Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Indikator Asam Basa


1.2 Tanggal Praktikum : 4 April 2016
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok 3
1. Febri Wulandari Siregar (150140051)
2. Sasmita Andriani (150140058)
3. Dayang Syafua Daulay (150140069)
1.4 Tujuan Praktikum : Mengamati perubahan-perubahan warna
indikator pada larutan asam dan basa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Asam dan basa merupakan senyawa kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Secara umum zat-zat yang terasa masam mengandung
asam misalnya asam cuka. Basa umumnya mempunyai sifat yang licin dan terasa
pahit misalnya sabun. Dibandingkan dengan larutan elektrolit lain,asam dan basa
merupakan larutan elektrolit yang paling umum digunakan,khususnya pada
larutan dengan pelarut air,asam dan basa sering membentuk sistem keseimbangan
yang penting.

2.1 Pengertian Asam dan Basa


Asam adalah senyawa yang terdapat didalam suatu larutan yang
menghasilkan ion H+. Asam menurut Arhenius adalah melepaskan ion H+ dan
hidrogen adalah pembawa sifat asam.
Basa adalah senyawa yang terdapat didalam suatu larutan yang
menghasilkan ion OH-. Basa menurut Arhenius adalah melepaskan ion OH - dan
hidroksida adalah pembawa sifat basa.

2.2 Teori Asam dan Basa


Berbagai teori telah menerangkan sifat asam dan basa. Teori yang pertama
kali diajukan adalah teori Arhenius. Pada tahun 1884 Svante Arhenius
mengemukakan tentang asam dan basa. Menurutnya asam adalah suatu zat yang
apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+ dimana ion tersebut
merupakan satu-satunya ion yang ada dalam larutan.
Contoh asam:
HCl → H+ + Cl-
H2SO4 → 2H+ + SO42-
Sedangkan basa adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air akan
terionisasi menghasilkan ion OH- dan ion tersebut merupakan satu-satunya ion
yang ada didalam larutan.
Contoh basa:
NaOH → Na+ + OH-
NH4OH → NH4+ + OH-

Pada tahun 1923,ahli kimia Denmark J.N. Bronsted dan ahli kimia Inggris
T.N. Lowry mengemukakan teori yang disebut teori asam basa Bronsted-Lowry
yaitu suatu zat pemberi proton disebut asam dan suatu zat penerima proton disebut
basa. Dari defenisi tersebut maka suatu asam setelah melepas proton akan
membentuk basa konjugasi dari asam tersebut. Demikian pula dengan basa,setelah
menerima proton akan membentuk asam konjugasi dari basa tersebut.
Pada tahun 1932,G.N. Lewis menyatakan teori yang berbunyi basa adalah
zat yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas yang dapat diberikan
kepada zat lain sehingga terbentuk ikatan kovalen koordinasi,sedangkan asam
adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron bebas tersebut (Bird,1987).

2.3 Indikator Asam Basa


Indikator asam basa adalah senyawa khusus yang ditambahkan pada
larutan dengan tujuan mengetahui pH dalam larutan tersebut. Indikator asam basa
biasanya asam atau basa organik lemah. Senyawa indikator yang tak terionisasi.
Sebuah indikator asam basa tidak mengubah warna dari larutan murni asam ke
murni basa pada saat konsentrasi ion hidrogen yang spesifik,melainkan hanya
pada kisaran konsentrasi ion hidrogen. Kisaran ini merupakan suatu interval
perubahan warna yang menandakan kisaran pH.

2.4 Penggunaan Indikator Asam Basa


Larutan yang akan dicari tingkat keasamannya diberi suatu asam basa yang
sesuai,kemudian dilakukan suatu titrasi. Perubahan pH dapat diketahui dari
perubahan warna larutan yang berisi indikator. Perubahan warna ini sesuai dengan
kisaran pH yang sesuai dengan jenis indikator (Chang,1989).
2.5 Indikator yang Digunakan
Ada beberapa indikator asam basa yang digunakan antara lain:
2.5.1 Indikator Asam Basa Alami
Senyawa alam banyak yang digunakan sebagai indikator asam basa alami.
Beberapa tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan indikator asam
basa alami antara lain adalah kubis ungu,kunyit,bunga anggrek,bunga kembang
sepatu dan bunga kertas.
Cara membuat indikator asam basa alami adalah:
1. Menumbuk bunga yang berwarna pada mortar.
2. Tambahkan sedikit aquadest pada hasil tumbukan,sehingga didapatkan
ekstrak cair.
3. Ekstrak diambil dengan pipet tetes.
4. Uji dengan meneteskan larutan asam basa pada ekstrak sehingga ekstrak
bisa berubah warna.

2.5.2 Indikator Asam Basa Buatan


Kertas lakmus yang terdiri dari lakmus merah dan biru merupakan contoh
dari indikator buatan. Indikator buatan lain yang berupa kertas adalah indikator
universal. Indikator buatan juga berupa larutan indikator seperti indikator
fenolphtalein dan metil jingga. Indikator buatan juga bersifat asam memiliki pH<7
(Hadyana,1989).
Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam,basa atau netral dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1. Identifikasi larutan dengan larutan indikator
Untuk mengidentifikasi sifat asam dan basa larutan menggunakan larutan
yang bersifat sebagai larutan indikator. Larutan indikator adalah larutan kimia
yang akan berubah warna dalam lingkunga tertentu. Warna pada larutan indikator
pada lingkungan asam,basa dan netral yaitu:
Fenolphtalein : asam-putih,basa-ungu,netral-putih
Metyl red : asam-merah,basa-merah,netral-merah
Metyl blue : asam-biru pekat,basa-biru pekat,netral-biru pekat
Metyl orange : asam-merah muda,basa-biru pekat,netral-orange
2. Identifikasi larutan dengan bahan alami
Bahan-bahan yang dapat dijadikan untuk mengidentifikasi sifat keasaman
atau kebasaan suatu zat dinamakan indikator. Bahan-bahan indikator biasanya
akan berubah warna ketika berada pada larutan tertentu. Berkaitan dengan sifat
asam dan basa larutan dikelompokkan kedalam tiga golongan antara lain larutan
asam,basa dan netral.
3. Identifikasi larutan dengan kertas lakmus
Sifat asam atau basa larutan dapat juga diidentifikasi menggunakan kertas
lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus,yaitu:
a. Kertas lakmus warna biru,didalam larutan asam,warna kertas berubah
menjadi warna merah.
b. Kertas lakmus warna merah,didalam larutan basa,warna kertas berubah
menjadi warna biru (Resenberg,1989).

2.6 Kekuatan Asam dan Basa


Pada dasarnya skala atau tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada
konsentrasi ion H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+ semakin asam
larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil,sehingga untuk
menyederhanakan penulisan,seorang kimiawan dari Denmark Sorrensen
mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama
dengan –log[H+] dan secara matematika diungkapkan dengan persamaan:
a. Derajat keasaman (pH)
Air murni pada temperatur 250C
[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = 7
Jika pH = 7 bersifat netral
Jika pH < 7 bersifat asam
Jika pH > 7 bersifat basa
b. Asam kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion
seluruhnya (α=1).
c. Asam lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya (α≠1,(0<α<1)).
d. Basa kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya
(α=1).
Tabel 2.1 beberapa indikator asam-basa
Indikator Perubahan warna dengan Rentang pH
meningkatkan pH
Metil merah Merah ke kuning 4,2-6,2
Metil orange Merah ke kuning 3,1-4,4
Metil kuning Merah ke kuning 2,0-4,0
Timol biru Merah ke kuning 1,2-2,8
Fenol merah Kuning ke biru 6,8-8,4
Brom kresol ungu Kuning ke ungu 5,2-6,8
Brom fenol biru Kuning ke biru 6,0-7,6
Fenolphtalein Tidak berwarna 8,0-9,6
kemerahan
Timolphatalein Tidak berwarna kebiruan 9,3-10,6
Allzarin kuning Kuning kevioletan 10,1-12,0
Netal merah Merah kekuningan 6,8-8,0
(Sumber: Day dan Underwood,1999)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Pipet volume
4. Kertas lakmus
5. Bola hisap
6. Rak tabung reaksi

3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :
1. Larutan HCl 0,1 M
2. Larutan NaOH 0,1 M
3. Larutan CH3COOH 0,1 M 3 Ml
4. Indikator
5. Fenolphtalein
6. Metyl blue
7. Metyl orange

3.2 Prosedur kerja


Adapun langkah kerja pada praktikum ini adalah:
1. Kedalam empat buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml
larutan air, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M dan CH3COOH 0,1 M kedalam
masing-masing tabung dicelupkan kertas lakmus merah dan biru, dicatat
perubahan kertas lakmus.
2. Larutan pada cara kerja nomor satu masing-masing ditetesi dengan dua
tetes metyl blue dan metyl orange.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Indikator Asam Basa
Larutan Lakmus Lakmus Indikator Metyl Metyl Sifat
merah biru PP orange blue larutan
Air Merah Biru Bening Orange Biru Netral
kecoklatan
NaOH Biru Biru Ungu Coklat Biru Basa
bening tua
HCl Merah Merah Bening Merah Biru Asam
tua
CH3COO Merah Ungu Bening Orange Biru Asam
H lemah

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, air yang dicelupkan dengan kertas lakmus merah dan
kertas lakmus biru serta diteteskan dengan beberapa indikator lain maka warnanya
akan mengikuti warna pada kertas lakmus dan indikator tersebut. Hal ini
dikarenakan air bersifat netral.
Pada larutan HCl dan CH3COOH ketika dicelupkan kertas lakmus merah
maka warna kertas lakmus tidak berubah. Sedangkan ketika dicelupkan kertas
lakmus biru, pada CH3COOH warna kertas lakmus berubah menjadi ungu dan
pada HCl berubah menjadi merah. Hal ini terjadi karena larutan HCl dan
CH3COOH merupakan larutan yang bersifat asam.
Pada larutan NaOH, apabila dicelupkan kertas lakmus merah maka akan
berubah menjadi warna biru, sedangkan apabila dicelupkan kertas lakmus biru
tidak akan terjadi perubahan warna pada kertas lakmus. Hal ini terjadi karena
larutan NaOH adalah basa kuat.
Pada metyl orange, setelah dimasukkan pada air, HCl, NaOH dan
CH3COOH akan menghasilkan warna orange karena air bersifat netral. Pada
NaOH menghasilkan warna coklat bening karena bersifat basa. Pada HCl
menghasilkan warna merah dan pada CH3COOH menghasilkan warna orange
karena bersifat asam.
Pada metyl blue setelah dimasukkan pada air, HCl, NaOH dan CH 3COOH
akan menghasilkan warna biru pada air karena air bersifat netral, berwarna biru
pada CH3COOH dan biru tua pada HCl karena bersifat asam dan berwarna biru
tua pada NaOH karena bersifat basa.
Pada fenolphtalein setelah dimasukkan pada air, HCl, CH 3COOH dan
NaOH akan menghasilkan warna bening pada air karena bersifat netral, pada HCl
dan CH3COOH akan tetap bening karena bersifat asam dan pada NaOH
menghasilkan warna ungu karena bersifat basa.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan:
1. Indikator adalah suatu zat yang dapat menentukan zat itu bersifat asam
atau basa.
2. Kertas lakmus merah apabila dimasukan kedalam larutan asam berwarna
merah dan apabila dimasukan kedalam larutan basa menjadi biru. Kertas
lakmus biru dimasukan kedalam larutan asam berwarna merah dan apabila
dimasukan kedalam larutan basa berwarna biru.
3. Pada metyl orange, senyawa asam berwarna merah dan senyawa basa
berwarna coklat bening.
4. Pada metyl blue, senyawa asam dan senyawa basa berwarna biru.
5. Pada indikator PP, senyawa asam bening dan senyawa basa berwarna
ungu.

5.2 Saran
Pada saat memasukan kertas lakmus atau meneteskan metyl orange, metyl
blue dan indikator PP kedalam larutan agar selalu teliti pada setiap perubahan
warna yang terjadi pada setiap larutan.
DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia.


Chang, Raymond. 1989. Kimia Dasar Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Day, R.A. dan A.L, Underwood. 1989. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Hadyani, A. Pudjaat. 1989. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Resenberg, L. Jerome. 1989. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Tuliskan semua rumus molekul dari indikator di atas!


2. Di alam ada indikator alam yang belum diekstrak. Sebutkan 2 contohnya!

Jawaban:
1. Fenolpthalein : C20H14O14
Metyl blue : C37H27Na2O9S3
Metly orange : C14H14N3NaO3S

2. 1. Bunga Kertas
2. Kunyit
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

No. Nama/Gambar Alat Fungsi


1. Pipet Tetes Untuk meneteskan atau
mengambil larutan dengan
jumlah kecil.

2. Pipet Volume Untuk mengambil larutan


dengan volume tertentu

3. Tabung Reaksi Untuk mereaksikan dua atau


lebih zat.

4. Rak Tabung Reaksi Tempat tabung reaksi. Biasanya


digunakan pada saat melakukan
percobaan yang membutuhkan
banyak tabung reaksi.

5. Bola Penghisap Untuk menghisap larutan

Anda mungkin juga menyukai