Anda di halaman 1dari 7

REFERAT

ALZHEIMER DISEASE

DISUSUN OLEH:
Erlyne Tan (406161042)

PEMBIMBING:
dr. Noer Saelan Tadjudin, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK GERIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PANTI WERDHA KRISTEN HANA
PERIODE 8 JANUARI 2018 – 10 FEBRUARI 2018
BAB I
PENDAHULUAN

Populasi di seluruh dunia lansia dengan umur lebih dari 65 tahun pada
tahun 2006 sebanyak 500 juta orang diperkirakan meningkat menjadi 1 miliyar
orang pada tahun 2030. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi tenaga medis
dalam mencegah dan menyembuhkan penyakit degeneratif yang berhubungan
dengan semakin bertambahnya umur.

Alzheimer’s Disease (AD) merupakan penyakit neurodegeneratif yang


menyebab demensia pada lansia dengan insidious onset dan penurunan kognitif
progresif. Sampai saat ini tidak ditemukan terapi yang dapat menyembuhkan AD,
hanya memperlambat progresivitas penyakit. Karakteristik patologi dari AD
adalah ditemukan plak β – amyloid peptide (Aβ) ekstraseluler dan tau
neurofibrillary tangles intraseluler. Untuk mendapatkan diagnostik AD hanya
dapat melalui autopsi.

Menurut hipotesis kaskade amyloid, patogenesis AD terjadi karena


ketidakseimbangan antara produksi dan clearance β – amyloid peptide, terutama
42-asam amino isoform (Aβ1-42) yang mengakibatkan agregrasi sehingga terjadi
plak di korteks sereberal. Oleh karena itu, dilakukan berbagai macam penelitian
terhadap Aβ untuk mengetahui metabolisme, katabolisme, dan clearance Aβ;
penelitian Aβ sebagai biomarker AD; serta hubungan Aβ dengan penipisan korteks
serebral dan penurunan kognitif.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Alzheimer’s Disease (AD) merupakan penyakit neurodegeneratif yang


menyebab demensia pada lansia dengan insidious onset dan penurunan kognitif
progresif. Prevalensi AD meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Setiap
tahun terjadi 125 kasus baru per 100.000 orang dengan umur > 60 tahun.
Prevalensi kasus AD pada umur 60-69 tahun sebanyak 300/100.000; pada umur
70-79 tahun sebanyak 3.200/100.000; sedangkan pada umur > 80 tahun sebanyak
10.800/100.000.

Karakteristik AD yaitu ditemukan plak β–amyloid peptide (Aβ)


ekstraseluler dan tau neurofibrillary tangles intraseluler pada patologi anatomi.
Diduga Aβ dan tau neurofibrillary tangles merupakan penyebab AD. Metabolisme
APP menjadi Aβ diperantarai oleh enzim β- dan γ- secretase. APP akan dibelah
oleh β-secretase menjadi sAPPβ. CTFβ yang berada di membran akan dibelah
oleh γ- secretase menjadi Aβ. Spesies Aβ yang paling sering ditemukan adalah
Aβ40 sebanyak 80-90% dan Aβ42 sebanyak 5-10%.

Manifestasi AD berupa amnesia, disnomia, disorientasi visuospasial,


perubahan kepribadian dan paranoid, serta disfungsi eksekutif. Untuk
mengevaluasi AD dapat menggunakan Mini Mental State Exam (MMSE) untuk
mengevaluasi memori, bahasa, perhatian, kalkulasi, pengetahun dan orientasi;
pemeriksaan laboratorium, punksi lumbal, dan pemeriksaan radiologi. Untuk
mendiagnosis AD dengan pasti (definite AD) hanya dapat melalui biopsi atau
autopsi.

3
Pengukuran Aβ dalam plasma merupakan pemeriksaan biomarker assay
dengan invasif minimal dan cost-effective. Faktor yang dapat mempengaruhi
kadar Aβ dalam plasma seperti umur dan penyakit serebrovaskular. Pada studi

4
cross-sectional dan longitudinal menunjukkan kadar Aβ dalam plasma berpotensi
digunakan sebagai biomarker prognostik. Namun pada studi kohort menunjukkan
kadar Aβ dalam plasma sebagai biomarker diagnostik perlu dilakukan penelitian
yang lebih lanjut untuk mendapatkan interpretasi kadar Aβ dalam plasma dengan
atau tanpa komorbid lainnya pada pasien dengan kognitif normal, mild cognitive
impairment, dan AD.

Pada suatu studi yang membandingkan fungsi kognitif, faktor risiko


vaskular, ketebalan korteks serebral, dan penurunan kognitif dengan kadar plasma
Aβ1-40 dan Aβ1-42 pada lansia menyatakan bahwa tidak ada perbedaan faktor risiko
(umur, jenis kelamin, body mass index, profil lipid, dan distribusi apolipoprotein E
e4) pada Aβ1-40 dan Aβ1-42, kecuali kadar homosistein pada kelompok kadar Aβ1-42
tinggi lebih tinggi dibandingkan kelompok kadar Aβ1-42 rendah. Kelompok kadar
Aβ tinggi mengalami penurunan daya ingat dibandingkan kelompok kadar Aβ
rendah. Setiap Aβ peptide mempengaruhi aspek memori yang berbeda-beda. Pada
lansia dengan kadar Aβ1-40 tinggi mengalami penipisan korteks prefrontal bilateral
dibandingkan kelompok Aβ1-40 rendah. Pada lansia dengan kadar Aβ1-42 tinggi
mengalami atrofi kortkes serebral regio anterior temporal dextra.

Tatalaksana AD antara lain cholinerase inhibitors (donepezil, rivastigmine,


galantamine, dan memantine), tiamin, nootropik, klonidin, haloperidol, acetyl L-

cartine dan N-metil-D-aspartat (NMDA) reseptor antagonis. Glutathione (GSH)


mengurangi ROS dengan kelompok tiolnya dalam keadaan berkurang dan pada
akhir reaksi ini teroksidasi (GSSG). Glutathione peroxidase (GPx) dapat
memproteksi sel dengan mengkatalisasi reduksi peroksida dengan stoichiometric
reductant glutathione sehingga menurunkan radikal bebas. Ebselen memiliki cara
kerja seperti GPx sehingga dapat mengurangi kerusakan pada serebral. Di antara
senyawa Ebselen yang memiliki potensi tinggi adalah 5e dan 5i.

Pada pasien AD mengalami menurunan 2-4 poin pada MMSE setiap


tahun. Pasien AD lebih berisiko mengalami trauma dan infeksi, mortalitas
kebanyakan terjadi akibat pneumonia, malnutrisi, dehidrasi dan sepsis.

5
BAB III

KESIMPULAN

Pada Alzheimer’s Disease (AD) ditemukan plak β–amyloid peptide (Aβ)


ekstraseluler dan tau neurofibrillary tangles intraseluler. Metabolisme APP
menjadi Aβ diperantarai oleh enzim β- dan γ- secretase. Spesies Aβ yang paling
sering ditemukan adalah Aβ40 sebanyak 80-90% dan Aβ42 sebanyak 5-10%.

Manifestasi AD berupa amnesia, disnomia, disorientasi visuospasial,


perubahan kepribadian dan paranoid, serta disfungsi eksekutif. Untuk
mengevaluasi AD dengan cara MMSE, pemeriksaan laboratorium, punksi lumbal,
dan pemeriksaan radiologi. Untuk mendiagnosis AD dengan pasti (definite AD)
hanya dapat melalui biopsi atau autopsi.

Pengukuran Aβ dalam plasma merupakan pemeriksaan biomarker assay


dengan invasif minimal dan cost-effective. Kadar Aβ dalam plasma berpontensi
digunakan sebagai biomarker prognostik. Namun jika kadar Aβ dalam plasma
digunakan sebagai biomarker diagnostik perlu dilakukan penelitian yang lebih
lanjut .

Pada suatu studi menyatakan menyatakan bahwa tidak ada perbedaan


faktor risiko pada Aβ1-40 dan Aβ1-42, kecuali kadar homosistein pada kelompok
kadar Aβ1-42 tinggi lebih tinggi dibandingkan kelompok kadar Aβ1-42 rendah.
Kelompok kadar Aβ tinggi mengalami penurunan daya ingat dibandingkan
kelompok kadar Aβ rendah. Pada lansia dengan kadar Aβ 1-40 tinggi mengalami
penipisan korteks prefrontal bilateral . Sementara, pada lansia dengan kadar Aβ1-42
tinggi mengalami atrofi kortkes serebral regio anterior temporal dextra.

Tatalaksana AD antara lain cholinerase inhibitors, tiamin, nootropik,


klonidin, haloperidol, acetyl L-cartine dan N-metil-D-aspartat (NMDA) reseptor
antagonis. Ebselen memiliki cara kerja seperti GPx sehingga dapat mengurangi
kerusakan pada serebral. Pada pasien AD mengalami menurunan 2-4 poin pada
MMSE setiap tahun.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Murphy MP, LeVine III H. Alzheimer’s Disease and The β-Amyloid


Peptide. National Institutes of Health [internet]. 2010 January (cited 2018
January) ; 19(1): 311. Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2813509/

2. Marder K. Dementia & Memory Loss. In: Current Diagnosis & Treatment
Neurology. 2nd Edition. United States: The McGraw-Hill Companies;
2012. p78

3. Toledo J, Shaw LM, Trojanowski JQ. Plasma Amyloid Beta Measurements


– A Desired But Elusive Alzheimer’s Disease Biomarker. Alzheimer’s
Research & Therapy [internet]. 2013 March (cited 2018 January); 5(2) : 8.
Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3706955/pdf/alzrt162.pdf

4. Llado-Saz S, Atienza M, Cantero JL. Increased Levels of Plasma


Amyloid-Beta are Related to Cortical Thinning and Cognitive Decline in
Cognitively Normal Elderly Subjects. Neurobiology of Aging [internet].
2015 June 24 (cited 2018 January); 36(10): 2791-7. Available from :
https://pdfs.semanticscholar.org/d164/172c85fc61190bc37888a6ab189173
2a835f.pdf

5. Zonghua L, Liang L, Jianfei S, Yanqing P, Jianheng L, et al. Synthesis and


Biological Evaluation of New Series of Ebselen Derivatives as
Glutathione Peroxidase (GPx) Mimics and Cholinesterase Inhibitors
against Alzheimer’s Disease. Bioorganic & Medicinal Chemistry
[internet]. 2014 February 15 (cited 2018 January); 22(4): 1355-61.
Available from :
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0968089614000030?
via%3Dihub

Anda mungkin juga menyukai