Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR BIDANG ILMU BEDAH MULUT

TEKNIK ANESTESI INFILTRASI DAN BLOK MANDIBULA

Oleh:
Margareta Ermanda Kartika Putri
G4B016058

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2017
TEKNIK ANESTESI INFILTRASI DAN BLOK MANDIBULA

A. Infiltrasi
Teknik anestesi infiltrasi atau yang nama bakunya adalah injeksi
supraperiosteal, adalah teknik anestesi yang paling sering digunakan untuk
anestesi pulpa gigi maksila (Malamed, 2012). Istilah “injeksi supraperiosteal”
digunakan untuk menunjukkan lokasi larutan anestetikum dideponirkan, yaitu di
bagian supraperiosteal atau jaringan di atas tulang setinggi apeks gigi. Larutan
anestetikum akan berpenestrasi ke dalam serabut sataf yang masuk ke apeks gigi
(Purwanto, 2012). Teknik infiltrasi juga dikenal sebagai anestesi terminal atau
periferal karena mekanisme aksi agen anestetiknya adalah pada serabut saraf
terminal atau tepi (Chitre, 2010). Nervus target dari teknik injeksi supraperiosteal
adalah seluruh percabangan nervus dental, seperti N. Alveolaris superior (anterior,
media, posterior), N. Bukalis longus, N. Lingualis, N. Palatina mayor dan minor,
serta N. Insisivus (Howe, 2013).
Area yang dapat dianestesi dengan teknik infiltrasi adalah seluruh regio
yang diinervasi oleh saraf dental, seperti pulpa dan area akar gigi maksila dan
insisivus rahang bawah, periosteum bukal, jaringan ikat, dan membran mukosa
(lihat Gambar 1). Indikasinya adalah untuk anestesi pulpa 1-2 gigi maksila dan
untuk anestesi jaringan lunak yang akan dilakukan prosedur surgikal.
Kontraindikasi teknik infiltrasi adalah infeksi atau inflamasi akut di area injeksi
dan adanya tulang tebal mengelilingi apeks gigi yang akan dianestesi (Malamed,
2012).

Gambar 1. Area anestesi infiltasi


Sumber: Malamed, 2012

1
Walaupun teknik infiltrasi adalah teknik anestesi yang sederhana dan
memiliki tingkat kesuksesan tinggi, penggunaan teknik anestesi lain seperti teknik
anestesi blok untuk kasus yang melibatkan beberapa gigi, karena injeksi
supraperiosteal yang multipel atau di banyak titik akan menyebabkan
ketidaknyamanan pasien (Malamed, 2012).
Teknik infiltrasi secara umum adalah dengan menggunakan kasa atau
kapas yang diletakkan di antara jari dan membran mukosa mulut, tarik bibir atau
pipi serta membran mukosa yang bergerak ke arah bawah untuk rahang atas dan
ke arah atas untuk rahang bawah (lihat Gambar 2). Tujuannya adalah untuk
memperjelas daerah lipatan mukolabial atau mukobukal. Garis yang membatasi
mukosa bergerak dan tidak bergerak bisa diperjelas dengan mengulaskan iodine
pada jaringan tersebut. Membran mukosa akan berwarna lebih gelap dari
mukoperiosteum. Persiapkan jaringan yang akan diinjeksi (bersihkan dan
keringkan dengan kasa steril). Aplikasikan anestesi topikal pada area yang akan
diinjeksi (onset 3-4 menit) tunggu sampai mukosa memucat. Suntiklah jaringan
pada lipatan mukosa dengan jarum 27-gauge mengarah ke tulang dan
mempertahankan agar bevel agar mengarah ke tulang. Lanjutkan tusukan jarum
menyusuri periosteum sampai ujungnya sudah mencapai setinggi akar gigi, tahan
posisi syringe agar paralel dengan axis gigi dan pastikan bevel menghadap ke
tulang di atas atau tepat pada apeks gigi (lihat Gambar 3). Lakukan aspirasi, jika
negatif deponirkan larutan anestetikum sebanyak 0,5-1cc. Untuk menghindari
gembungan pada jaringan dan mengurangi rasa sakit, deponirkan larutan dengan
perlahan. Injeksi yang perlahan akan memperkecil atau mengurangi rasa sakit.
Larutan anestesia diharapkan akan bekerja dalam waktu 5 menit (Malamed, 2012;
Purwanto, 2012).

Gambar 2. Titik injeksi supraperiosteum


Sumber: Malamed, 2012

2
Gambar 3. Posisi jarum dan syringe harus paralel dengan axis gigi dan bevel menghadap
ke tulang
Sumber: Malamed, 2012

B. Blok Mandibula
Nervus yang menginervasi gigi dan jaringan lain yang ada di mandibula
adalah nervus alveolaris inferior dan dua cabangnya yaitu nervus mentalis dan
nervus insisivus, nervus lingualis serta nervus bukalis longus. Nervus alveolaris
inferior diblok melalui foramen mandibularis, nervus lingualis diblok pada daerah
gingiva lingual dan bukalis longus dapat dianestesi menggunakan teknik infiltrasi.
1. Nervus yang teranestesi
a. Alveolaris inferior
b. Insisivus
c. Mentalis
d. Lingualis
e. Bukalis longus (opsional)
2. Area yang teranestesi
a. Gigi-geligi rahang bawah sampai ke midline
b. Badan mandibula
c. Bagian bawah ramus mandibula
d. Mukoperiosteum bukal dan membran mukosa anterior sampai molar
pertama mandibula
e. Jaringan lunak lidah dan periosteum
f. 2/3 anterior lidah dan dasar mulut
g. Internal dan external oblique ridge

3
Gambar 4. Area yang teranestesi teknik blok mandibula
Sumber: Malamed, 2012

3. Prosedur
Terdapat berbagai macam teknik yang dapat dilakukan untuk blok
mandibula, namun teknik yang sering dilakukan adalah teknik langsung
(pendekatan Halstead) dimana nervus alveolaris inferior dianestesi terlebih
dahulu dibanding nervus lainnya. Terdapat 3 posisi jarum saat dilakukan
injeksi, yaitu:
a. Posisi pertama: nervus alveolaris inferios dianestesi dari sisi
berlawanan.
b. Posisi kedua: nevus lingualis dianestesi dari sisi yang sama.
c. Posisi ketiga: nervus bukalis longus dianestesi terpisah dari dua
posisi lain dan dilakukan dari sisi berlawanan.

Tahapan yang harus dilakukan saat melakukan teknik blok mandibula


adalah:

a. Pasien didudukkan dengan posisi semi supine atau setengah


terlentang
b. Intruksikan pasien untuk membuka mulut selebar mungkin agar
mendapatkan akses yang mudah ke mulut pasien. Posisi diatur
sedemikian rupa agar oklusal dari mandibula pasien sejajar dengan
lantai
c. Posisi operator berada pada arah jam 6 sampai 9 menghadap pasien
untuk rahang kanan mandibula, sedangkan untuk rahang kiri

4
mandibula posisi operator berada pada arah jam 11 menghadap ke
pasien
d. Palpasi mukosa bukal hingga ke posterior untuk menemukan linea
oblique eksterna, lalu jari bergeser ke dalam untuk mencari linea
oblique interna. Daerah yang dibatasi oleh kedua landmark tersebut
dinamakan penampang anterior mandibula
e. Keringkan lalu asepsiskan daerah yang akan dianestesi
menggunakan povidon iodine
f. Aplikasi anestesi topikal dengan menggunakan salep lidokain
hidroklorida 5% pada daerah yang akan dianestesi selama 1 menit,
efek anestesi akan timbul dalam 3-4 menit
g. Jarum 25-gauge diinsersikan pada penampang anterior mandibular
dari sisi kontralateral daerah yang akan dianestesi pada regio
premolar hingga menetak tulang (lihat Gambar 5). Arah jarum
hampir tegak lurus dengan tulang.

Gambar 5. Posisi 1 anestesi N. Alveolaris inferior dari kontralateral


Sumber: Balaji, 2009
h. Syringe digeser ke sisi ipsilateral, lalu insersikan jarum menyusuri
tulang hingga 2/3 jarum (lihat Gambar 6)

Gambar 6. Posisi 2 anestesi N. Alveolaris inferior dari ipsilateral


Sumber: Balaji, 2009
i. Kontralateralkan kembali syringe hingga di regio kaninus

5
j. Aspirasi lalu jika aspirasi negatif, deponirkan larutan perlahan
sebanyak 1 ml untuk menganestesi nervus alveolaris inferior
k. Tarik syringe hingga setengah jarum yang masuk, lakukan aspirasi
bila negatif deponirkan anestetikum perlahan sebanyak 0,5 ml untuk
menganestesi n. Lingualis. Keluarkan syringe perlahan
l. Anestesi nervus bukalis longus pada mukobukofold gigi molar.
Asepsiskan daerah tersebut lalu insersikan jarum pada
mukobukofold gigi ke arah apeks, aspirasi jika negatif lalu
deponirkan anestetikum perlahan sebanyak 0.5 ml untuk
menganestesi nervus bukalis longus (Balaji, 2009).

6
DAFTAR PUSTAKA

Balaji, S. M., 2009, Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery, Elsevier, New
Delhi.
Chitre, A. P., 2010, Manual of Local Anesthesia in Dentistry, Jaypee Brothers
Medical Publisher, New Delhi.
Howe, G.L., 2013, Anestesi Lokal, Hipokrates, Jakarta.
Malamed, S. F., 2012, Handbook of Local Anesthesia, Ed. 6, Elsevier, Los
Angles.
Purwanto, 2012, Petunjuk Praktis Anestesi Lokal, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai