Anda di halaman 1dari 55

TUGAS

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
DAN ENTITAS ANAK

Kelompok 5
Nama kelompok :
1. Adytia Prabowo
2. Deliana Azeva
3. Suci Alviolanda Thasyah
Kelas : 5AB
Dosen Pengampu
Henny Yulisiati, S.E.,M.Ak
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... 1

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 3


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Penulisan ............................................................................ 4
1.3.2 Manfaat Penulisan .......................................................................... 4

1.4 Gambaran Umum Perusahaan .................................................................. 4

BAB II ANALISIS TREND

2.1 Pengertian Analisis Trend ....................................................................... 12

2.2 Perhitungan Analisis Trend ...................................................................... 13

BAB III ANALISIS COMMON SIZE

3.1 Pengertian Analisis Common Size........................................................... 23


3.2 Perhitungan Analisis Common Size ........................................................ 25

BAB IV ANALISIS RASIO

4.1 Pengertian Analisis Rasio ........................................................................ 37

4.2 Perhitungan Analisis Rasio ...................................................................... 37

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................55

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan
keuangan beserta unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan
memprediksi kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga
mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha
pada masa lalu dan sekarang. Analisis terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat keuntungan,
tingkat risiko dan tingkat kesehatan suatu perusahaan.
Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, seperti metode Analisis
Trend, Analisis Common Size, dan Analisis Rasio, melalui analisis rasio
dapat dihasilkan pengukuran dalam bentuk rasio atau relatif dan bukan dalam
angka yang absolut. Dengan demikian dapat mempermudah dalam melihat
perubahan perubahan yang terjadi, apakah menunjukkan arah yang tetap,
meningkat atau bahkan menurun. Faktor-faktor yang paling utama untuk
mendapatkan perhatian analisis adalah tingkat likuiditas, profitabilitas atau
rentabilitas, solvabilitas dan aktivitas. Likuiditas dapat menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Profitabilitas dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Solvabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik
kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Aktivitas dapat
mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber
dayanya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Anlasis laporan
keuangan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. mengingat perusahaan
tersebut merupakan salah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu analisis Trend dan bagaimana cara analisis menggunakan metode
analisis Trend ?
2. Apa itu analisis Common Size dan bagaimana cara analisis menggunakan
metode Common Size?
3. Apa itu analisis Rasio dan bagaimana cara analisis menggunakan metode
Rasio?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian analisis trend dan cara analisis
menggunakan metode analisis trend
2. Untuk mengetahui Analisis Common Size dan bagaimana cara analisis
menggunakan metode Common Size?
3. Untuk mengetahui pengertian Analisis Rasio dan bagaimana cara analisis
menggunakan metode Rasio?

1.3.2 Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis, untuk sarana menambah ilmu pengetahuan dan penerapan
teori yang diperoleh dengan praktek yang sesungguhnya
2. Bagi Pembaca, ntuk dapat dijadikan sebagai referensi dalam menghadapi
masalah yang sama dan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan.

1.4 Gambaran Umum Perusahaan

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Perjalanan sejarah PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk


(PT. H.M. Sampoerna Tbk) berawal dari tahun 1913 ketika imigran
dari Surabaya, Liem Seeng Tee, membuat dan menjual rokok kretek
lintingan tangan dengan campuran cengkeh yang kini menjadi merk
terkemuka di Indonesia, yaitu Dji Sam Soe. Ia mulai membuat dan
menjual rokok kretek linting tangan di rumahnya di Surabaya,

4
Indonesia. Perusahaan kecilnya tersebut merupakan salah satu
perusahaan pertama yang memproduksi dan memasarkan rokok kretek
dan rokok putih secara komersial. Putera kedua Aga Sampoerna yaitu,
Putra Sampoerna, mengambil alih kemudi PT. H.M. Sampoerna pada
tahun 1978. Di bawah kendalinya, PT. H.M. Sampoerna berkembang
menjadi perseroan publik dengan struktur perseroan modern dan
memulai masa investasi dan ekspansi. Dalam proses, PT. H.M.
Sampoerna memperkuat posisinya sebagai salah satu produsen rokok
terkemuka di Indonesia.

Pada bulan Mei 2005, PT Philip Morris Indonesia, affilisi


dari Philip Morris Internasional Inc., perusahaan tembakau terkenal
yang merupakan bagian dari Altria Group, Inc. telah mengakuisisi
sebesar 97,95% saham PT HM Sampoerna Tbk. Perubahan
kepemilikan ini menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan
sejarah Sampoerna. Dengan kepemimpinan Martin G. King sebagai
presiden direktur dan didukung okeh jajaran direksi dengan keahlian
nasional dan internasional PT. H.M. Sampoerna Tbk memiliki
landasan yang kokoh untuk berkembang lebih pesat lagi. Berkat kerja
keras dan dedikasi dari seluruh manajemen serta karyawan, PT. H.M.
Sampoerna Tbk telah mendapat pengakuan dengan meraih
penghargaan nasional dan internasional. Ratusan penghargaan dalam
berbagai bidang seperti bidang manajemen, pemasaran, penjualan, dan
manufaktur telah diterima oleh PT. H.M. Sampoerna Tbk.

Lokasi Perusahaan

Lokasi PT. H.M. Sampoerna Tbk. terletak di Jalan Surabaya–


Malang KM 51 ,4 Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur–
Indonesia 67161.

Visi dan Misi Perusahaan

5
Visi

Visi PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) terkandung dalam


“Falsafah Tiga Tangan”. Falsafah tersebut mencerminkan lingkungan
usaha dan peranan Sampoerna di dalamnya. Masing-masing dari
ketiga ”Tangan” tersebut mewakili: perokok dewasa; karyawan dan mitra
bisnis; serta masyarakat luas. Ketiganya merupakan pemangku
kepentingan Sampoerna dalam mencapai visi sebagai perusahaan paling
terkemuka di Indonesia.

Misi :

1. Menyediakan produk-produk berkualitas tinggi bagi perokok dewasa


dengan kategori harga pilihan mereka. Sampoerna berkomitmen penuh
untuk memproduksi rokok berkualitas tinggi dengan harga yang wajar
bagi perokok dewasa. Ini dicapai melalui penawaran produk yang relevan
dan inovasi untuk memenuhi selera perokok dewasa yang dinamis.

2. Memberikan kompensasi yang kompetitif dan lingkungan kerja yang


baik bagi karyawan dan membina hubungan baik dengan mitra
usaha. Karyawan adalah aset terpenting Sampoerna. Kompensasi,
lingkungan kerja dan peluang yang baik untuk pengembangan karir dan
diri adalah kunci utama dalam membangun motivasi dan produktivitas
karyawan. Di sisi lain, mitra usaha Sampoerna juga berperan penting
dalam keberhasilan Perseroan dan kami mempertahankan kerja sama
yang erat dengan mereka untuk memastikan vitalitas dan
keberlangsungan mereka.

3. Memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas. Kesuksesan


Sampoerna tidak terlepas dari dukungan masyarakat di seluruh Indonesia.
Dalam mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan dan kontribusi
Perusahaan, kami memfokuskan pada kegiatan Akses terhadap
Pendidikan, Peluang Ekonomi, Pemberdayaan Perempuan, serta Tanggap
Bencana dan Kesiapsiagaan.

6
Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. SAMPOERNA PRINTPACK

Gambar 4.2 Pabrik PT. H.M. Sampoerna Tbk

7
Produk PT. H.M. Sampoerna Tbk

Sampoerna memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan rokok di


Indonesia, yang meliputi Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek
Mesin (SKM). Sampoerna juga mendistribusikan produk PT Philip Morris
Indonesia (PMID), Marlboro, di Indonesia. Di antara merek rokok kretek
Sampoerna adalah Dji Sam Soe, A Mild, Sampoerna Kretek, dan U Mild.

Berkat fokus dan investasi pada portofolio merek, pada tahun 2014,
sejumlah kelompok merek perusahaan berhasil mempertahankan posisi 10
merek rokok teratas di Indonesia dan kami berhasil mempertahankan posisi
sebagai pemimpin pasar dengan pangsa pasar sebesar 34,9% pada tahun
2014*.

Sampoerna manufactures, markets and distributes cigarettes in Indonesia,


including Hand-Rolled Kretek Cigarettes (SKT) and Machine-Made Kretek
Cigarettes (SKM). Sampoerna also distributes the product of PT Philip
Morris Indonesian (PMID), Marlboro, in Indonesia. Among Sampoerna’s
kretek cigarette brands are Dji Sam Soe, A Mild, Sampoerna Kretek and U
Mild.

Thanks to the focus and investment in our brand portfolio, in 2014 some of
company’s brands continued to be in the top 10 brands in Indonesia, and we
maintained the position as the market leader with the market share of 34.9%
in 2014*.

Sampoerna A

8
Keluarga Sampoerna A terdiri dari varian-varian SKM, yang meliputi merek
A Mild. A Mild diluncurkan oleh Sampoerna pada tahun 1989 dan
merupakan pelopor produk rokok kategori LTLN (rendah tar rendah
nikotin) di Indonesia.

The Sampoerna A brand family comprises SKM variants, including the A


Mild brand. Sampoerna launched A Mild in 1989, as a pioneer in the LTLN
(low tar low nicotine) cigarette brand in Indonesia.

Dji Sam Soe

Dji Sam Soe merupakan merek SKT pertama yang diproduksi oleh Handel
Maatstchapijj Liem Seeng Tee, yang kemudian menjadi Hanjaya Mandala
Sampoerna. Produk-produk SKT Sampoerna, yaitu Dji Sam Soe dan
Sampoerna Kretek hingga saat ini diproduksi dengan tangan di 5 fasilitas
produksi Sampoerna dan 38 fasilitas produksi milik Mitra Produksi Sigaret
(MPS) di sekitar pulau Jawa. Bentuk dan desain kemasan Dji Sam Soe tidak
pernah berubah sejak tahun 1913 atau selama lebih dari 100 tahun. Dji Sam
Soe diposisikan sebagai kretek premium di Indonesia dan sampai saat ini
tetap menjadi pemimpin di segmen SKT.

Varian Dji Sam Soe meliputi segmen SKT dan SKM. Dji Sam Soe Filter,
Dji Sam Soe Magnum Filter, dan Dji Sam Soe Magnum Blue yang baru
diluncurkan pada awal tahun 2014, merupakan bagian dari segmen SKM.
Sedangkan Dji Sam Soe Kretek dan Dji Sam Soe Super Premium merupakan
bagian dari segmen SKT.

9
Dji Sam Soe was the first SKT brand produced by Handel Maatschappij
Liem Seeng Tee, which later became Hanjaya Mandala Sampoerna.
Sampoerna’s SKT products, namely Dji Sam Soe and Sampoerna Kretek
are still manufactured by hand to this day in 5 Sampoerna's manufacturing
facilities and 38 facilities belonging to Third Party Operators (TPO)
throughout Java. The shape and design of Dji Sam Soe's packaging have
not changed for over 100 years since 1913. Dji Sam Soe is positioned as a
premium kretek brand in Indonesia and continues to be the leader of the
SKT segment.

Dji Sam Soe has SKT and SKM variants. Dji Sam Soe Filter, Dji Sam Soe
Magnum Filter and Dji Sam Soe Magnum Blue—which was launched in
early 2014—are parts of SKM segment. On the other hand, Dji Sam Soe
Kretek and Dji Sam Soe Super Premium are part of SKT segment.

Sampoerna Kretek

Sampoerna Kretek adalah Sigaret Kretek Tangan yang diproduksi pertama


kali pada tahun 1968 di Denpasar, Bali, oleh Aga Sampoerna, generasi
kedua keluarga Sampoerna. Dengan menggabungkan tembakau dan cengkeh
berkualitas, Sampoerna Kretek berhasil menjadi sigaret kretek tangan
terbaik di kelasnya.

Sampoerna Kretek is a Hand-Rolled Kretek Cigarette that was first


manufactured in 1968 in Denpasar, Bali, by Aga Sampoerna, who
represented the second generation of the Sampoerna family. Combining

10
high quality tobacco and clove, Sampoerna Kretek has succeeded to be the
best hand-rolled kretek cigarette in its class.

U Mild

U Mild diluncurkan pada tahun 2005 sebagai bagian dari portofolio produk
LTLN Sampoerna bersama dengan A Mild. Pertumbuhan volume penjualan
U Mild terus meningkat sejak diluncurkannya.

U Mild was launched in 2005 as part of Sampoerna's LTLN portfolio along


with A Mild. U Mild has seen continued growth in sales volume since it was
launched.

Marlboro

Marlboro diluncurkan di Indonesia pada tahun 1984 oleh PMID dan


merupakan salah satu merek internasional terbesar di pasaran. Sampoerna
mendistribusikan Marlboro di Indonesia. Saat ini terdapat lima varian
Marlboro yang terdiri dari Marlboro Red, Marlboro Lights, Marlboro
Black Menthol, Marlboro Lights Menthol, dan Marlboro Ice Blast.

Marlboro was launched in 1984 in Indonesia by PMID and is one of the


biggest international brands in the market. Sampoerna distributes Marlboro
in Indonesia. Marlboro currently has five variants, namely Marlboro Red,
Marlboro Lights, Marlboro Black Menthol, Marlboro Lights Menthol and
Marlboro Ice Blast.

11
BAB II

ANALISIS TREND

2.1 Pengertian Analisis Trend

Analisis trend merupakan suatu metode analisis statistika yang


ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang
akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan
berbagai macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam
periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga hasil analisis tersebut
dapat mengetahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor
apa saja yang memengaruhi terhadap perubahan tersebut. Secara teoristis,
dalam analisis runtun waktu (time series) hal yang paling menentukan adalah
kualitas dan keakuratan dari data-data yang diperoleh, serta waktu atau
periode dari data-data tersebut dikumpulkan. Jika data yang dikumpulkan
tersebut semakin banyak maka semakin baik pula estimasi atau peramalan
yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang dikumpulkan semakin sedikit
maka hasil estimasi atau peramalannya akan semakin jelek. Metode yang
dapat digunakan untuk analisis time series ini adalah :

 Metode Garis Linier Secara Bebas (Free Hand Method),


 Metode Setengah Rata-Rata (Semi Average Method),
 Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method) dan
 Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method).

Secara khusus, analisis time series dengan metode kuadrat


terkecil dapat dibagi dalam dua kasus, yaitu kasus data genap dan kasus data
ganjil. Persamaan garis linear dari analisis time series akan mengikuti: Y = a
+ b X.

Keterangan : Y adalah variabel dependen (tak-bebas) yang


dicari trendsnya dan X adalah variabel independen (bebas) dengan
menggunakan waktu (biasanya dalam tahun). Sedangkan untuk mencari nilai
konstanta (a) dan parameter (b) dapat dipakai persamaan: a = ΣY / N dan b =
ΣXY/ΣX2

12
2.2 Perhitungan Menggunakan Metode Analisis Trend

PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.


ANALISIS ANALISIS TREND LAPORAN LABA RUGI
PERIODE 2014-2016
(dalam jutaan rupiah)
Periode Analisis Trend
Akun 2014 2015 2016 2014% 2015% 2016%
Rp Rp Rp % % %
Penjualan bersih 80,690,139 89,069,306 95,466,657 100.00% 110% 118%

Beban pokok penjualan (60,190,077) (67,304,917) (71,611,981) 100% 112% -349%


Laba kotor 20,500,062 21,764,389 23,854,676 100% 106% 116%
Beban penjualan (5,295,372) (5,974,163) (6,097,049) 113% 115%
Beban umum dan administrasi (1,399,271) (1,742,155) (1,737,275) 100% 125% 124%

Penghasilan lain-lain 151,822 148,549 267,679 100% 98% -102%


Beban lain-lain (263,106) (210,358) (108,713) 100% 7995% 41%
Penghasilan keuangan 57,465 68,963 854,068 100.00% 120% 1486%
Biaya keuangan (47,416) (138,425) (22,324) 100% -981% 47%
Bagian atas hasil bersih entitas asosiasi 14,115 15,844 385 100% 112% 3%

Laba sebelum pajak penghasilan 13,718,299 13,932,644 17,011,447 100% 102% 124%
Beban pajak penghasilan (3,537,216) (3,569,336) (4,249,218) 100% 101% -42%
Laba tahun berjalan 10,181,083 10,363,308 12,762,229 100.00% 102% 125%
Penghasilan komprehensif lain

13
Pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi:
Pengukuran kembali imbalan pascakerja (22,137) (11,432) (309,867) 100.00% 5% 140%
Beban pajak penghasilan Terkait 55,221 2,883 77,429 100.00% 5% 140%
(166,149) (8,549) (232,438) 100% 5% 140%
Pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi:
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan 061 248 410 100.00% 407% 672%
Penghasilan komprehensif lain, setelah pajak (166,088) (8,301) (32,028) 5% 19%

JUMLAH PENGHASILAN KOMPREHENSIF


TAHUN BERJALAN 10,014,995 10,355,007 12,530,201 100% 103% 125%
Laba yang diatribusikan kepada:
pemilik entitas induk 10,181,083 10,363,308 12,762,229 100.00% 102% 125%
kepentingan nonpengendali - -
10,181,083 10,363,308 12,762,229 100% 102% 125%
Jumlah penghasilan komprehensif yang diatribusikan
kepada :
pemilik entitas induk 10,014,995 10,355,007 12,530,201 100% 103% 125%
kepentingan nonpengendali - -
10,014,995 10,355,007 12,530,201 100.00% 103% 125%
Laba per saham dasar 2,306 2,326 110 100% 101% 5%
dan dilusian (Rupiah penuh)*)

14
Grafik Analisis Trend (Laba Rugi)

140

120

100
Penjualan
80
Laba tahun berjalan
60
Penghasilan komperhensif
40 tahun berjalan

20

0
2014 2015 2016

15
Dalam analisis trend dari Laporan Laba Rugi PT HANJAYA MANDALA
SAMPOERNA Tbk, telah ditentukan dasar sebagai penmbanding,baru kemudian
dicarikan angka indeksnya Rumus untuk mencari angka indeks adalah sebagai
berikut :

Angka Indeks = Tahun Pembanding x 100%


Tahun Dasar
Dari Laporan Laba/Rugi diatas, tahun dasar diambil dari jumlah
penghasilan komprehensif tahun berjalan tahun 2014 sebesar Rp 10,014,995,-
dan Jumlah penghasilan komprehensif Tahun 2015 Rp 10,355,007,- maka, Angka
indeks adalah :

Angka Indeks 2015 = Rp 10,355,007 x 100% = 103%


Rp 10,014,995

Hal ini dapat diartikan sebagai berikut:

1. Jumlah penghasilan komprehensif yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar
103% dari jumlah penghasilan komprehensif yang ada pada tahun 2014.

2. Jumlah penghasilan komprehensif pada tahun 2014 naik sebesar 3% Jika


dibandingkan dengan jumlah penghasilan komprehensif akhir tahun 2014.

3. Jumlah penghasilan komprehensif akhir tahun 2015 berjumlah 3% lebih


besar dari jumlah penghasilan komprehensif pada akhir tahun 2014.

Dari Laporan Laba/Rugi diatas, tahun dasar diambil dari jumlah


penghasilan komprehensif tahun berjalan tahun 2014 sebesar Rp 10,014,995,-
dan Jumlah penghasilan komprehensif Tahun 2016 Rp 12,530,201,- maka,
Angka indeks adalah :

Angka Indeks 2016 = Rp12,530,201 x 100% = 125%


Rp10,014,995

Hal ini dapat diartikan sebagai berikut:

1. Jumlah penghasilan komprehensif yang ada pada ada pada akhir tahun 2016
sebesar 125% dari jumlah penghasilan komprehensif yang ada pada tahun
2014.

2. Jumlah penghasilan komprehensif pada tahun 2016 naik sebesar 22% Jika
dibandingkan dengan jumlah penghasilan komprehensif akhir tahun 2015.

3. Jumlah penghasilan komprehensif pada tahun 2016 berjumlah 25% lebih besar
dari jumlah penghasilan komprehensif pada tahun 2014.

16
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
ANALISIS TREND LAPORAN POSISI KEUANGAN
PERIODE 2014-2016
(Dalam Jutaan Rupiah)
Periode Analisis Trend
Akun 2014 2015 2016 2014 2015 2016
Rp Rp Rp % % %
ASET
Aset lancar
Kas dan setara kas 65,086 1,718,738 5,056,183 100 2641 7768
Piutang usaha
- Pihak ketiga 855,768 2,288,676 3,124,358 100 267 365
- Pihak-pihak berelasi 153,877 170,066 198,168 100 111 129
Piutang lainnya
- Pihak ketiga 80,286 124,063 190,079 100 155 237
- Pihak-pihak berelasi 8,006 2,144,022 1,483,815 100 26780 18534
Aset keuangan jangka pendek lainnya 0 1,349,701 1,634,332 100 0
Persediaan 17,431,586 19,071,523 19,442,023 100 109 112
Pajak dibayar dimuka -
- Pajak penghasilan badan 2,448 1,418 0 100 58 0
- Pajak lain-lain 676,086 1,168,354 974,217 100 173 144
Uang muka pembelian tembakau 1,328,672 1,536,678 1,377,109 100 116 104
Biaya dibayar dimuka 171,411 156,025 167,212 100 91 98

Aset atas kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual 4,288 78,066
100 1821

17
Jumlah aset lancar 20,777,514 29,807,330 33,647,496 100 143 162
Aset tidak lancar
Investasi pada entitas asosiasi 48,347 61,789 62,174 100 128 129
Properti investasi 435,991 605,616 585,098 100 139 134
Aset tetap 5,919,600 6,281,176 6,895,483 100 106 116
Tanah untuk pengembangan 114,900 113,729 114,888 100 99 100
Aset pajak tangguhan 219,407 235,765 272,268 100 107 124
Goodwill 60,423 60,423 60,423 100 100 100
Aset tidak lancar lainnya 804,448 844,896 870,447 100 105 108
Jumlah aset tidak lancar 7,603,116 8,203,394 8,860,781 100 108 117
JUMLAH ASET 28,380,630 38,010,724 42,508,277 100 134 150
LIABIITAS
Liabilitas jangka pendek
Pinjaman
- Pihak ketiga 90,658 100 0 0
- Pihak berelasi 2,744,820 100 0 0
Utang usaha dan lainnya
- Pihak ketiga 1,819,182 2,313,370 2,567,887 100 127 141
- Pihak-pihak berelasi 942,290 877,743 1,302,730 100 93 138
Utang Pajak
- Pajak penghasilan badan 382,594 364,569 735,290 100 95 192
- Pajak lain-lain 723,887 49,154 898,492 100 7 124
utang cukai 6,164,841 176,838 100 0 3
Akrual 120,209 238,337 100 198 0
Liabilitas imbalan kerja

18
- jangka pendek 507,145 628,781 691,643 100 124 136
Pendapatan tangguhan
- jangka pendek 79,645 45,410 34,830 100 57 44
Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya 5,329 100 0 0
Liabilitas sewa pembiayaan
- jangka pendek 19,630 20,248 20,768 100 103 106
Liabilitas atas kelompok lepasan dimiliki untuk dijual 1,062 0
Jumlah liabilitas jangka pendek 13,600,230 4,538,674 6,428,478 100 33 47
Liabilitas jangka panjang
Liabilitas imbalan kerja 1,172,616 1,351,368 1,806,764 100 115 154
Liabilitas pajak tangguhan 730 100 0 0
Liabilitas sewa pembiayaan 33,455 40,878 65,744 100 122 197
Pendapatan tangguhan 75,485 63,744 32,277 100 84 43
Jumlah liabilitas jangka panjang 1,282,286 1,455,990 1,904,785 100 114 149
Jumlah liabilitas 14,882,516 5,994,664 8,333,263 100 40 56
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk
Modal saham
Modal dasar 438,300 465,272 465,272 100 106 106
Tambahan modal disetor 99,396 20,185,848 20,466,910 100 20309 20591
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan 646,270 646,518 646,928 100 100 100
Ekuitas lainnya -29,721 -29,721 -29,721 100 100 100
Saldo laba
- Dicadangkan 90,000 90,000 95,000 100 100 106

19
- Belum dicadangkn 12,253,869 10,358,143 12,530,625 100 85 102
Jumlah ekuitas 13,498,114 32,016,060 34,175,014 100 237 253
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 28,380,630 38,010,724 42,508,277 100 134 150

Grafik Analisis Trend (Laporan Posisi Keuangan)

300

250

200

Aset
150
Liabilitas
Ekuitas
100

50

0
2014 2015 2016

20
Dalam analisis trend dari laporan keuangan PT HANJAYA MANDALA
SAMPOERNA Tbk, telah ditentukan dasar sebagai penmbanding,baru kemudian
dicarikan angka indeksnya Rumus untuk mencari angka indeks adalah sebagai
berikut :

Angka Indeks = Tahun Pembanding x 100%

Tahun Dasar

Dari posisi keuangam diatas, tahun dasar adalah total aset lancar tahun
2014 sebesar Rp 20.777.514,- dan total aset lancar Tahun 2015 Rp 29.807.330,-
maka, Angka indeks adalah :

Angka Indeks 2015 = Rp 29.807.330 x 100% = 143%

Rp 20.777.514

Hal ini dapat diartikan sebagai berikut:

1. Total aset lancar yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar 143% dari total
aset lancar yang ada pada tahun 2014.
2. Total aset lancar pada tahun 2014 naik sebesar 43% jika dibandingkan
dengan total aset lancar akhir tahun 2014.
3. Total aset lancar akhir tahun 2015 berjumlah 43% lebih besar dari total
aset lancar pada akhir tahun 2014.

Angka Indeks 2016 = Rp 33.647.496 x 100% = 162%

Rp 20.777.514

Kemudian, total aset lancar akhir tahun 2016 sebesar Rp 33.647.496 maka
:

1. Total aset lancar yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 162% dari total
aset lancar yang ada pada tahun 2014.
2. Total aset lancarnyang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 62% jika
dibandingkan dengan total aset akhir tahun 2014.
3. Total aset lancar akhir tahun 2016 berjumlah 62% lebih besar dari total
aset lancar pada akhir tahun 2014.
Dari posisi keuangam diatas, tahun dasar adalah Jumlah Liabilitas tahun 2015 Rp
5.994.664 dan jumlah Liabilitas tahun 2014 Rp 14.882.516 maka,Angka indeks
adalah :

Angka Indeks 2015 = Rp 5.994.664 x 100% = 40%

Rp14.882.516

21
Kemudian Jumlah Liabilitas akhir tahun 2015 sebesar Rp 5.994.664 maka
:

1. Jumlah Liabilitas yang ada pada akhir tahun 2015 seebesar 40% dari
jumlah liabilitas yang ada pada tahun 2014.
2. Jumlah liabilitas yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar 40% terjadinya
penurunan jika dibandingkan dengan jumlah liabilitas 2014.

Angka Indeks 2016 = Rp 8.333.263 x 100% = 56%

Rp 14.882.516

1. Jumlah liabilitas yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 56% dari
jumlah liabilitas yang ada pada tahun 2014.
2. Jumlah liabilitas yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 56%
terjadinya peningkatan dari tahunm 2015.
Dari posisi keuangam diatas, tahun dasar adalah Ekuitas pada tahun 2015
Rp 32.016.060 dan pada tahun 2014 Rp 13.498.114 maka Angka
Indeksnya adalah

Angka Indeks 2015 = Rp 32.016.060 x 100% = 237 %

Rp13.498.114

Kemudian jumlah ekuitas akhir tahun 2015 Rp 31.016.060 maka:

1. Jumlah ekuitas yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar 237% dari jumlah
ekuitas yang ada pada tahun 2015.
2. Jumlah ekuitas yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar 137% jika
dibandingkan dengan jumlah ekuitas tahun 2014.

Angka Indeks 2016 = Rp 34.175.014 x 100% = 253%

Rp 13.498.114

Kemudian jumlah ekuitas akhir tahun 2016 Rp 34.175.014 maka:

1. Jumlah ekuitas yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 253% dari jumlah
ekuitas yang ada pada tahun 2015.
2. Jumlah ekuitas yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 153% jika
dibandingkan dengan jumlah ekuitas tahun 2014.

22
BAB III

ANALISIS COMMON SIZE

3.1 Pengertian Persentase common size


Menurut Djarwanto (1999: 71), persentase per komponen adalah
persentase dari masing-masing unsur aktiva terhadap total aktivanya, masing-
masing unsur pasiva terhadap total pasivanya, dan masing-masing unsur laba-
rugi terhadap jumlah penjualan netonya. Laporan yang demikian disebut
common-size statement. Dan Menurut Jusuf (2000: 75), common size
analysis adalah menganalisis laporan keuangan untuk satu periode tertentu
dengan cara membanding-bandingkan pos yang satu dengan pos lainnya.
Perbandingan tersebut dilakukan dengan menggunakan persentase di mana
salah satu pos ditetapkan patokan 100%.
Analisis common size disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan rugi-laba dan neraca menjadi proporsi dari total
penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
Dalam laporan common size, seluruh akun dinyatakan dalam presentase dan
tidak ditunjukkan jumlah moneternya. Dalam laporan keuangan common size
(laporan yang berukuran sama) adalah karena total jumlah akun-akun dalam
kelompok yang bersangkutan adalah 100%. Prosedur dalam analisis common
size disebut sebagai analisis vertikal karena melakukan evaluasi akun dari
atas ke bawah (atau dari bawah ke atas).
Analisis laporan keuangan common size berguna dalam memahami
pembentuk internal laporan keuangan. Laporan laba rugi common size dapat
memberikan perspektif yang lebih baik untuk mengevaluasi upaya
pemangkasan biaya. Pengecualian berlaku untuk pajak penghasilan yang
terkait dengan laba sebelum pajak, bukan penjualan. Laporan keuangan
common size juga berguna untuk perbandingan antar perusahaan karena
laporan keuangan perusahaan yang berbeda dibuat dalam format common
size.

23
Rumus Analisis Common Size:
Neraca : (item-item dalam Neraca / Tot. Aktiva) x 100%
Rugi/Laba : (item -item dalam Lap. Rugi laba / Tot. Penjualan) x 100%
Cara Perhitungan Persentase Common Size

Metode mengubah jumlah-jumlah rupiah dari masing-masing unsur laporan


keuangan menjadi angka persen dari total, dilakukan sebagai berikut
(Djarwanto, 1999: 71) :

1. Nyatakan total aktiva, total pasiva (total utang plus modal sendiri), dan
jumlah penjualan netto dengan 100%.
2. Hitunglah rasio dari masing-masing unsur laporan keuangan dengan
totalnya, dengan cara membagi jumlah rupiah masing-masing unsur
laporan keuangan itu dengan totalnya.

24
3.2 Perhitungan menggunakan Analisis Common Size
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
ANALISIS COMMON SIZE LAPORAN POSISI KEUANGAN
PERIODE 2014-2016
(dalam jutaan rupiah)
Periode Analsis Common Size
Akun 2014 2015 2016 2014 2015 2016
Rp Rp Rp % % %
ASET
Aset lancar
Kas dan setara kas 65,086 1,718,738 5,056,183 0.23 4.52 4.52
Piutang usaha
- Pihak ketiga 855,768 2,288,676 3,124,358 3.02 6.02 6.02
- Pihak-pihak berelasi 153,877 170,066 198,168 0.54 0.45 0.45
Piutang lainnya
- Pihak ketiga 80,286 124,063 190,079 0.28 0.33 0.33
- Pihak-pihak berelasi 8,006 2,144,022 1,483,815 0.03 5.64 5.64
Aset keuangan jangka pendek lainnya 1,349,701 1,634,332 3.55 3.55
Persediaan 17,431,586 19,071,523 19,442,023 61.42 50.17 50.17
Pajak dibayar dimuka
- Pajak penghasilan badan 2,448 1,418 0.01 0.00 0.00
- Pajak lain-lain 676,086 1,168,354 974,217 2.38 3.07 3.07
Uang muka pembelian tembakau 1,328,672 1,536,678 1,377,109 4.68 4.04 4.04
Biaya dibayar dimuka 171,411 156,025 167,212 0.60 0.41 0.41
Aset atas kelompok lepasan yang dimiliki untuk
4,288 78,066
dijual 0.02 0.21 0.21
Jumlah aset lancar 20,777,514 29,807,330 33,647,496 73.21 78.42 78.42
Aset tidak lancar
Investasi pada entitas asosiasi 48,347 61,789 62,174 0.17 0.16 0.16

25
Properti investasi 435,991 605,616 585,098 1.54 1.59 1.59
Aset tetap 5,919,600 6,281,176 6,895,483 20.86 16.52 16.52
Tanah untuk pengembangan 114,900 113,729 114,888 0.40 0.30 0.30
Aset pajak tangguhan 219,407 235,765 272,268 0.77 0.62 0.62
Goodwill 60,423 60,423 60,423 0.21 0.16 0.16
Aset tidak lancar lainnya 804,448 844,896 870,447 2.83 2.22 2.22
Jumlah aset tidak lancar 7,603,116 8,203,394 8,860,781 26.79 21.58 21.58
JUMLAH ASET 28,380,630 38,010,724 42,508,277 100.00 100.00 100.00

LIABIITAS
Liabilitas jangka pendek
Pinjaman
- Pihak ketiga 90,658 0.32
- Pihak berelasi 2,744,820 9.67
Utang usaha dan lainnya
- Pihak ketiga 1,819,182 2,313,370 2,567,887 6.41 6.09 6.04
- Pihak-pihak berelasi 942,290 877,743 1,302,730 3.32 2.31 3.06
Utang Pajak
- Pajak penghasilan badan 382,594 364,569 735,290 1.35 0.96 1.73
- Pajak lain-lain 723,887 49,154 898,492 2.55 0.13 2.11
utang cukai 6,164,841 176,838 21.72 0.00 0.42
Akrual 120,209 238,337 0.42 0.63 0.00
Liabilitas imbalan kerja
- jangka pendek 507,145 628,781 691,643 1.79 1.65 1.63
Pendapatan tangguhan
- jangka pendek 79,645 45,410 34,830 0.28 0.12 0.08
Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya 5,329 0.02 0.00 0.00
Liabilitas sewa pembiayaan
- jangka pendek 19,630 20,248 20,768 0.07 0.05 0.05

26
Liabilitas atas kelompok lepasan dimiliki untuk
dijual 1,062 0.00 0.00 0.00
Jumlah liabilitas jangka pendek 13,600,230 4,538,674 6,428,478 47.92 11.94 15.12
Liabilitas jangka panjang 0.00 0.00 0.00
Liabilitas imbalan kerja 1,172,616 1,351,368 1,806,764 4.13 3.56 4.25
Liabilitas pajak tangguhan 730 0.00 0.00 0.00
Liabilitas sewa pembiayaan 33,455 40,878 65,744 0.12 0.11 0.15
Pendapatan tangguhan 75,485 63,744 32,277 0.27 0.17 0.08
Jumlah liabilitas jangka panjang 1,282,286 1,455,990 1,904,785 4.52 3.83 4.48
Jumlah liabilitas 14,882,516 5,994,664 8,333,263 52.44 15.77 19.60
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk
Modal saham
Modal dasar 438,300 465,272 465,272 1.54 1.22 1.09
Tambahan modal disetor 99,396 20,185,848 20,466,910 0.35 53.11 48.15
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan 646,270 646,518 646,928 2.28 1.70 1.52
Ekuitas lainnya -29,721 -29,721 -29,721 -0.10 -0.08 -0.07
Saldo laba 0.00 0.00 0.00
- Dicadangkan 90,000 90,000 95,000 0.32 0.24 0.22
- Belum dicadangkn 12,253,869 10,358,143 12,530,625 43.18 27.25 29.48
Jumlah ekuitas 13,498,114 32,016,060 34,175,014 47.56 84.23 80.40
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 28,380,630 38,010,724 42,508,277 100.00 100.00 100.00

27
Grafik Analisis Common Size (Laporan Posisi Keuangan)

120

100

80

Aset
60
Liabilitas
Ekuitas
40

20

0
2014 2015 2016

28
Dari data Laporan Posisi Keuangan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk dan
entitas anaknya tahun 2014, 2015, dan 2016 diatas dapat diketahui persentase per
komponennya, dan dapat disimpulkan dalam analisa Common Size dari Neraca
akun kas dan setara kas PT. HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk DAN
ENTITAS ANAKNYA sebagai berikut:

1. Antara Komponen Kas dengan Total Aset (dalam jutaan rupiah)


 Untuk tahun 2014 adalah:
Kas dan Setara Kas
= x 100%
Total Aset

Rp65.086
= Rp28.380.630 x 100%

= 0,23%

Artinya, saldo kas tahun 2014 sebesar 0,23% dari jumlah aset akhir tahun
tersebut atau setiap Rp1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk kas sebesar
Rp0,0023

 Untuk tahun 2015 adalah:


Kas dan Setara Kas
= x 100%
Total Aset

Rp1.718.738
= Rp38.010.724 x 100%

=4,52%

Artinya, saldo kas tahun 2015 sebesar 4,52%% dari jumlah aktiva akhir tahun
tersebut atau setiap Rp1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk kas sebesar Rp0,0452

 Untuk tahun 2016 adalah:


Kas dan Setara Kas
= x 100%
Total Aset
Rp5.056.183
= x 100%
Rp42.508.277
= 4.52%

29
Artinya, saldo kas tahun 2015 sebesar 4,52% dari jumlah aktiva akhir tahun
tersebut atau setiap Rp1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk kas sebesar Rp0,0452

2. Antara Komponen Utang Pajak dengan Total Pasiva


 Untuk tahun 2014 adalah :

Utang Pajak Penghasilan Badan


= x 100%
Total Liabilitas dan
𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

Rp382.594
= x 100%
Rp28.380.630

= 1,35%

Artinya, saldo utang pajak tahun 2014 sebesar 1,35% dari jumlah liabilitas
dan modal akhir tahun tersebut atau setiap Rp1 liabilitas per 31 Desember
2014 adalah Rp0,0135 aset yang dibiayai dari utang pajak sebesar
Rp0,0135

 Untuk tahun 2015 adalah :

Utang Pajak Penghasilan Badan


= x 100%
Total Liabilitas dan
𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

Rp364.569
= Rp38.010.724 x 100%

= 0,96%

Artinya, saldo utang pajak tahun 2015 sebesar 0,96% dari jumlah liabilitas
dan modal akhir tahun tersebut atau setiap Rp1 liabilitas per 31 Desember
2015 adalah Rp0,0096 aset yang dibiayai dari utang pajak sebesar
Rp0,0096
 Untuk tahun 2016 adalah :

Utang Pajak Penghasilan Badan


= x 100%
Total Liabilitas dan
𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

30
Rp735.290
= Rp42.508.277 x 100%

= 1,73%

Artinya, saldo utang pajak tahun 2016 sebesar 1,73% dari jumlah liabilitas
dan modal akhir tahun tersebut atau setiap Rp1 liabilitas per 31 Desember
2015 adalah Rp0,0173 aset yang dibiayai dari utang pajak sebesar
Rp0,0173.

31
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
ANALISIS COMMON SIZE LAPORAN LABA RUGI
PERIODE 2014-2016
(dalam jutaan rupiah)

Periode Analisis Commond Size


Akun
2014 2015 2016 2014 2015 2016
Rp Rp Rp % % %
Rp Rp Rp
Penjualan bersih 80,690,139 89,069,306 95,466,657 100 100 100

Beban pokok penjualan (60,190,077) (67,304,917) (71,611,981) -75 -76 -75


Laba kotor 20,500,062 21,764,389 23,854,676 25 24 25
Beban penjualan (5,295,372) (5,974,163) (6,097,049) -7 -7 -6
Beban umum dan administrasi (1,399,271) (1,742,155) (1,737,275) -2 -2 -2

Penghasilan lain-lain 151822 148549 267679 0 0 0


Beban lain-lain (263106) (210358) (108713) 0 0 0
Penghasilan keuangan 57465 68963 854068 0 0 1
Biaya keuangan (47,416) (138,425) (22,324) 0 0 0
Bagian atas hasil bersih entitas asosiasi 14115 15844 385 0 0 0

Laba sebelum pajak penghasilan 13,718,299 13,932,644 17,011,447 17 16 18

Beban pajak penghasilan (3,537,216) (3,569,336) (4,249,218) -4 -4 -4

Laba tahun berjalan 10,181,083 10,363,308 12,762,229 13 12 13


Penghasilan komprehensif lain

Pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi:

32
Pengukuran kembali imbalan pascakerja -22137 (11,432) (309,867) 0 0 0

Beban pajak penghasilan 55221 2883 77429 0 0 0


Terkait
(166,149) (8,549) (232,438) 0 0 0
Pos yang akan
direklasifikasi ke
laba rugi:
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan 61 248 410 0 0 0
Penghasilan komprehensif lain, (166,088) (8,301) (232,028) 0 0 0
setelah pajak

JUMLAH PENGHASILAN KOMPREHENSIF


TAHUN BERJALAN 10,014,995 10,355,007 12,530,201 12 12 13
Laba yang diatribusikan kepada:
pemilik entitas induk 10,181,083 10,363,308 12,762,229 13 12 13
kepentingan nonpengendali - -
10,181,083 10,363,308 12,762,229 13 12 13
Jumlah penghasilan komprehensif yang
diatribusikan kepada :
pemilik entitas induk 10,014,995 10,355,007 12,530,201 12 12 13
kepentingan nonpengendali - -

10,014,995 10,355,007 12,530,201 12 12 13


Laba per saham dasar 2306 2326 110
dan dilusian (Rupiah penuh)*)

33
Grafik Analisis Common Size (Laporan Laba Rugi)

20

18

16

14
Laba sebelum pajak
12

10 Laba tahun berjalan

8
Penghasilan komperhensif
6 tahun berjalan

0
2014 2015 2016

34
Dari data Laporan Laba Rugi dan Komperhensif Lainya PT. Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk dan entitas anaknya tahun 2014, 2015, dan 2016 diatas dapat
diketahui persentase per komponennya, dan dapat disimpulkan dalam analisa
Common Size dari laba sebelum pajak PT. HANJAYA MANDALA
SAMPOERNA Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA sebagai berikut:

Laba sebelum pajak 2014

Laba sebelum pajak


= x 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Rp13.718.299
= x 100%
Rp80.690.139

= 17%

Laba sebelum pajak 2015

Laba sebelum pajak


= x 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Rp13.932.644
= x 100%
Rp80.069.306

= 16%

Laba sebelum pajak 2016

Laba sebelum pajak


= x 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Rp17.011.447
= x 100%
Rp95.466.657

= 18%

Berdasarkan tabel dan perhitungan laba sebelum pajak selama periode


2014 – 2016 terlihat berfluktuasi karena pada tahun 2015 laba yang sebelumya 17
% mengalami penurunan sebesar 1 % yang menjadi 16% di tahun 2015, tetapi
pada tahun 2016, laba sebelum pajak naik sebesar 2% sehingga pada tahun 2016

35
mendapatkan laba 18% yang mana, laba sebelum pajak ini adalah laba sebelum
pajak yang paling tinggi dari periode 2014 – 2016.

Sedangkan untuk beban pokok penjualan turun selama tahun 2014-2016


pada tahun 2014 beban pokok penjualan sebesar 75%, pada tahun 2015 beban
pokok penjualan naik sebesar 1% menjadi 76% dan pada tahun 2016 jumlah
beban pokok penjualan naik dari Rp67.304.917 (dalam jutaan rupiah) menjadi
Rp71.611.981 (dalam jutaaan rupiah) tetapi berdasarkan perhitungan common
size beban pokok penjualan pada tahun 2016 turun sebesar 1%. Ini mengartikan
bahwa PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk mampu menekan beban pokok
penjualan untuk mendapatkan laba yang lebih besar.

Untuk laba tahun berjalan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk


mengalami fluktuasi walau jumlahnya naik setiap tahun. Pada tahun 2015
persentase dari perhitungan common size laba tahun berjalan menurun sebesar 1%
tetapi secara jumlah laba yang di dapat PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
meningkat sebesar Rp182.225 (dalam jutaan rupiah) ini menandakan bahwa beban
pokok penjualan pada tahun 2014 lebih sedikit yang dikeluarkan untuk
mendapatkan laba yang lebih dibandingkan dengan tahun 2015. Pada tahun 2016
persentase common size naik kembali sebesar 1%.

36
BAB IV

ANALISIS RASIO

4.1 Pengertian Analisis Rasio


Analisis rasio adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca
dan laporan laba rugi terhadap satu dengan yang lainnya, yang memberikan
gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap suatu
perusahaan tertentu.Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat
kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Manfaat Analisis Rasio :

a. Membantu penganalisis untuk mengetahui keadaan perusahaan yang


bersangkutan
b. Perkembangan keuangan perusahaan yg bersangkutan.

4.2 Perhitungan Menggunakan Analisis Rasio


Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) lancar, yang berfungsi untuk
menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kwajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan, maupun di dalam perusahaan.

a. Current Ratio (Rasio Lancar)

Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi


kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan asset lancar yang
dimiliki.

Aset Lancar
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Utang Lancar X100%

37
𝑅𝑝 20.777.514
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2014 = 𝑋100% = 1,53
𝑅𝑝 13.600.230

𝑅𝑝 29.807.330
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2015 = 𝑋100% = 6,58
𝑅𝑝 4.538.674

𝑅𝑝 33.647.496
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2016 = 𝑋100% = 5,23
𝑅𝑝 6.428.478

Analisis rasio lancar PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. tahun


2014 menunjukkan jumlah aktiva lancar sebanyak 1,5 (dibulatkan) kali
utang lancar setiap Rp 1 utang lancar, dijamin oleh Rp1,5 aset lancar.
Tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami kenaikan yang cukup pesat, sebesar
Rp 6,6 (dibulatkan) asset lancar dapat menjamin Rp 1 utang lancar.
Namun tahun 2015 ke tahun 2016 sedikit mengalami penurunan yang
berselisih 1,35. Hal ini berarti perusahaan mampu
mengelola/memanajemen asset lancar tahun 2015 lebih baik daripada
tahun setelahnya. Tahun 2015 menandakan bahwa kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya lebih besar daripada tahun
sesudahnya. Namun, di samping itu rasio lancar yang tinggi menunjukkan
adanya kelebihan aset lancar yang akan mempunyai pengaruh kurang baik
terhadap profitabilitas perusahaan karena aktiva lancar secara umum
menghasilkan tingkat return yang lebih rendah dibandingkan dengan aset
tetap.

b. Cash Ratio

Cash Ratio Merupakan Ratio (Rasio) yang digunakan dalam


mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek dengan kas yang tersedia.

(𝐾𝑎𝑠 + 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠)


𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

38
(𝑅𝑝 65.086)
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2014 = 𝑅𝑝 13.600.230 𝑥100%=0,005

(𝑅𝑝 1.718.738)
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2015 = 𝑥100%=0,379
𝑅𝑝 4.538.674

(5.056.183)
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2016 = 𝑥100% = 0,787
6.428.478

.Tahun 2014 dan 2015 merupakan keadaan perusahaan yang kurang


baik dikarenakan rasio kas yang berada di bawah rata-rata industri yaitu
sebesar 50%, hal ini dinilai buruk karena untuk membayar kewajiban
masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar
lainnya, sedangkan pada tahun 2016 kondisi rasio kas tergolong cukup
baik karena berada di atas rata-rata industri untuk rasio kas.

c. Acid Test Ratio (Rasio Cepat/quick ratio)

Rasio cepat mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi


kewajiban jangka pendeknya dengam menggunakan asset lancar yang
dimilikinya tanpa memanfaatkan persediaan.

Aset Lancar − Persediaan


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑒𝑝𝑎𝑡 =
Utang Lancar

20.777.514 − 17.431586
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2014 = = 0,246
13.600.230

29.807.330 − 19.071.523
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2015 = = 2,365
4.538.674

33.647.496 − 19.442.023
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2016 = = 2,210
6.428.478

Di antara komponen aset lancar, persediaan biasanya dianggap


sebagai asset yang paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin
panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas dan juga terjadi
ketidakpastian nilai persediaan. Dengan alasan di atas, persediaan
dikeluarkan dari asset lancar untuk perhitungan rasio cepat. Rasio cepat

39
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. tahun 2015 lebih besar dari tahun
sebelum dan sesudahnya. Jika rata-rata industri untuk rasio cepat adalah
1,5 kali, maka keadaan perusahaan pada tahun 2015 dan 2016 lebih baik
dari tahun 2014, karena kondisi ini menunjukkan bawha perusahaan tidak
harus menjual persediaannya jika akan melunasi utang lancarnya, tetapi
dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang.

d. Rasio perputaran kas

Perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan


modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan
membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
ketersediaan kas utuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang
berkaitan dengan penjualan.

𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 =
total aktiva lancar − total utang lancar

80.690.139
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2014 = = 11,242
20.777.514 − 13.600.230

89.069.306
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2015 = = 3,525
29.807.330 − 4.538.674

95.466.657
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2016 = = 3,507
33.647.496 − 6.428.478

Jika rata-rata industri untuk perputaran kas adalah 10% maka pada
tahun 2014 perusahaan berada di posisi sangat baik karena perputaran
kasnya masih tergolong stabil, sedangkan pada tahun 2015 dan 2016 dapat
di artikan kas yang tertanam pada aktiva sulit dicairkan dalam waktu
singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih
sedikit.

40
Tabel 4.2.1

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.

Rekapitulasi Analisis Rasio Likuiditas

Rekapitulasi Tahun
2014 2015 2016
Rasio Lancar 1,53 6,58 5,23
Rasio Kas 0,005 0,379 0,787
Rasio Cepat 0,246 2,365 2,210
Rasio Perputaran 11,242 3,525 3,507
Kas

Berdasarkan rasio likuiditas, terlihat terlihat bahwa pada tahun 2014 adanya utang
cukai dan utang dari pihak yang berelasi maka utang lancar perusahaan hampir
setara dengan aktiva lancar yang dimiliki, apabila melihat aktiva lancar tanpa
melihat persediaan yang ada, perusahaan juga hanya dapat menutupi sebagian
utang lancar dan biaya-biaya saat jatuh tempo. Kas yang dimiliki perusahaan juga
belum dapat menutup utang lancar perusahaan. Dilihat dari perputaran kas tahun
2014 yang sangat tinggi maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak mampu
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Sedangkan pada tahun 2015 perusahaan telah dapat menutupi utang lancarnya
dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki, hal ini dikarenakan pada tahun
2015, tidak ada utang cukai dan utang dari pihak yang berelasi, dan dari segi
penutupan utang lancar dengan menggunakan kas, pada tahun 2015 kas
perusahaan telah dapat menutupi sebagian utang lancar yang dimiliki dengan
perputaran kas yang cukup baik, yaitu tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu
rendah.

Pada tahun 2016 terjadi sedikit kenaikan dari utang dikarenakan adanya utang
cukai dan kenaikan utang pajak, dan hal ini membuat sedikit penurunan terhadap
kemampuan perusahaan dalam menutupi utang lancarnya dengan menggunakan
aktiva lancar. Jika ditinjau dari kemampuan perusahaan menutupi utang lancarnya
dengan menggunakan kas dan setara kas maka terlihat bahwa perusahaan telah
dapat menutupi hampir sebagian utang lancarnya dengan menggunakan kas,
dikarenakan adanya kenaikan jumlah uang kas pada perusahaan di tahun 2016.

41
Sedangkan berdasarkan aktiva lancar dikurang persediaan yang ada, perusahaan
telah mampu menutupi utangnya dengan baik. Perputaran kas yang terjadi pada
tahun 2016 juga cukup baik.

Dapat disimpulkan bahawa, pada tahun 2014 perusahaan tidak mampu menutupi
kewajiban lancarnya, namun di tahun 2015 dan 2016 perusahaan dapat dikatakan
likuid karena telah mampu menutupi seluruh utang lancar yang dimiliki.

42
Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau dengan kata lain
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Perusahaan dikatakan solvable jika total asset > total hutang.

a. Rasio Total Utang terhadap Total Aset (DAR)

Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio
yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan yang tinggi.
Penggunaan leverage keuangan yang tinggi akan meningkatkan ROE dengan
cepat, tetapi sebaliknya jika penjualan menurun, ROE akan menurun pula. Risiko
perusahaan dengan leverage keuangan yang tinggi akan semakin tinggi pula.

Total Utang
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 =
Total Aset

14.882.516
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2014 = = 0,524
28.380.630

5.994.664
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2015 = = 0,158
38.010.724

8.333.263
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2016 = = 0,196
42.508.277

Rasio DAR pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Menunjukkan


bahwa pada tahun 2014, 52% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang,
sedangkan untuk tahun 2015 dan 2016 perusahaan hanya dibiayai sekitar 15% dan
19% dari utang untuk pendanaan.

b. Rasio Total Utang terhadap Total Ekuitas (DER)

Rasio ini digunakan untuk mengukur total utang dalam struktur modal
suatu perusahaan dalam kondisi utang jangka panjang perusahaan.

43
Total Utang
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 =
Total Ekuitas

14.882.516
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2014 = =1,103
13.498.114

5.994.664
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2015 = 32.016.060 =0,187

8.333.263
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2016 = = 0,248
34.175.014

Rasio debt to equity (DER) di atas menggambarkan struktur permodalan


PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk yang pada tahun 2014 seluruh modal
dibiayai dari kreditor sepenuhnya, sedangkan tahun 2015 hanya 18% modal di
biayai oleh utang dan tahun 2015 dengan 24%.

44
Tabel 4.2.2

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.

Rekapitulasi Analisis Rasio Solvabilitas

Rekapitulasi Tahun
2014 2015 2016
Rasio total utang 0,524 0,158 0,196
terhadap total aset
Rasio total utang 1,103 0,187 0,248
terhadap total
ekuitas

Berdasarkan tabel di atas. Pada tahun 2014 jika di persentase kan maka sekitar
52% pendanaan masih di biayai oleh utang , hal ini dikarenakan jumlah utang
perusahaan hampir mencapai setengah aset perusahaan. Sedangkan dilihat dari
ekuitas perusahaan tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa seluruh modal
perusahaan di biayai oleh utang perusahaan.

Pada tahun 2015 jika di persentasekan, makan hanya sekitar 15% pendanaan
masih di biayai oleh utang, hal ini di karenakan jumlah utang pada tahun 2015
mengalami penurunan yang cukup drastis. Dan dari ekuitas perusahaan hanya
18% yang dibiayai oleh uatang perusahaan.

Selanjutnya, pada tahun 2016 pendanaan aset yang di biayai oleh utang terjadi
kenaikan 4% dari tahun sebelumnya, dikarenakan adanya sedikit tambahan utang
di tahun 2016 sedangkan ekiutas perusahaan hanya dibiayai sekitar 25% dari
utang perusahaan, baik utang jangaka panjang maupun jangka pendek.

Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2014 setengah aset dan seluruh modal
perusahaan masih di biayai oleh utang perusahaan. Sedangkan pada tahun 2015
dan 2016 perusahaan telah dapat dikatakan solvable, dikarenakan hanya sedikit
menggunakan utang untuk pembiayaan perusahaan.

45
Rasio Profitabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan


pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.

a. Net Profit Margin

Yaitu menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan


laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung
pada analisis common-size untuk laporan laba rugi. Rasio ini diinterpretasikan
juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi)
di perusahaan pada periode tertentu.

Laba bersih
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑛𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
Penjualan

10.181.083
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2014 = =0,126
80.690.139

10.363.308
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2015 = =0,116
89.069.306

12.762.229
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2016 = 95.466.657 = 0,134

Net Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan


menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sedangkan NPM
yang rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang
tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut, yang secara umum rasio yang
rendah bisa menujukkan ketidakefisienan manajemen. Untuk industri manufaktur
cenderung memiliki rasio net profit margin yang tinggi. Pada PT Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk., rasio net profit margin (NPM) mengalami penurunan
di tahun 2015 yang semula sebesar 0,126 menjadi 0,116. Namun untuk tahun
2016 mengalami peningkatan yang semula 0,116 menjadi 0,136.

b. Return on Asset (ROA)

46
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset tertentu.

Laba bersih
𝑅𝑂𝐴 =
Total aset

10.181.083
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2014 = 28.380.630 =0,059

10.363.308
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2015 = = 0,273
38.010.724

12.762.229
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2016 = = 0,300
42.508.277

Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti


efisiensi manajemen. Pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., Rasio return on
asset (ROA) dari tahun 2014 hingga 2016 terus mengalami kenaikan yang cukup
signifikan, yaitu dari tahun 2014 dengan 5,9% naik menjadi 27% pada tahun
2015, dan meningkat lagi di tahun 2016 sebesar 30%.

c. Return on Equity (ROE)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba


berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas
dari sudut pandang pemegang saham.

Laba bersih
𝑅𝑂𝐴 =
Modal saham

10.181.083
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2014 = = 23,229
438.300

10.363.308
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2015 = =22,274
465.272

12.762.229
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2016 = =27,430
465.272

Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham,
rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang

47
saham. Karena itu, rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang
sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan
perusahaan. Pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., Rasio return on equity
(ROE) dari tahun 2014 hingga 2016 mengalami fluktuasi. Penurunan terjadi di
tahun 2015 menghasilkan ROE 22,27 yang semula pada tahun 2014 sebesar 23,22
Sementara pada tahun 2016 mengalami peningakatan menjadi 27,43.

48
Tabel 4.3

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.

Rekapitulasi Analisis Rasio Profitabilitas

Tahun
Rekapitulasi
2014 2015 2016
Net Profit Margin 0,126 0,116 0,134
Return On Assets 0,059 0,273 0,300
Return On equity 23,229 22,274 27,430

Pada Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., rata-rata persentase laba


yang dihasilkan dari total pendapatan yaitu 12%, rasio net profit margin
(NPM) mengalami penurunan di tahun 2015 yang semula sebesar 12% ditahun
2014, menjadi 11% meski penurunan tidak terlalu banyak. Namun untuk tahun
2016 mengalami kenaikan yang semula 11% menjadi 13% Dalam tiga tahun
pelaporan tersebut laba yang dihasilkan perusahaan terus mengalami
peningkatan tetapi diikuti juga dengan peningkatan biaya-biaya perusahaan.

Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset. Pada


Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., Rasio return on asset (ROA) dari tahun
2013 hingga 2016 menunjukkan nilai kenaikan yang sifnifikan.

Pada Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., Rasio return on equity (ROE)


dari tahun 2014 hingga 2015 mengalami sedikit penurunan. Peningkatan
terjadi di tahun 2015 ke tahun 2016. Dapat dikatakan bahwa tingkat
pengembalian modal dari tiga tahun pelaporan masih cukup stabil yauitu
sekitar 25%.

Dari rasio profitabilitas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat efektivitas


manajemen Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., sudah baik dilihat dari
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba terus meningkat pada tingkat
penjualan, pengembalian asset, dan modal yang dimilki.

49
Rasio Akvifitas

Rasio aktifitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur


efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat
pula diartikan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan
sumber daya perusahaandari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat
apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola asset yang
dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya..

a. Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk


mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan ini berputar dalam
sautu periode.

Pendapatan
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =
Persediaan

80.690.139
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2014 = 17.431.586 =4,629

89.069.306
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2015 = = 4,670
19.071.523

95.466.657
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2016 = = 4,910
19.442.023

Pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., Rasio perputaran persediaan


mengalami perubahan yang konstan. Tahun 2014 hingga 2016 perputaran
persediaan mengalami 5 kali (Dibulatkan) perputaran dalam setiap tahunnya.

b. Perputaran Aktiva Tetap

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan


penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini
memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva
tetapnya, berguna untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan
kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum.

50
Penjualan
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 =
Aktiva Tetap

80.690.139
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2014 = =10,613
7.603.116

89.069.306
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2015 = = 10,858
8.203.394

95.466.657
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2016 = = 10,774
8.860.781

Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap
tersebut. Pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., Rasio perputaran aset tetap
mengalami fluktuasi dengan peningkatan di tahun 2015 yang semula 10,613 kali
menjadi 10,858 kali kemudian tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 10,774.

c. Perputaran Total Aset

Rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total asset. Rasio yang tinggi
biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus
membuat manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran
modalnya (investasi).

Penjualan
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 =
Total Aset

80.690.139
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2014 = =2,843
28.380.630

89.069.306
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2015 = = 2,343
38.010.724

95.466.657
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2016 = = 2,246
42.508.277

51
Pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., Rasio perputaran total aset
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Rasio yang paling tinggi terjadi pada
tahun 2014 yakni sebesar 2,843 yang berarti setiap Rp 1,00 aktiva tetap dapat
menghasilkan Rp 2,84 penjualan, sedangkan pada tahun 2015 setiap Rp 1,00
aktiva tetap dapat menghasilkan Rp 2,34 penjualan, dan pada tahun 2016 setiap
Rp 1,00 aktiva tetap, dapat menghasilkan Rp 2,24 penjualan.

52
Tabel 4.4.4

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.

Rekapitulasi Analisis Rasio Aktivitas

Rekapitulasi Tahun
2014 2015 2016
Perputaran 4,629 4,670 4,910
Persediaan
Perputaran Aktiva 10,613 10,858 10,774
Tetap
Perputaran Total 2,843 2,343 2,246
Aktiva

Pada tahun 2014 perputaran persediaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna


Tbk., mengalami hanya 5x perputaran (jika dibulatkan), sedangkan perputaran
aktiva tetap mengalami 11x perputaran (jika dibulatkan) dalam satu tahun hal ini
dapat dikatakan baik, artinya setiap Rp 1 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp 10
penjualan, dengan perputaran total aktiva 3x perputaran (jika dibulatkan) dalam
setahun.

Tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun 2015 perputaran persediaan
pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., mengalami hanya 5x perputaran
(jika dibulatkan), dengan perputaran aktiva tetap sebanyak 11x (jika dibulatkan)
dan perputaran total aktiva mengalami penurunan, yaitu hanya sebanyak 2x (jika
dibulatkan) perputaran.

Pada tahun 2016 perputaran persediaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna


Tbk., mengalami hanya 5x perputaran dengan 11x perputaran (jika dibulatkan)
aktiva tetap dan 3x perputaran (jika dibulatkan) total aktiva tetap. Hal ini dapat
di simpulkan bahwa perusahaan masih kurang dalam pengelolaan persediaan dan
juga total aktiva tetapnya.

53
BAB V

KESIMPULAN

1. Posisi keuangan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, dalam periode


tahun 2014 sampai dengan 2016 baik menggunakan metode analisis trend,
mengalami kenaikan yang konstan setiap tahunnya, sedangkan jika
menggunakan analisis command size dan analisis rasio terjadi kenaikan
yang cukup pesat di tahun 2015 dan sedikit penurunan di tahun 2016
2. Kelemahan yang menjadi kekurangan perusahaan, di tinjau dari
profitasbilitas pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., dalam
menghasilakan keuntungan pada tingkat penjualan aset dan modal saham
tertentu perusahaan masih tergolong rendah.
3. sedangkan kekuatan yang dimiliki dalam metode perhitungan rasio kas PT.
Hanjaya Mandala Tbk pada tahunn 2014 setiap Rp.1 utang lancar dapat
dijamin oleh Rp1,5 aset lancar sedangkan pada tahun 2015 mengalami
kenaikan yang cukup pesat dengan aset lancar sebesar Rp6,6 dapat
menjamin setiap Rp1 utang lancar, sedangkan tahun 2016 mengalami
sedikit penurunan tetapi tidak terlalu besar berupa Rp5,2 aset lancar dapat
menjamin Rp1 utang lancar.
4. Langkah perbaikan yang perlu di ambil yaitu berupa peningkatan kinerja
manajemen dalam pemasaran dan menghasilkan laba parusahaan.
5. Kinerja manajemen dinilai cukup berhasil pada tahun 2015 dan 2016
dikarenakan dapat menelola perusahaan dengan baik.

54
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sampoerna.com/id_id/about_us/pages/our_employees.aspx
www.acedmia.edu/18272449/ANALISIS_LAPORAN_KEUANGAN_KONSOLI
DASI_PT.HM_SAMPOERNA.Tbk_DAN_ANAK_ENTITAS_TAHUN_2012_D
AN_2013
Kasmir.2008.Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada
http://www.sampoerna.com/id_id/our_products/pages/our_brands.aspx

55

Anda mungkin juga menyukai