Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KIMIA

“KESETIMBANGAN KIMIA”

DISUSUN OLEH :
Suly Ayu Indarwati Sumarjis (471417003)
Nunung Mariatul Wardah (471417010)
Fadillah Budjang (470417011)
Isan Y Antoni (471417027)
Fajri Kurniawan Mamonto (471417039)
Muh Syaifullah Saida (471417018)
Dosen penguji : Drs. MARDJAN PAPUTUNGAN, M.Si
Mata Kuliah : kimia dasar

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan karya tulis ilmiah
dengan judul KESETIMBANGAN KIMIA. Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliahan Kimia.
Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan saran dari teman-teman maka disusunlah karya tulis
ilmiah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kami semua
dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Karya tulis ini diharapkan bisa
bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak,
maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun
karya tulis ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat karya tulis
yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini,
oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar karya tulis ini dan penulis berharap semoga karya ilmiah ini
dapat digunakan sebagaimana mestinya. Amin.

Gorontalo,12 Desember 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
1. Definisi Kesetimbangan Kimia 4
2. Cara Menyatakan Konstanta Kesetimbangan 6
3. Manfaat Konstanta Kesetimbangan 11
BAB III PENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di alam sekitar kita banyak terjadi reaksi-reaksi kimia, seperti fotosintesis. Fotosintesis
adalah proses kimia yang mengubah karbon dioksida dan air menjadi karbohidrat dan oksigen, di
mana reaksi ini berkataliskan klorofil dan menggunakan sinar matahari sebagai energi untuk
reaksi.
6 CO2(g) + 6 H2O(l) --> C6H12O6(s) + 6 O2(g)
glukosa
Reaksi pembakaran bahan bakar bensin menghasilkan energi untuk menjalankan
kendaraan. Reaksi perkaratan logam (misal besi) terjadi karena reaksi antara logam dengan
oksigen di udara. Amoniak merupakan hasil industri kimia yang sangat penting. Reaksi
kesetimbangan nitrogen dan hidrogen pada kondisi standar (STP) menghasilkan amoniak dengan
kualitas yang kurang baik. Produk amoniak dikembangkan dengan menggunakan suhu dan
tekanan tinggi.
Dari reaksi-reaksi tersebut, apakah zat hasil reaksi dapat kembali lagi menjadi zat
semula? Apakah glukosa dapat kembali menjadi klorofil? Apakah energi yang dihasilkan untuk
menggerakkan kendaraan dapat kembali lagi menjadi bensin? Apakah besi berkarat dapat
kembali menjadi besi yang bersih seperti semula? Reaksi-reaksi tersebut merupakan reaksi kimia
satu arah (ireversibel), yaitu reaksi kimia di mana zat-zat hasil reaksi tidak dapat kembali lagi
menjadi zat-zat semula. Kondisi kesetimbangan dalam reaksi ini akan kalian pelajari dalam bab
ini.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa itu kesetimbangan kimia?
2. Bagaimanakah cara menyatakannya?

4
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Kimia.
2. Menambah wawasan tentang larutan.
3. Mengetahui lebih mendalam tentang larutan yang kita temukan dalam kehidupan.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan dalam membuat suatu karya ilmiah.
2. Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Sebagai bahan bacaan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
. Definisi Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang teramati
selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu kimia telah mencapai keadaan kesetimbangan
maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan sehingga tidak ada perubahan yang
teramati dalam sistem. Meskipun demikian, aktivitas molekul tetap berjalan, molekul-molekul
reaktan berubah mnjadi produk secara terus-menerus sambil molekul-molekul produk berubah
menjadi reaktan kembali dengan kecepatan yang sama.
Sedikit sekali reaksi kimia yang berjalan ke satu arah saja, kebanyakan adlah reaksi dapat
balik. Pada awal reaksi dapat balik, reaksi berjalan ke arah pembentukan produk. Sesaat setelah
produk tersebut, pembentukan reaktan produk juga mulai berjalan. Jika kecepatan reaksi maju
dan reaksi balik adalah sama, dan dikatakan bahwa kesetimbangan kimia telah dicapai. Harus
diingat bahwa kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan dan
produk. Kesetimbangan antara dua fase zat-zat yang sama disebut kesetimbangan fisika,
perubahan yang terjadi adalah proses fisika. Dalam peristiwa ini, molekul air yang meninggalkan
fase cair adalah sama dengan jumlah molekul yang kembali ke fase cair.
H2O(C) H2O(g)
Perhatian para kimiawi tercurah kepada proses kesetimbangan kimia, misalnya reaksi
dapat dibalik yang melibatkan nitrogen disebut oksida (NO2) dan nitrogen tetraosida (N2O4) yang
dinyatakan sebagai berikut.
N2O4(g) 2NO2(g)
Kemajuan reaksi ini mudah dimonitor karena N2O4 adalah suatu gas tak berwarna,
sedangkan NO2 adalah gas berwarna coklat tua. Andaikan sejumah tertentu gas
N2O4 diinjeksikan ke dalam labu tertutup, maka segera tampak warna coklat yang menunjukkan
terbentuknya molekul NO2. Intensitas warna terus meningkat dengan berlangsungnya peruraian
N2O4 terus-menerus sampai kesetimbangan tercapai. Pada keadaan ini, tidak ada lagi perubahan
warna yang diamati.
Secara eksperimen kita juga dapat mendapatkan keadaan kesetimbangan dimana gas
NO2 murni sebagai starting material atau dengan suatu campuran antara gas NO2 dan gas N2O4.

6
Kita dapat membuat jadi lebih umum pembicaraan ini dengan meninjau reaksi dapat
balik berikut.
aA Bb
di mana a, b, c dan d adalah koefisien-koefisien stoikiometri untuk spesies-spesies kimia A, B, C
dan D. Konstanta kesetimbangan reaksi pada temperatur tertentu adalah
K=
Persamaan tersebut adalah suatu bentuk matematika hukum aksi massa yang diusulkan
oleh Cato Gulberg dan Peter Waage pada tahun 1864.

Ciri-Ciri Kesetimbangan kimia


Ø Hanya terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap
Ø Reaksinya berlangsung terus-menerus (dinamis) dalam dua arah yang berlawanan
Ø Laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri)
Ø Semua komponen yang terlibat dalam reaksi tetap ada
Ø Tidak terjadi perubahan yang sifatnya dapat diukur maupun diamati

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kesetimbangan Kimia

Pengaruh konsentrasi

Jika konsentrasinya diperbesar pada salah satu zat maka reaksi bergeser dari arah zat
tersebut, sedangkan bila konsentrasinya diperkecil maka reaksi akan bergeser ke arah zat
tersebut.

Pengaruh tekanan

Perubahan tekanan hanya berpengaruh pada sistem gas, berdasarkan hukum boyle bila
tekanan gas diperbesar maka volumenya diperkecil, sedangkan bila tekanan gas diperkecil maka
volume gas diperbesar, berdasarkan persamaan gas ideal PV = nRT bahwa tekanan berbanding
lurus dengan jumlah mol gas. jika mol gas bertambah maka tekanan akan membesar, sebaliknya
bila jumlah mol gas berkurang maka tekanan akan menjadi kecil. Dengan demikian jika tekanan

7
diperbesar maka reaksi akan bergeser ke arah jumlah mol gas yang lebih kecil dan juga
sebaliknya.

Pengaruh Suhu Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan bergeser ke arah reaksi endoterm,
sedangkan jika suhu diturunkan maka reaksi akan bergeser ke arah eksoterm. Contoh : N2(g) +
3H2(g)<--> 2NH3(g) H= - 92 kJ, bila suhu diubah dari 500° menjadi 1200° maka kesetimbangan
ke arah endoterm atau ke kiri. Katalis-katalis hanya berfungsi untuk mempercepat tercapainya
kesetimbangan kimia.

Jenis- Jenis Kesetimbangan Kimia

1) Kesetimbangan Homogen

Semua spesi kimia berada dalam fasa yang sama. Salah satu contoh kesetimbangan homogen
fasa gas adalah sistem kesetimbangan N2O4/NO2. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

N2O4(g) <——> 2 NO2(g)

Kc = [NO2]2 / [N2O4]

Konsentrasi reaktan dan produk dalam reaksi gas dapat dinyatakan dalam bentuk tekanan
parsial masing-masing gas (ingat persamaan gas ideal, PV=nRT). Dengan demikian, satuan
konsentrasi yang diganti dengan tekanan parsial gas akan mengubah persamaan Kc menjadi Kp
sebagai berikut :

Kp = (PNO2)2 / (PN2O4)

PNO2 dan PN2O4 adalah tekanan parsial masing-masing gas pada saat kesetimbangan
tercapai. Nilai Kp menunjukkan konstanta kesetimbangan yang dinyatakan dalam satuan tekanan
(atm). Kp hanya dimiliki oleh sistem kesetimbangan yang melibatkan fasa gas saja.

Secara umum, nilai Kc tidak sama dengan nilai Kp, sebab besarnya konsentrasi reaktan
dan produk tidak sama dengan tekanan parsial masing-masing gas saat kesetimbangan. Dengan
demikian, terdapat hubungan sederhana antara Kc dan Kp yang dapat dinyatakan dalam
persamaan matematis berikut :

Kp = Kc (RT)∆n

8
Kp = konstanta kesetimbangan tekanan parsial gas

Kc = konstanta kesetimbangan konsentrasi gas

R = konstanta universal gas ideal (0,0821 L.atm/mol.K)

T = temperatur reaksi (K)

∆n = Σ koefisien gas produk - Σ koefisien gas reaktan

Selain kesetimbangan homogen fasa gas, terdapat pula sejumlah kesetimbangan homogen
fasa larutan. Salah satu contoh kesetimbangan homogen fasa larutan adalah kesetimbangan
ionisasi asam asetat (asam cuka) dalam air. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

CH3COOH(aq) <——> CH3COO-(aq) + H+(aq)

Kc = [CH3COO-] [H+] / [CH3COOH]

2) Kesetimbangan Heterogen

Kesetimbangan ini melibatkan reaktan dan produk dalam fasa yang berbeda. Sebagai
contoh, saat padatan kalsium karbonat dipanaskan dalam wadah tertutup, akan terjadi reaksi
berikut :

CaCO3(s) <——> CaO(s) + CO2(g)

Dalam reaksi penguraian padatan kalsium karbonat, terdapat tiga fasa yang berbeda, yaitu
padatan kalsium karbonat, padatan kalsium oksida, dan gas karbon dioksida. Dalam
kesetimbangan kimia, konsentrasi padatan dan cairan relatif konstan, sehingga tidak disertakan
dalam persamaan konstanta kesetimbangan kimia. Dengan demikian, persamaan konstanta
kesetimbangan reaksi penguraian padatan kalsium karbonat menjadi sebagai berikut :

Kc = [CO2]

Kp = PCO2

9
Baik nilai Kcmaupun Kp tidak dipengaruhi oleh jumlah CaCO3 dan CaO (jumlah padatan).
Beberapa aturan yang berlaku dalam penentuan nilai konstanta kesetimbangan kimia saat reaksi
kesetimbangan dimanipulasi (diubah) antara lain :

1. Jika reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk penjumlahan dua atau lebih reaksi, nilai konstanta
kesetimbangan reaksi keseluruhan adalah hasil perkalian konstanta kesetimbangan masing-
masing reaksi.

A + B <——> C + D Kc’

C + D <——> E + F Kc’’

A + B <——> E + F Kc = Kc’ x Kc’’

2. Jika reaksi ditulis dalam bentuk kebalikan dari reaksi semula, nilai konstanta kesetimbangan
menjadi kebalikan dari nilai konstanta kesetimbangan semula.

A + B <——> C + D Kc’ = [C] [D] / [A] [B]

C + D <——> A + B Kc = [A] [B] / [C] [D] = 1 / Kc’

3. Jika suatu reaksi kesetimbangan dikalikan dengan faktor n, nilai konstanta kesetimbangan
menjadi nilai konstanta kesetimbangan semula dipangkatkan dengan faktor n.

A + B <——> C + D Kc’ = [C] [D] / [A] [B]

2 A + 2 B D 2 C + 2 D Kc = [C]2 [D]2 / [A]2 [B]2 = { [C] [D] / [A] [B] }2 = (Kc’)2

Salah satu kegunaan konstanta kesetimbangan kimia adalah memprediksi arah reaksi.
Untuk mempelajari kecenderungan arah reaksi, digunakan besaran Qc, yaitu hasil perkalian
konsentrasi awal produk dibagi hasil perkalian konsentrasi awal reaktan yang masing-masing
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Jika nilai Qc dibandingkan dengan nilai Kc, terdapat
tiga kemungkinan hubungan yang terjadi, antara lain :

1. Qc < Kc

10
Sistem reaksi reversibel kelebihan reaktan dan kekurangan produk. Untuk mencapai
kesetimbangan, sejumlah reaktan diubah menjadi produk. Akibatnya, reaksi cenderung ke arah
produk (ke kanan).

2. Qc = Kc

Sistem berada dalam keadaan kesetimbangan. Laju reaksi, baik ke arah reaktan maupun
produk, sama.

3. Qc > Kc

Sistem reaksi reversibel kelebihan produk dan kekurangan reaktan. Untuk mencapai
kesetimbangan, sejumlah produk diubah menjadi reaktan. Akibatnya, reaksi cenderung ke arah
reaktan (ke kiri).

Kesetimbangan kimia dapat diganggu oleh beberapa faktor eksternal. Sebagai contoh,
pada pembahasan proses Haber sebelumnya, telah diketahui bahwa nilai Kc pada proses Haber
adalah 3,5.108 pada suhu kamar. Nilai yang besar ini menunjukkan bahwa pada kesetimbangan,
terdapat banyak gas amonia yang dihasilkan dari gas nitrogen dan gas hidrogen. Akan tetapi,
masih ada gas nitrogen dan gas hidrogen yang tersisa pada kesetimbangan. Dengan menerapkan
prinsip ekonomi dalam dunia industri, diharapkan sebanyak mungkin reaktan diubah menjadi
produk dan reaksi tersebut berlangsung sempurna. Untuk mendapatkan produk dalam jumlah
yang lebih banyak, kesetimbangan dapat dimanipulasi dengan menggunakan prinsip Le
Chatelier.

Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier, menemukan bahwa jika


reaksi kimia yang setimbang menerima perubahaan keadaan (menerima aksi dari luar), reaksi
tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu pergeseran tertentu untuk
mengatasi perubahan yang diterima (melakukan reaksi sebagai respon terhadap perubahan yang
diterima). Hal ini disebut Prinsip Le Chatelier.

Ada tiga faktor yang dapat mengubah kesetimbangan kimia, antara lain :

11
1. Konsentrasi reaktan atau produk

2. Suhu

3. Tekanan atau volume pada sistem yang mengandung fasa gas

Untuk memproduksi gas amonia sebanyak mungkin, dapat dilakukan manipulasi


kesetimbangan kimia dari segi konsentrasi reaktan maupun produk, tekanan ruangan, volume
ruangan, dan suhu reaksi.

Berikut ini adalah pembahasan mengenai masing-masing faktor.

1. Mengubah konsentrasi

Jika ke dalam sistem kesetimbangan ditambahkan gas nitrogen maupun gas hidrogen
berlebih (reaktan berlebih), nilai Qc menjadi lebih kecil dibandingkan Kc. Untuk
mengembalikan ke kondisi setimbang, reaksi akan bergeser ke arah produk (ke kanan).
Akibatnya, jumlah produk yang terbentuk meningkat. Hal yang sama juga akan terjadi jika gas
amonia yang terbentuk langsung diambil. Reaksi akan bergeser ke arah kanan untuk mencapai
kembali kesetimbangan.

Dapat disimpulkan bahwa jika dalam sistem kesetimbangan ditambahkan lebih banyak
reaktan atau produk, reaksi akan bergeser ke sisi lain untuk menghabiskannya. Sebaliknya, jika
sebagian reaktan atau produk diambil, reaksi akan bergeser ke sisinya untuk menggantikannya.

2.Mengubah suhu

Reaksi pada proses Haber adalah reaksi eksotermis. Reaksi tersebut dapat dinyatakan
dalam persamaan reaksi berikut :

N2(g) + 3 H2(g) <——> 2 NH3(g) + Kalor

Jika campuran reaksi tersebut dipanaskan, akan terjadi peningkatan jumlah kalor dalam
sistem kesetimbangan. Untuk mengembalikan reaksi ke kondisi setimbang, reaksi akan bergeser
dari arah kanan ke kiri.

12
Akibatnya, jumlah reaktan akan meningkat disertai penurunan jumlah produk. Tentu saja
hal ini bukanlah sesuatu yang diharapkan. Agar jumlah amonia yang terbentuk meningkat,
campuran reaksi harus didinginkan. Dengan demikian, jumlah kalor di sisi kanan akan berkurang
sehingga reaksi akan bergeser ke arah kanan.

Secara umum, memanaskan suatu reaksi menyebabkan reaksi tersebut bergeser ke sisi
endotermis. Sebaliknya, mendinginkan campuran reaksi menyebabkan kesetimbangan bergeser
ke sisi eksotermis.

3. Mengubah tekanan dan volume

Mengubah tekanan hanya mempengaruhi kesetimbangan bila terdapat reaktan dan/atau


produk yang berwujud gas. Pada proses Haber, semua spesi adalah gas, sehingga tekanan dapat
mempengaruhi kesetimbangan.

Reaksi pada proses Haber terjadi dalam ruangan tertutup. Tekanan pada ruangan terjadi
akibat tumbukan gas hidrogen, gas nitrogen, serta gas amonia terhadap dinding ruangan tersebut.
Saat sistem mencapai keadaan setimbang, terdapat sejumlah gas nitrogen, gas hidrogen, dan gas
amonia dalam ruangan. Tekanan ruang dapat dinaikkan dengan membuat tempat reaksinya
menjadi lebih kecil (dengan memampatkannya, misal dengan piston) atau dengan memasukkan
suatu gas yang tidak reaktif, seperti gas neon. Akibatnya, lebih banyak tumbukan akan terjadi
pada dinding ruangan bagian dalam, sehingga kesetimbangan terganggu. Untuk mengatasi
pengaruh tersebut dan memantapkan kembali kesetimbangan, tekanan harus dikurangi.

Setiap kali terjadi reaksi maju (dari kiri ke kanan), empat molekul gas (satu molekul gas
nitrogen dan tiga molekul gas hidrogen) akan membentuk dua molekul gas amonia. Reaksi ini
mengurangi jumlah molekul gas dalam ruangan. Sebaliknya, reaksi balik (dari kanan ke kiri),
digunakan dua molekul gas amonia untuk mendapatkan empat molekul gas (satu molekul gas
nitrogen dan tiga molekul gas hidrogen). Reaksi ini menaikkan jumlah molekul gas dalam
ruangan.

Kesetimbangan telah diganggu dengan peningkatan tekanan. Dengan mengurangi


tekanan, gangguan tersebut dapat dihilangkan. Mengurangi jumlah molekul gas di dalam
ruangan akan mengurangi tekanan (sebab jumlah tumbukan akan berkurang). Oleh sebab itu,

13
reaksi maju (dari kiri ke kanan) lebih disukai, sebab empat molekul gas akan digunakan dan
hanya dua molekul gas yang akan terbentuk. Sebagai akibat dari reaksi maju ini, akan dihasilkan
gas amonia yang lebih banyak.

Secara umum, meningkatkan tekanan (mengurangi volume ruangan) pada campuran yang
setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang mengandung jumlah molekul gas yang
paling sedikit. Sebaliknya, menurunkan tekanan (memperbesar volume ruangan) pada campuran
yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang mengandung jumlah molekul gas
yang paling banyak.

Sementara untuk reaksi yang tidak mengalami perubahan jumlah molekul gas (mol
reaktan = mol produk), faktor tekanan dan volume tidak mempengaruhi kesetimbangan kimia.

Katalis meningkatkan laju reaksi dengan mengubah mekanisme reaksi agar melewati
mekanisme dengan energi aktivasi terendah. Katalis tidak dapat menggeser kesetimbangan
kimia. Penambahan katalis hanya mempercepat tercapainya keadaan setimbang.

Dari beberapa faktor di atas, hanya perubahan temperatur (suhu) reaksi yang dapat
mengubah nilai konstanta kesetimbangan (Kc maupun Kp). Perubahan konsentrasi, tekanan, dan
volume hanya mengubah konsentrasi spesi kimia saat kesetimbangan, tidak mengubah nilai K.
Katalis hanya mempercepat tercapainya keadaan kesetimbangan, tidak dapat menggeser
kesetimbangan kimia

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Kesetimbangan
kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang teramati selama bertambahnya
waktu reaksi. Jika suatu kimia telah mencapai keadaan kesetimbangan maka konsentrasi reaktan
dan produk menjadi konstan sehingga tidak ada perubahan yang teramati dalam sistem. Konsep
konstanta kesetimbangan sangat penting dalam ilmu kimia. Konsep ini digunakan sebagai kunci
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan stoikiometri yang melibatkan sistem
kesetimbangan. Dan untuk menyatakannya ada langkah tertentu untuk menyelesaikannya.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan atau aspirasikan dalam penulisan karya ilmiah
ini yaitu :
1. Sebaiknya pihak universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi penulisan karya
ilmiah melalui internet agar mahasiswa lebih termotivasi dalam menemukan bahan atau materi
lewat beberapa buku di perpustakaan dan agar mahasiswa lebih termotivasi untuk membaca
buku.
2. Sebaiknya mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi kesetimbangan kimia karena materi
ini merupakan materi dari salah satu mata kuliah umum yang perlu diluluskan untuk
pengambilan SKS berikutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin. 2013. Kimia Dasar 1. Makassar:


Bagian Kimia UPT Mata Kuliah Umum Universitas Hasanuddin.

Partana, Crys Fajar dan Antuni Wiyars. 2009. Mari Belajar Kimia Jilid 2 untuk
SMA-MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.

Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan
Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu
Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

16

Anda mungkin juga menyukai