Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
hidup. Jasad tersebut dapat hidup hamper di semua tempat di permukaan bumi. Mikroba mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang sangat dingin hingga lingkungan yang relative panas, dari
ligkungan yang asam hingga basa. Berdasarkan peranannya, mikroba dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu mikroba menguntungkan dan mikroba merugikan (Afriyanto 2005).
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat
aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas
beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan
antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa
desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan sebagainya (Lutfi 2004).
Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok
sebagai berikut diantaranya merusak dinding sel, mengganggu permeabiitas sel, merusak
molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam
nukleat. Aktivitas antimikroba yang dapat diamati secara langsung adalah
perkembangbiakannya. Oleh karena itu antimikroba dibagi menjadi dua macam yaitu antibiotic
dan disinfektan. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh microorganisme tertentu yang
mempunyai kemapuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh bakteri
walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik digunakan untuk menghentikan aktivitas
mikroba pada jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan desinfektan bekerja dalam menghambat
atau menghentikan pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain
sebagainya. Pembagian kedua kelompok antimikroba tersebut tidak hanya didasarkan pada
aplikasi penerapannya melainkan juga terhadap konsentrasi mikroba yang digunakan (Soekardjo
1995).
Mikroorganisme
Mikroba atau yang biasa disebut dengan microorganisme, merupakan beberapa makhluk
hidup yang secara individu memiliki ukuran yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
telanjang. Kelompok dari mikroorganisme meliputi bakteri, fungi (khamir dan kapang),
protozoa, dan mikro alga. Termasuk pula virus, yang tubuhnya aseluler yang biasanya beberapa
ahli menganggap sebagai makhluk yang berada di perbatasan antara hidup dan tidak hidup
(Gerard, 2004)
B. Bakteri
Bakteri merupakan organisme uniseluler yang memiliki ukuran sekitar 1 – 10 µm yang
dijumpai sebagai sel terisolasi, rantai, dan koloni terutama di perakaran (risosfer). Kebanyakan
bersifat heterotrofik, yaitu memerlukan senyawa organik sebagai sumber energi dan karbon.
Bakteri mempunyai bermacam-macam bentuk yang kemungkinan mempunyai atau tidak
mempunyai bentuk resisten (spora). Kebanyakan bakteri dapat memanfaatkan semua sumber C
yang mudah terdekomposisi (gula, pati, pektin, bermiselulosa, dan selulosa) dan sumber N
(protein, peptide, dan asam amino), tetapi beberapa bakteri spesifik untuk subtract tertentu
(selulosa, pektin, dan dekomposisi protein) (Rachman, 2005).
C. Antimikroba
Mikroorganisme dapat dihambat atau dibunuh dengan proses fisik atau bahan kimia.
Bahan antimikroba merupakan bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme
mikroba, sehingga bahan tersebut dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan membunuh
mikroba. Apabila mikroorganisme yang dimaksud adalah bakteri, maka antimikroba lebih sering
disebut dengan bahan antibakteri (Nendissa, 2012).
D. Anti Biotik
Antibiotik merupakan obat yang mampu dalam melawan bakteri dan virus. Antibiotik
bekerja dengan cara membunuh atau melemahkan sehingga sistem imun dapat melawan dan
membunuh bakteri dengan lebih mudah. Salah satu antibiotik ialah metronidazole (Wardhana,
2008).
Antibiotik aalah senyawa organic yang dihasilkan oleh berbagai spesies mikroorganisme
dan bersifatk racun bagi spesies lainnya. Sifat racun yang dimiliki mikroorganisme tersebut
dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan mikroorganisme lainnya. Antibiotik saat ini
merupakan obat yang sangat penting dan digunakan sebagai obat pembasmi penyakit infeksi
(Sumardjo, 2007).
Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk
menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa
murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara
bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti
bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri
pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang
memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi
agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip
dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona
hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat
antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri
terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan
yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Gaman, dkk. 1992).
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode
Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh
ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi
oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri
terhadap bahan anti bakteri (Jawelz, 1995).
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat yang paling
cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang
kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab
kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik
yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat
sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotic (Dwidjoseputro, 1998).
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil. Para peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat
antibiotik namun berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil saja
yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin vial injeksi, Tetrasiklin
kapsul, Kanamicin kapsul, Erytromicin kapsul, Colistin tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin
kapsul (Djide, 2003).
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander
Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru dikembangkan dan dipergunakan
dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan
khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung
dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Djide, 2003).
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala
infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang dihasilkan
mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun
adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan
untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif.
Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes.
Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya
dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme
kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi (Ganiswarna,
1995).
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada kemampuan antibiotik tersebut
untuk menembus dinding sel bakteri. Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja terhadap
bakteri Gram positif karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi dibandingkan bakteri Gram
negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum sempit apabila mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, sedangkan antibiotik berspektrum luas jika
pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dapat dihambat oleh antibiotik
tersebut (Sumadio, dkk. 1994).
Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik dapat
dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik penghambat sintesis dinding sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan vankomisin.
Yang kedua yaitu antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba, antibiotik yang termasuk
kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol, linkomisin dan
tetrasilin. Yang ketiga yaitu antibiotik penghambat sintesis asam nukleat sel mikroba, antibiotik
yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon. Keempat yaitu antibiotik
pengganggu fungsi membran sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan
polien. Dan yang kelima yaitu antibiotik penghambat metabolisme mikroba, antibiotik yang
termasuk kelompok ini ialah sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat (Ganiswarna,
1995).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat pertumbuhannya akibat
antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan
mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya: tetracycline, erytromycin, dan
streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Pelczar, 1986).
Logam berat terbagi atas 2 kelompok yaitu logam berat yang bersifat sangat beracun
(toksik) seperti: Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Cadmium (Cd) danChromium (Cr) dan
logam esensial yang juga dapat menjadi racun apabila dikonsumsi secara berlebihan, antara lain:
Tembaga (Cu), Besi (Fe), Zink (Zn) dan Selenium (Se) (Suhendrayatma, 2001).
Ganiswarna, S.G, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Jakarta,
EGC.
Sumadio, H., dan Harahap, 1994, Biokimia dan Farmakologi Antibiotika, USU Press, Medan.