Anda di halaman 1dari 72

12/26/2013

PERANCANGAN
PELEDAKAN
By:
Dr. Singgih Saptono

STRUKTUR BIDANG KETIDAKMENERUSAN


 Bidang perlapisan
 Kekar

 Sesar

 Stratigrafi (perbedaan batuan sesuai dengan


kedalaman)
 Sifat hidrogeologi

 Lapisan lempung dan lumpur

 Adanya lubang di dalam batuan.

1
12/26/2013

LARGE-SCALE ROCK PROPERTIES

(Courtesy – Blaster-training module)

LARGE-SCALE ROCK PROPERTIES


(Courtesy – Saptono, 2010)

(Courtesy – Saptono, 2010)

Bidang kekar vertikal pada Variasi ketebalan pada lapisan


Batupasir Batupasir dan batubara

2
12/26/2013

STRUKTUR BATUAN
 Pada proses perencanaan
pemboran dan peledakan harus
memperhatikan struktur batuan
dan karakterisasi batuan lainnya
agar mendapatkan suatu kondisi
yang optimal saat pemboran dan
peledakan.
 Struktur batuan terdiri dari
(Courtesy - John Johanssen)
kekara dan bidang
ketidakmenerusan yang lainnya
yang merupakan bidang lemah.
 Pada umumnya diekspresikan
dengan kemiringan (dip) dan arah
kemiringan (dip direction).

STRUKTUR BATUAN 1.
 Ketika peledakan searah
terhadap arah struktur batuan
dapat memberikan:
 Keuntungan: memberikan
penggunaan energi peledakan
yang baik; memberikan pengaruh
pengangkatan akibat peledakan,
(Courtesy - John Johanssen)
memudahkan proses pemuatan;
keretakan pada daerah toe kecil.
 Kerugian: adanya back break yang
banyak dan adanya potensi
terjadinya kelongsoran bidang;
lereng yang ditinggalkan tidak
rata.

3
12/26/2013

STRUKTUR BATUAN 2.
 Ketika arah peledakan
berlawanan terhadap arah
struktur batuan.
 Keuntungan: back break yang
terjadi sedikit.
 Kerugian: Pengaruh
(Courtesy - John Johanssen)
pengangkatan kecil, lebih sulit
untuk proses pemuatan dan
bertambahnya resiko pada
keretakan yang terjadi di
daerah toe.

STRUKTUR BATUAN 3.
 Ketika peledakan berlawan
terhadap arah jurus bidang
ketidak menerusan.
 Hasil peledakan adalah
buruk seperti lantai jenjang
tidak rata, banyak terjadi
back break, fragmentasi tidak
(Courtesy - John Johanssen)
seragam.

4
12/26/2013

STRUKTUR BATUAN
 Sedapat mungkin kondisi struktur batuan yang
memberi keuntungan pada peledakan .

(Courtesy - John Johanssen)

STRUKTUR BATUAN DI BATU GAMPING


 Struktur batuan berupa
bidang horisontal seperti
pada batu gamping dapat
memberikan variasi
kemiringan lubang ledak
untuk mencapai hasil
peledakan yang terbaik.
(Courtesy - John Johanssen)
Keuntungan kondisi struktur
batuan berlapis horisontal
akan mengurangi subdrilling.

5
12/26/2013

STRUKTUR DISKONTINUITAS

Arah Peledakan

Daerah
Overbreak Daerah
Overbreak

Jenjang Lantai

PELEDAKAN BAWAH TANAH


(Courtesy - John Johanssen)

 Arah kemajuan tegak


lurus terhadap jurus
bidang ketidakmenerusan
secara normal
memberikan keuntungan.
• Arah kemajuan
(Courtesy - John Johanssen)

membentuk sudut
terhadap jurus bidang
ketidakmenerusan
secara normal
memberikan keretakan
lebih banyak pada
dinding terowongan .

6
12/26/2013

PELEDAKAN BAWAH TANAH


 Arah kemajuan sejajar dengan arah jurus bidang
ketidakmenerusan, akan memberikan hasil peledakan
yang buruk dan permuka terowongan tidak rata.

TEORI PELEDAKAN

1. Teori refleksi(reflected stress


waves theory)
2. Teori ekspansi gas (gas expansion
theory)
3. Teori retakan fleksural (flexural
rupture)
4. Teori gelombang tegangan dan
ekspansi gas (stress waves and
gas expansion theory)
5. Teori gelombang tegangan,
ekspansi gas, dan retakan
tegangan (stress waves, gas
expansion, and stress wave/flaw
theory)
6. Teori inti atau retakan tegangan
(nuclei or stress wave/flaw
theory)
7. Teori torsi (Toerque theory)
8. Teori krater (cratering theory).

7
12/26/2013

VARIABEL RANCANGAN PELEDAKAN


Variabel yang dapat dikontrol :
 Geometri pemboran dan peledakan : Diameter
lubang ledak, Kedalaman lubang ledak, Kedalaman
subdrill, Inklinasi lubang ledak, Tinggi jenjang,
Tinggi stemming, Pola pemboran, Rasio burden
terhadap spasi, arah peledakan.
 Parameter bahan peledak : bobot isi, kekuatan,
kecepatan detonasi, energi, ketahanan terhadap air.
 Parameter peledakan : sistem inisiasi, sekuen
penyalaan, jumlah bidang bebas, loading density.

Variabel yang tidak dapat dikontrol :


 Geologi (massa batuan yang heterogen, anisotrop,
diskontinyu)
 Geomekanika (sifat fisik dan mekanis massa
batuan seperti bobot isi, kekuatan, elastisitas,
kohensi, kandungan air)
 Kondisi cuaca.
 Air bawah permukaan

8
12/26/2013

Nomenklatur Geometri Peledakan jenjang :

Notasi :
B = burden S = Spacing H = kedalaman lubang ledak
L = tinggi jenjang T = stemming PC = panjang isian handak
J = subdrilling

B T
L
H

PC

17

BURDEN, SPASI, SUBDRILLING,


STEMMING
Pedoman empiris :
 Burden (B) antara 25-40 d
(satuan mm)

 Spasi (S) antara 1,1 – 1,8 B


(Rata-rata S = 1,25 B)

 Subdrilling (J) antara 0,2 – 0,4 B

 Stemming (T) antara 0,7-1,0 B

18

9
12/26/2013

MATRIK PERBEDAAN DALAM PENENTUAN


BURDEN DI PELEDAKAN TAMBANG TERBUKA

PELEDAKAN MENURUT TEORI R.L. ASH


(1967)

Kb x De
B m
39,30

 De = diameter lubang tembak


B = burden
 Kb = burden ratio

Kb koreksi = 30 x Af1 x Af2

10
12/26/2013

 Af1 = adjusment factor untuk batuan yang


diledakkan

1
3
 Dstd 
 
 D 
 Af2 = adjusment factor untuk bahan peledak
yang dipakai

1
3
 SG.Ve 2 
 
 SG .Ve 2 
 std std 

KETERANGAN
 Ve = VOD bahan peledak yang dipakai
 SG = berat jenis bahan peledak yang
dipakai
 D = bobot isi batuan yang diledakkan
 Dst = bobot isi batuan standar (160
lb/cuft)
 SGstd= berat jenis bahan peledak standar
(1,20)
 Vestd= VOD bahan peledak standar
(12.000 fps)
 Kbstd = 30

11
12/26/2013

PEDOMAN RANCANGAN PELEDAKAN MENURUT


C. J. KONYA

3
B = 3,15 (De) V( / )
e r

B = Burden teoritis
De= diameter handak (inci)
e = BJ handak
r = BJ batuan

23

RUMUSAN LAIN UNTUK MENENTUKAN B


0,33
 B = 3,15 De (SGe/SGr)

 B = [(2 SGe/SGr + 1,5)] De

0,33
 B = 0,67 De (Stv/SGr)

 Stv = relative bulk strength handak

12
12/26/2013

FAKTOR KOREKSI KONYA


 Kr = faktor koreksi jumlah baris lubang ledak
(row)
 Kd = faktor koreksi lapisan batuan

 Ks = faktor koreksi struktur geologi

 Burden terkoreksi = Bc = Kr x Kd x Ks x B

Faktor Koreksi Terhadap Jumlah Baris


Dalam Lubang Tembak

Corection for Number of Row Kr


One or two rows of holes 1,00
Third and subsequent rows or 0,90
buffer blast

Faktor Koreksi Terhadap Posisi Lapisan Batuan

Corection for rock deposition Kd


Bedding steeply dipping into cut 1,18
Bedding steeply dipping into face 0,95
Other cases of deposition 1,00

13
12/26/2013

Faktor Koreksi Terhadap Struktur Geologi

Corection for rock geologic structure Ks


Heavy cracked, frequent with joint, weakly 1,30
cemented layers
Thin well cemented layers with tight joint 1,10
Massive intack rock 0,95

Persamaan Untuk Menentukan Jarak Spacing


C.J.Konya, (1995), Blast Design

Tipe Detonator L/B < 4 L/B > 4


Instanteneous S = ( L + 2B )/3 S = 2B
Delay S = ( L + 7B )/8 S = 1,4B

14
12/26/2013

SPASI, STEMMING, SUBDRILLING


Serentak tiap baris :
H < 4B S = (H+2B)/3 H>4B S = 2B
Berurutan dalam tiap baris :
H < 4B S = (H+7B)/8 H>4B S = 1,4B
Stemming (T) : batuan masif, T = B
batua berlapis, T = 0,7B

Subdrilling (J) = 0,3B

29

KEBUTUHAN BAHAN PELEDAK


 Loading factor (berat handak dalam kolom isian (kg) =
Ew = Loading Density x panjang kolom isian
 Ew = (0,34 x De2 x SGe) x PC
 Loading density = de = 0,34 x De2 x SGe, kg/m
 De = diameter handak (cm)
 γe = density handak (gram/cc)
 PC = panjang kolom isian (m)
n = jumlah lubang ledak
Jumlah handak = WHandak = n x PC x de

Powder Factor (PF) : jumlah bahan peledak yan


diperlukan untuk membongkar 1 m3 batuan :

PF = W Handak / V
30

15
12/26/2013

PENGGUNAAN NOMOGRAFIK

PERANCANGAN
PELEDAKAN
Latihan

16
12/26/2013

PENEMPATAN PRIMER

NOMENCLATURE BENCH BLASTING

17
12/26/2013

GEOMETRI PELEDAKAN

POLA PELEDAKAN

18
12/26/2013

POLA PELEDAKAN

19
12/26/2013

CONTOH PERHITUNGAN PELEDAKAN


 Geometri Peledakan Berdasarkan Teori R.L.
Ash
 B = burden
 Kb = burden ratio
 Kbstd = burden ratio standar = 30
 SG = berat jenis bahan peledak yang dipakai = 0,85
 SGstd = berat jenis bahan peledak standar = 1,20
 Ve = VOD handak yang dipakai = 11.803 fps
 Vestd = VOD handak standar = 12.000 fps
 De = diameter lubang tembak = 3,50 inchi = 0,0889
m=
0,29 ft
 D = bobot isi batugamping asli 2,50 ton/m3 =
(156,07 lb/ft3)
 Dstd = bobot isi batuan standar = 160 lb/ft3

BURDEN (B)
Kb x De Kb x De
 B = ft atau B = m
12 39,30

 Faktor penyesuaian (adjusment factor)


 Af1= faktor yang disesuaikan untuk batuan yang
akan diledakkan
 Af2= faktor yang disesuaikan untuk bahan peledak
yang dipakai
 D std 
1/3  160  1 / 3
   
 Af =  D 
1 =  156,07 

 Af1 = 1,01

20
12/26/2013

1/3 1/ 3
AF2 =
 SG.Ve 2 
  =  0,85 x 11.8032 
 SG .Ve 2 .  

2 
 std std   1,2 x12.000 
 AF2 = 0,864

 Kb terkoreksi = Kb standar x Af1 x Af2


= 30 x 1,01 x 0,864
= 26,18

Kb x De 26,18 x 3,50
 B= m =
39,30 39,30
 B = = 2,33 meter (true burden)

 Dengan kemiringan 70°, maka :

B ( true burden )
 Apparent burden =
Sin 70 

= 2,48 meter

21
12/26/2013

 Untuk jarak burden pada lubang tembak tambahan


(sisi kanan dan kiri)

 B’ = B x Sin 45° = = 1,63 meter


S = Ks x B = 1,80 x 2,33 = 4,19 meter
T = Kt x B = 0,75 x 2,33 = 1,75 meter
J = Kj x B = = 0,30 x 2,33 = 0,69 meter
H = Kh x B
 Kolom Isian (PC) = H – T

22
12/26/2013

GEOMETRI PELEDAKAN

CONTOH PERHITUNGAN PELEDAKAN


 Geometri Peledakan Berdasarkan Teori C. J.
Konya
 B = burden
 Kr = faktor koreksi terhadap jumlah baris lubang
tembak
 Kd = faktor koreksi terhadap posisi lapisan batuan
 Ks = faktor koreksi terhadap struktur geologi
setempat
 SGe = berat jenis bahan peledak yang dipakai = 0,85
 SGr = berat jenis batugamping = 2,50
 Stv = relative bulk strength (ANFO = 100)
 De = diameter lubang tembak = 3,50 inchi = 0,0889
m = 0,29 ft

23
12/26/2013

0,33
 B = 3,15 x De x  SGe 
 
 SGr 

= 3,15 x 3,50 x 0,33


 0,85 
 
 2,50 
= 7,72 ft x 0,3048 = 2,35 m

 B =   2 x SGe   1,50  x De
 
  SGr  

  2 x 0,85  
    1,50  x 3,50
  ft2,50
= 7,63  = 2,33
x 0,3048  m

24
12/26/2013

0,33
 B = 0,67 x De x  Stv 
 
 SGr 
= 0,67 x 3,50 x 0,33
 100 
 
 2,50 
= 7,92 ft x 0,3048 = 2,41 m

 B = (2,35 + 2,33 + 2,41)/3


= 2,36 meter (true burden)

FAKTOR KOREKSI
 Kr = 0,90 karena peledakan lebih dari 2 baris.
 Kd = 1,00 karena lapisan batugamping (strike)
memotong strike face (muka kerja).
 Ks = 1,30 karena massa batuan batugamping
termasuk batuan cukup lunak dan banyak
terdapat kekar-kekar.

25
12/26/2013

Faktor Koreksi Terhadap Jumlah Baris


Dalam Lubang Tembak

Corection for Number of Row Kr


One or two rows of holes 1,00
Third and subsequent rows or 0,90
buffer blast

Faktor Koreksi Terhadap Posisi Lapisan Batuan

Corection for rock deposition Kd


Bedding steeply dipping into cut 1,18
Bedding steeply dipping into face 0,95
Other cases of deposition 1,00

Faktor Koreksi Terhadap Struktur Geologi

Corection for rock geologic structure Ks


Heavy cracked, frequent with joint, weakly 1,30
cemented layers
Thin well cemented layers with tight joint 1,10
Massive intack rock 0,95

26
12/26/2013

 Bc = B x Kr x Kd x Ks
= 2,36 x 0,90 x 1,00 x 1,30
= 2,76 meter (true burden)

S = ( L + 7B )/8 = (5,54 + 7(2,76))/8 = 3,11 m


T = 0,70 x B = 0,70 x 2,76 = 1,93 m
J = 0,30 x B = 0,30 x 2,76 = 0,83 m
 PC = H – T = 7,27 – 2,05 = 5,22 m

27
12/26/2013

PERBANDINGAN GEOMETRI,
R.L. ASH DAN C.J. KONYA

Geometri Peledakan Saat Ini R.L. Ash C.J. Konya

Burden (B) 2,70 m 2,33 m 2,76 m

Spacing (S) 3,30 m 4,19 m 3,11 m

Stemming (T) 2,70 m 2,48 m 2,05 m

Subdrilling (J) 0,30 m 0,47 m 0,88 m

Kedalaman lubang tembak (H) 6,20 m 6,39 m 7,27 m

Kolom isian (PC) 3,50 m 3,91 m 5,22 m

PERHITUNGAN PENGGUNAAN
BAHAN PELEDAK, VOLUME BATUAN
TERBONGKAR DAN
POWDER FACTOR
 Rancangan Geometri R.L. Ash (1967)
 Penggunaan Bahan Peledak
 De = diameter lubang tembak = 3,50 inchi =
0,0889 m = 0,29 ft
 D = bobot isi batugamping asli 2,50 ton/m3 =
156,07 lb/ft3
 Dstd = bobot isi batuan standar = 160 lb/ft3

28
12/26/2013

 Loading Density (de)


 de = 0,508 x De2 x SG

 Keterangan :
 de = loading density (kg/m)
 De = diameter bahan peledak, (inchi)
 SG = specific gravity bahan peledak (ANFO) =
0,85
 de = 0,508 x De2 x SG
= 0,508 x 3,502 x 0,85
= 5,28 kg/m

 Jumlah Isian Bahan Peledak (E)


E = de x Pc
E = 5,28 x 3,91
= 20,64 kg
≈ 20,60 kg + 0,20 kg (dayagel) = 20,80 kg
tiap lubang ledak

29
12/26/2013

VOLUME BATUAN TERBONGKAR


 Target produksi batugamping =
7.929,46 ton/hari = 3.171.78 m3/hari =
1.585,89 m3/peledakan
 Burden (B) = 2,33 meter
 Spacing (S) = 4,19 meter
 Tinggi Jenjang (L) = 5,54 meter

1.585,89
 Panjang minimum yang dibutuhkan =  30,71 meter
4 x 2,33 x 5,54

 a =4xB
= 4 x 2,33
= 9,32 meter
b = (7 x S) + (2 x B)
= (7 x 4,19) + (2 x 2,33)
= 33,99 meter
 Volume Batuan terbongkar (V) = a x b x L
= 9,32 x 33,99 x 5,54
= 1.754,99 m3 (tercapai)

30
12/26/2013

POWDER FACTOR

 PF = Total Bahan Peledak (kg)


Volume Batuan Terbongkar (m 3 )
 PF = = 0,45 kg/m3 (corner cut)
20,80 x 38
1.754,99
 PF = = 0,52 kg/m3 (box cut)
20,80 x 42
1.652,89

PERHITUNGAN KEBUTUHAN
BATUGAMPING DALAM SEMEN
 Dalam pembuatan semen diawali dengan
pembuatan terak (klinker) kemudian dicampur
dengan gypsum dengan perbandingan 96 % terak
dan 4 % gypsum.
 Komposisi bahan baku pembuatan terak yaitu :
 Batugamping = 75,40 %
 Tanah liat = 17,30 %
 Silika = 5,80 %
 Pasir besi = 1,50 %

31
12/26/2013

PERHITUNGAN TEORITIS
TINGKAT
FRAGMENTASI BATUAN
By: Dr. Singgih Saptono

32
12/26/2013

FRAGMENTASI PELEDAKAN
Tiga metode pengukuran fragmentasi peledakan (JKMRC,
1996):
1. Sieving
Sulit dilakukan, namun beberapa kasus pernah
dipublikasikan (Bhandari & Tanwar, 1993)
2. Production statistics
‘Digging rate’, ‘secondary breakage’, produktivitas
‘crusher’
3. Image analysis
FragSize, Split Engineering, dll
4. Manual?

RELATIF ENERGI DAN BIAYA


Specific Cost Energy Cost
energy $/t factor factor
kwh/t
Drill and 0.1 – 0.25 0.1 – 0.25 1 1
Blast
Load and 0.2 – 0.5 0.5 – 1.0 1-5 2 - 10
haul
Crushing 1–2 0.5 – 1.0 4 -20 2 - 10

Grinding 10 – 20 2.0 – 5.0 40 - 200 8 - 20

Generally Harder the rock higher the factors

33
12/26/2013

PEMBORAN & PELEDAKAN


 Pemboran dan peledakan adalah tahapan pertama
proses kominusi dan pemisahan mineral berharga
dari batuan samping.
 100% peningkatan biaya pemboran dan peledakan
dapat dikompensasikan oleh
 25% penurunan biaya penggalian dan
pengangkutan
 14% penurunan ‘crushing costs’
 11% penurunan ‘leaching costs’
 7% penurunan ‘grinding costs’

34
12/26/2013

 Ukuran rata–rata fragmentasi hasil peledakan, dapat


diperkirakan dengan menggunakan persamaan
Kuznetzov (1973), yaitu sebagai berikut :

0,8 0,63
V  E 
X  A   Q 0,17  
Q 115 

0,8 0, 63
V  0,17  E 
X  A  Q 
Q  115 

Keterangan :
X = Rata – rata ukuran fragmentasi (cm)
A = Faktor batuan (Rock Factor = RF)
V = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Jumlah bahan peledak pada setiap lubang tembak
(kg)
E = Relative Weight Strength bahan peledak, untuk
ANFO = 100

35
12/26/2013

PEMBOBOTAN MASSA BATUAN UNTUK


PELEDAKAN
PARAMETER PEMBOBOTAN
1. Rock Mass Description ( RMD )
1.1. Powdery/ Friable 10
1.2. Blocky 20
1.3. Totally massive 50
2. Joint Plane Spacing ( JPS )
2.1. Close ( Spasi < 0,1 m ) 10
2.2. Intermediate ( Spasi 0,1 – 1 m ) 20
2.3. Wide ( Spasi > 1 m ) 50
3. Joint Plane Orientation ( JPO )
3.1. Horizontal 10
3.2. Dip Out of Face 20
3.3. Strike to Face 30
3.4. Dip into Face 40
4. Specific Gravity Influence ( SGI )
SGI = 25 x SG – 50
5. Hardness ( H ) 1 – 10

INDEK PELEDAKAN (BI)


 Indek Peledakan (BI)
= 0,5 x (RMD + JPS + JPO + SGI + H)
 Faktor Batuan = BI x 0,12

36
12/26/2013

PARAMETER PEMBOBOTAN
1. Rock Mass Description ( RMD )
1.1. Powdery/ Friable 10
1.2. Blocky 20
1.3. Totally massive 50
2. Joint Plane Spacing ( JPS )
2.1. Close ( Spasi < 0,1 m ) 10
2.2. Intermediate ( Spasi 0,1 – 1 m ) 20
2.3. Wide ( Spasi > 1 m ) 50
3. Joint Plane Orientation ( JPO )
3.1. Horizontal 10
3.2. Dip Out of Face 20
3.3. Strike to Face 30
3.4. Dip into Face 40
4. Specific Gravity Influence ( SGI )
SGI = 25 x SG – 50
5. Hardness ( H ) 1 – 10

Indek Peledakan (BI) = 0,5 x (20 + 50 + 30 + 12,5 + 3)

= 57,75

Faktor Batuan = BI x 0,12


= 57,75 x 0,12
= 6,93

37
12/26/2013

FRAGMENTASI BATUAN DENGAN


GEOMETRI PELEDAKAN DI LAPANGAN
Diketahui :
Burden (B) = 2,70 meter
Spasi (S) = 3,30 meter
Tinggi jenjang (L) = 5,54 meter
Panjang isian bahan peledak (PC) = 3,50 meter
Diameter bahan peledak (De) = 3,50 inchi =
88,90 mm
Faktor batuan (A) = 6,93
Volume batuan yang diledakkan (V) =BxSxL
= 2,70 x 3,30 x 5,54
= 49,36 m3
Jumlah handak tiap lubang (Q) = 18,20 kg
Standart deviasi lubang bor (W) ≈0
Nisbah spasi dan burden (A) = 1,22

UKURAN RATA–RATA FRAGMENTASI HASIL


PELEDAKAN

0,8 0, 63
V 0,17  E 
X  A  Q 
Q 115 

0,8 0, 63
 49,36  0,17 100 
X  6,93     18,20 
 18,20  115 

X = 6,93 x 2,22 x 1,64 x 1,092

= 27,55 cm

38
12/26/2013

UNTUK MENGETAHUI BESARNYA PROSENTASE BONGKAH


PADA HASIL PELEDAKAN DIGUNAKAN RUMUS INDEK
KESERAGAMAN (N) DAN KARAKTERISTIK UKURAN (XC),
DENGAN PERSAMAAN SEBAGAI BERIKUT :

0,5
 B  1  A   W   PC 
n   2,2  14 x x 1   x  
 De   2   B  L 

0,5
 2,70  1  1,22   0   3,50 
n   2,2  14 x x 1  x 
 88,90   2   2,7   5,54 

n = 1,77 x 1,05 x 1,00 x 0,63


= 1,17

Perhitungan nilai karakteristik ukuran (Xc)


menggunakan rumus sebagai berikut :

X 27,55
Xc  
(0,693)1 / n (0,693)1 /1,17

= 37,69

39
12/26/2013

Perhitungan prosentase bongkah adalah sebagai


berikut :

n
Rx= e-(X/Xc)
Keterangan :
Rx = prosentase material yang tertahan pada ayakan (%)
X = ukuran ayakan (cm)
n = indek keseragaman

Maka prosentase distribusi fragmentasi batuan adalah :

1,17
R20 = e-(20/37,69)
= 62,09 % (≥ 20 cm)
= 37,91 % (< 20 cm)

1 ,17
R80 = e-(80/37,69)
= 8,96 % (≥ 80 cm)
= 91,04 % (< 80 cm)

40
12/26/2013

Distribusi Tingkat Fragmentasi Teoritis Geometri R.L. Ash


Prosentase Kelolosan (%)

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Ukuran Ayakan (cm)

@ Barlian Dwinagara

EFEK PELEDAKAN

41
12/26/2013

Kriteria operasi peledakan yang paling baik


pada kegiatan penambangan adalah efisien,
murah dan aman. Adapun penjabaran untuk
memenuhi kriteria tersebut adalah :
• Sasaran produksi terpenuhi
• Efisiensi bahan peledak tinggi yang dinyatakan
dalam blasting ratio atau powder factor
• Tidak banyak terjadi kehilangan (looses)
• Fragmentasi hasil peledakan seragam
• Tidak mengganggu lingkungan, antara lain :
 tingkat getaran kecil
 tidak terjadi batu terbang (flying rock)
 gangguan suara (noise) rendah.

@ Barlian Dwinagara

Efek peledakan yang dimaksud adalah


pengaruh adanya peledakan terhadap
lingkungan sekitarnya berkaitan dengan
keamanan, yaitu:

 Ground vibration (getaran tanah)


 Air blast (suara ledakan)

 Fly rock (batu terbang)

@ Barlian Dwinagara

42
12/26/2013

GETARAN TANAH
• Gelombang seismik adalah gelombang
yang menggambarkan penjalaran energi
melalui bumi yang padat (medium).
• Penjalaran energi lain diantaranya
melalui gelombang suara dan gelombang
cahaya.
• Gelombang seismik selain dapat
dihasilkan oleh alam misalnya gempa
bumi dapat juga dihasilkan oleh sumber-
sumber lain akibat perbuatan manusia,
misalnya peledakan.
• Akibat peledakan yang dapat dirasakan
adalah dalam bentuk “getaran” (vibrasi).
@ Barlian Dwinagara

• Tinjauan hukum scaled distance pada kegiatan


peledakan menyangkut beberapa faktor yang
berhubungan dengan perkiraan tingkat getaran
peledakan berdasarkan pada berat isian bahan
peledak dan jarak suatu bangunan atau daerah dari
tempat peledakan.
• Cara yang praktis dan efektif untuk mengontrol
getaran adalah dengan menggunakan scaled distance
yang memungkinkan pelaksana di lapangan
menentukan jumlah isian bahan peledak atau jarak
aman yang digunakan agar menghasilkan getaran
peledakan yang diijinkan.

@ Barlian Dwinagara

43
12/26/2013

• Peledakan tunda (delay blasting) adalah suatu teknik


peledakan dengan cara meledakkan sejumlah muatan
bahan peledak tidak sebagai satu muatan (single
charge) tetapi sebagai suatu seri dari muatan-muatan
yang lebih kecil.
• Getaran yang dihasilkan dari peledakan tunda
merupakan kumpulan dari getaran-getaran kecil dan
bukan satu getaran besar.
• Peledakan tunda mengurangi tingkat getaran sebab
setiap waktu tunda menghasilkan masing-masing
gelombang seismik yang kecil dan terpisah.
• Gelombang hasil peledakan tunda pertama telah
merambat pada jarak tertentu sebelum peledakan
tunda selanjutnya terjadi.

@ Barlian Dwinagara

• Dalam menentukan jumlah muatan bahan


peledak agar tidak menimbulkan getaran
yang dapat merusak suatu struktur bangunan
harus diperhatikan dua hal, yaitu :
 Besaran getaran yang merupakan fungsi dari
jumlah bahan peledak, jarak struktur dari titik
ledak, dan sifat media penghantar gelombang.
 Kriteria kerusakan struktur itu sendiri, misalnya
perpindahan maksimum yang masih diijinkan,
kecepatan dan percepatan partikel maksimum.

@ Barlian Dwinagara

44
12/26/2013

Mengingat belum adanya teori yang tepat dalam


menentukan besarnya getaran pada berbagai jarak
dengan memperhitungkan semua sifat-sifat
terpenting batuan, maka salah satu jawab yang
dapat diambil adalah penyelesaian secara empiris,
dengan mengambil asumsi:
• Massa batuan bersifat elastik, homogen, dan isotrop.
• Rambatan gelombang yang terjadi mempunyai bentuk
muka gelombang yang datar dengan pulsa berbentuk
sederhana (bujur sangkar atau persegi empat).
• Jenis gerakan partikel yang terjadi adalah gerak harmonis
sederhana.
• Energi yang dihasilkan bahan peledak setara dengan
beratnya.

@ Barlian Dwinagara

• Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, dengan


melakukan analisis dimensional berdasarkan teori
Buckingham Pi, terlihat bahwa ada hubungan antara
jarak dari titik ledak dengan energi yang dihasilkan
dalam peledakan, yaitu pengaruh jarak akan setara
dengan akar pangkat tiga dari energi peledakan.
• Apabila energi dalam hal ini diekuivalensikan dengan
jumlah bahan peledak, maka parameter yang
dihasilkan yaitu SD (scaled distance) dapat digunakan
sebagai salah satu variabel penentu dalam perkiraan
getaran akibat peledakan.

@ Barlian Dwinagara

45
12/26/2013

Hukum SD untuk kontrol getaran akibat peledakan ada dua macam:

1. Menurut hasil analisis dimensional, SD dinyatakan sebagai :

Keterangan : CRSD = cube root scaled distance, ft/lb1/3


R = jarak dari sumber ledakan, feet
W = berat isian bahan peledak per delay, lb.

Hukum CRSD ini digunakan untuk pendugaan kerusakan struktur


bangunan akibat peledakan pada jarak < 20 meter dari sumber ledakan.

2. Menurut USBM (United State Bereau of Mine), SD dinyatakan sebagai :

Keterangan : SRSD = square root scaled distance, ft/lb1/2


R = jarak dari sumber ledakan, feet
W = berat isian bahan peledak per delay, lb.

Hukum SRSD ini digunakan untuk pendugaan kerusakan struktur


bangunan akibat peledakan pada jarak > 20 meter dari sumber ledakan.
@ Barlian Dwinagara

• Perhitungan SD akan menghasilkan suatu angka


tertentu yang digunakan untuk memperkirakan
tingkat getaran peledakan, apabila tidak ada
pengukuran seismik.
• Menurut Nicholls, Johnson, dan Duval dalam Buletin
USBM, 656 (1971) SD yang disarankan sebagai batas
aman adalah minimal 50, jika alat seismograf tidak
dipergunakan atau tidak tersedia.
• Tingkat getaran pada SD tersebut berkisar antara
0,08 – 0,15 ips. Secara umum harga SD yang besar
(SD > 50) menunjukkan kondisi getaran yang aman
atau kerusakan yang terjadi kecil.

@ Barlian Dwinagara

46
12/26/2013

Pengaruh getaran tanah terhadap kerusakan


berdasarkan kecepatan partikel
Kecepatan Kerusakan
(inch/second)
< 2,8 No damage
4,3 Fine cracks
6,3 Cracking
9,1 Serious cracking

Kecepatan partikel dapat juga ditentukan dengan persamaan dari


Konya sebagai berikut :

V = 100(d/W0,5)-1,6

Keterangan :
v = kecepatan partikel, (ips)
d = jarak dari pusat ledakan ke bangunan, (ft)
w = berat isian bahan peledak per delay, (lb)

@ Barlian Dwinagara

@ Barlian Dwinagara

47
12/26/2013

SUARA LEDAKAN
Suara ledakan (air blast) adalah suara keras yang ditimbulkan oleh
atau pada saat terjadi ledakan.

Suara ledakan dapat diukur dengan satuan db (decibels) atau psi ,


yang dapat dihitung dengan persamaan sbb :

dB = 20 log ( P/Po )

Keterangan:

dB = level suara (dB)


Po = Overpressure dari suara terlemah yang dapat didengar
= 2,9 x 10-9 psi atau 2 x 10-10 bar
P = Pressure, psi atau bar
= 25,57 ( W1/3/d ), psi atau P = 0,7 ( W1/3/d ), bar
W = berat bahan peledak per delay, (lb) atau (kg),
d = jarak aman dari pusat ledakan ke bangunan, (ft) atau (m)

@ Barlian Dwinagara

BATAS LEVEL SUARA

Conditio dB psi
n
Safe 128 0,007
Caution 128 – 136 0,007- 0,018
Limit > 136 > 0,18

dB kPa Airblast effect


177 14 all windows break
170 6,3 most windows break
150 0,63 some windows break
140 0,20 some large plate glass windows may break
136 0,13 USBM interim limit for allowable
128 0,05 complaints likely

@ Barlian Dwinagara

48
12/26/2013

@ Barlian Dwinagara

@ Barlian Dwinagara

49
12/26/2013

BATU TERBANG

 Batu terbang (fly rock) yaitu batu yang terlempar


secara liar pada saat terjadi ledakan.

 Jarak maksimum lemparan batu dapat


ditentukan berdasarkan diameter lubang ledak
(D) dan specific charge ( kg/m3 ) dengan
menggunakan grafik.

@ Barlian Dwinagara

@ Barlian Dwinagara

50
12/26/2013

Contoh perhitungan, jika specific charge 0,5


kg/m3 , maka lemparan maksimum yang
tejadi adalah :

• Lmax = 40 x D

Diameter lubang ledak 4 inch, maka

• Lmax = 40 x 4 = 160 m

• Diameter fragmen batuan :

• Tb = 0,1 x D2/3 = 0,1 x 42/3 = 0,25 m

@ Barlian Dwinagara

RSNI - PELAKSANAAN PELEDAKAN PADA


TAMBANG TERBUKA

Area bebas (clear area)


• untuk manusia jarak minimal 500 m dari titik peledakan
• harus menempatkan shelter tidak di depan bidang bebas
dengan jarak minimum 200 m
• untuk juru ledak dapat berada pada jarak minimal 200 m
dari titik peledakan dengan syarat berada pada tempat
berlindung (shelter) yang aman dari lontaran batu (fly
rock),
• untuk jarak aman alat ditentukan oleh kepala Teknik
• menggambarkan jarak–jarak aman (posisi road guard)
tersebut ke dalam peta kerja
• suatu sistem (memakai peta yang dicantumkan radius 200
m dan 500 m, mengukur secara fisik di lapangan,
misalnya) harus dilakukan untuk memperoleh ukuran
jarak area bebas yang benar di lapangan
@ Barlian Dwinagara

51
12/26/2013

Paper
@ Barlian Dwinagara

Paper
@ Barlian Dwinagara

52
12/26/2013

@ Barlian Dwinagara

@ Barlian Dwinagara

53
12/26/2013

@ Barlian Dwinagara

PELEDAKAN TERKENDALI
(CONTROLLED BLASTING)

54
12/26/2013

Latar Belakang

 Akibat dari peledakan dapat menghancurkan ataupun


mengurangi struktur kekuatan dari batuan di
belakang ataupun di samping dari massa batuan yang
diledakkan
 Rekahan dan bidang lemah baru akan terbentuk,
kekar yang ada menjadi semakin terbuka
 Kejadian ini dalam peledakan disebut overbreak.
Peristiwa overbreak akan menggangu stabilitas
maupun bentuk dari lereng, terutama lereng akhir

55
12/26/2013

Tujuan peledakan terkendali


 Memperoleh dimensi hasil peledakan yang teratur dan
menjaga kestabilan massa batuan di sekitar lokasi
peledakan
 Membuat jenjang yang stabil dan mengurangi faktor
kerusakan pada dinding batuan akibat peledakan
produksi
 Agar operasi peledakan tidak menimbulkan efek
gangguan /kerusakan terhadap lingkungan

METODE – METODE PELEDAKAN


TERKENDALI

 Line drilling
 Cushion (trim) blasting

 Smooth-wall blasting (smooth blasting)

 Pre-split Blasting (pre-splitting)

 Demolition

56
12/26/2013

1. LINE DRILLING

 Membuat sebaris lubang bor - lubang bor yang


tidak berisi bahan peledak di sepanjang batas
desain
 Diameter lubang bor adalah 38-75 mm dengan
spasi antar lubang 2-4 kali diameter lubang
bor
 Jarak antara lubang tembak bagian belakang
dengan lubang bor line drilling adalah
berkisar antara 50% hingga 75% jarak spacing
normal.

57
12/26/2013

2. CUSHION (TRIM) BLASTING


 Membuat jenjang akhir yang stabil dengan
mengurangi dampak overbreak dari peledakan
produksi
 Lubang tembak berada pada baris terakhir dari
lubang produksi dan dekat dengan dinding yang
akan dibentuk
 Spasi lebih kecil daripada spasi lubang produksi

 Isian lebih sedikit daripada isian pada lubang


produksi
 Pada material yang tidak terkonsolidasi, teknik
trim blasting akan mendapatkan hasil yang
lebih baik dibandingkan pre-splitting.

 Membuat sebaris lubang-lubang dengan jarak


yang rapat yang sesuai dengan perbandingan
burden : spacing yang sesuai di sepanjang
batas akhir kuari tambang
 Setiap lubang tembak diisi dengan bahan
peledak berkekuatan rendah dan diledakan
secara bersamaan
 Untuk mendapatkan distribusi bahan peledak
yang baik digunakan bahan peledak sepanjang
22 mm (untuk lubang tembak 75 mm) atau 25
mm (untuk lubang tembak 90 mm).

58
12/26/2013

 Persamaan yang digunakan pada trim blasting

 Spacing (Bauer & William, 1989):


 St = (12 – 16) x D St = Spacing pada
lubang trim (m)
 D = Diameter lubang ledak
(mm)

 Burden (Konya, 1995):


 Bt = 1,3 X St Bt = Burden pada
lubang trim (m)

 Stemming: T = 2/3 x Bt T = Panjang stemming (m)

 Kolom isian: Pc = H – T Pc = Panjang kolom isian (m)


 H = Kedalaman lubang tembak
(m)

St

• CUSHION BLASTING

59
12/26/2013

• PENGGUNAAN CHARGE DAN POLA PEMBORAN


UNTUK TRIM BLASTING

Diameter Konsentrasi charge


Tipe charge yang Burden Spacing
lubang Emulite atau
direkomendasikan (m) (m)
perimeter (mm) Dynamex (kg/m)
50 - 64 0.12 - 0.35 Em* 150, DxM*, 25 mm 1.20 0.90
75 - 89 0.20 - 0.70 Em 150, DxM, 32 mm 1.50 1.20
102 - 114 0.35 - 1.10 Em 150, DxM, 32 mm 1.80 1.50
127 - 140 1.10 - 1.50 Em 150, DxM, 55 mm 2.10 1.80
152 - 165 1.50 - 2.20 Em 150, DxM, 65 mm 2.70 2.10

Em* 150 = Emulite 150 DxM* = Dynamex M

PARAMETER PADA TRIM BLASTING


(HAGAN DAN MERCER, 1983)

Drill hole Hole spacing Burden Charge


diameter (m) (m) concentration
(mm) (kg/m)
75 1,15 1,55 0,50
90 1,35 1,80 0,70
100 1,50 2,00 0,85
115 1,70 2,20 1,05
125 1,80 2,40 1,20
150 2,20 2,80 1,70
200 2,80 3,70 2,75
230 3,30 4,20 3,30
250 3,60 4,60 3,75
270 3,90 5,00 4,15

60
12/26/2013

PARAMETER PADA TRIM BLASTING


(HAGAN DAN MERCER, 1983)

Drill hole Hole spacing Burden Charge


diameter (m) (m) concentration
(mm) (kg/m)
75 1,15 1,55 0,50
90 1,35 1,80 0,70
100 1,50 2,00 0,85
115 1,70 2,20 1,05
125 1,80 2,40 1,20
150 2,20 2,80 1,70
200 2,80 3,70 2,75
230 3,30 4,20 3,30
250 3,60 4,60 3,75
270 3,90 5,00 4,15

3. SMOOTH-WALL BLASTING
 Digunakan untuk mendapatkan dinding batuan
hasil peledakan yang rata (smooth)
 Metode ini sesuai untuk diterapkan pada batuan
yang masif, kuat dan tidak ada rekahan
 Metode ini tidak sesuai untuk diterapkan pada
batuan/material yang tidak terkonsolidasi dan
yang telah melapuk
 Lubang tembak yang dibutuhkan banyak, maka
peledakan dengan teknik ini membutuhkan biaya
lebih besar dibandingkan peledakan biasa

61
12/26/2013

BENTUK AKHIR PENGGALIAN


TEROWONGAN

123

DETIL SMOOTH BLASTING

LUBANG
KOSONG
LUBANG ISI

124

62
12/26/2013

PENGEBORAN LUBANG LEDAK

PENGISIAN LUBANG LEDAK

TEKNIK TEROWONGAN 126

63
12/26/2013

LUBANG LEDAK YANG SUDAH DIISI

TEKNIK TEROWONGAN 127

TEKNIK TEROWONGAN 128

64
12/26/2013

TEKNIK TEROWONGAN 129

TEKNIK TEROWONGAN 130

65
12/26/2013

TEKNIK TEROWONGAN 131

4. PRE-SPLIT BLASTING

 Untuk membuat suatu dinding (final wall) yang


relatif stabil dan mencegah backbreak
 Baris pre-split berada di baris terakhir dari baris
lubang produksi
 Lubang pre-split diisi dengan bahan peledak
dengan energi lebih kecil daripada lubang
produksi. Energi yang terbentuk hanya untuk
membuat suatu rekahan
 Lubang pre-split diledakkan lebih dahulu secara
serentak dalam satu delay time. Tujuannya untuk
membuat suatu rekahan yang berfungsi sebagai
bidang bebas untuk lubang produksi

66
12/26/2013

PARAMETER PADA PRE-SPLIT BLASTING


(HAGAN DAN MERCER, 1983)

Drill hole Spacing Charge Loading density


diameter (m) diameter (kg/m)
(mm) (mm)
75 0,75 22 0,45
90 0,90 25 0,65
100 1,00 29 0,80
115 1,10 32 1,10
125 1,20 38 1,30
150 1,45 45 1,85
200 1,85 55 3,30
230 2,00 65 4,50
250 2,15 80 5,30
270 2,25 80 6,10
310 2,40 80 7,80

67
12/26/2013

PRE-SPLIT BLASTING
Persamaan pada Pre-split Blasting
 Spacing(Hustrulid, 1999)

Sp= {Dh (Pw + T)}/T


Sp = Spacing pada pre-split row (m)
Dh = Diameter lubang ledak pre-split (mm)
Pw = Tekanan pada dinding lubang ledak (MPa)
T = Kuat tarik batuan (MPa)
Dengan asumsi tekanan pada lubang ledak sama dengan kuat
tekan batuan , maka:
Sp = Dh {(c/T) + 1}
c = Kuat tekan batuan (MPa)

Menurut Jordan dan Graham, nilai c/T berkisar antara 9 - 15

 Burden (antara lubang pre-split dengan lubang produksi)


Bp = 0,75 x B (m)

Pada lubang pre-split dipengaruhi oleh decoupling ratio


(perbandingan antara diameter bahan peledak dengan diameter
lubang ledak).

Peledakan pre-split dilakukan untuk menghasilkan rekahan saja,


bukan untuk menghancurkan atau membuat fragmentasi.

 Tekanan yang dihasilkan dari bahan peledak:


Pb = 228 x 10-6 x e[VOD2/{1+(0,8e)}]
Pb = tekanan lubang ledak couple, yaitu tekanan seluruh
ruang di dalam lubang ledak jika terisi penuh oleh
bahan peledak (Mpa)
e = Densitas bahan peledak (kg/m3)
VOD = kecepatan detonasi (km/s)

68
12/26/2013

 Tekanan lubang ledak decouple


Pb(dc) = Pb x (CR)2,4
Pb(dc) = tekanan lubang ledak decouple (MPa)
CR = Nisbah coupling

 Nisbah coupling
CR = [ C x (d/D)]
CR = Nisbah coupling
C = Persentasi bahan peledak yang diisi (%)
d = Diameter bahan peledak (mm)
D = Diameter lubang ledak (mm)

Besarnya tekanan lubang ledak decouple < kuat tekan dinamik


massa batuan
Sebagai pendekatan kuat tekan dinamik = kuat tekan uniaksial

69
12/26/2013

PARAMETER PADA PRE-SPLIT BLASTING


(HAGAN DAN MERCER, 1983)

Drill hole Spacing Charge Loading density


diameter (m) diameter (kg/m)
(mm) (mm)
75 0,75 22 0,45
90 0,90 25 0,65
100 1,00 29 0,80
115 1,10 32 1,10
125 1,20 38 1,30
150 1,45 45 1,85
200 1,85 55 3,30
230 2,00 65 4,50
250 2,15 80 5,30
270 2,25 80 6,10
310 2,40 80 7,80

PENILAIAN TERHADAP DINDING YANG


TERBENTUK
 Tegak: dinding yang terbentuk tegak atau miring
sesuai dengan rancangan

 Backbreak: diharapkan tidak ada

 Toe: posisi toe harus mencapai pada batas yang


ditentukan

 Bersih: tidak terdapat massa batuan yang


menggantung. Jika terdapat bekas lubang pre-
split pada massa batuan maka dinding yang
dibentuk termasuk bersih

70
12/26/2013

71
12/26/2013

5. DEMOLITION
 Salah satu metode peledakan terkendali untuk
mendekonstruksi (merusak) bangunan-bangunan
lama yang sudah tidak akan digunakan lagi

 Contoh aplikasi

72

Anda mungkin juga menyukai