Makalah Jatropha Curcas
Makalah Jatropha Curcas
Disusun oleh:
Nama : Ahmad Sukron
Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada
Bidang : Biologi
Abstrak
Pertambangan dan pengolahan mineral merupakan bidang-bidang utama
dalam kegiatan ekonomi Indonesia yang memberikan sumbangan cukup besar
terhadap pendapatan negara. Namun demikian, kegiatan tersebut juga memberikan
dampak negatif terhadap lingkungan. Tambang mineral dapat menyebabkan
terjadinya penyebaran logam-logam berat ke lingkungan sekitar lokasi tambang.
Sementara itu, tumpahan minyak dari tambang minyak dapat mencemari tanah dan
air. Kedua hal tersebut menimbulkan ancaman yang serius bagi kesehatan manusia
dan linkungan.
Secara umum, reklamasi lahan bekas tambang dengan metode fisika dan
kimia diakui memiliki banyak kekurangan. Sementara itu, fitoremediasi kini
dianggap sebagai solusi alternatif untuk mereklamasi lahan bekas tambang. Salah
satu agen fitoremediator yang sangat potensial untuk digunakan adalah tanaman
jarak pagar atau Jatropha curcas. Tanaman ini mampu menghilangkan polutan
yang berupa logam berat maupun hidrokarbon dari dalam tanah. Dengan banyaknya
keunggulan yang dimiliki, tanaman tersebut menjadi alternatif pilihan yang sangat
baik untuk diterapkan di areal-arel pertambangan di Indonesia.
Di dalam tanah, logam berat dapat berefek toksik terhadap mikrobia tanah,
yang mengakibatkan penurunan pada populasi dan aktifivtas mereka. Pada
tumbuhan, dosis logam berat yang telalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya
kekacauan metabolik dan penghambatan pertumbuhan pada kebanyakan spesies.
Bahkan sering kali, dosis logam berat yang terlalu tinggi juga menyebabkan
terjadinya kematian tumbuhan (Ali et al., 2013).
Selama ini, berbagai macam pendekatan fisika, kimia dan biologi telah
digunakan untuk menghilangkan kontaminasi logam berat pada tanah.
Remediasi konvensional yang selama ini banyak digunakan meliputi vitrifikasi
in situ, insinerasi tanah, pencucian tanah, solidifikasi, dan stabilisasi dengan
sistem elektro-kinetik. Secara umum, metode fisika dan kimia memiliki banyak
kekurangan antara lain membutuhkan biaya yang tinggi, membutuhkan banyak
tenaga kerja, menyebabkan terjadinya perubahan pada sifat-sifat tanah yang
bersifat ireversibel, serta menimbulkan gangguan pada mikroflora tanah. Metode
kimiawi juga dapat menyebabkan masalah polusi sekunder (Ali et al., 2013).
Fitoremediasi dianggap sebagai solusi alternatif terhadap polusi logam
berat. Fitoremediasi merupakan salah satu jenis bioremediasi yang
menggunakan tumbuhan dan mikrobia tanah untuk menurunkan konsentrasi
kontaminan maupun untuk mengurangi efek toksik dari kontaminan tersebut di
dalam lingkungan. Fitoremediasi dapat digunakan untuk menghilangkan logam
berat dan juga kontaminan organik (seperti pestisida dan hidrokarbon).
Tumbuhan hijau diyakini mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk
menyerap polutan dari lingkungan dan mendetoksifikasinya melalui berbagai
mekanisme. Secara umum, tumbuhan dapat mengatasi kontaminan pada tanah
tanpa merusak lapisan topsoil sehinggga kesuburan tanah tetap terjaga.
Tumbuhan juga dapat memperbaiki kesuburan tanah dengan cara memberikan
input berupa bahan-bahan organik ke dalam tanah. Ekresi berbagai senyawa oleh
akar tumuhan dapat membantu proses degradasi senyawa toksik dan dapat pula
bertindak sebagai substrat untuk mikroba tanah yang secara langsung dapat
meningkatkan proses biodegradasi kontaminan organik. Penanaman vegetasi
pada tanah yang terpolusi juga dapat mencegah erosi dan metal leaching,
menciptakan habitat untuk berbagai flora dan fauna serta menciptakan bentang
alam yang lebih estetis (Singh, 2012).
Fitoremediasi merupakan strategi remediasi yang digerakkan oleh tenaga
matahari. Fitoremediasi adalah cara yang efektif dipandang dari sudut biaya
karena membutuhkan biaya instalasi dan pemeliharaan yang relatif lebih sedikit.
Selain itu, fitoremediasi juga lebih efisien, ramah lingkungan dan aplikatif
dibanding dengan metode konvensional. Secara umum, publik lebih menerima
fitoremediasi dibanding metode yang lain karena dianggap sebagai strategi yang
“hijau dan bersih” (Ali et al., 2013).
Jarak pagar (Jatropha curcas) merupakan sejenis tumbuhan yang
berbentuk pohon kecil atau semak besar yang banyak ditemukan di daerah tropis.
J. curcas aslinya berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah, tetapi kemudian
tersebar ke Amerika Latin, Afrika, India dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Angka harapan hidup tumbuhan ini mencapai 50 tahun. J. curcas merupakan
tanaman yang memiliki banyak kegunaan (Pandey et al., 2012).
J. curcas sangat potensial untuk digunakan sebagai agen fitoremediator
karena memiliki banyak kelebihan (Pandey et al., 2012). Kelebihan-kelebihan
tersebut antara lain:
1. Mampu mengakumulasi logam berat
2. Memiliki koefisien translokasi logam berat yang rendah sehingga logam
berat tidak banyak diangkut ke daun dan biji
3. Merupakan tumbuhan yang tidak bisa dimakan, baik oleh manusia maupun
oleh hewan sehingga mengurangi resiko masuknya logam berat ke dalam
rantai makanan
4. Mampu menghilangkan polutan yang berupa hidrokarbon seperti minyak
bumi melalui kerja samanya dengan mikroba tanah
5. Menghasilkan biji yang bisa dijadikan bahan baku untuk biodiesel sehingga
merupakan sumber energi yang terbarukan
6. Dapat memperbaiki kesuburan tanah karena dapat meningkatkan karbon
organik, biomassa mikroba dan aktivitas enzim di dalam tanah
7. Memiliki sistem perakaran yang menyebar luas sehingga dapat
meningkatkan water holding capacity tanah
8. Secara alamiah merupakan tumbuhan tropis sehingga sesuai untuk
dimanfaatkan di Indonesia
9. Mampu bertahan hidup pada lahan yang marginal sehingga budidayanya
tidak berkompetisi secara langsung dengan tanaman pangan dalam hal
penggunaan lahan
10. Mampu bertahan dalam kondisi kering karena memiliki efisiensi yang tinggi
dalam penggunaan air
11. Dapat tumbuh dengan cepat dengan pemeliharaan yang minimal
12. Mampu menghadapi stres lingkungan dan serangan hama serta penyakit
13. Mampu hidup pada lahan berkadar garam tinggi
14. Membutuhkan sedikit nutrien
15. Mudah diperbanyak dengan masa gestasi yang pendek
Penggunaan J. curcas sebagai fitoremediator tentu membawa banyak
manfaat bagi masyarakat di sekitar tambang. Biji minyak jarak dikenal memiliki
kandungan minyak yang cukup tinggi, yaitu sekitar 30-50%. Minyak ini tidak
termasuk minyak untuk makanan (non-edible oil) sehingga penggunaannya tidak
menganggu penyediaan minyak makan nasional. Minyak dari J. curcas dapat
dengan mudah diubah menjadi bio-fuel yang memenuhi standar Amerika dan
Eropa. Beberapa karakteristik unggul yang dimiliki oleh minyak dari J. curcas
antara lain memiliki tingkat keasaman yang rendah, stabilitas oksidasi yang lebih
baik dibanding dengan minyak kedelai, viskositas yang lebih rendah dibanding
minyak jarak serta karakteristik pendinginan yang lebih baik dibanding minyak
sawit. Selain itu, viskositas, asam lemak bebas, dan densitas minyak serta
biodieselnya juga stabil selama penyimpanan (Pandey et al., 2012). Jika areal
remediasi cukup luas, maka tidak mustahil apabila minyak dari biji J. curcas ini
bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk membangkitkan tenaga listrik yang
bisa disuplai ke desa-desa di sekitar areal remediasi. Konversi minyak biji J.
curcas menjadi biodiesel terutama dianjurkan pada J. curcas yang ditanam pada
lahan bekas tambang minyak bumi. Ini dikarenakan tambang minyak bumi tidak
banyak menghasilkan logam berat sehingga kekhawatiran adanya logam berat
pada minyak jauh lebih kecil. Perlu diingat lagi bahwa koefisien translokasi
logam berat pada J. curcas cukup kecil sehingga minyak yang dihasilkan dari
pohon J. curcas yang hidup pada lahan bekas tambang mineral pun
kemungkinan besar tetap tidak mengandung logam berat dalam konsentrasi yang
berbahaya.
Proses ektraksi minyak sendiri selain menghasilkan minyak juga
menghasilkan ampas. Ampas ini bisa digunakan untuk menghasilkan biogas
sebelum akhirnya bisa digunakan sebagai pupuk. Pemanfaatan ampas tersebut
mampu menghasilkan 60% biogas lebih banyak dibandingkan dengan kotoran
ternak (Staubmann et al., 1997).
J. curcas mampu memberikan pendapatan bersih selama sekitar 30-35
tahun sejak tahun ke empat dari tahun penanaman (Pandey et al, 2012). Proses
pembibitan, penanaman, pemanenan biji, ektraksi minyak dan lain-lain akan
memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat terpencil sehingga mengurangi
arus urbanisasi. Dengan demikian, diharapkan bahwa pemanfaatan J. curcas
sebagai fitoremediator ini akan memperkuat struktur ekonomi masyarakat
setempat sekaligus meningkatkan kemandiriannya. Selain itu, listrik yang
dihasilkan dari biodiesel untuk penerangan juga akan memperbaiki situasi
domestik dan membuat anak-anak sekolah lebih mudah belajar.
Apabila penanaman J. curcas ini ditujukan untuk usaha agroforestri dan
untuk memproduksi minyak dalam jangka panjang, maka penanaman dengan
menggunakan biji lebih dianjurkan. Hal ini dikarenakan tanaman yang
dihasilkan dari perbanyakan secara vegetatif tidak menghasilkan akar utama
(taproot) sehingga mudah roboh apabila terkena angin. Tanaman yang tumbuh
dari biji akan menghasilkan akar utama yang menembus lapisan tanah yang lebih
dalam sehingga mampu menyerap nutrien tanpa harus banyak bersaing dengan
akar tanaman lain. Jarak penanaman yang dianjurkan adalah 3 m x 3 m karena
memberikan hasil yang lebih tinggi, minimal pada tahun-tahun awal (Heller,
1996).
Untuk menghasilkan biji yang kandungan minyaknya tinggi, biji harus
dipanen saat mencapai kematangan yang ditandai dengan perubahan warna dari
hijau menjadi kuning kecokelatan. Kematangan biasanya dicapai 90 hari setelah
pembungaan, tetapi tidak semua buah matang secara bersamaan. Di daerah
dengan curah hujan yang cukup, panen biji bisa dilakukan setiap minggu
sepanjang tahun. Potensi panen tanaman ini berkisar antara 0,1-15 ton biji
kering/ha/tahun, tergantung dari kondisi tanah, curah hujan dan praktik budi
dayanya (Ouwen et al., 2007).
Tabel 2 menunjukkan perhitungan keuntungan dari hasil produksi minyak
J. curcas selama satu tahun untuk lahan seluas seribu hektar. Angka-angka yang
digunakan dalam perhitungan sebagian merupakan asumsi moderat yang diambil
dari berbagai sumber.
Tabel 2. Perhitungan Keuntungan dari Produksi Minyak oleh J. curcas
Kuantitas Satuan
Luas lahan 1.000 ha
Produktivitas 10.000 kg/ha/tahun
Produksi biji kering 10.000.000 kg/tahun
Kandungan minyak 50 %
Produksi minyak 5.000.000 kg/tahun
(massa)
Massa jenis minyak 0,96 kg/liter
Produksi minyak 5.208.333 liter/tahun
(volume)
Kebutuhan untuk 0,275 liter/kwh
produksi energi listrik
Produksi energi listrik 18.939.394 kwh/tahun
Tarif dasar listrik 605 rupiah/kwh
Penghematan tagihan 11.458.333.333 rupiah/tahun
listrik
Jatah daya untuk satu 1.000 watt/keluarga
keluarga
Penggunaan daya oleh 8 jam/hari
keluarga
Kebutuhan energi 2.880 kwh/keluarga/tahun
listrik
Jumlah keluarga yang 6.576 Keluarga
terlayani
Dari Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa lahan seluas seribu ha mampu
menyuplai kebutuhan listrik sebanyak 5.576 keluarga per tahunnya dengan nilai
mencapai sebelas miliar lebih. Ini belum termasuk nilai biogas yang dapat
diproduksi dari pemanfaatan ampas hasil ekstraksi minyaknya. Namun
demikian, untuk dapat memanfaatkan minyak J. curcas sebagai bahan bakar
untuk pembangkit listrik, tentu dibutuhkan biaya investasi untuk berbagai
macam peralatan yang dibutuhkan.
Untuk efisiensi penghilangan logam berat sendiri, penelitian di rumah
kaca menunjukkan bahwa kecambah J. curcas dengan biomassa 3,36 gram
mampu menghilangkan 2,35% logam berat pada substrat setelah 60 hari
pemaparan. Ini masih bisa ditingkatkan lagi hingga 3,64% dengan penambahan
EDTA (Jamil et al., 2009). Efek tersebut bersifat linear, yaitu semakin besar
biomassa J. curcas maka semakin besar pula persentase logam berat yang bisa
dihilangkan dari tanah. Substrat yang dimaksud di sini adalah tanah yang berada
di sekitar akar tanaman J. curcas.
Dalam waktu 180 hari, J. curcas juga mampu menghilangkan
kontaminan minyak dengan konsentrasi 2,5% di dalam tanah sebanyak 56,6%
(w/w). Ini masih bisa ditingkatkan lagi hingga 89,6% apabila dilakukan
penambahan pupuk organik dari kulit pisang atau merang (Agamuthu et al.,
2010). Tidak mustahil apabila waktu yang digunakan diperlama, maka
kontaminasi minyak pada tanah akan hilang sama sekali.
Efektifitas dan keuntungan penggunaan J. curcas sebagai agen
fitoremediator dapat dioptimalkan dengan menjalankan praktik-praktik
agronomi yang baik, seperti penyesuaian rasio tumbuhan jantan dan betina,
pemberian pupuk organik, pemberian biofertilizer serta penggunaan lebah untuk
memperbaiki proses polinasi. Selain itu, untuk meningkatkan efisiensi
penghilangan logam berat dan hidrokarbon oleh J. curcas, perlu dilakukan
pencarian varietas baru melalui persilangan diantara varietas-varietas yang telah
ada maupun melalui rekayasa genetika. Varietas yang diharapkan adalah J.
curcas yang mampu hidup pada lahan marginal dengan tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Selain itu, varietas tersebut juga harus memiliki
koefisien tranlokasi logam berat yang rendah, sehingga logam berat tidak
terangkut ke organ-organ tumbuhan yang berada di atas tanah.
Pemaduan dengan agen fitoremediator yang lain juga bisa dilakukan
untuk memperbaiki efektifitas fitoremediasi oleh J. curcas. Salah satu
fitoremediator yang tepat untuk dipadukan dengan J. curcas antara lain yaitu
rumput akar wangi (Vetiveria zizanioides). V. zizanioides adalah sejenis rumput
abadi dengan kemampuan adaptasi ekologis yang kuat dan produktivitas
biomassa yang besar, mudah untuk dikelola dan dapat tumbuh dalam kondisi
tanah yang beragam. V. zizanioides mampu tumbuh pada lahan yang
terkontaminasi logam berat seperti pada lahan bekas tambang maupun bekas
minyak serta mampu mengakumulasi logam dalam konsentrasi yang tinggi.
Dengan penanaman rumput ini, kontaminasi As pada tanah dapat dikurangi dari
500 mg/kg menjadi 214 mg/kg setelah 6 bulan tanam (Purwani, 2010). Berbeda
dengan J. curcas yang memiliki akar yang mampu menembus lapisan tanah yang
dalam, V. zizanioides memiliki akar serabut yang menyebar di lapisan tanah
bagian atas sehingga mampu menahan erosi tanah oleh angin dan air. Dengan
demikian, antara kedua tumbuhan tersebut tidak akan terjadi kompetisi dalam
meperebutkan air serta nutrien tanah.
3. Kesimpulan
Jatropha curcas merupakan tanaman yang mampu menyerap berbagai
logam berat dan hidrokarbon yang ada di dalam tanah secara efektif. Dengan
berbagai keunggulan yang dimilikinnya, tanaman ini juga dapat memberikan
banyak manfaat terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi tambang.
Oleh karena itu, tanaman ini dapat dijadikan alternatif sebagai agen
fitoremediator untuk memperbaiki kondisi lahan bekas tambang di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA