Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

JEMBATAN KANTILEVER PORCELAIN FUSED TO METAL


PADA GIGI 15
Disusun oleh Nina Marlina, S.KG
Pembimbing:
1. Rheni Safira,drg.,Sp.Prost
2. Muslich Mahmud, drg., Sp.Prost (K)

Pendahuluan
Kehilangan gigi dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk
penampilan, fungsi, dan hubungan interpersonal; dengan demikian, kehilangan gigi
dapat mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan gigi posterior rahang atas
mengakibatkan gangguan fungsi mastikasi yang akan berefek pada intake asupan
nutrisi yang akan diterima oleh tubuh.. Kehilangan gigi sebagian dapat diberi
perawatan dengan menggunakan pilihan perawatan prostodontik yang berbeda.1
Tujuan utama perawatan gigi dengan gigi tiruan cekat adalah
mempertahankan dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta
seluruh sistem pengunyahan agar dapat berfungsi dengan baik. Untuk mencapai
tujuan dengan keberhasilan perawatan ini, harus dipertimbangkan beberapa faktor
pendukung diantaranya pertimbangan faktor periodontal dari gigi-gigi penyangga
khususnya pada perawatan dengan gigi tiruan cekat.1
Perawatan prostodontik tetap melibatkan penggantian dan restorasi gigi
dengan gigi artifisial yang tidak mudah dilepas dari mulut untuk mengembalikan
fungsi, estetika, dan kenyamanan.2 Gigi tiruan tetap sebagian kantilever sebagai
restorasi tetap yang memiliki satu atau lebih penyangga di salah satu ujung sementara
ujung lainnya berujung bebas.3 Keuntungan jembatan kantilever yaitu desainnya
sangat konservatif ketika hanya satu gigi yang dibutuhkan untuk menjadi penyangga,
tidak memerlukan preparasi yang sejajar satu sama lain; jika dua atau lebih gigi
penyangga yang digunakan, maka gigi yang berdekatan yang dijadikan penyangga
sehingga lebih mudah untuk membuat preparasi yang pararel, konstruksi di
laboratorium lebih mudah.4
Restorasi metal keramik (PFM) telah dikenal sejak tahun 1965 dan berupakan
salah satu restorasi yang sangat luas dipergunakan dalam bidang kedokteran gigi.
Restorasi metal keramik mengkombinasikan kekuatan dari metal dan estetik dari
poreselen. Porselen adalah keramik yang dibuat dari kaolin dan feldspar. Anusavic
(91991) menyatakan bahwa restorasi metal keramik telah sukses digunakan untuk
mahkota tunggal atau jembatan unit selama lebih dari 30 tahun. Pada laporan ini
membahas mengenai jembatan kantilever PFM yang digunakan untuk memperbaiki
kehilangan gigi 15.

Laporan Kasus
Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke RSGM Unjani dengan
keluhan utama Gigi belakang atas sudah lama hilang karena dilakukan pencabutan,
pasien ingin giginya diganti dengan gigi palsu yang tidak bisa dilepas pasang.
Terakhir pencabutan gigi saat kelas 6 SD (21 tahun yang lalu) dikarenakan gigi
tersebut berlubang. Pasien tidak pernah menggunakan gigi tiruan. Kebiasaan
menyikat gigi 2 kali sehari (Pagi dan malam sebelum tidur).
Pemeriksaan Ekstraoral:
Wajah : Lonjong
Profil : Cembung
Bibir : Sedang
Lebar Buka Mulut : normal
Pembesaran kelenjar :-
TMJ : Kliking (-)
Pemeriksaan Intraoral:
Ukuran lengkung : Sedang
Bentuk lengkung : Lonjong
Bentuk Linggir : Lonjong
Tuberositas : Normal
Torus : Ada
Bentuk Palatum :U
Palatum Lunak : kelas II
Frenulum : sedang

Status Gigi

Gambar 1. Status Gigi.

Gambar 2. Foto Intraoral.

Radiografi

Gambar 3. Foto Periapikal Gigi 11.


Interpretasi:

 Terdapat pelebaran ruang periodontal pada 1/3 servikal sisi mesial dan distal
 Lamina terputus pada 1/3 servikal sisi mesial dan distal
 Resorbsi tulang alveolar secara horizontal pada sisi mesial dan distal

Pola Perencanaan
Pembuatan jembatan kantilever sebanyak dua unit
• Abutment : mahkota penuh pada gigi 14 (PFM)
• Pontik : gigi 15
• Desain pontik : modified rigde-lap
• Konektor : Rigid

Penatalaksanaan
1. Anamnesis keluhan pasien dan pemeriksaan ekstraoral maupun intraoral.
2. Mouth preparation
3. Pencetakan menggunakan bahan hidrokoloid irreversible (alginat)
4. Pembuatan model studi
5. Pemilihan warna gigi (A2)
6. Preparasi gigi 14

Gambar 4. Pemilihan warna gigi artificial dan abutment


Gambar 5. Preparasi Gigi 14.

7. Pencetakan dengan bahan cetak double impression ( putty, katalis, body)


8. Pembuatan model kerja
9. Pembuatan restorasi provisional menggunakan acrylic self curing
10. Model kerja dikirim ke laboratorium untuk pembuatan copping
11. Tryin copping

Gambar 6. Copping.

Gambar 7. Try in Copping

12. Tryin jembatan kantilever PFM sebelum glazing


Gambar 8. Jembatan Kantilever PFM sebelum glazing.

13. Tryin jembatan kantilever PFM setelah diglazing dan sementasi tetap

Gambar 8. Jembatan Kantilever PFM Setelah glazing.

Gambar 9. Sementasi jembatan kantilever PFM


Gambar 10. Jembatan Kantilever PFM Setelah Sementasi

14. Instruksi untuk memeliharaan gigi tiruan jembatan yang telah dipasangkan :
- Penyikatan yang baik ( tekanan ringan dan sikat yang halus) dan
membersihkan area bawah pontik dengan cottonbad
- Pemakaian dental floss yangberfungsi untuk membersihkan daerah
Interdetal
- Kontrol 1 minggu dan 1 bulan

Kontrol 1 minggu
Keluhan utama : tidak ada
Adaptasi, retensi, stabilisasi GTC : Baik
Keadaan jaringan sekitar (gingival) : tidak ada peradangan
Perkusi /palpasi/ tekan / mobility pada gigi abutmen : (-)

Gambar 11. Foto Intraoral setelah 1 minggu

Kontrol 1 bulan
Pasien tidak ada keluhan
Gambar 12. Foto Intraoral Kontrol 1 Bulan.

Pembahasan
Jembatan merupakan restorasi tetap yang digunakan untuk mengganti satu
atau beberapa gigi yang hilang. Jembatan memiliki beberapa desain dan penentuan
desain sesuai dengan kasus.7 Salah satu desain jembatan yaitu jembatan kantilever.
Jembatan kantilever merupakan jembatan dengan satu retainer tetap (gigi penyangga),
satu pontik, dan berujung bebas. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan untuk
pembuatan jembatan salah satunya adalah keadaan gigi penyangga.
Gigi penyanggga merupakan gigi (restorasi) harus dapat menahan gaya
oklusal yang konstan. Jaringan pendukung disekitar gigi penyangga harus sehat dan
bebas dari inflamasi sebelum protesa dibuat. Secara normal, gigi penyangga tidak
boleh goyang karena gigi tersebut akan menahan beban yang besar. Akar gigi dan
jaringan pendukung harus dieveluasi, dengan memperhatikan beberapa faktor
diantaranya:
1. Perbandingan mahkota akar
2. Bentu akar
3. Daerah ligament periodontal
Perbandingan mahkota-akar merupakan ukuran panjang dari oklusal gigi ke
puncak tulang alveolar dibandingkan dengan panjang akar yang terpendam dalam
tulang alveolar. Karena puncak tulang alveolar bergerak ke apikal, lengan pengungkit
bagian diluar tulang bertambah panjang, dan kemungkinan terjadinya gaya lateral
yang merugikan akan meningkat. Rasio mahkota-akar yang optimal untuk gigi yang
akan digunakan sebagai penyangga adalah 2:3; 1:1.
Konfigurasi akar merupakan bagian penting dalam menilai apakah gigi
penyangga sesuai bila dilihat dari sudut pandang periodontik. Akar yang lebih lebar
dalam arah labiolongual daripada mesiodistalnya, lebih dipilih daripada akar yeng
penampangnya bulat.
Indikasi jembatan kantilever yaitu gigi penyangga lebih besar dan kuat, ruang
edentulous kecil, lebih sesuai untuk penggantian gigi anterior rahang atas. 8
Keuntungan jembatan kantilever yaitu desainnya sangat konservatif ketika hanya
satu gigi yang dibutuhkan untuk menjadi penyangga, tidak memerlukan preparasi
yang sejajar satu sama lain; jika dua atau lebih gigi penyangga yang digunakan, maka
gigi yang berdekatan yang dijadikan penyangga sehingga lebih mudah untuk
membuat preparasi yang pararel, konstruksi di laboratorium lebih mudah, dan paling
sesuai untuk menggantikan gigi posterior/anterior.4
Pemilihan bahan makhota dengan menggunakan porselen fused to metal adalah
adanya metal core yang dapat mendukung gigi, tahan terhadap tekanan mastikasi dan
resisten terhadap fraktur. Warna pada poselen fused to metal sebagai mahkota dapat
bertahan lama, sehingga dapat memberikan kebutuhan estetik. Untuk itu desain
preparasi pada gigi 35 harus sesuai sehingga dapat memenuhi syarat ketebalan pada
metal maupun porselen.10

Gambar 13. Ketebalan metal dan porselen sesuai desai preparasi yang telah dibuat
untuk porselen fused to metal.4

Restorasi metal keraik tergantung pada struktur metal dan keramik.


Kesesuaian antara metal dan porselen, serta desain dan kekuatan coping. Coping
adalah logam tuang yang menutupi seluruh daerah preparasi gigi tetap dan tidak
berbentuk seperti anatomis gigi asli. Desain coping memiliki pengaruh yang penting
terhadap keberhasilan atau kegagalan restorasi metal keramik. Selain itu, desain metal
dari coping juga mempengaruhi estetis dari gigi tiruan.
Keberhasilan restorasi PFM tidak hanya tergantung pada desain coping, tetapi
juga tergantung dari desain preparasi termasuk pertimbangan biomekanis dari
jembatan. Adanya pertimbangan biomekanis berhubungan dengan beban yang
mengenai jaringa periodontium. Selain itu, desain preparasi dapat mempengaruhi
suatu prognosis dari restorasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengatur desain
preparasi salah satunya adalah desain margin. Pada PFM akhiran margin yang
dibentuk adalah akhiran chamfer dan shoulder. Suatu restorasi dapat diterima secara
biologic didalam mulut apabila dapat beradaptasi baik dengan cavosurface margin
dari preparasi.
Warpeha dan Goodkind menemukan bahwa kekuatan porselen itu sangat
berkurang ketika porselen direkat ke permukaan logam yang tidak teroksidasi dan
ketebalan agen pelapis yang tidak tepat, ketebalan oksida telah terbukti meningkatkan
risiko kegagalan ikatan metal dan porselen.9
Kompatibilitas antara koefisien ekspansi termal dari logam dan porselen telah
dilaporkan bahwa konsentrasi stress pada antarpermukaan logam-porselen ini
disebabkan oleh perbedaan antara koefisien ekspansi termal logam dan porselen.
Koefisien ekspansi termal porselen dibandingkan dengan logam dianggap
menguntungkan. Hubungan seperti menempatkan porselen di bawah kompresi setelah
firing. Umumnya, perbedaan 0,5 × 10-6 ˚C dalam koefisien yang diinginkan.9
Ketebalan dan modulus elastik substruktur logam telah menunjukkan bahwa
dukungan pelapisan porselen secara langsung berkaitan dengan modulus elastisitas,
tidak dengan kekuatan bahan substruktur. Modulus elastisitas logam lebih tinggi
sehingga resisten terhadap deformasi lebih baik dibandingkan porselen. Hal ini yang
menjadi alasan yang sering untuk fraktur porselen adalah kurangnya kekakuan dan
distorsi substruktur logam.9
Sejak tahun 1958, telah ditemukan bahwa air dapat bertindak secara kimiawi
mengakibatkan timbulnya crack tips sehingga terjadi penurunan kekuatan glasses dan
keramik. Fenomena ini disebut " chemically assisted crack growth " atau " static
fatigue ". Hal ini telah menunjukkan bahwa ikatan silikat dalam matriks keramik
yang rentan terhadap hidrolisis karena kelembaban lingkungan dalam stress mekanik.
Penurunan kekuatan ikatan logam-keramik mencapai 20% sampai 30% di
lingkungan lembab. Akibatnya, static fatigue ini menyebabkan penyebaran fraktur
sepanjang microcracks sehingga terjadi kegagalan. Selain itu, Anusavice dan Zhang
menunjukkan bahwa minuman dengan rentang pH yang rendah juga bisa
menyebabkan fraktur.9

Kesimpulan
Restorasi PFM merupakan restorasi yang diindikasi untuk gigi posterior yang
memerlukan kekuatan yang baik dalam menahan beban kunyah dan dapat
memberikan tampilan estetis yang baik.

Daftar Pustaka
1. Swelem Ali A, Gurevich G Konstantin. Oral Health–Related Quality of Life in
Partially Edentulous Patients Treated with Removable, Fixed, Fixed-Removable,
and Implant-Supported Prostheses. The International Journal of Prosthodontics .
2014; 338.
2. Stephen F. Rosenstiel,Martin F. Land,Junhei Fujimoto. Contemporary Fixed
Prosthodontics. 5th ed. St. Louis. Elsevier; 2015. p. 3.
3. Ashu Sharma, G. R. Rahul, Soorya T. Poduval. Assessment of Various Factors for
Feasibility of Fixed Cantilever Bridge: A Review Study.
[http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://downloads.hindawi.com/journals/isrn/2012/259891.pdf ]
4. Bernard GN Smith. Planning and Making Crowns and Bridges. 3rd ed. United
Kingdom. Martin Dunitz; 1998. p. 182.
5. Kinsel RP, Lin D. Retrospective analysis of porcalin failures of metalceramic
crowns and fixed partial dentures supported by 729 implants in 152 patient:
patient specific and implant-specific predictors of ceramic failure. J Prosthet
Dent. 2009; 101:388-94.
6. Howard E. Strassler. repairing Porcelain-Metal restorations with Composite resin.
[http://d3e9u3gw8odyw8.cloudfront.net/repairing_porcelain.pdf]
7. Carole Hollins. Basic Guide to Dental Procedures. 2nd ed. Oxford. Wiley & Sons:
2015.
8. SH Soratur. Essentials of Prosthodontics. New Delhi. Jaypee Brothers: 2009.
9. Shadid M R , Sadaqah R N. Porcelain fracture of metal-ceramic tooth-supported
and implant-supported restorations: A review. Journal of Stomatology. 2013; 3:
411-418.
10. Grundy JR, Jones JG. A color atlas of clinical operative dentistry crowns and
bridges. 2nd Ed. London: Wolfe Publishing Ltd; 1992.p.110-1,128-32.
11. T Herbert. Shillingburd. Jr.DDS. Fundamental prostodontik cekat. Edisi 4.
Jakarta: EGC.2015. Hal 88-89.

Anda mungkin juga menyukai