Disusun oleh :
1. Dimas Putut W.
2. Diyan Novitasari
3. Erfiani Fakhriyah
4. Wijaya Riski
DINAS KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya,
perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan
dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada
disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga
akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia
akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan
bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu
bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain,
perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang
membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena
aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal inilah yang membuat anak
semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak
dalam menerima perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di
rumah sakit membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi
karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga nak
tidak mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan
banyaknya orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan
lain sebagainya.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Preschool
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah
anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong,
2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan
dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga
terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB
berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.
1. Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900
kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun
kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4
warna atau lebih,dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan
bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu
mengikuti 3 perintah sekaligus.
2. Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan
sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya sendiri,dalam
permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.tahun
keempat anak sudah cenderung mandiri dank eras kepala atau tidak sabar,agresif
secara fisik dan vweerbal,mendapat kebanggan dalam pencapaian,masih mempunyai
banyak rasa takut.pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak,lebih
tenang,mandiri,dapat dipercaya,lebih bertanggungjawab,mencoba untuk hidup
berdasarkan outran,bersikap lebih baik,dalam permainan sudah mencoba mengikuti
aturan tetapi kadang curang.
Personal social :
a. Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan supaya
di anggap di masyarakat
b. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan
lingkungan
c. Menyadari hak dan kepentingan orang lain
d. Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
e. Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya kemampuan
dan penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
f. Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan
sosialisasi dengan teman sebaya.
3. Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam
berfikir dan berperilaku,mulai memahami waktu,mengalami perbaikankonsep tentang
ruang,dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun
keempat anak berada pada fase inisiatif,memahami waktu lebih baik,menilai sesuatu
menurut dimensinya,penilaian muncul berdasarkan persepsi,egosentris mulai
berkurang,kesadaran social lebih tinggi,mereka patuh kepada orang tua karena
mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa
prasekolah anaka sudah mampu memandang perspektif orang lain dan
mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang factual
dunia.
a. Motorik halus : Bisa menggunakan gunting
b. Menggambar lingkaran, kotak, X
c. Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala
d. Memanjat
e. Menaiki sepeda roda tiga
f. Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat gigi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Permainan anak sehari – hari karena bermain sama dengan bekerja pada orang
dewasa yang dapat menurunkan stress pada anak, media yang baik bagi anak untuk
belajar berkomunikasi dengan lingkungannya, menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, belajar mengenal dunia sekitar kehidupannya dan penting untuk
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
3.2 Saran
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam konsep bermain pada anak usia
preschool, yaitu:
Berikan perhatian dan kasih sayang dengan berbagai bentuk permainan yang
sesuai dengan usia anak.
Biasanya ada beberapa permainan yang dianjurkan untuk melayih
ketrampilan anak dalam segi:
a. Perkembangan fisik : permainan yang dapat didorong, adonan yang
dapat dibentuk
b. Perkembangan sosial : dompet, telephone permainan, peralatan masak
mainan, boneka, cermin
c. Perkembangan mental : puzzle, cocokkan gambar, manic – manik
bertali, permainan Maze
Lampiran
Hari / tanggal :
2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
III. Metode
1. Ceramah
2. Bermain bersama
IV. Media
V. Rencana Pelaksanaan
10 menit
d. Mengevaluasi respon anak
dan keluarga.
3 Penutup
VI. Pengorganisasian
a. Leader
Tugas : Mengkoordinir / memimpin acara permainan
Membuka acara dan memperkenalkan diri
Mengatur setting tempat
b. Co. Leader
Tugas : Membantu tugas leader
Menggantikan peran leader jika diperlukan
c. Fasilitator
Tugas : Mendampini anak
Memotivasi anak
d. Observer
Tugas : Mengobservasi jalannya permainan
Menilai proses permainan
Mengevaluasi jalannya permainan
Menyimpulkan hasil permainan
VII. EVALUASI
c. Hasil
1. anak tidak malu
2. anak bersedia melakukan permainan
3. Menyebutkan nama permainan
4. Menyelesaikan permainan Maze
5. Mencocokan Puzzle telur
6. Anak merasa nyaman dan tidak rewel
1. Permainan Maze
Telur Pecah
cara membuatnya hampir sama dengan yang pertama, hanya saja untuk keterangan
dipotongannya berbeda. untuk model telur pecah ini, potongan pertama diberi gambar
sejumlah benda. sedangkan potongan yang lainnya diberi keterangan angka yang
menyatakan sesuai jumlah bendanya.
DAFTAR PUSTAKA
Markum.A.H, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta
Nursalam, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Edisi Pertama. Jakarta:
Salemba Medika
Soetjiningsih, 1988, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.