mengiritasi jaringan lunak yang menutupi torus. Perawatan pilihan lain yang diusulkan adalah
penempatan implan setelah pembedahan sinus maksilaris yang tepat. Perawatan lainnya melibatkan
pemakaian piranti untuk mengatasi torus.

Gambar 5 Desain klamer dan basis malam

Restorasi dengan daerah edentulus yang luas pada anterior rahang atas memberi banyak tantangan.
Retensi gigitiruan lebih difokuskan ketika gigi penyangga hanya terletak di posterior. Bila penyangga
hanya gigi molar pertama dan kedua, maka penempatan gigitiruan perlu dipikirkan adanya adesi dan
retensi yang adekuat. Adanya soft flanges dan liner gigitiruan menyediakan undercut jaringan lunak tanpa
rasa sakit dan trauma jaringan lunak.
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan basis akrilik. Terkhusus pada rahang atas, pembuatan basis
akrilik pada bagian torus palatina dibuatkan air gap (sela udara)dengan menggunakan 2 lapis tin foil
yang diletakkan di model sebelum dilakukan packing akrilik, sehingga didapatkan suatu ruang
untuk torus. dan menggunakan soft liners untuk mencegah penekanan torus palatina yang dapat
berakibat bertambah besarnya torus palatina.

Relief of chamber merupakan tindakan pembebasan torus palatinus dari tekanan dengan cara
menempatkan selapis kertas timah (alumunium foil) di atas daerah torus pada model pada saat
gigi tiruan diproses. Luasnya ruang pembebasan sesuai dengan luas penonjolan torus di palatum
keras. Relief of chamber di buat pada daerah midpalatal, torus palatinus, papilla insisiva untuk
mengurangi rasa sakit. Dibuat dengan cara menaruh thin foil di daerah palatal sebelum
dilakukan packing acrylic.
Pada pasien yang akan membuat gigi tiruan ukuran torus palatinus yang besar dapat
mengganggu pembuatan dan pemasangan gigi tiruan, disamping juga dapat menyebabkan rasa
sakit pada penekanan gigi tiruan karena bentuknya berupa tonjolan yang tidak rata. Torus
palatinus dengan ukuran kecil jarang ada keluhan, sehingga pembedahan torus palatinus biasanya
dilakukan apabila bentuk torus palatinus yang besar menutupi ruang palatum sehingga
menimbulkan keluhan.
Gambar 6 Basis akrilik rahang atas dan rahang bawah

Penggunaan soft denture liners merupakan bahan tambahan penting dalam penatalaksanaan pasien
gigi tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian lepasan yang longgar, terutama pada pasien yang
diindikasikan (Salah dan Khadija, 2011). Penggunaan bahan-bahan ini bertindak sebagai
bantal/landasan untuk bahan tambahan gigi tiruan melalui absorbsi dan redistribusi kekuatan tekan
yang diterima di area edentulous ridge. Bantalan baru ini mampu memulihkan kesehatan pada mukosa
yang meradang dan dilakukan penggantian perperiodik.
Pembuatan basis akrilik diikuti dengan pembuatan bite rim kedua rahang. Kemudian, dilakukan
penentuan gigitan dan posisi distal. Pada kasus ini tidak dilakukan kesejajaran karena gigi pedoman oklusi
cukup untuk memperoleh pedoman penyusunan gigi nantinya.
Gambar 6 Bite rim rahang atas dan rahang bawah

Tahap berikutnya dilakukan fiksasi model pada artikulator. Penentuan warna gigi menggunakan
shade guide untuk memperoleh warna yang harmonis. Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap.
Masing-masing regio penyusunan gigi selalu dilakukan pengecekan posisi dalam rongga mulut pasien.
Penyusunan gigi harus benar-benar memperhatikan oklusi pasien agar tidak mengalami keluhan dalam
pemakaian.

Gambar 7 Penyusunan gigi terutama pada rahang atas

Sebelum dilakukan packing semua aspek gigitiruan sebagian lepasan harus dikoreksi dengan
mencobakan tahap akhir pada pasien. Selanjutnya curing akrilik selesai, dilakukan finishing dan
polishing gigitiruan. Adaptasi gigitiruan pada pasien dievaluasi selama 1 minggu dan dilakukan
kontrol.

4. Apa yg harus diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan?(Adit) Prinsip retensi dan stabilitasi?

Anda mungkin juga menyukai