Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Osteoartritis
Osteoartritis (OA) merupakan suatu penyakit yang berkembang dengan
perlahan tetapi merupakan penyakit aktif degenerasi kartilago artikular yang
berhubungan dengan simptom-simptom seperti nyeri sendi, kekakuan, dan
keterbatasan pergerakkan (Dubey, S., & Adebajo, A., 2008). OA membutuhkan
pertimbangan dari 3 area yang bertumpang tindih, yaitu, perubahan patologis, ciri-
ciri radiologi dan konsekwensi klinis. Secara patologis, terjadi perubahan dalam
struktur kartilago, secara radilogi, terdapat osteofit dan terjadi penyempitan ruang
sendi, dan secara klinis pula terjadi ketidakmampuan dan nyeri. (Kumar, P., &
Clark, M., 2005) OA dapat terjadi pada semua sendi dalam tubuh, tetapi paling
sering terjadi di pinggul, lutut, dan sendi-sendi pada tangan, dan kaki.
Etiologi
OA primer penyebabnya tidak diketahui. OA sekunder pula penyebabnya
adalah karena kerusakan sendi yang ada sebelumnya (artritis rematik, gout, artritis
sepsis, penyakit Paget, spondiloartropati seronegatif), penyakit metabolik
(kondrokalsinosis, hemokromatosis bawaan, akromegali) dan penyakit sistemik
(hemofilia, hemoglobinopati, neuropati). (Kumar, P., & Clark, M., 2005)
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering dapat dilihat adalah, nyeri sendi, kekakuan
sendi selepas tidak bergerak (terutamanya pada waktu pagi), sendi yang tidak stabil,
kehilangan fungsi, kelembutan pada sendi (joint tenderness), krepitus pada
pergerakkan, pergerakkan terbatas, tahap inflamasi yang bervariasi, dan
pembengkakan tulang. (Kumar, P., & Clark, M., 2005)
Diagnosis
Diagnosis OA biasanya berdasarkan tanda-tanda klinis dan radiogafi. Pada
tahap awal, radiografinya bisa normal tetapi penyempitan ruang sendi tampak nyata
apabila kartilago artikuler semakin menghilang. Selain itu, karakteristik yang dapat
diketemui adalah sklerosis tulang subkondral, kista subkondral, dan osteofitosis.
Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penatalaksanaan OA adalah untuk mengurangkan
nyeri, memperbaiki mobilitas, dan meminimalkan disabilitas. Pada penderita
dengan OA ringan, proteksi sendi dan pengambilan analgesik sekali-kali menjadi
cukup; tetapi untuk pasien dengan OA berat, gabungan terapi non-farmakologi dan
suplemen analgesik dan/atau obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) adalah lebih
sesuai. Walau bagaimanapun, terapi non-farmakologis merupakan penatalaksanaan
yang paling penting, malah lebih penting dari terapi dengan obat-obatan.
Non-farmakologi
Secara non-farmakologi, tatalaksana yang dapat dilakukan adalah dengan
cara mengurangkan beban pada sendi (memperbaiki postur tubuh yang salah, beban
berlebihan pada sendi yang terlibat harus dihindarkan, pasien OA pinggul/lutut
harus hindarkan berdiri lama, berlutut dan jongkok, dan istirahat secukupnya tanpa
imobilisasi total). Selain itu, dilakukan modalitas termis dengan aplikasi panas pada
sendi OA atau mandi dengan air hangat. Pasien juga disuruh berolahraga. Untuk
OA pada ekstremitas bawah, dilakukan olahraga sedang 3 hari per minggu.
Seterunya diberikan edukasi pada pasien (edukasi tentang manejemen diri,
motivasi, nasehat tentang olahraga, rekomendasi untuk mengurangkan beban pada
Farmakologi
Obat yang sering diresepkan untuk pasien OA adalah OAINS untuk
mengurangkan nyeri dan memperbaiki mobilitas dalam OA, N-Acetyl-P-
Aminophenol (APAP) sebagai anlagesik untuk nyeri OA ringan sampai sedang
(efektivitas sama seperti OAINS), dan inhibitor selektif COX-2 jika terjadi efek
samping gastrointestinal dengan penggunaan OAINS. Injeksi glukokortikoid
diinjeksi intra/ periartikuler untuk kelegaan simptomatis untuk beberapa minggu
hingga bulan. Opiod diberikan pada nyeri OA akut. Diberi opioid lemah (kodein
peroral) jika APAP atau OAINS tidak memberikan manfaat dan dapat juga
digunakan untuk nyeri OA kronis. Rubefacient/Capsaicin merupakan obat topical
pada sendi dan otot yang nyeri yang memberikan bahang local. Operasi ortopedik
yaitu operasi penggantian sendi dilakukan pada OA tahap lanjut dimana terapi
agresif gagal. Selain itu, bisa juga dilakukan artoplasti sendi total atau osteotomi.
Regenerasi kartilago adalah perbaikan kartilago dengan sel mesenchymal
(efektivitas belum dibuktikan). (Fauci, A.S., & Langford, C.A., 2006)
Epidemiologi
Kira-kira 20% dari pasien, onset RA adalah akut. Beberapa pasien akan rasa
tidak enak untuk beberapa bulan, tetapi yang lain mengalami disabilitas yang parah.
Remisi spontan bisa terjadi, tetapi jika penyakit berlanjutan lebih dari 2 tahun, maka
remisi spontan tidak bisa terjadi. (Dubey, S., Adebajo, A., 2008).
Manifestasi Klinis
Tanda-tanda kardinal pada penyakit RA adalah nyeri, pembengkakan,
kekakuan pagi (biasanya lebih dari satu jam), hangat, kemerahan, dan keterbatasan
fungsi. Tanda-tanda tambahan pula adalah malaise, kelelahan, nodul rheumatoid,
dan nyeri pada waktu malam. Apabila penyakit RA ini berlanjutan, tanda-tanda
sinovitis kronis menjadi lebih dominan. Sinovitis kronis dengan proliferasi sinovial
atenden dan efusi sendi dapat membawa kepada instabilitas sendi. Pada masa yang
sama, pannus destruktif memusnahkan kartilago dan tulang subkondral yang
menyebabkan terjadinya deformitas sendi. (Dubey, S., Adebajo, A., 2008).
Diagnosis
RA didiagnosis berdasarkan kombinasi dari penyajian sendi yang terlibat,
karakteristik kekakuan sendi pada pagi hari, adanya faktor darah artritis, serta
temuan nodul reumatoid dan perubahan radiografi (sinar-X). Dalam RA, sendi kecil
tangan, pergelangan tangan, kaki, dan lutut biasanya meradang dalam distribusi
simetris. Deteksi nodul reumatoid pula paling sering sekitar siku dan jari. Antibodi
abnormal yang disebut “faktor rematik”, dapat ditemukan pada 80% pasien.
Antibodi lain yang disebut “antibodi citrulline” dan “antibodi antinuklear” (ANA)
juga sering ditemukan pada orang dengan RA. Biasanya tes darah yang dilakukan
adalah laju sedimentasi (Tingkat sed). Tingkat sed biasanya lambat selama
remisi. Tes darah lain yang digunakan adalah untuk mengukur tingkat hadir
peradangan dalam tubuh dengan protein C-reaktif . Tes darah juga dapat
mengungkapkan anemia, karena anemia adalah umum di RA, terutama karena
Penatalaksanaan
Pengobatan yang optimal adalah kombinasi obat, istirahat, latihan penguatan
sendi, perlindungan sendi, dan edukasi pasien (dan keluarga). Obat yang digunakan
untuk mengobati RA ada 2 jenis, yaitu obat lini pertama yang cepat bertindak
seperti aspirin dan kortison (kortikosteroid) digunakan untuk mengurangi rasa sakit
dan peradangan. Obat lini kedua yang lambat bertindak (juga disebut sebagai
disease-modifying antirheumatic drugs atau DMARDs) seperti emas, metotrexete,
dan hidrokloroquine, dapat mempromosikan remisi penyakit dan mencegah
terjadinya kerusakan sendi yang progresif. (Shiel, W.C., 2010)
2.1.3. Spondiloartritis
Spondiloartritis (atau spondiloartropati) adalah nama keseluruhan suatu
penyakit rematik dengan peradangan yang dapat mempengaruhi tulang belakang
dan sendi, ligamen dan tendon. Penyakit tersebut dapat menyebabkan kelelahan dan
nyeri atau kekakuan di punggung, leher, tangan, lutut, dan pergelangan kaki serta
peradangan mata, kulit, paru-paru, dan katup jantung. Penyakit yang termasuk
dalam spondiloartritis dapat mencakup, ankilosing spondilitis, reaktif artritis, artritis
psoriatis dan spondilitis psoriasis, dan artritis atau spondilitis yang berkaitan dengan
penyakit inflamasi usus, kolitis ulseratif dan Crohn's disease. (Reveille, J.D., 2010)
Epidemiologi
Spondiloartritis cenderung berdampak mereka yang remaja dan 20-an, dan
pria muda dua sampai tiga kali lebih sering daripada wanita muda. Anggota
keluarga pasien dengan spondiloartritis mempunyai risiko tertinggi tertular penyakit
ini, terutama mereka dengan gen HLA. (Reveille, J.D., 2010)
Manifestasi Klinis
Penyakit ini bermula dengan nyeri pinggul atau nyeri punggung bawah yang
tidak menetap dan memburuk di malam hari, di pagi hari, atau setelah tidak
aktif. Nyeri punggung tersebut mungkin mulai pada sendi sakroiliaka (antara
panggul dan tulang belakang) dan melibatkan semua atau sebagian tulang
belakang. Nyeri dapat hilang dengan membungkuk dan pasien mungkin tidak dapat
mengembangkan dada sepenuhnya karena keterlibatan sendi antara tulang
rusuk. Gejala spesifik termasuk, pembungkukkan yang kronis untuk meredakan
gejala, peradangan mata, kelelahan, tumit kaki sakit, nyeri dan kekakuan pinggang,
rasa sakit dan bengkak pada sendi bahu, lutut, dan pergelangan kaki, kehilangan
nafsu makan, sakit leher, dan demam. (Reveille, J.D., 2010)
Diagnosis
Diagnosa dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada nyeri
punggung yang terinflamasi atau artritis sendi kaki karena ia berbeda dari artritis
jenis lain seperti RA. Pengujian tambahan seperti sinar-X dari sendi sakroiliaka dan
tulang belakang dapat mengkonfirmasi kehadiran spondilitis. Jika gejala dan tanda-
tanda menunjukkan spondiloartritis, dokter juga akan memeriksa keberadaan gen
HLA-B27. (Reveille, J.D., 2010)
2.1.4. Gout
Gout adalah penyakit yang berhasil dari kelebihan asam urat dalam tubuh.
Kelebihan asam urat ini mengarah pada pembentukan kristal kecil asam urat yang
terakumulasi di jaringan tubuh, terutama sendi. Ketika kristal membentuk pada
Epidemiologi
Lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Hal ini terutama
menyerang pria setelah pubertas, dengan usia puncak 75. Pada wanita, serangan
gout biasanya terjadi setelah menopause. Banyak pasien dengan hyperuricemia
tidak mengembangkan gout (hyperuricemia asimtomatik), sementara beberapa
pasien dengan serangan gout berulang mempunyai kadar asam urat darah yang
normal atau rendah. Di antara penduduk laki-laki di Amerika Serikat, sekitar 10%
memiliki hyperuricemia. Namun, hanya sebagian kecil dari mereka yang benar-
benar akan mengembangkan gout.
Etiologi
Penyakit gout sering berhubungan dengan kelainan yang diwarisi dalam
kemampuan tubuh untuk memproses asam urat. Asam urat merupakan produk
rincian purin yang merupakan bagian dari makanan yang kita makan. Kelainan
dalam menangani asam urat dapat menyebabkan serangan artritis yang menyakitkan
(serangan gout), batu ginjal, dan penyumbatan pada penyaringan tubulus ginjal
dengan kristal asam urat, menyebabkan gagal ginjal.
Manifestasi klinis
Sendi kecil di pangkal jempol kaki adalah situs yang paling umum dari
serangan artritis gout akut yang disebut sebagai podagra. Sendi lain yang umumnya
terkena termasuk pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari, dan siku.
Serangan gout akut ditandai dengan onset yang cepat dengan nyeri di sendi yang
Diagnosis
Gout dicurigai ketika pasien melaporkan riwayat serangan artritis yang
menyakitkan, terutama di dasar jari-jari kaki. Gout biasanya menyerang satu sendi
pada satu waktu, sementara kondisi artritis lainnya, seperti lupus sistemik dan
reumatoid artritis, biasanya menyerang sendi secara bersamaan. Tes yang paling
diandalkan untuk gout adalah penemuan kristal asam urat dalam sampel dari cairan
sendi yang diperoleh melalui aspirasi sendi (arthrocentesis). Diagnosis gout juga
dapat dibuat dengan menemukan kristal-kristal asam urat dari bahan diaspirasi dari
nodular tofi. Sinar-X kadang-kadang bisa membantu dan bisa menunjukkan
pengendapan tofi-kristal dan kerusakan tulang sebagai akibat serangan berulang
dari peradangan. Sinar-X juga dapat membantu untuk memantau dampak gout
kronis pada sendi.
Penatalaksanaan
Menjaga asupan cairan yang cukup membantu mencegah serangan gout akut
dan menurunkan resiko pembentukan batu ginjal pada pasien dengan
gout. Pengurangan konsumsi alkohol, penurunan berat badan, perubahan pola
makan dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah (mengurangi
hiperurisemia). Alkohol memiliki dua dampak utama yang memperburuk gout,
Epidemiologi
Baik lupus diskoid dan sistemik adalah lebih umum pada wanita dibanding
pria (sekitar delapan kali lebih umum). Penyakit ini dapat mempengaruhi semua
umur namun paling sering dimulai 20-45 tahun.Statistik menunjukkan bahwa lupus
agak lebih sering pada Amerika Afrika dan orang-orang keturunan Cina dan
Jepang. (Shiel, W.C., 2010)
Etiologi
Alasan yang tepat untuk autoimun yang abnormal yang menyebabkan lupus
masih belum diketahui. Tetapi diduga gen yang diwariskan, virus, sinar ultraviolet,
dan obat tertentu mungkin memainkan peran. Beberapa ilmuwan percaya bahwa
sistem imun pada lupus lebih mudah distimulasi oleh faktor eksternal seperti virus
atau sinar ultraviolet. Kadang-kadang, gejala lupus dapat dipercepat atau diperburuk
hanya dengan periode singkat paparan sinar matahari. Hal ini juga diketahui bahwa
beberapa wanita dengan LES dapat mengalami perburukan gejala sebelum mereka
menstruasi. Fenomena ini, bersama dengan dominasi LES pada wanita,
menyarankan bahwa hormon-hormon wanita memainkan peran penting dalam
ekspresi dari LES. Baru-baru ini, penelitian telah menunjukkan bukti bahwa suatu
kunci kegagalan enzim untuk membuang sel-sel mati dapat berkontribusi pada
pengembangan LES. Enzim DNase1, umumnya mengeliminasi apa yang disebut
“sampah DNA” dan puing-puing sel-sel lainnya dengan menjadikannya fragmen-
fragmen kecil untuk memudahkan pembuangan. Jadi, mutasi genetik dalam gen
yang dapat mengganggu pembuangan limbah selular tubuh mungkin terlibat dalam
permulaan dari LES. (Shiel, W.C., 2010)
Diagnosis
Diagnosis LES adalah berdasarkan pada ciri khas dari penyakit. Pasien
harus ada paling tidak 4 dari 11 ciri khas dari penyakit. Biasanya akan diauskultasi
untuk mendengarkan suara heart friction rub atau pleural friction rub. Selain itu,
ujian neurologis juga akan dilakukan. Tes yang digunakan untuk mendiagnosa LES
dapat meliputi tes antibodi (ANA panel, Anti-double strand (ds) DNA,
Antiphospholipid antibody, dan Anti-Smith antibody), dan CBC (complete blood
count) untuk menunjukkan jumlah sel darah putih, hemoglobin, atau platelet. Selain
itu, sinar-X dada untuk menunjukkan pleuritis atau perikarditis. Juga dilakukan
biopsy ginjal dan pemeriksaan urin untuk menunjukkan darah atau protein dalam
urin. (Borigini, M.J., 2010)
2.1.6. Fibromialgia
Fibromialgia dikarakteristikan dengan nyeri muskuloskeletal kronis,
kekakuan, parastesia, gangguan tidur dan cepat lelah yang terdistribusi dengan luas
dan simetris. Fibromialgia mengefek wanita dengan rasio 9 dibanding 1. Penyakit
ini ditemukan pada kebanyakkan negara, kebanyakkan suku, dan di semua jenis
iklim.
Penyakit ini didiagnosis dengan riwayat nyeri muskuloskeletal yang ada
paling tidak selama 3 bulan dan mempunyai kelembutan atau nyeri pada 11
daripada 18 area kelembutan sewaktu palpasi digital dilakukan. Langkah awal
dalam penatalaksanaan adalah untuk memperbaiki kualitas tidur pasien. Kemudian
depresi dan anxietas diobati dengan serotonin/ norepinephrine reuptake inhibitor.
Terapi lain seperti hipnoterapi dan manegemen stress turut membantu pasien.
(Fauci, A.S., & Langford, C.A., 2006)