Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak,
sehingga dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kecuali jenis barang dan jenis jasa
sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4A Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009.
Meskipun dalam UU PPN baru nomor 42 Tahun 2009 dijelaskan makanan dan
minuman yang dibeli di restoran bebas PPN 10%, namun itu tidak berpengaruh,
karena makanan dan minuman di restoran tetap dikenakan Pb1 sebesar 10%.
"Memang konsumen seringkali salah mengira kalau itu adalah PPN, sebab
besarannya sama-sama 10%. Padahal itu adalah Pb1 yang dipungut oleh Pemda.
Jadi itu bukan PPN," tandas Pengamat Perpajakan Darussalam kepada
detikFinance.
Konsumen diminta jangan sampai salah mengira dan protes kalau tetap ada
pemungutan pajak 10% atas pembelian makanan di restoran, rumah makan,
atau hotel. Sebab pajak tersebut adalah adalah Pajak Pembangunan yang
memang dipungut oleh Pemerintah Daerah.
Di dalam pasal 4A UU PPN baru, ada beberapa jenis barang yang bebas PPN
adalah:
Terhitung mulai tanggal 2 Februari 2015, jasa boga atau katering tidak lagi
termasuk ke dalam jasa kena pajak yang wajib dikenai Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). Hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor
18/PMK.10/2015 tanggal 2 Februari 2015 tentang Kriteria Jasa Boga atau Katering
yang Termasuk Dalam Janis Jasa yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
PMK tersebut mencabut Keputusan Menteri Keuangan nomor 418/KMK.03/2003
tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Jasa Boga atau Katering.
Terdapat perubahan yang cukup signifikan pada pengaturan jasa boga ini, dari yang
semula masuk kategori jasa yang dikenai PPN menjadi TIDAK DIKENAI PPN.
Hal tersebut tentu saja diharapkan dapat semakin menumbuhkan usaha-usaha
katering yang sebenarnya cukup banyak di masyarakat.
Hal lain yang juga diatur oleh PMK 18/2015 adalah bahwa penyajian makanan
dan/atau minuman di lokasi yang diinginkan oleh pemesan dapat dilakukan dengan
atau tanpa peralatan dan petugasnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ketika
jasa boga diserahkan ke pemesan, ambil contoh penyiapan jasa boga untuk acara
kantor, ada atau tidak adanya petugas/peralatan menjadi variabel yang tidak
memengaruhi. Jika dalam kontrak, jasa boga dijual seharga Rp1 juta tanpa
petugas/peralatan dan Rp1,5juta dengan petugas/peralatan maka PPN dihitung
langsung dengan angka Rp1juta dan Rp1,5juta tersebut.
Bagi Anda yang memiliki usaha jasa boga yang sekaligus membuka toko harus
segera dipisahkan, mana makanan dan/atau minuman yang dijual di toko dan mana
yang dijual melalui jasa boga. Dengan demikian, Anda tetap memiliki kewajiban
untuk memungut dan menyetorkan PPN atas makanan dan/atau minuman yang
dijual di toko tersebut, sedangkan makanan dan/atau minuman yang dijual melalui
jasa boga tetap tidak dikenai PPN.
Lalu, bagaimana jika Anda sekarang adalah seorang Pengusaha Kena Pajak (PKP)
yang hanya bergerak di bidang jasa boga? Jika Anda memang benar-benar tidak
memiliki usaha lain, atau dalam hal ini, benar-benar hanya mempunyai jasa boga
tanpa membuka toko atau kios, maka Anda bisa mengajukan pencabutan
pengukuhan sebagai PKP ke kantor pajak tempat Anda dikukuhkan.
Kriteria Jasa Boga atau Katering Yang Tidak
Dikenai PPN
http://www.ortax.org/ortax/?mod=info&page=show&id=144&list=1
Tidak termasuk dalam pengertian jasa boga atau katering yang tidak dikenai PPN
yaitu penjualan makanan dan/atau minuman yang dilakukan melalui tempat
penjualan berupa toko, kios, dan sejenisnya untuk menjual makanan dan/atau
minuman, baik penjualan secara langsung maupun penjualan secara tidak
langsung/pesanan.
Untuk mengetahui lebih lengkap terkait tentang Kriteria Jasa Boga Atau Katering
Yang Termasuk Dalam Jenis Jasa Yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai
silahkan kunjungi : PMK Nomor 18/PMK.010/2015